1
Pasal 116 ayat (1)
2
Pasal 116 ayat (2)
3
Pasal 116 ayat (3)
4
Pasal 116 ayat (4)
0
5) Jika pejabat tersebut masih tidak melaksanakan putusan pengadilan, maka
akan diumumkan pada media masa cetak setempat oleh panitera.5
6) Selain diumumkan di media masa, ketua pengadilan harus mengajukan hal
tersebut kepada Presiden untuk memerintahkan pejabat tersebut melaksanakan
putusan pengadilan, dan mengajukan juga kepada lembaga perwakilan rakyat
untuk menjalankan fungsi pengawasan.6
Sulitnya eksekusi terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang telah
berkekuatan hukum tetap dikarenakan eksekusi putusan tersebut bersifat sukarela.
Sudah seharunya Pejabat/Badan Tata Usaha Negara yang dihukum untuk mencabut
surat keputusannya, ataupun kewajiban menerbitkan surat keputusan yang baru, tetapi
dalam prakteknya (dalam beberapa kasus) hal tersebut tidak dilakukan, karena hanya
bersifat sukarela. Putusan Pengadilan Tata Usaha menyerahkan kepada Pejabat Tata
Usaha Negara untuk menjalankan putusan secara sukarela inilah yang menjadi
penyebab tidak berjalannya secara efektif pelaksanaan putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara. Dalam dunia Peradilan Tata Usaha Negara, memang telah ada
Jurusita, tetapi peran dan fungsi Jurusita pada Pengadilan Tata Usaha Negara
hanyalah sebatas menyampaikan pemberitahuan isi putusan pengadilan kepada
Pejabat/Badan Tata Usaha Negara, dan tidak mempunyai unsur pemaksaan dalam
menjalankan eksekusi putusan tersebut, sebab objek yang dieksekusi tersebut berbeda
dengan eksekusi putusan perdata atau eksekusi riel yang dapat dijalankan secara
paksa oleh jurusita atas perintah Ketua Pengadilan.7
1
jika putusan pengadilan mengandung kewajiban akan pencabutan dan/atau penerbitan
keputusan baru tidak dijalankan setelah 90 hari oleh pejabat tergugat, maka
penggugat dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan agar
memerintahkan badan/pejabat yang bersangkutan untuk melaksanakan putusan
Hakim PTUN. Jika badan/pejabat administrasi tersebut tidak juga melaksanakannya,
maka pejabat tergugat tersebut dikenakan upaya paksa berupa pembayaran uang
paksa dan/atau sanksi administratif. Dan jika upaya paksa tersebut tidak dijalankan,
maka akan di umumkan di media masa setempat dan juga ketua pengadilan
mengajukan hal tersebut kepada presiden. Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan tertinggi untuk memerintahkan pejabat tersebut melaksanakan putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara.8 Tetapi jika ternyata Presiden tidak berkenan
melaksanakan putusan Pengadilan untuk memberikan perintah kepada Pejabat/Badan
Tata Usaha Negara yang bersangkutan, secara yuridis tidak ada konsekuensi, resiko
atau sanksi bagi Presiden, hanya saja Presiden dibayangi sanksi moral sesuai dengan
semangat dan keinginan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa.9
8
Pasal 116 ayat (6) UU Nomor 5 Tahun 1986
9
S.F. Marbun, Peradilan Administrasi ...,Op.Cit, hal. 362
2
setelah ada formasi dalam jabatan yang setingkat atau dapat ditempuh dengan cara
memberikan kompensasi.10
10
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1991 Tentang Ganti Rugi Dan Tata
Cara Pelaksanaanya Pada Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 9 dan 10.
11
Ibid.
12
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengenaan
Sanksi Administratif Kepada Pejabat Pemerintahan, Pasal 9 ayat (2)
13
Ibid., Pasal 12
3
Pelaksanaan yang sukarela ini berhubungan dengan benda-benda publik yang
secara teoritis merupakan kekayaan negara yang tidak dapat diletakkan sita jaminan
di atasnya. Alasan selanjutnya, telah dianut asas bahwa seorang pejabat tidak
mungkin dikenai tahanan karena tidak melaksanbakan putusan PTUN, sesuai dengan
asas bahwa kebebasan yang dimiliki pejabat pemerintah tidak diperkenankan
dirampas. 14
14
Philipus M Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi, hal. 375
15
S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara ..., Op.Cit., hal. 364
16
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
4
A. Analisis Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya Nomor:
52/G/2009/PTUN.SBY Tentang Pemberhentian Sekretaris Daerah
Objek sengketa dalam perkara ini adalah Surat Keputusan Tergugat Nomor :
821.2/292/441.409/2009 tanggal 02 November 2009 tentang Pengangkatan Dalam
Jabatan atas nama DR. A. DJAMALUDIN KARIM, M. Si. Di dalam surat tersebut,
Tergugat memberhentikan sementara Penggugat dari jabatan Sekretaris Daerah
Kabupaten Pamekasan. Hal tersebut bertentangan dengan Pasal 122 ayat (3) Undang-
Undang Nomor : 8 tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang
Nomor: 12 tahun 2008, yang berbunyi:
Ayat (1) Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi
persyaratan”
Ayat (2) Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan”
Ayat (3) “Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
kabupaten / kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul
Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan perundangundangan
Dari ketentuan Pasal 122 ayat (3) tersebut di atas, tampak jelas bahwa Surat
Keputusan Bupati Pamekasan (Tergugat) Nomor : 821.2/292/441.409/2009 tanggal
02 Nopember 2009 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan atas nama Dr. A.
5
Djamaludin Karim, M.Si, yang substansinya adalah memberhentikan Penggugat dari
jabatan Sekretaris Daerah Pamekasan adalah cacat yuridis (cacat wewenang) karena
yang berwenang memberhentikan Penggugat sebagai Sekretaris Daerah adalah
Gubernur Jawa Timur, sedangkan Bupati hanya berwenang mengusulkan saja.
6
Sabtu, 03/09/2011 | 10:49 WIB
PTUN meminta bantuan Presiden RI agar Bupati mengangkat kembali
Djamaludin sebagai Sekdakab
PAMEKASAN - Pemecatan Djamaludin Karim dari jabatan Sekretaris
Daerah Kabupaten (Sekdakab) Pamekasan oleh Bupati Kholilurrahman
berlanjut. Proses hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya
memang dimenangkan oleh Djamaludin. Namun, hingga sekarang Bupati
masih mengabaikan putusan itu.Karena itu, PTUN Surabaya meminta
Presiden RI sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi untuk
memerintahkan Bupati Pamekasan melaksanakan putusan PTUN itu.
Permintaan PTUN itu dituangkan dalam surat PTUN Surabaya bernomor
W3.TUN1/1780/K.Per.01.06/VIII/2001 tanggal 2 Agustus 2011. Surat ini
merupakan petunjuk dari PTUN Surabaya tentang tindak lanjut pelaksanaan
putusan perkara nomor 152/G2009/PTUN.SBY. Selain akan meminta bantuan
Presiden, sesuai dengan Pasal 116 ayat 5 dan 6 Undang- Undang (UU) Nomor
51 Tahun 2009, maka pengadilan juga dapat menindaklanjuti dengan
mengumumkan di media massa bahwa Bupati Pamekasan tidak bersedia
melaksanakan putusan Nomor 152/G2009/PTUN.SBY yang telah
berkekuatan hukum tetap itu. Namun, M Suli Faris, Ketua Komisi A DPRD
Kabupaten Pamekasan menilai keputusan PTUN itu sulit untuk dilaksanakan
secara hukum, utamanya perintah pengembalian lagi Djamaludin Karim
kepada kedudukannya sebagai Sekdakab Pamekasan. Karena yang digugat
oleh Djamaludin Karim adalah soal SK Bupati Pamekasan tentang
pemberhentian sementara Djamaludin Karim.
“Saat ini posisi Sekdakab Pamekasan sudah berubah.Sesuai dengan
kewenangannya Gubernur Jatim juga sudah mengeluarkan keputusan tata
usaha negara baru, yakni mengangkat Hadisuwarso sebagai Sekdakab
Pamekasan.Makanya kami katakan keputusan PTUN itu sulit untuk
dilaksanakan. Sebab yang digugat SK pemberhentian sementara oleh Bupati
bukan SK pengangkatan Sekdakab oleh Gubernur,” katanya, Sabtu (3/9).
Bupati Pamekasan melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Pamekasan Nomor
821.2/292/441.409/2009 tangal 2 Januari 2009 memberhentikan sementara
Djamaludin Karim dari jabatannya sebagai Sekdakab Pamekasan. Karena
merasa tidak prosedural dan tidak dilandasi alasan yang tepat maka
Djamaludin Karim menggugat Bupati Pamekasan ke PTUN Surabaya.Dalam
putusannya, PTUN mengabulkan gugatan Djamaludin Karim.PTUN juga
menyatakan batal SK Bupati Pamekasan tentang tentang pemberhentian
sementara Djamaludin Karim. Selain itu PTUN juga mewajibkan Bupati
untuk menerbitkan keputusan tata usaha negara yang baru tentang rehabilitasi
penggugat, yaitu memulihkan hak penggugat dalam kemampuan, kedudukan,
harkat dan martabatnya sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Pamekasan.
PTUN juga menghukum Bupati untuk membayar biaya perkara sebesar Rp
171.000.Tapi, Bupati tidak mau melaksanakan eksekusi seperti yang
diperintahkan oleh PTUN Surabaya. Dalam suratnya ke PTUN Surabaya yang
7
bernomor 181/1013/441.131/2011 tanggal 16 Juni 2011 Bupati Pamekasan
menyatakan tidak dapat melaksanakan putusan PTUN karena telah terbit SK
Gubernur Jatim Nomor 821/86/212/2010 tanggal 18 Januari 2010 tentang
permberhentian Djamaludin Karim sebagai Sekdakab Pamekasan.
Setelah diterbitkan penetepan permohonan pelaksanaan putusan ternyata
Tergugat juga tidak mau melaksanakan putusan dan Tergugat menanggapi Penetapan
itu pada tanggal 16 Juni 2011 dengan alasan dikarenakan telah diangkatnya Sekretaris
Daerah Kabupaten Pamekasan yang baru serta bukan merupakan kewenangan Bupati
Pamekasan untuk melaksanakan putusan tersebut melainkan kewenangan Gubernur
yang dapat menerbitkan surat keputusan tentang pengangkatan atau pemberhentian
sekretaris daerah Kabupaten Pamekasan.