Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM LMU EKONOMI

“Hukum Dagang “
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum dalam Ilmu
Ekonomi
Dosen Pengampu :
Dwidina Rahma Vitri, S.Ab, M.M

Disusun Oleh :
Nurul Novi Andini 6120122050

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
DHARNA NEGARA
BANDUNG
2023
Kata pengantar

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Tiada ucapan yang patut
dipersembahkan, selain ucapan syukur yang selalu menghampiri setiap aktivitas kehidupan.
Shalawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan suri tauladan yang baik serta telah memberikan kita petunjuk sehingga kita
senantiasa berada di jalan Allah SWT.
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi dengan
judul " Hukum Dagang ”, sehingga dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca
akan topik yang menjadi pembahasan dalam makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha dengan segenap kemampuan yang
semaksimal mungkin, sebagai pemula tentunya banyak kekurangan dan kesalahan, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.

Bandung, 16 Mei 2023

Penulis

i
Daftar isi

Kata pengantar..................................................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumus Masalah......................................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................2
Bab II Pembahasan..........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Hukum Dangang..................................................................................................3
2.2 Pengertian Hukum Dagang Menurut Para Ahli.....................................................................3
2.3 Sejarah Hukum Dagang.........................................................................................................3
2.4 Sumber – Sumber Hukum Dagang........................................................................................5
2.5 Tujuan dan Fungsi Hukum Dagang.......................................................................................5
2.6 Subjek Hukum Dagang..........................................................................................................6
Bab III Penutup................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................7
Daftar Pustaka..................................................................................................................................8

ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hukum perusahaan adalah semua peraturan hukum yang mengatur mengenai segala jenis usaha
dan bentuk usaha. Rumusan pengertian perusahaan terdapat dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-
Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (UWDP), perusahaan didefinisikan
sebagai setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-
menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan, dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.
Ruang lingkup dari Hukum Perusahaan ada pada lapangan Hukum Perdata (khususnya Hukum
Dagang) dan sebagian ada pada Hukum Administrasi Negara yang tercermin pada peraturan
Perundang-undangan di luar KUHPerdata dan KUHDagang. Namun apabila dilihat dari obyek
usaha dan tata perniagaannya, termasuk di dalam lapangan Hukum Perdata khususnya di bidang
hukum harta kekayaan yang mana di dalamnya terletak hukum dagang. Sedangkan apabila
dilihat dari kegiatan usahanya yang bergerak dalam kegiatan ekonomi pada umumnya, maka
hukum perusahaan ini termasuk pula dalam cakupan hukum ekonomi.
Sumber hukum utama hukum perusahaan adalah Kitab Undang- undang Hukum Dagang
(KUHD) yang merupakan lex specialis dari KUH Perdata. KUHDagang ini merupakan warisan
dari Hindia Belanda berupa Wetboek Van Koophandel (Wvk), yang berdasarkan asas
konkordansi (asas keselarasan) masih terus berlaku sampai ada peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia yang menggantikannya. 2 Persekutuan komanditer merupakan salah satu
bentuk dari perusahaan. Persekutuan Komanditer atau biasa disebut dengan CV (Commanditaire
Vennootschap) adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang di bentuk
antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung-menanggung bertanggung
jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak, dan satu orang atau lebih
sebagai pelepas uang (Geldschieter) pada pihak yang lain.3 Persekutuan Komanditer diatur
dalam Pasal 19 KUHDagang.
Berdasarkan Pasal 19 KUHDagang, persekutuan komanditer adalah “Persekutuan secara
melepas uang yang juga dinamakan persekutuan komanditer, didirikan antara satu orang
beberapa orang sekutu yang secara tanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu
orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain”.

1.2 Rumus Masalah


1. Apa itu Hukum Dagang
2. Bagaimana sejarah dari Hukum Dagang
3. Apa sumber Hukum Dagang
4. Apa tujuan dan fungsi Hukum Dagang
5. Apa saja subjek dari Hukum Dagang

1
1.3 Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Aspek Hukum dalam Ilmu Ekonomi . Adapun tujuan khusus dari makalah
adalah :
1. Untuk mengetahui definisi Hukum Dagang
2. Untuk mengetahui sejarah awal Hukum Dagang
3. Agar mengetahui sumber dari Hukum Dagang
4. Agar mengetahui tujuan dan fungsi dari Hukum Dagang
5. Agar mengetahui subjek dari Hukum Dagang

2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Hukum Dangang
Bisnis, atau perdagangan secara umum, adalah pekerjaan membeli barang di satu tempat atau
waktu dan menjual barang tersebut di tempat lain atau nanti untuk mendapatkan keuntungan.
Pengertian hukum dagang adalah ilmu yang mengatur hubungan antara satu pihak dengan pihak
lain dalam urusan dagang. Definisi lain adalah bahwa hukum dagang adalah seperangkat norma
yang timbul secara khusus dalam menjalankan bisnis atau beroperasinya suatu perusahaan.
Hukum dagang termasuk dalam kategori hukum perdata, khususnya hukum kontrak. Hal ini
disebabkan karena hukum dagang berkaitan dengan kegiatan orang-orang dalam urusan bisnis.
Oleh karena itu, hukum komersial bukan bagian dari hukum substantif.
Hukum dagang kemudian juga berlaku terhadap hak dan kewajiban antara para pihak dalam
urusan dagang. UU Ketenagakerjaan mengatur hal ini. Oleh karena itu, hukum dagang
ditempatkan pada hukum kontrak. Hukum kontrak adalah hukum yang mengatur kontrak untuk
hubungan bisnis secara khusus.

2.2 Pengertian Hukum Dagang Menurut Para Ahli


1. Menurut Achmad Ichsan, hukum dagang adalah hukum yang mengatur perdagangan dan
niaga. Dari menangani masalah yang muncul hingga mengatur masalah yang berkaitan
dengan perilaku manusia dalam bisnis dan perdagangan.
2. Menurut Purwosutjipto yang mengartikan hukum dagang sebagai pinjaman obligasi yang
diwujudkan dalam bidang niaga.
3. Menurut Sunaryati Hartono mendefinisikan hukum dagang sebagai hukum ekonomi dari
semua keputusan yang mengatur masalah kegiatan ekonomi.

2.3 Sejarah Hukum Dagang


Perkembangan hukum dagang di dunia terjadi antara tahun 1000 sampai 1500 di Eropa abad
pertengahan. Saat itu, bermunculan kota-kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, seperti
Genoa, Venesia, Marseille, Florence, dan Barcelona. Meskipun hukum Romawi (Corpus Iuris
Civilis) diatur, banyak masalah bisnis yang tidak dapat diselesaikan.
Oleh karena itu, dibentuklah hukum dagang (Hukum Koopman). Hukum niaga pada waktu itu
masih bersifat regional. Kodifikasi hukum dagang pertama kali ditulis di Perancis dengan nama
Ordonnance de Commerce pada masa pemerintahan Raja Louis XIV pada tahun 1673. Undang-
undang tersebut mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia bisnis, mulai dari
pedagang, bank, entitas komersial, sekuritas hingga kebangkrutan.
Pada tahun 1681 lahirlah kodifikasi hukum dagang lainnya dengan nama Ordonance de la
Marine. Pengkodean ini mencakup semua aspek perdagangan dan pelayaran, misalnya dalam
perdagangan maritim. Kedua undang-undang ini kemudian menjadi acuan lahirnya Code of
Commerce, sebuah undang-undang perdagangan baru yang mulai berlaku di Perancis pada tahun
1807. Kode Perdagangan berurusan dengan berbagai peraturan hukum yang muncul di bidang
perdagangan sejak Abad Pertengahan. Code of Commerce kemudian menjadi pendahulu hukum

3
dagang di Belanda dan Indonesia. Sebagai bekas jajahan Prancis, Belanda menerapkan Wetboek
van Koophandel, yang disesuaikan dengan Undang-Undang Dagang. Walaupun Wetboek van
Koophandel diterbitkan sejak tahun 1847, namun baru diberlakukan sejak 1 Mei 1848.
Kemudian Belanda menjajah Indonesia dan ikut serta dalam perkembangan hukum dagang di
Indonesia. Akhirnya muncul Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang diadaptasi
dari Wetboek van Koophandel yang kemudian menjadi salah satu sumber hukum dagang di
Indonesia.
Dalam sejarah hukum Romawi, hubungan antar warga negara diatur oleh corpus juris civilis,
yaitu Pekerjaan legislatif yang diprakarsai oleh Kaisar Justinian. sikap Undang-undang ini
mengatur hubungan keperdataan antara warga negara.
Pada saat yang sama, pergerakan penduduk terutama para pedagang dari satu tempat ke tempat
lain sangat cepat sehingga memunculkan kota-kota komersial di benua Eropa. Ketentuan corpus
juris civilis tidak lagi memadai untuk mengatur hubungan dagang antara masyarakat adat dan
pendatang. Oleh karena itu, hubungan antara pedagang diatur berdasarkan kebebasan berkontrak
dan putusan pengadilan niaga atau yurisprudensi. Pengusaha dan penduduk menggunakan ini
sebagai hukum umum dalam transaksi mereka.
Pada awal abad ke-19, Perancis mulai melakukan kodifikasi baik di bidang hukum. Hukum
Perdata (Civil Code) dan Hukum Dagang (Code of Commerce). Jika kita melihat lebih dekat
pada kedua kodifikasi tersebut, tampaknya kodifikasi yang dilakukan oleh Perancis tidak jauh
berbeda dengan kebiasaan yang berlaku di kalangan para pedagang, tetapi mereka mengikuti
adat yang ada sebagai hukum. Oleh karena itu, ketika Louis XIV berkuasa di Perancis, dia
meminta rekan-rekannya untuk mensistematisasikan ketentuan hukum dagang.
Hasil yang ditampilkan ditampilkan sebuah Undang-Undang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perintah Komersial Umum (Ordonnance De Commerce) tahun 1673.
b. Regulasi Perdagangan Maritim (Ordonnance De la Marina) tahun 1681.
c. Kode perdagangan (Code de Commerce) dibuat setelah Revolusi Perancis tahun 1789.
Kodifikasi hukum perdata Perancis (Code Civil) dan hukum dagang (Code de Commerce) tidak
jauh berbeda dengan kodifikasi Belanda, yaitu hukum perdata (Burgerlijk Wetboek) dan hukum
dagang (Wetboek van Koophandel). Ketika Belanda menjajah Indonesia, koloni mereka
didasarkan pada prinsip kerukunan ketentuan hukum Perancis, yaitu hukum pidana dan hukum
perdata.
Perubahan Bab I KUHD, dimana istilah hukum dagang tetap berbeda menemukan istilah yang
tidak tepat. Pernyataan ini didasarkan pada Undang-Undang Basah (Hukum Belanda) tanggal 2
Juli 1934, yang mencabut keseluruhan Bab I KUHD yang memuat Pasal 2 sampai 5 tentang
“pedagang dan kegiatan niaga” dan menggantinya dengan istilah “ perusahaan”. ‘, Istilah
“hukum perusahaan” lebih tepat.
Beberapa kesulitan yang disebabkan oleh pemformatan undang-undang ini adalah misal lainnya
yaitu:

4
a) Penjualan barang tetap yang sering terjadi dalam masyarakat tidak termasuk dalam
penjualan dalam pengertian KUHP.
b) Sangat sulit untuk menentukan apakah suatu perbuatan merupakan perbuatan dagang
menurut susunan KUHP atau bukan, dan apakah seseorang itu pedagang atau bukan.
c) Ketika ini terjadi, itu tidak ada dalam kontrak untuk salah satu pihak merupakan kegiatan
yang melanggar hukum, misalnya orang pribadi (private person) membeli sepeda di toko
sepeda.
Kesulitan inilah yang membawa regulator sebanyak mungkin penghapusan perbedaan hukum
antara kelas pedagang. Pada tahun 1934 misalnya terjadi amandemen Kitab Undang-undang
Hukum Dagang di Negeri Belanda yang berlaku efektif dengan tanggal Basah tanggal 2 Juli
1934 (Stb. 1934 No. 347), tetapi selain undang-undang ini tidak ada penjelasan resmi mengenai
istilah “kegiatan usaha dan korporasi”.
Selain itu, perubahan di Belanda yang berdasarkan asas kecocokan (lihat Pasal 75 R.R.), juga
dilakukan perubahan terhadap Stb 1938 di Indonesia Nomor 276.

2.4 Sumber – Sumber Hukum Dagang


Hukum dagang Indonesia tidak dibuat begitu saja, melainkan berdasarkan sumber-sumber. Ada
tiga jenis sumber hukum komersial yang dirujuk: undang-undang yang dikodifikasi, undang-
undang yang tidak dikodifikasi, dan hukum umum.
1) Dalam kodifikasi hukum tertulis yang menjadi acuan adalah hukum pidana yang terdiri
dari 2 buku dan 23 bab. KUHP memiliki 10 bab tentang bisnis secara umum dan 13 bab
tentang hak dan kewajiban. Sumber lain selain KUHD adalah Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) atau disebut juga Burgerlijk Wetboek (BW). Salah satu
bab dalam BW membahas tentang keterlibatan.
2) Hukum tertulis, yang tidak dikodifikasi, mengacu pada 4 undang-undang. Keempat UU
tersebut adalah UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, UU Pasar Modal No. 8 Tahun
1997, UU Perdagangan Berjangka Komoditi No. 32 Tahun 1997 dan UU No. 8 Tahun
1997 tentang Dokumen Perusahaan. Sumber hukum umum adalah pasal 1339 KUH dan
pasal 1347 KUH.
3) Hukum perniagaan berfungsi untuk mengatur dan melindungi perusahaan terhadap
berbagai resiko itu bisa terjadi nanti.

2.5 Tujuan dan Fungsi Hukum Dagang


Beberapa tujuan dari hukum dagang yang sah tercantum di bawah ini :
a) Memastikan berfungsinya mekanisme keamanan pasar secara efektif dan lancar.
b) Perlindungan terhadap berbagai usaha, khususnya usaha kecil Menengah (UKM).
c) Membantu meningkatkan sistem keuangan dan perbankan.
d) Memberikan perlindungan kepada pelaku ekonomi atau pelaku usaha.
e) Implementasi perdagangan yang aman dan adil untuk semua pedagang.
Hukum dibuat untuk menciptakan kehidupan yang aman, sistematis dan tenang, seperti hukum
dagang. Di bawah ini adalah beberapa peran fungsi hukum dagang:

5
a. Menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi para pebisnis.
b. Para pedagang belajar lebih banyak tentang hak dan kewajiban mereka selama kegiatan
perdagangan usaha agar usahanya tidak menyimpang dari peraturan dan ketentuan yang
tertulis dalam undang-undang.
c. Pengusaha lebih memahami hak dan kewajibannya dalam perusahaan bisnis.
d. Pemahaman tentang sikap dan perilaku bisnis atau transaksi yang adil, jujur, rasional,
sehat, dinamis dan justru karena sudah memiliki kepastian hukum.
Pembela hak dan kewajiban hukum yang menjadi hak orang sejak lahir sampai mati, dan orang-
orang hukum yang dengan sengaja diciptakan sebagai subjek hukum oleh hukum. Definisi kedua
menjelaskan bahwa badan hukum adalah setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban
sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuasaan hukum (Rechtsbevoegheid).

2.6 Subjek Hukum Dagang


Subjek hukum hukum dagang adalah:
1. Orang/Perorangan
Yang dimaksud dengan orang sebagai subjek hukum yaitu sebagai pribadi (natuurlijke persoon)
sebagai subjek hukum ia mempunyai hak dan dapat melaksanakan haknya yang ia jamin itu
hukum yang berlaku. Penikmatan hak sipil tidak tergantung pada hukum negara (Pasal 1
KUHPer). Seorang anak dalam kandungan wanita, dianggap lahir ketika kepentingan anak
sangat dibutuhkan, dan jika seorang anak meninggal pada saat lahir, dianggap tidak pernah ada
(Pasal 2 Kode sipil).
2. Badan hukum
Badan hukum adalah kumpulan orang atau badan hukum kumpulan badan hukum seperti
perseroan terbatas, koperasi berbadan hukum Nomor 25 Tahun 1992 dan lain-lain.
Dalam hukum dagang, yang menjadi subyek hukum adalah perseroan. Istilah lain dari
persekutuan usaha adalah korporasi, baik perorangan maupun badan hukum. Ada 8 jenis badan
usaha, yaitu:
a. Badan Usaha/Perusahaan Dagang (PD/UD)
b. Firma
c. Kemitraan Terbatas (CV)
d. Perseroan terbatas
e. Koperasi
f. Perusahaan
g. Sebuah perusahaan publik
h. induk perusahaan/grup

6
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
Hukum Dagang adalah serangkaian norma yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukan perdagangan yang bertujuan mendapatkan keuntungan.
Kodefikasi Hukum Perdata (Code Civil) dan Hukum Dagang (Code De Commerce) Prancis tidak
jauh berbeda dengan kodefikasi di Belanda, yaitu Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek) dan
Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel). Demikian juga pada waktu Belanda menjajah
Indonesia, maka di daerah jajahannya berdasarkan asas konkordasi diberlakukan ketentuan
hukum Prancis, yaitu KUHD dan KUH Perdata.
Sumber Hukum Dagang diantaranya adalah
a. Hukum tertulis yang dikodefikasikan yaitu:
1) KUH Perdata (khususnya buku III perihal perikatan),
2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
3) Peraturan-peraturan di bidang perdagangan di luar KUHD (koperasi, paten, merek, perum,
perjan, persero, perusahaan negara, dan lain-lain).
b. Hukum tertulis yang belum dikodefikasikan, yaitu peraturan-peraturan khusus yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan.
Subjek hukum dagang ada dua yaitu Manusia/individu (natuurlijke persoon) dan Badan Hukum
(Recht Person).

7
Daftar Pustaka

Hukum Dagang . (n.d.). Retrieved from ums.ac.id.

Marlian Sastro, S. M. (15). Hukum Dagang . Retrieved from unimal.ac.id.

Pandu. (2020). Pengertian Hukum Dagang . Retrieved from gramedia.com.

Anda mungkin juga menyukai