MAKALAH
HUKUM KONTRAK (PERJANJIAN)
OLEH:
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu,
penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik
iman maupun islam.
Elyaningsih Putri
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Hukum perjanjian merupakan bagian dari hukum perikatan yang telah lebih
luas cakupannya. Diluar ketentuan yang secara khusus mengatur mengenai
perikatan yang lahir dari perjanjian, selain ketentuan yang diatur dalam subjudul
“Bab III: Perikatan-Perikatan Yang Dilahirkan demi Undang-Undang”, ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam “Bab I: Perikatan-Perikatan Umumnya” dan “Bab IV:
Hapusnya Perikatan” berlaku juga bagi hukum perjanjian. Di samping itu, bagi
perjanjian-perjanjian khusus, maka ketentuan selanjutnya dalam Bab V hingga Bab
XVIII Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku bagi perjanjian-perjanjian
khusus tersebut.
Diluar itu, sesuai dengan ketentuan umum, yang diberikan dalam Pasal 1339
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa “perjanjian-
perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan
3|Hukum Kontrak
didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sfat perjanjian,
diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang”.
4|Hukum Kontrak
BAB II
PEMBAHASAN
5|Hukum Kontrak
hukum sedemikian rupa sehingga sebanyak mungkin menampilkan gambaran
keseluruhan yang terata dalam suatu ikhtisar, dan dalam hal ini maka pembentukan
suatu sistem total sebagai suatu yang ideal.
Menurut pendapat Kees Schuit suatu sistem hukum terdiri dari tiga unsur
yang memiliki kemandirian tertentu (memiliki identitas denganbatas-batas yang
relatif jelas) yang saling berkaitan, dan masing-masing dapat dijabarkan lebih
lanjut. Unsur-unsur yang mewujudkan sistem hukum itu adalah:
1. Unsur idiil, unsur ini terbentuk oleh sistem makna dari hukum yang
terdiri atas aturan-aturan, kaidah-kaidah, dan asas-asas. Unsur inilah
yang oleh para yuridis disebut “sistem hukum” bagi sistem sosiolog
hukum;
2. Unsur operasional, unsur ini terdiri atas keseluruhan organisasi-
organisasi dan lembaga-lembaga yang didirikan dalam suatu sistem
hukum. Yang termasuk kedalamnya adalah juga pada pengemban
jabatan, yang berfungsi dalam karangka suatu organisasi atau lembaga.
3. Unsur aktual, unsur ini adalah keseluruhan putusan-putusan dan
perbuatan-perbuatan konkrit yang berkaitan dengan sistem makna dari
hukum, baik dari para pengemban jabatan maupun dari para warga
masyarakat, yang di dalamnya terdapat sistem hukum itu.
6|Hukum Kontrak
2. Bisnis merupakan, suatu aktivitas dalam perdagangan;
3. Bisnis dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan;
4. Bisnis dilakukan baik oleh perorangna maupun perusahaan.
Sistem ekonomi yang sehat sering kali bergantung pada sistem perdagangan
yang sehat, sehingga masyarakat membutuhkanseperangkat aturan yang dengan
pasti dapat diberlakukan untuk menjamin terjadinya sistem perdagangan tersbut.
7|Hukum Kontrak
2.2 ASAS-ASAS HUKUM SEBAGAI LANDASAN
Asas hukum dapat diartikan sebagai suatu hal yang dianggap oleh masyarakat
hukum yang bersangkutan sebagai basic truth atau kebenaran asasi, sebab melalui
asas-asas hukum itulah pertimbangan etis dan sosial masyarakat masuk kedalam
hukum.
8|Hukum Kontrak
Asas ini menunjukan bahwa yang diutamakan perjanjian itu, kehendak dan
maksud kedua belah pihak secara bebas dan diperkenankan pihak-pihak itu dalam
membuat perjanjian bertentangan dengan undang-undang yang terdapat pada buku
III KUHPerd. Walaupun pihak-pihak dalam membuat telah berusaha selengkap-
lengkapnya dan sempurna, a kan tetapi manusia mempunyai kekurangan dan akan
ada saja kekurangan-kekurangan itu. Kekurangan isi perjanjian akan ditambah atau
dilengkapi dari pasal-pasal undang-undang yang terdapat pada buku III KUHPerd.
Bilamana antara para pihak telah diadakan sebuah persetujuan maka diakui
bahwa ada kebebasan kehendak diantara para pihak tersebut. Bahkan di dalam
kebebasan kehendak ini diasumsikan adanya suatu kesetaraan ekonomis antara para
pihak sering tidak ada. Dan jika kesetaraan antara para pihak tidak ada, maka
nampaknya tidak ada kebebasan untuk mengadakan kontrak.
9|Hukum Kontrak
telah dicapai secara lisan semata-mata. Ini berarti pada prinsipnyamengikat dan
berlaku sebagaiperikatan bagi parapihak yang berjanjitidak memerlukan formalitas.
Walau demikian, untuk menjaga kepentingan pihak debitor (atau yang
berkewajiban untuk memenuhi prestasi) tertentu, maka diadakanlah bentuk-bentuk
formalitas atau dipersyaratkan adanya suatu tindakan nyata tertentu.
Suatu perjanjia dikatakan sah, apabila memenuhi 4 syarat seperti yang telah
ditegaskan dalam pasal 1320 KUHPerdata, yang berbunyi:
Kebebasan bersepakat secara tegas dengan mengucapkan kata, seperti yang terjadi
antara penjual dengan pembeli, antara peminjam uang dengan yang meminjamkan,
antara penyewa dengan yang menyewakan rumah, semua dengan tawar-menawar
yang di ikuti dengan kesepakatan. Hal ini dapat terjadi dengan bertemunya pihak-
pihak kreditur dan debitur, melalui telepon ataupun dengan melalui perantara.
10 | H u k u m K o n t r a k
b. Secara Diam, baik dengan suatu sikap atau dengan isyarat.
Menurut pasal 1321 KUHPerdata yang berbunyi: “tiada sepakat yang sah
apabila sepakat itu diberikan karena unsur kekhilafan/kekeliruan (dwaling), atau
diperoleh nya dengan paksaan atau penipuan.”
Akibatnya perjanjian ini dapat dibatalkan dan tuntutan batal yang diberikan adalah
dalam jangka waktu 5 tahun. Sesuai dengan pasal 1454 KUHPerdata.
Kekeliruan terhadap barang, misalnya jual-beli sepatu tetapi sepatu yang diberikan
salah, karena barangnya sama dan yang berbeda ialah tahunnya.
Paksaan ialah paksaan terhadap badan (ffisik) dan paksaan terhadap jiwa (psikitis)
dan paksaan yang dilarang oleh Undang-Undang. Tetapi, dalam hal ini didalam
11 | H u k u m K o n t r a k
Undang-Undang ada unsur paksaan yang diizinkan oleh Undang-Undang , yakni
paksaan dengan alasan akan dituntut di muka hakim apabila pihak lawan tidak
memenuhi prestasi yng telah ditetapkan.
Penipuan merupakan salah satu alasan yang dapat merusak kespakatan. Apabila
terjadi suatu pihak dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar. Suatu
perjanjian yang mengandung salah satu usur paksaan, kekeliruan ataupun penipuan
dapa dituntut pembatalannya sampai batas jangka waktu 5 tahun seperti dimaksud
oleh pasal 1454 KUHPerdata.
Dalam pasal 1330 KUHPerdata itu terdapat epngertian tidak cakap hukum
mencakup 3 hal pokok, yaitu:
1. Orang dibawah umur, adalah orang yang belum kawin dan belum berumur
21 tahun.
2. Orang yang dibawah pengampunan (curatele), yaitu orang yang sudah
dewasa atau berusia 21 tahun tetapi tidak mampu karena;
- Pemabuk;
- gila; dan
- pemboros.
3. Wanita yang sedang mempunyai suami hilang kecakapannya, karena dia
harus mendampingi suami.
Ketiga hal ini, bila melakukan perjanjian tanpa izin dari yang mengawasinya maka
dikatakan perjanjian itu tercatat. Oleh karena itu, perjanjian itu dapat dibatalkan
oleh hakim, baik secara langsung ataupun melalui orang yang mengawasinya.
12 | H u k u m K o n t r a k
Jadi, terhadap perjanjian yang dibuat oleh orang-orag yang tidak cakap hukum
harus seizin pihak pengampunya (pengawasnya), yaitu:
- Izin orang tua atau wali bagi anak-anak yang belum cukup umur;
- Izin suami bagi isteri; dan
- Izin kurator (mengawasinya) bagi kurandus (orang yang diawasi).
Hal tertentu mengenai objek hukum benda itu oleh pihak-pihak ditegaskan di
dalam perjanjian megenai:
1. Jenis barang;
2. Kualitas dan mutu barang;
3. Buatan pabrik dan dari negara mana;
4. Buatan tahun berapa;
5. Warna barang;
6. Ciri khusus barang tersebut;
7. Jumlah barang; dan
8. Uraian lebih lanjut mengenai barang itu.
13 | H u k u m K o n t r a k
2.4.1 Kebatalan dan Pembatalan Perjanjian
Dalam perjanjian konsensualitas, seperti disebutkan di atas, keabsahannya
ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat yang di tentukan oleh
terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang yang
dalam hal ini Pasal 1320 KUHPerdata. Jika suatu perjanjian dibuat tersebut tidak
memenuhi salah satu atau lebih persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 1320
KUHPerdata, perjanjian tersebut menjadi tidak sah yang berarti perjanjian itu
terancam batal.
Suatu perjanjian dikatakan batal demi hukum jadi terjadi pelanggaran terhadap
syarat objektif dari sahnya suatu perjanjian. Keharusan akan adanya suatu hal
tertentu yang menjadi objek dalam perjajian ini dirumuskan Pasal 1332 sampai
dengan Pasal 1334 KUHPerdata mengenai hal tertentu mengenai perjanjian yang di
ikuti dengan Pasal 1335 sampai dengan Pasal 1336 KUHPerdata yang mengatur
mengenai rumusan sebab yang halal, yaitu sebab yang tidak dilarang oleh Undang-
Undang dan tidak berlawanan dengankesusilaan baik ketertiban umum.
14 | H u k u m K o n t r a k
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
15 | H u k u m K o n t r a k
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga di harapkan untuk para pembaca khususnya
bisa menganalisa permasalahan perjanjian-perjanjian yang berlaku menurut
KUHPerdata yang mengatur hukum perjanjian.
Ada pula bebrapa syarat yang diatur untuk menangani hukum perjanjian
tersebut, dan apa saja yang dapat membatalkan hukum perjanjian itu batal. Maka
dari itu semoga makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pembaca yang ingin
mengetahui ilmu hhukum perjanjian.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hay, Marhainis (Telah Di Stock Opname Tahun 2007). 1984. Hukum
Perdata Material: Jilid II. Jakarta: Pradnya Paramita.
Ibrahim, Johannes dan Lindawaty Sewu. 2005. Hukum Bisnis: Dalam Persepsi
Manusia Modern. Jakarta: Efika Aditama.
Widjaja Gunawan. 2005. Seri Hukum Bisnis: Hukum Perdata. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
16 | H u k u m K o n t r a k