Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

"PEMBUKUAN"
Diajukan Untuk memenuhi Tugas Matkul Hukum Dagang

Dosen Pengampu :
Humiati,SH. MHum

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Dina Alkarimah 1974201001335
2. Farah Yuriyah A.F 1974201001343
3. Jazilah 1974201001360
4. Hernando Dian G 1974201001352
5. M fiqih Saputra 1974201001367
6. Silvia Dwi Saputri 1974201001416
7.Yurisma Eka Ananta 1974201001432
8. Dafa Alfarizi 1974201001324

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul "Pembukuan ". Tanpa pertolongan-nya tentunya
kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini ,supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi

Harapan kami semoga makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan sekaligus wawasan bagi para pembaca.

Akhir kata kami sampaikan Terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selam proses penyelesaian makalah ini kami
memohon maaf sebesar-besarnya apabila dalm makalah ini terdapat perkataan yang tidak
berkenan di hati.

Pasuruan,11 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 3


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3. Tujuan .........................................................................................…....... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pembukuan ...................................................................... 4


2.2. Istilah Pembukuan ............................................................................ 5
2.3. Komponen pembukuan dan bentuk-bentuk pembukuan ................... 6
2.4. Manfaat pembukuan dari sisi hukum dan ekonomi .................…..... 7
2.5. Pembukaan Rahasia Pembukuan ...................................................... 8
2.6. Manfaat pembukuan dari sisi hukum dan ekonomi .......................... 9
2.7. Masa menyimpanan pembukuan ............................................…..... 10
2.8. Sanksi Pidana Tidak Melakukan Pembukuan ......................…....... 11
2.9. Sanksi Tidak Melakukan Pembukuan Menurut UU Bea Cukai ...... 12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................…....... 13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................…..... 14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Berdasarkan kenyataan bahwa kebutuhan-kebutuhan hukum masyarakat berniaga iu,
sejajar dengan perkembangan perniagaan, makin lama makin sulit dipenuhi lagi oleh
peraturan-peraturan hukum perdata umum yang sudah ada, dirasakan perlu adanya hukum
perikatan khusus, maka dari itu dibuatlah Hukum Dagang. Hukum Dagang diadakan dalam
rangka menciptakan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, Pemerintah Indonesia
berusaha menerapkan hukum dalam berbagai aspek kerakyatan yang ada di negeri ini.
Namun, tugas negara tidak hanya sekedar itu, bahkan teramat luas daripadanya.
Pembangunan yang ada di dalam negeri ini tidak dapat terpisahkan daripada intervensi
pemerintah, misalnya saja pembangunan dalam bidang ekonomi, baik yang bergerak di sektor
mikro maupun makro. Inti permasalahan dari keterlibatan negara dalam aktivitas ekonomi
bersumber pada politik perekonomian suatu negara.

Munculnya corak sosial ekonomi dalam konsep Kedaulatan berkaitan dengan


munculnya hukum yang mengatur transaksi di dalamnya. Dalam kaitan dengan cabang-
cabang hukum yang beragam maka negara membuat hukum yang mengatur urusan tersebut.
KUHD adalah produk yang dijadikan pedoman dasar untuk memutuskan suatu hukum yang
berkembang di masyarakat. Untuk menata dan membenahi pengelolaan transaksi sehingga
lebih teratur maka pemerintah mengeluarkan KUHD, di dalamnya diatur berbagai macam
ketentuan khusus yang mengatur dunia usaha. Dalam kaidah-kaidah KUHPerdata dan
KUHDagang mempunyai sifat yang sama, yang berlandaskan faham liberalism.

Jadi Hukum Dagang itu sendiri adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari
lapangan perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata dan Hukum Dagang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Kesimpulan ini sekaligus
menunjukkan bagaimana hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata. Hukum
perdata merupakan hukum umum (lex generalis) dan hukum dagang merupakan hukum
khusus (lex specialis). Dengan diketahuinya sifat dari kedua kelompok hukum tersebut, maka
dapat disimpulkan keterhubungannya sebagai lex. specialis derogat lex generalis, artinya
hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum. Adagium ini
dapat disimpulkan dari pasal 1 Kitab undang-Undang Hukum Dagang yang pada pokoknya
menyatakan bahwa: “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata seberapa jauh dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan,
berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Ada beberapa pengertian tentang hukum dagang nenurut beberapa buku antara lain :

1. Hukum dagang adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara manusia-manusia
dan badan-badan hukum satu sama lain dalam lapangan perdagangan. (CST. Kansil)

2. Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan hukum
perusahaan. (HMN Purwosutjipto) .

3. Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan dalam usaha untuk memperoleh keuntungan.
1.2 Rumusan masalah

1.Pengertian Hukum dagang ?


2. Istilah pembukuan?
3. Komponen pembukuan dan bentuk-bentuk pembukuan?
4. Manfaat pembukuan dari sisi hukum, ekonomi dan sifat pembukuan?
5. Pembukaan rahasia pembukuan
6. Pemberitaan rahasia pembukuan
7. Masa penyimpanan pembukuan
8. Sanksi pidana tidak melakukan pembukuan
9. Sanksi tidak melakukan pembukuan menurut uu bea cukai

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Hukum dagang


2. Untuk Mengetahui Istilah pembukuan
3. Untuk Mengetahui Komponen pembukuan dan bentuk-bentuk pembukuan
4. Untuk Mengetahui Manfaat pembukuan dari sisi hukum, ekonomi dan sifat pembukuan
5. Untuk Mengetahui Pembukaan rahasia pembukuan
6. Untuk Mengetahui Pemberitaan rahasia pembukuan
7. Untuk Mengetahui Masa penyimpanan pembukuan
8. Untuk Mengetahui Sanksi pidana tidak melakukan pembukuan
9. Untuk Mengetahui Sanksi tidak melakukan pembukuan menurut uu bea cukai
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pembukuan

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 28, pembukuan adalah suatu proses pencatatan
yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi
harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan
laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
Terdapat beberapa metode umum dalam pembukuan yaitu sistem masukan-tunggal dan
berpasangan. Kedua sistem ini dapat dilihat sebagai pembukuan nyata. Sistem pembukuan
masukan-tunggal adalah sumber catatan pembukuan primer seperti buku kas. Hal ini sama
dengan daftar rekening koran dan menempatkan pendapatan dan pengeluaran ke berbagai akun
pendapatan dan pengeluaran.
Sistem tersebut bekerja hanya jika Anda bergerak dalam perusahaan kecil dengan volume
transaksi yang rendah. Sedangkan Sistem Berpasangan cocok untuk perusahaan berukuran besar
dan memiliki kompleksitas. Dengan sistem ini, Anda dapat membuat dua entri untuk setiap
transaksi. Debit dibuat ke satu akun dan sebuah kredit dibuat ke akun lainnya. Ini adalah kunci
dari sistem berpasangan. Bentuk pembukuan ini lebih baik daripada pembukuan masukan-
tunggal.

2.2 Istilah pembukuan

Dalam KUHD yang dimaksud pembukuan itu tidak dijelaskan. Pembukuan itu wajib
dilakukan oleh suatu perusahaan. Maka, dalam KUHD, pembukuan tidak dijumpai.
Pengertian KUHD diserahkan kepada Ahli Hukum dan yuresprudensi dengan
diserahkannya UU. No. 28/2007 tentang kekentuan umum perpajakan. Didalammnya
ditemukan pengertian pembukuan yakni pada pasal 1, butir 29 yaitu : “Pembukuan adalah
suatu proses pencatatan yangdilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban modal, penghasilan dan biaya serta
jumlah harga perolehan dan penyertaan barang atau jasayang ditutup dengan menyusung
laporan keuangan berupa neraca dan laba-rugi untuk periode tahun pajak tersebut”.

KUHD
1. Pasal 6 ayat (1) KUHD :
Pembukuan adalah Pencatatan tentang keadaan kekayaan dan segala kebutuhan perusahaan
yang menunjukkan hak dan kewajiban perusahaan.
2. Pasal 6 KUHD ayat 2 : Mewajibkan pengusaha membuat neraca, sehingga neraca ini
berdiri sendiri.
3. KUHD tidak menjelaskan apa neraca itu, maka dilihat dari kebiasaan di bidang
perusahaan.
4. Menurut Polak, neraca terdiri dari :
(a) Seluruh harta kekayaan beserta harganya dari masing-masing benda dan,
(b) segala utang-utang dan saldonya.
UU UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
• Pembukuan = Dokumen Keuangan
Pasal 3 menyatakan :
Dokumen keuangan terdiri dari catatan, bukti pembukuan, dan data pendukung
administrasi keuangan, yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usaha
suatu perusahaan.
Pasal 5 menyebutkan :
Catatan terdiri dari neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening, jurnal
transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisi keterangan mengenai hak dan kewajiban serta
hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.
UU No. 39 Tahun 2007 tentang Bea Cukai
1. Pembukuan = Pembukuan
2. Penjelasan pasal 16 ayat (1) :
“Pembukuan” adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi yang meliputi dan mempengaruhi keadaan harta, utang,
modal, pendapatan, dan biaya yang secara khusus menggambarkan jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang kemudian diikhtisarkan dalam laporan keuangan.
3. Juga dikenal istilah pencatatan, yang lebih sederhana dari pembukuan

2.3 Komponen pembukuan dan bentuk-bentuk pembukuan

1. Komponen pembukuan
Harta, laba bersih dan rugi bersih, keuntungan dan kerugian, hutang, harta bersih,
pendapatan,
2. Bentuk bentuk pembukuan
Laporan labarugi, buku besar, neraca, jurnal harian, laporan perubahan modal

2.4 Manfaat pembukuan dari sisi hukum dan ekonomi

A. Sisi hukum

1. Menunjukan hak dan kewajiban perusahaan dan jaminan bagi kreditur (pasal 1131 dan
1132 KUHPerdata).
2. Pembuktian.
3. Pasal 7 KUHD :”Hakim bebas untuk kepentingan masing-masing akan memberi kekuatan
bukti sedemikian rupa kepada pemegangan buku setiap pengusaha, sebagaimana menurut
pendapatnya dalam tiap-tiap kejadian khusus harus diberikannya.”
4. Pasal 11 UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan: “Kewajiban penyimpanan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak menghilangkan fungsi
dokumen yang bersangkutan sebagai alat bukti sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
ditentukan dalam ketentuan mengenai daluwarsa suatu tuntutan yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, atau untuk kepentingan hukum lainnya.”

B. Sisi ekonomi

1. Informasi bagi manajer untuk membuat keputusan bagi perusahaan.


2. Informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan tentang keadaan perusahaan.

C. Sifat pembukuan

Pembukuan perusahaan yang diperintahkan oleh pasal 6 KUHD bersifat RAHASIA.


Maksudnya Pembukuan bersifat rahasia dan hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan
menurut undang-undang antara lain:
1. Ahli waris (pengusaha) karena pembagian warisan.
2. Bagi yang turut berkepentingan dalam usaha bersama (yang melibatkan pihak kedua
dengan adanya kerja sama dengan perusahan lain).
3. Untuk pengurusan ke-validan dan melibatkan Bank ataupun kreditor.
4. Para kepentingan PERSERO yaotu yang turut dalam menanam modal ataupun saham.
5. Kuasa usaha yang langsung berkepentingan (menguasakan kepada pihak lain).
Perusahaan yang mengidentifikasikan siapa saja yang berkepentingan melihat
pembukuan.
Hal-hal yang membolehkan orang-orang melihat pembukuan antara lain :
a. Pembukuan (representation)
Yaitu dalam hal ini hanya diberikan kepada para pihak yang bersengketa di pengadilan dan
kepada hakim.
b. Pemberitaan (communication)
Merupakan suatu informasi yang disampaikan dalan pembukuan (khusus). Yang berhak
menuntut antara lain :
1. Pemilik perusahaan (pengusahaan).
2. Persero (orang yang ikut dalam usaha tersebut) atau bisa disebut dengan penyetor
modal.
3. Buruh.
4. Ahli waris pengusaha.

Namun kerahasiaan pembukuan tidak absolut (mutlak) karena KUHD memberi


kemungkinan penerobosan yaitu melalui pembukaan dan pemberitaan.

2.5 Pembukaan rahasia pembukuan

Pasal 8 KUHD :
(1) Sementara pemeriksaan perkara berjalan, Hakim pun berwenang atas permintaan atau karena
jabatannya, akan memerintahkan kepada kedua belah pihak masing-masing atau kepada satu
diantaranya supaya memperlihatkan terbuka akan buku-buku, surat-surat dan tulisan-tulisan yang
menurut pasal 6 ayat ketiga harus dibuat dan disimpan tadi, untuk diperiksa atau disuruh
mengambil petikannya seberapa banyak oleh hakim perlu ditimbangnya berhubung dengan soal
yang dipersengketakan.
(2) Tentang sifat dan isi daripada surat-surat yang diperlihatkannya, Hakim berhak mendengar
para ahli, baik dimuka sidang, maupun dengan cara seperti teratur dalam pasal 215 sampai
dengan 229 Reglemen acara Perdata.
(3) Hakim pun bebas pula, dalam hal perintahnya tidak diindahkan, dari kelalaian ini mengambil
kesimpulan yang menurut pendapatnya layak harus diambilnya :
• Proses pembukaan terjadi apabila ada sengketa.
• Yang memerintahkan adalah hakim.
• Hakim mendengar keterangan ahli yang memeriksa pembukuan.

2.6 Manfaat pembukuan dari sisi hukum dan ekonomi

Pasal 12

Tiada seorangpun dapat dipaksa akan memperlihatkan buku-bukunya, melainkan untuk


keperluan mereka yang langsung berkepentingan terhadap buku-buku itu sebagai waris,
sebagai yang berkepentingan dalam suatu persatuan, sebagai pesero, sebagai pengangkat
seorang pengurus atau wakil dan akhirnyapun dalam hal kepailitan.

• Pihak yang berkepentingan :


a. Ahli waris.
b. Sekutu atau persero.
c. Buruh yang berkepentingan terhadap perusahaan.
d. Orang yang berwenang mengangkat pengurus.
e. Kreditor dalam hal terjadi kepailitan.
Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT :
a. Pasal 66 mewajibkan perusahaan untuk membuat laporan keuangan yang harus
disampaikan kepada pemegang saham.
b. Pasal 66 Untuk PT yang diaudit memberitakan Neraca dan laporan R/L kepada Menteri
Keuangan.

2.7 Masa menyimpanan pembukuan

A. KUHD

Pasal 6 ayat (3) KUHD :


a. 30 tahun untuk pembukuan.
b. 10 tahun untuk surat-surat dan telegram.

B. UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

• Pasal 11 ayat (1) :


Catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, bukti pembukuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, dan data pendukung administrasi keuangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf a, wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak akhir
tahun buku perusahaan yangbersangkutan.

2.8 Sanksi Pidana Tidak Melakukan Pembukuan

a. Pasal 396 KUHP :


Pedagang yang sudah dinyatakan jatuh pailit ….dihukum karena pailit sederhana dengan
hukuman penjara satu tahun empat bulan : ….3e. Jika ia tak dapat menunjukkan dalam
keadaan baik dan lengkap buku-buku dan surat-surat keterangan tempat menuliskan catatan
menurut pasal 6 KUHD.
b. Pasal 397 KUHP :
Pedagang yang sedang dinyatakan jatuh pailit....dihukum karena pailit tipu, dengan
hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun jika ia dengan jalan menipu mengurangi hak
penagih utang : ....4e tidak mencukupi kewajibannya dalam mencatat segala sesuatu menurut
pasal 6 ayat (1) KUHD dan dalam penyimpanan dan penunjukkan buku, surat keterangan dan
surat lain .

2.9 Sanksi Tidak Melakukan Pembukuan Menurut UU Bea Cukai


a. Pasal 16 ayat (4) UU No. 39 Tahun 2007 tentang Bea Cukai : Pengusaha yang tidak
menyelenggarakan pembukuan berupa denda Rp 50.000.000,-
b. Pasal 16 B UU No. 39 Tahun 2007 tentang Bea Cukai : Sanksi bagi pengusaha yang
menyelenggarakan pembukuan TAPI tidak mengindahkan kriteria yang ditetapkan dalam
penyelenggaraan pembukuan berupa denda Rp 25.000.000,-.
c. Pasal 16 ayat (5) UU No. 39 Tahun 2007 tentang Bea Cukai : Sanksi bagi pengusaha
skala kecil yang tidak melakukan pencatatan berupa denda Rp 10.000.000,-.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hukum dagang
Terdapat peraturan-peraturan yang mengatur jalanya suatu aktivitas Yang tertulis dalam
KUHD yaitu pembukuan dimana didalam pembukuan hukum dagang terdapat manfaat guna
memperlancar dalam perdangan dan meminimalkan terjadinya problem dalam hukum dagang
pembukuan juga memiliki sifat yang bersifat rahasia sehingga hanya orang tertentu yan dapat
mengetahui pembukuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/05/01/makalah-hukum-dagang/.
www.dilmil-jakarta.go.id.
repository.unikama.ac.id.
Djoko Imbawani Atmadjaja, Hukum Dagang Indonesia, Stara Press, Malang, 2012
Muhamad Rizal, Hukum Bisnis suatu Pengantar, Widya Padjadjaran, LPBK-FISIP UNPAD,
Bandung

Anda mungkin juga menyukai