FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
ALUR PROSEDUR BERACARA PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
d. Persidangan
Dalam pemeriksaan persidangan ada dengan acara biasa dan acara cepat (Pasal 98 dan 99
UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004).Ketua Majelis/Hakim memerintahkan panitera
memanggil para pihak untuk pemeriksaan persidangan dengan surat tercatat. Jangka waktu
antara pemanggilan dan hari sidang tidak boleh kurang dari 6 (enam) hari, kecuali dalam hal
sengketa tersebut harus diperiksa dengan acara cepat. Panggilan terhadap pihak yang
bersangkutan dianggap sah, apabila masing-masing telah menerima surat panggilan yang
dikirim dengan surat tercatat.Surat panggilan kepada tergugat disertai sehelai salinan gugatan
dengan pemberitahuan bahwa gugatan itu dapat dijawab dengan tertulis. Apabila dipandang
perlu Hakim berwenang memerintahkan kedua belah pihak yang bersengketa datang
menghadap sendiri ke persidangan, sekalipun sudah diwakili oleh seorang kuasa.Dalam
menentukan hari sidang, Hakim harus mempertimbangkan jauh dekatnya tempat tinggal kedua
belah pihak dari tempat persidangan. Dalam pemeriksaan dengan acara biasa, Pengadilan
memeriksa dan memutus sengketa TUN dengan tiga orang Hakim, sedangkan dengan acara
cepat dengan Hakim Tunggal. Pengadilan bersidang pada hari yang ditentukan dalam surat
panggilan. Pemeriksaan sengketa TUN dalam persidangan dipimpin oleh Hakim Ketua Sidang.
Hakim Ketua Sidang wajib menjaga supaya tata tertib dalam persidangan tetap ditaati setiap
orang dan segala perintahnya dilaksanakan dengan baik. Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim
Ketua Sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum.
Apabila Majelis Hakim memandang bahwa sengketa yang disidangkan menyangkut
ketertiban umum atau keselamatan negara, persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum,
namun putusan tetap diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum.Dalam hal
penggugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan pada hari pertama dan pada hari yang
ditentukan dalam panggilan kedua tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, meskipun
setiap kali dipanggil dengan patut, gugatan dinyatakan gugur, dan penggugat harus membayar
biaya perkara. Setelah gugatan penggugat dinyatakan gugur, penggugat berhak memasukkan
gugatannya sekali lagi sesudah membayar uang muka biaya perkara.
Dalam hal tergugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan dua kali sidang berturut-
turut dan atau tidak menanggapi gugatan tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan
meskipun setiap kali telah dipanggil dengan patut, maka Hakim Ketua Sidang dengan surat
penetapan meminta atasan tergugat memerintahkan tergugat hadir dan atau menanggapi
gugatan. Dalam hal setelah lewat dua bulan sesudah dikirimkan dengan surat tercatat penetapan
tersebut tidak diterima berita baik dari atasan tergugat maupun dari tergugat, maka Hakim
Ketua Sidang menetapkan hari sidang berikutnya dan pemeriksaan sengketa dilanjutkan
menurut acara biasa, tanpa hadirnya tergugat.
Putusan terhadap pokok gugatan dapat dijatuhkan hanya setelah pemeriksaan mengenai
segi pembuktiannya dilakukan secara tuntas. Dalam hal terdapat lebih dari seorang tergugat
dan seorang atau lebih diantara mereka atau kuasanya tidak hadir di persidangan tanpa alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan, pemeriksaan sengketa itu dapat ditunda sampai hari
sidang yang ditentukan Hakim Ketua Sidang. Penundaan sidang itu diberitahukan kepada pihak
yang hadir, sedang terhadap pihak yang tidak hadir oleh Hakim Ketua Sidang diperintahkan
untuk dipanggil sekali lagi. Apabila pada hari penundaan sidang tersebut tergugat atau
kuasanya masih ada yang tidak hadir, sidang dilanjutkan tanpa kehadirannya. Pemeriksaan
sengketa dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang memuat jawaban oleh Hakim
Ketua Sidang dan jika tidak ada surat jawaban, pihak tergugat diberi kesempatan untuk
mengajukan jawabannya. Hakim Ketua Sidang memberikan kesempatan kepada kedua belah
pihak untuk menjelaskan seperlunya hal yang diajukan oleh mereka masing-masing.
Penggugat dapat mengubah alasan yang mendasari gugatannya hanya sampai dengan replik,
asal disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan kepentingan tergugat, dan hal tersebut
harus dipertimbangkan dengan seksama oleh Hakim. Tergugat dapat mengubah alasan yang
mendasari jawabannya hanya sampai dengan duplik, asal disertai alasan yang cukup serta tidak
merugikan kepentingan penggugat dan hal tersebut harus dipertimbangkan dengan seksama
oleh Hakim.
Eksepsi tentang kewenangan relatif Pengadilan diajukan sebelum disampaikan jawaban atas
pokok sengketa, dan eksepsi tersebut harus diputus sebelum pokok sengketa diperiksa. Eksepsi
lain yang tidak mengenai kewenangan Pengadilan hanya dapat diputus bersama dengan pokok
perkara.Demi kelancaran pemeriksaan sengketa, Hakim Ketua Sidang berhak di dalam sidang
memberikan petunjuk kepada para pihak yang bersengketa mengenai upaya hukum dan alat
bukti yang dapat digunakan oleh mereka dalam sengketa.
Ketentuan ini menunjukkan bahwa peranan hakim ketua sidang dalam proses pemeriksaan
sengketa TUN adalah aktif dan menentukan serta memimpin jalannya persidangan agar
pemeriksaan tidak berlarut-larut.
Oleh karena itu, cepat atau lambatnya penyelesaian sengketa tidak semata-mata bergantung
pada kehendak para pihak, melainkan Hakim harus selalu memperhatikan kepentingan umum
yang tidak boleh terlalu lama dihambat oleh sengketa itu.Hakim menentukan apa yang harus
dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian
diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan hakim. Pasal 107 UU
No.5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 mengatur ketentuan dalam rangka usaha
menemukan kebenaran materil. Berbeda dengan sistem hukum pembuktian dalam hukum acara
Perdata, maka dengan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam pemeriksaan tanpa
bergantung pada fakta dan hal yang diajukan oleh para pihak, Hakim Peratun dapat
menentukan sendiri :
1. Apa yang harus dibuktikan.
2. Siapa yang harus dibebani pembuktian hal apa saja yang harus dibuktikan oleh hakim
sendiri.
3. Alat bukti mana saja yang diutamakan untuk dipergunakan dalam pembuktian.
4. Kekuatan pembuktian bukti yang telah diajukan.
Alat bukti terdiri dari : Surat atau tulisan, Keterangan ahli, Keterangan saksi, Pengakuan para
pihak, Pengetahuan hakim. Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan.
Untuk kepentingan pemeriksaan dan apabila Hakim Ketua Sidang memandang perlu ia dapat
memerintahkan pemeriksaan terhadap surat yang dipegang oleh Pejabat TUN, atau pejabat lain
yang menyimpan surat, atau meminta penjelasan dan keterangan tentang sesuatu yang
bersangkutan dengan sengketa. Hakim Ketua Sidang dapat memerintahkan pula supaya surat
tersebut diperlihatkan kepada Pengadilan dalam persidangan yang akan ditentukan untuk
keperluan itu.
Apabila surat itu merupakan bagian dari sebuah daftar, sebelum diperlihatkan oleh
penyimpannya dibuat salinan surat itu sebagai ganti yang asli selama surat yang asli belum
diterima kembali dari pengadilan.Pemeriksaan saksi di persidangan dipanggil ke dalam ruang
sidang seorang demi seorang menurut urutan yang dipandang sebaik-baiknya oleh Hakim
Ketua Sidang. Saksi yang sudah diperiksa harus tetap di dalam ruang sidang kecuali jika hakim
ketua sidang menganggap perlu mendengar saksi yang lain di luar hadirnya saksi yang telah
didengar itu misalnya apabila saksi lain yang akan diperiksa itu berkeberatan memberikan
keterangan dengan tetap hadirnya saksi yang telah didengar.Atas permintaan salah satu pihak
atau karena jabatannya, Hakim Ketua Sidang dapat memerintahkan seorang saksi untuk
didengar dalam persidangan.Pejabat yang dipanggil sebagai saksi wajib datang sendiri di
persidangan. Biaya perjalanan pejabat yang dipanggil sebagai saksi di Pengadilan tidak
dibebankan sebagai biaya perkara.
Apabila saksi tidak datang tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan meskipun telah
dipanggil dengan patut dan hakim mempunyai cukup alasan untuk menyangka bahwa saksi
sengaja tidak datang, Hakim Ketua Sidang dapat memberi perintah supaya saksi dibawa oleh
polisi ke persidangan. Menjadi saksi adalah satu kewajiban hukum setiap orang. Orang yang
dipanggil menghadap sidang Pengadilan untuk menjadi saksi tetapi menolak kewajiban itu
dapat dipaksa untuk dihadapkan di persidangan dengan bantuan polisi. Seorang saksi yang
tidak bertempat tinggal di daerah hukum pengadilan yang bersangkutan tidak diwajibkan
datang di Pengadilan tersebut tetapi pemeriksaan saksi itu dapat diserahkan kepada Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman saksi. Ketua Pengadilan yang
mendelegasikan wewenang pemeriksaan saksi tersebut mencantumkan dalam penetapannya
dengan jelas hal atau persoalan yang harus ditanyakan kepada saksi oleh Pengadilan yang
diserahi delegasi wewenang tersebut.Dari pemeriksaan saksi tersebut dibuat berita acara yang
ditandatangani oleh Hakim dan Panitera Pengadilan yang kemudian dikirimkan kepada
Pengadilan yang memberikan delegasi wewenang di atas.
1). Pada setiap pemeriksaan, panitera harus membuat berita acara sidang yang memuat segala
sesuatu yang terjadi dalam sidang.
2). Berita acara sidang ditandatangani oleh hakim ketua sidang dan panitera. Apabila salah
seorang dari mereka berhalangan, maka hal itu dinyatakan dalam berita acara tersebut .Apabila
hakim ketua sidang dan panitera berhalangan menandatangani maka berita acara
ditandatangani oleh ketua pengadilan dengan menyatakan berhalangannya hakim ketua sidang
dan panitera tersebut.Apabila suatu sengketa tidak dapat diselesaikan pada suatu hari
persidangan, pemeriksaan dilanjutkan pada hari persidangan berikutnya. Lanjutan sidang harus
diberitahukan kepada kedua belah pihak, dan bagi mereka pemberitahuan ini disamakan
dengan panggilan. Dalam hal salah satu pihak yang datang pada hari persidangan pertama
ternyata tidak datang pada hari persidangan selanjutnya Hakim Ketua Sidang menyuruh
memberitahukan kepada pihak yang tidak hadir tentang waktu, hari, dan tanggal persidangan
berikutnya. (Pasal 95 UU No. 5 Tahun1986 jo UU No. 9 Tahun 2004).Dalam hal pemeriksaan
sengketa sudah diselesaikan, kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat yang terakhir berupa kesimpulan masing-masing.
e. Putusan
Setelah kedua belah pihak mengemukakan kesimpulan, maka Hakim Ketua Sidang
menyatakan bahwa sidang ditunda untuk memberikan kesempatan kepada Majelis Hakim
bermusyawarah dalam ruangan tertutup untuk mempertimbangkan segala sesuatu guna putusan
sengketa tersebut.Putusan dalam musyawarah majelis yang dipimpin oleh Hakim Ketua
Majelis merupakan hasil permufakatan bulat, kecuali setelah diusahakan dengan sungguh-
sungguh tidak dapat dicapai permufakataan bulat, putusan diambil dengan suara terbanyak.
Tidak diucapkannya putusan dalam sidang terbuka untuk umum mengakibatkan putusan
Pengadilan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.Putusan pengadilan harus memuat
dan memenuhi syarat sebagai berikut :
Tidak terpenuhinya salah satu ketentuan dalam syarat putusan tersebut, dapat menyebabkan
batalnya putusan Pengadilan.Dalam Pasal 97 ayat (7), (8), (9) UU No. 5 Tahun 1986 jo UU
No. 9 Tahun 2004 mengenai putusan yaitu :
(7) Putusan pengadilan dapat berupa :
a. Gugatan penggugat ditolak.
b. Gugatan penggugat dikabulkan.
c. Gugatan penggugat tidak diterima.
d. Gugatan penggugat gugur.
(8) Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan pengadilan dapat
ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Badan atau Pejabat TUN.
(9) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) dapat disertai pembebanan ganti rugi
berupa :
a. Pencabutan keputusan TUN yang bersangkutan atau
b. Pencabutan keputusan TUN yang bersangkutan dan penerbitan keputusan TUN yang
baru; atau
c. Penerbitan keputusan TUN dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3.
(10) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) dapat disertai pembebanan ganti rugi.
(11) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) menyangkut
kepegawaian, maka disamping kewajiban sebagaimana dimaksud dalam (9) dan ayat (10) dapat
disertai pemberian rehabilitasi.
Bagi pihak yang tidak sependapat dengan Putusan PTUN dapat mengajukan upaya hukum
banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) dalam tenggang waktu 14 hari
setelah putusan PTUN diberitahukan secara sah.
MENGAJUKAN GUGATAN DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Gugatan terhadap pejabat atau badan Tata Usaha Negara dapat diajukan apabila terdapat
sengketa Tata Usaha Negara, yaitu sengketa yang timbul karena dirugikannya kepentingan
seseorang atau suatu badan hukum akibat dikeluarkannya sutau putusan Tata Usaha Negara.
Gugatan itu diajukan secara tertulis dengan permintaan agar putusan Tata Usaha Negara itu
dinyatakan batal atau tidak sah. Agar gugatan itu diterima oleh Pengadilan Tata Usaha
Negara, maka gugatan itu harus memuat alasan antara lain:
Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang
berwenang, yaitu pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.
Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan masing-masing
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum, maka gugatan itu dapat diajukan kepada
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara. Jika tergugat tidak berada dalam satu daerah hukum dengan tempat
kedudukan penggugat, maka gugatan dapat juga diajukan ke pengadilan yang daerah
hukummnya meliputi tempat kediaman penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada
Pengadilan di daerah hukum tergugat.
Pengajuan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara hanya dapat dilakukan dalam tenggang
waktu 90 hari sejak diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara. Dalam gugatan itu harus dimuat identitas para pihak dan dasar gugatan. Apabila
gugatan diajukan oleh kuasa penggugat, maka gugatan itu harus disertai dengan surat kuasa –
atau tanpa surat kuasa asalkan pemberian kuasa itu dilakukan secara lisan di persidangan.
Selain surat kuasa, gugatan itu sedapat mungkin juga disertai Keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan.
Sebelum gugatan didaftarkan dalam daftar perkara oleh Panitera, terlebih dahulu penggugat
harus membayar uang muka biaya perkara. Setelah uang muka dibayarkan barulah gugatan
dapat dicatat dalam daftar perkara. Jika penggugat tidak mampu membayar uang muka biaya
perkara, penggugat dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Tata Usaha
Negara untuk bersengeketa dengan cuma-cuma pada saat penggugat mengajukan gugatannya.
Permohonan itu harus disertai dengan surat keterangan tidak mampu dari kepala desa atau lurah
tempat tinggal penggugat. Permohonan berperkara cuma-cuma itu harus diperiksa dan
ditetapkan lebih dulu sebelum pokok sengketanya diperiksa.
Dalam pemeriksaan di sidang Peradilan Tata Usaha Negara, alat bukti yang dapat diajukan
ialah meliputi surat atau tulisan, keterangan ahli, keterangan saksi, pengakuan para
pihak, dan pengetahuan Hakim. Suatu keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu
dibuktikan. Dalam pembuktian, hakim dapat menentukan apa yang harus dibuktikan, beban
pembuktiannya, serta penilaian terhadap bukti-bukti tersebut. Untuk sahnya pembuktian
diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan hakim.
Sebagai alat bukti, surat terdiri dari akta otentik, akta di bawah tangan, dan surat lainnya
yang bukan merupakan akta. Akta merupakan surat yang sengaja dibuat untuk kepentingan
pembuktian mengenai suatu perbuatan hukum tertentu yang diterangkan di dalamnya. Akta
otentik sebagai surat dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan berwenang membuatnya. Sebagai alat bukti perbuatan hukum,
akta otentik memiliki kekuatan bukti yang sempurna. Berlainan dengan akta otentik, akta
di bawah tangan merupakan surat yang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak pihak dan
bukan dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum. Surat-surat lainnya yang bukan akta
merupakan surat biasa yang dibuat tidak dengan maksud untuk dijadikan alat bukti mengenai
suatu perbuatan hukum tertentu – namun tetap dapat dijadikan sebagai alat bukti.
Keterangan ahli sebagai alat bukti adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah
dalam persidangan tentang sesuatu hal yang ia ketahui. Pengetahuan seorang ahli yang
memberi keterangan ahlinya itu diperolehnya berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya.
Keterangan ahli itu diberikannya di persidangan atas penunjukan oleh Hakim Ketua, baik atas
permintaan para pihak maupun karena jabatannya. Mereka yang tidak boleh didengar
keterangannya sebagai ahli adalah:
Keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau ke bawah
sampai derajat ke dua dari salah satu pihak yang bersengketa.
Isteri atau suami salah satu pihak yang bersengketa meskipun sudah bercerai.
Anak yang belum berusia tujuh belas tahun.
Orang yang sakit ingatan
Keterangan saksi merupakan alat bukti jika keterangan itu berkenaan dengan hal yang
dialami, dilihat, atau didengar sendiri oleh saksi. Sebuah rumor ataupun asumsi dari seorang
saksi bukanlah merupakan keterangan saksi yang dapat dijadikan alat bukti. Pengakuan para
pihak adalah apa yang para pihak akui mengenai suatu keadaan tertentu. Pengakuan itu tidak
dapat ditarik kembali kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh hakim,
sedangkan pengetahuan hakim sebagai alat bukti adalah hal yang olehnya diketahui dan
diyakini kebenarannya.
Proses dismissal merupakan proses penelitian terhadap gugatan yang masuk di Pengadilan Tata
Usaha Negara oleh Ketua Pengadilan. Dalam proses penelitian itu, Ketua Pengadilan dalam
rapat permusyawaratan memutuskan dengan suatu Penetapan yang dilengkapi dengan
pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu dinyatakan tidak diterima atau
tidak berdasar.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dan ditambah dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (dan untuk
memudahkan penyebutannya selanjutnya disebut UU PERATUN), dan juga di dalam
penjelasannya, istilah proses dismissal tidak dikenal, akan tetapi substansi dari makna tersebut
diatur dalam Pasal 62 UU PERATUN.
Istilah prosedur dismissal atau proses dismissal hanya dapat ditemui dalam keterangan
Pemerintah di hadapan siding paripurna DPR-RI yang mengantarkan RUU tentang Peradilan
Tata Usaha Negara yang disampaikan oleh Menteri Kehakiman Ismail Saleh, S.H., pada
tanggal 29 April 1986.
2. PROSES DISMISSAL
a. Prosedur dismissal dilaksanakan oleh Ketua dan dapat juga menunjuk seorang Hakim
sebagai reporteur (raportir).
b. Pemeriksaan dilaksanakan dalam rapat permusyawaratan (di dalam kamar Ketua) atau
dilaksanakan secara singkat.
c. Ketua Pengadilan berwenang memanggil dan mendengarkan keterangan para pihak
sebelum menentukan Penetapan Dismissal apabila dianggap perlu.
d. Penetapan Dismissal berisi gugatan dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dan
Penetapan tersebut ditandatangani oleh Ketua dan Panitera Kepala/Wakil Panitera. Wakil
Ketua Pengadilan dapat pula menandatangani Penetapan Dismissal dalam hal Ketua
Pengadilan berhalangan.
f. Dalam hal ada petitum gugatan yang nyata-nyata tidak dapat dikabulkan, maka
dimungkinkan ditetapkan dismissal terhadap bagian petitum gugatan tersebut (dismissal
parsial).
Alasan-alasan yang dapat dipakai untuk melakukan dismissal terhadap gugatan ditentukan
secara limitatif dalam Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986, yaitu :
Yang dimaksud dengan “pokok gugatan”, menurut penjelasannya adalah fakta yang dijadikan
dasar gugatan. Atas dasar fakta tersebut Penggugat mendalilkan adanya suatu hubungan
hukum tertentu, dan oleh karenanya mangajukan tuntutan.
Perlawanan terhadap Penetapan Dismissal diatur dalam Pasal 62 ayat (3), (4), (5) dan (6) UU
PERATUN, selengkapnya sebagai berikut :
(3) a. Terhadap Penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diajukan perlawanan
kepada Pengadilan dalam tenggang waktu 14 hari setelah ditetapkan ;
b. Perlawanan tersebut diajukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
56.
(4) Perlawanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diperiksa dan diputus oleh Pengadilan
dengan acara singkat.
Maksud diterapkannya acara singkat menurut Indroharto dalam Buku II hal. 149 adalah
:
1. Agar rintangan-rintangan yang mungkin terjadi untuk penyelesaian perkara secara cepat
terhadap sengketa TUN sedapat mungkin di singkirkan.
2. Cara yang sederhana dan singkat untuk menanggulangi arus masuknya perkara yang
sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk diproses sebagai gugatan di Pengadilan TUN.
(5) Dalam hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh Pengadilan, maka Penetapan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) gugur demi hukum dan pokok gugatan akan diperiksa,
diputus dan diselesaikan menurut cara biasa.
(6) Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat digunakan upaya hukum.
Isi perlawanan pada pokoknya menyatakan bahwa gugatan Penggugat telah sempurna atau
telah benar-benar sesuai dengan fakta-fakta yang didalilkan dalam gugatan, dan tidak
memenuhi ketentuan dalam Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986.
b. Putusan perlawanan terhadap Penetapan Dismissal tidak tersedia upaya hukum apapun
(vide Pasal 62 ayat 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986), baik upaya hukum biasa maupun
upaya hukum luar biasa.
c. Dalam hal pihak Pelawan mengajukan perlawanan, banding atau upaya hukum lainnya,
maka Panitera berkewajiban membuat Akta Penolakan Banding.
d. Nomor dalam perkara perlawanan adalah sama dengan Nomor gugatan asal dengan
ditambah kode PLW.
Untuk mengisi kekosongan hukum tersebut diatur dalam Surat Mahkamah Agung RI
No.224/Td.TUN/X/1993 tanggal 14 Oktober 1993 perihal JUKLAK yang dirumuskan dalam
Pelatihan Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Tahap III Angka VII.1, sebagai berikut :
1. Pemeriksaan gugatan perlawanan terhadap dismissal dilakukan oleh Majelis dalam sidang
yang terbuka untuk umum.
2. Pemeriksaan terhadap perlawanan atas Penetapan Dismissal tidak boleh sampai memeriksa
materi gugatan.
3. Dalam hal perlawanan ditolak, maka bagi Pelawan tidak tersedia upaya hukum. Dalam hal
perlawanan diterima, maka persidangan terhadap perkaranya dilakukan dengan acara biasa
oleh Majelis Hakim yang sama, dengan nomor perkara yang sama.
7. Dasar gugatan atau hal yang diminta untuk diputus dalam perlawanan adalah menjelaskan
mengenai mengapa Penetapan Dismissal Ketua dianggap tidak tepat menurut Pelawan, disertai
tuntutan agar Penetapan Dismissal Ketua dinyatakan tidak berdasar.
8. Jika diperlukan dalam gugatan perlawanan, Pelawan sendiri diminta hadir dalam
persidangan untuk didengar oleh Majelis perlawanan.
10. Pokok pemeriksaan yang dilakukan terhadap gugatan perlawanan oleh Majelis Hakim
perlawanan adalah :
a. Tepat tidaknya penetapan Ketua PTUN yang menyatakan gugatan tidak diterima atau tidak
berdasar.
b. Dengan demikian yang diuji adalah tepat tidaknya penggunaan salah satu atau lebih alasan
yang ditentukan dalam Pasal 62 huruf a sampai dengan huruf e UU PERATUN yang digunakan
sebagai dasar untuk mendismissal gugatan Penggugat oleh Ketua PTUN dengan menyatakan
gugatan tidak diterima atau tidak berdasar.
11. Dalam hal Penetapan Dismissal Ketua Pengadilan dibenarkan oleh Majelis Hakim
Perlawanan yang memutus gugatan perlawanan, maka putusannya harus disusun dalam bentuk
yang mengacu ketentuan Pasal 109, yaitu memuat :
1. Kepala Putusan yang berbunyi : “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
2. Nama, Jabatan, Kewarganegaraan, Tempat Kediaman atau Tempat Kedudukan para pihak
yang bersengketa.
6. Hari, tanggal putusan, nama Majelis yang memutus, nama Panitera, serta keterangan
tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.
Apabila pihak-pihak tidak hadir pada waktu putusan diucapkan, maka kepada Panitera
diperintahkan agar salinan putusan dikirimkan dengan surat tercatat kepada yang bersangkutan.
12. Akibat hukum apabila Penetapan Dismissal Ketua dibenarkan atau menurut pendapat
Majelis perlawanan gugatan perlawanan tidak berdasar atau tidak dapat diterima, maka
terhadap putusan Majelis perlawanan yang dilakukan dengan acara singkat tersebut tidak dapat
diajukan upaya hukum (vide Pasal 62 ayat 6). Akibatnya terhadap Penetapan Dismissal Ketua
Pengadilan menjadi berkekuatan hukum tetap seperti putusan akhir terhadap pokok
perkaranya.
6. PEMERIKSAAN DALAM PROSES DISMISSAL DAN UPAYA PERLAWANAN
DILAKUKAN DENGAN ACARA SINGKAT
Dalam Undang-Undang tidak diatur apa yang dimaksud dengan acara singkat. Undang-undang
tersebut hanya mengatur pemeriksaan dengan acara cepat yaitu dalam Pasal 98.
Cara pemeriksaannya dalam hal pemeriksaan dalam proses dismissal oleh Ketua, sesuai dengan
ratio legisnya seharusnya memang sangat singkat, yaitu pemutusannya hanya dilakukan dalam
rapat permusyawaratan Ketua Pengadilan tanpa ada proses antar pihak, dan tanpa dilakukan
pemeriksaan di muka persidangan.
Sedangkan yang dilakukan dalam proses pemeriksaan gugatan perlawanan oleh Majelis
perlawanan hanyalah menguji tepat tidaknya penggunaan Pasal 62 huruf a sampai dengan huruf
e Undang-Undang PERATUN oleh Ketua PTUN di dalam mendismissal gugatan.
CONTOH SURAT GUGATAN PTUN
PERMOHONAN GUGATAN
Nomor :
Lampiran : 5 lembar
Perihal : Gugatan
Kepada Yth,
Bapak Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara
Padang
Di-
Padang,...
Dengan Hormat,
Sebagi kuasa hukum:
……………………..…….NURUL SYAFUAN, SH., MM………………………………...….
Selaku Kuasa Hukum yang beralamat di : Jl. -----------------------------------------------------
Bertindak untuk dan atas nama:
…………………………….…....SURYA DHARMA……………………………………..
Umur:22 Tahun, Pekerjaan:Pengadilan Negeri, Agama:Islam, Alamat:Jl.Hamka No.24
Batusangkar.
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: 012/SKK/X/BL/2008 tertanggal 05 Oktober 2010.
Yang selanjutnya disebut:
……………………………….... PIHAK PENGGUGAT…………………………………….
OBJEK GUGATAN :
Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi objek gugatan adalah :
Sertifikat Hak Milik Nomor: M.886/Bj. Tahun 2008 tanggal 21 September 2008, luas 1.930
M2 atas nama YOLI MELTA.
PENUTUP
Berdasarkan uraian tersebut, Penggugat memohon kepada Pengadilan Tata Usaha Negara
Padang untuk memeriksa, memutus serta menyelesaikan berdasarkan hukum, keadilan dan
kebenaran, sebagai berikut:
1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2) Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang di terbitkan oleh
Tergugat (Kepala Dinas Pertahanan Kota Bukittinggi) berupa: Sertifikat Hak Milik Nomor
M.886.Bj tahun 2000 tanggal 21 september 2000, luas 1.930 m2 atas nama Yoli Melta, nya
dari daftar Register Buku Tanah yang bersangkutan;
4) Menghukum tergugat untuk mebayar biaya perkara yang timbul dalam sengketa Tata Usaha
Negara ini.
Hormat saya,
Nurul syafuan, SH., MM. (Penggugat)
Perihal : Gugatan
Kepada
Yth. Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang
di
Jl. Abdulrahman Saleh No. 89 Semarang - 50145
Dengan hormat,
Berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 20 Maret 2009 sebagaimana terlampir telah memberi kuasa
kepada :
OBYEK GUGATAN:
Keputusan Tata usaha Negara yang menjadi obyek sengketa adalah : Sertipikat Hak Milik Nomor :
2345/Kel. Sukoharjo, Kec. Sukoharjo, Kab. Sukoharjo, Prop. Jawa Tengah tercatat atas nama Sastro
Mulyono.
2. Bahwa karena pada saat itu tanah sengketa masih berupa Letter C Desa No. 543 atas nama Mulyo
Diharjo sebagaimana tercatat di Kantor Kelurahan Sukoharjo, Kec. Sukoharjo, Kab. Sukoharjo
maka belum bisa dilakukan balik nama ke atas nama Penggugat.
3. Bahwa karena masih berupa Letter C Desa maka antara Penggugat dengan Mulyo Diharjo baru
melakukan perikatan jual beli atas tanah sengketa dengan Akta Perikatan Jual Beli No. 03 tanggal
18 Agustus 2000 yang buat di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT Nur Zulaikah, S.H.
4. Bahwa selanjutnya tanah sengketa yang masih berupa letter C desa kemudian melalui PPAT Nur
Zulaikah, S.H. dilakukan pendaftaran ke Kantor Tergugat untuk bisa mendapatkan Sertifikat atas
tanah tersebut sebagai tanda bukti kepemilikan yang sah.
5. Bahwa permohonan pendaftaran tanah letter C Desa atas tanah sengketa tersebut oleh Tergugat
diterbitkanlah Sertifikat Hak Milik No. 2245 Kel. Sukoharjo,. Kec. Sukoharjo, Kabupaten
Sukoharjo atas nama Mulyo Diharjo seluas + 356 m2 tertanggal 23 Desember 2000 dengan
Gambar Situasi No. 1400/2000 tanggal 4 Desember 2000.
6. Bahwa dengan adanya sertifikat atas tanah sengketa tersebut Penggugat yang sebelumnya baru
melakukan perikatan jual maka Penggugat berkeinginan untuk ditingkatkan menjadi transaksi jual
beli kemudian Penggugat dan Muyo Diharjo melakukan transaksi jual beli di hadapan PPAT Nur
Zulaikah, S.H. sebagaimana tercatat di dalam Akta Jual Beli No. 20 tertanggal 27 Desember 2000.
7. Bahwa berdasarkan akta jual beli tersebut yang sebelumnya Sertifikat Hak Milik No. 2245 Kel.
Sukoharjo,. Kec. Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo atas nama Mulyo Diharjo seluas + 356 m2
tertanggal 23 Desember 2000 dengan Gambar Situasi No. 1400/2000 tanggal 4 Desember 2000
beralih nama menjadi atas nama Pengggugat.
8. Bahwa pada bulan Pebruari 2009 Penggugat bermaksud untuk menjaminkan tanah sengketa ke
salah satu bank swasta untuk memperoleh modal usaha yang dimiliki Penggugat. Namun alangkah
terkejutnya Penggugat, ternyata tanah pekarangan yang telah dibeli oleh Penggugat telah terbit
sertifikat baru atas nama orang lain. Dengan demikian telah terjadi sertifikat ganda atas satu bidang
tanah pekarangan, Sertifikat pertama, Sertifikat Hak Milik No. 2245 Kel. Sukoharjo, Kec.
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo atas nama Harno Semitro/Penggugat seluas + 356 m2 tertanggal
23 Desember 2000 dengan Gambar Situasi No. 1400/2000 tanggal 4 Desember 2000 dan sertifikat
kedua, Sertifikat Hak Milik No. 2345 Kel. Sukoharjo,. Kec. Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo atas
nama Sastro Mulyono seluas + 356 m2 tertanggal 15 Januari 2003 dengan Gambar Situasi No.
1213/2003 tanggal 17 Desember 2003.
9. Bahwa dengan terbitnya sertifikat yang kedua tersebut jelas-jelas sangat merugikan Penggugat
karena Penggugat tidak pernah menjual/ mengalihkan/membaliknama tanah sengketa kepada
siapapun atau pihak manapun.
10. Bahwa tindakan Tergugat menerbitkan sertifikat atas tanah sengketa dengan Sertifikat Hak Milik
No. 2345 Kel. Sukoharjo,. Kec. Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo atas nama Sastro Mulyono seluas
+ 356 m2 tertanggal 15 Januari 2003 dengan Gambar Situasi No. 1213/2003 tanggal 17 Desember
2003 adalah merupakan tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
serta melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagaimana dimaksud dalam pasal 53
ayat 2 huruf a dan b Undang-Undang No. 5 tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor : 9 tahun 2004
sehingga menimbulkan akibat kerugian bagi penggugat.
11. Bahwa karena tindakan Tergugat menerbitkan sertifikat atas tanah sengketa dengan Sertifikat Hak
Milik No. 2345 Kel. Sukoharjo,. Kec. Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo atas nama Sastro Mulyono
seluas + 356 m2 tertanggal 15 Januari 2003 dengan Gambar Situasi No. 1213/2003 tanggal 17
Desember 2003 merupakan tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang
berlaku dan melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik maka menurut hukum sertifikat
tersebut harus dibatalkan dan tidak mempunyai kekuatan hukum lagi serta dinyatakan tidak
berlaku.
12. Bahwa gugatan ini diajukan masih dalam tenggang waktu yang diperkenankan oleh undang-
undang karena keputusan obyek sengketa baru diketahui oleh penggugat pada tanggal 20 Pebruari
2006 dan diajukan kepada Pengadilan tata Usaha Negara yang berwenang, yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan tergugat.
13. Bahwa berdasarkan alasan-alasan serta segala uraian tersebut di atas, dengan disertai bukti-bukti
yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya, sesuai dengan asas kepatutan dan asas-asas
umum pemerintahan yang baik serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
penggugat melalui kuasa hukumnya mohon kepada Ketua Pengadilan tata Usaha Negara
Semarang untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut.
PRIMAIR :
2. Menyatakan batal atau tidak syah Sertipikat Sertifikat Hak Milik No. 2345 Kel. Sukoharjo,. Kec.
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo atas nama Sastro Mulyono seluas + 356 m2 tertanggal 15
Januari 2003 dengan Gambar Situasi No. 1213/2003 tanggal 17 Desember 2003 dengan batas-
batas:
- sebelah utara : Jalan
- sebelah timur : rumah Minto Pawiro
- sebelah selatan : rumah Muh. Ali
- sebelah barat : Jalan
3. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Keputusan tata usaha Negara berupa : Sertipikat
Sertifikat Hak Milik No. 2345 Kel. Sukoharjo,. Kec. Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo atas nama
Sastro Mulyono seluas + 356 m2 tertanggal 15 Januari 2003 dengan Gambar Situasi No.
1213/2003 tanggal 17 Desember 2003 dengan batas-batas:
- sebelah utara : Jalan
- sebelah timur : rumah Minto Pawiro
- sebelah selatan : rumah Muh. Ali
- sebelah barat : Jalan
4. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini.
SUBSIDAIR:
Mohon putusan seadil-adilnya dalam peradilan yang baik dan benar.