Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN

PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPANITERAAN

PERADILAN TATA USAHA NEGARA

I. KEPANITERAAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

A. TUGAS DAN FUNGSI KEPANITERAAN.

Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berfungsi


menyelenggarakan administrasi Perkara.

1. Melaksanakan Penerimaan Pendaftaran Gugatan, Pendaftaran Gugatan


Perlawanan dan Pendaftaran Sengketa Permohonan.

 Memproses Penerimaan Berkas Perkara Gugatan/Berkas Perkara


Permohonan

 Melakukan Penerimaan Pembayaran Panjar Biaya Perkara.

 Memberi Nomor Register Perkara pada setiap Gugatan/Permohonan.

 Melakukan penelitian administrasi mengenai segi-segi formal.

2. Menerima Permohonan Banding, Permohonan Kasasi, Permohonan


Peninjauan Kembali dan Permohonan Pengawasan Pelaksanaan
Eksekusi.

 Membuat Akta Permohonan Banding, Akta Permohonan Kasasi, Akta


Permohonan Peninjauan Kembali.

 Memberitahukan adanya Permohonan Banding, Permohonan Kasasi,


Permohonan Peninjauan Kembali.

 Penyampaian Memori/Kontra Memori Banding, Memori/Kontra Memori


Kasasi, Memori/Jawaban Memori Permohonan Peninjauan Kembali.

 Memberitahukan untuk membaca/memeriksa berkas (inzage).

 Mengirimkan Berkas yang dimohonkan Banding, Kasasi, Peninjauan


Kembali.

 Pemberitahuan Putusan Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali.

 Menerima dan memproses Pengawasan Pelaksanaan Eksekusi.

3. Bertanggungjawab atas Pengurusan Berkas Perkara Aktif, Putusan,


Surat Bukti, Dokumen, Akta Banding, Akta Kasasi, Akta Peninjauan
Kembali, Register Perkara, Pengelolaan Panjar Biaya Perkara, Surat-
Surat lain yang disimpan di Kepaniteraan Muda Perkara.
4. Mempersiapkan data untuk Laporan Bulanan, Laporan Perkara Aktif,
Laporan 3 (tiga) Bulanan, Laporan 4 (empat) Bulanan, Laporan 6 (enam)
Bulanan, Laporan Tahunan,

5. Pemungutan biaya-biaya pengadilan (PNBP) dan menyetorkannya ke


Kas Negara.

6. Menerima dan menyelesaikan Surat-Surat yang berkaitan dengan


perkara.

7. Melaksanakan tugas-tugas administrasi lainnya.

B. CARA DAN TEMPAT MENGAJUKAN GUGATAN.

a. Cara Mengajukan Gugatan.

Berdasarkan Ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang Undang Nomor: 5


Tahun 1986 menyatakan bahwa “Seseorang atau Badan hukum perdata
yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata
Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis ke Pengadilan yang
berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau direhabilitasi”.

Dengan demikian jelaslah bahwa gugatan yang diajukan ke Pengadilan


harus dalam bentuk tertulis karena gugatan itu akan menjadi pegangan
Pengadilan dan para pihak selama pemeriksaan. Bagi mereka yang tidak
baca tulis dapat mengutarakan keinginannya untuk menggugat kepada
Panitera Pengadilan yang akan membantu merumuskan gugatannya
dalam bentuk tertulis.

b. Tempat Mengajukan Gugatan.

Pasal 54 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986, dimana mensyaratkan


tentang petunjuk tempat bagi pihak Penggugat untuk mengajukan
gugatannya yang antara lain :

1. Gugatan Sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan


yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Tergugat.
2. Apabila Tergugat lebih dari 1 (satu) Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum
Pengadilan, gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara :
a. Dalam hal tempat kedudukan Tergugat tidak berada dalam satu
daerah hukum Pengadilan tempat kediaman Penggugat, maka
gugatan dapat diajukan ke Pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman Penggugat untuk selanjutnya
diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.

b. Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha


Negara yang bersangkutan diatur dengan Peraturan Pemerintah,
gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat.

c. Apabila Penggugat dan Tergugat berkedudukan atau berada di


luar negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.

d. Apabila Tergugat berkedudukan di dalam negeri dan Penggugat


di luar negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat
Tergugat.

c. Tenggang Waktu Mengajukan Gugatan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986


disebutkan bahwa Gugatan hanya dapat diajukan dalam tenggang waktu
90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterima atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara itu
oleh Penggugat. saat diterimanya haruslah dibuktikan dengan surat
tanda terima dari Keputusan yang bersangkutan oleh Penggugat.

Apabila peraturan dasar dari suatu Keputusan Tata Usaha Negara


disyaratkan agar Keputusan itu diumumkan, saat mulainya tengang
waktu untuk mengajukan gugatan itu adalah dihitung pada tanggal
diumumkannya Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan.

Jika Penggugat bukan pihak yang dituju oleh Keputusan Tata Usaha
Negara, tetapi ia merasa kepentingannya dirugikan dengan atau oleh
Keputusan Tata Usaha Negara tersebut, maka saat dimulainya tenggang
waktu untuk mengajukan gugatan dihitung sejak ia dianggap mengetahui
adanya Keputusan Tata Usaha Negara yang dirasa merugikan
kepentingannya.

II. ADMINISTRASI KEPANITERAAN

Penelitian Administrasi dilakukan oleh Kepaniteraan, merupakan tahap


pertama untuk memeriksa gugatan yang masuk dan telah didaftar serta
mendapat nomor register yaitu setelah Penggugat/kuasanya menyelesaikan
administrasinya dengan membayar uang panjar perkara. UU No. 5 Tahun 1986
jo UU No. 9 Tahun 2004 jo UU No. 51 Tahun 2009, tidak menentukan secara
tegas pengaturan tentang penelitian segi administrasi terhadap gugatan yang
telah masuk dan didaftarkan dalam register perkara di Pengadilan, akan tetapi
dari ketentuan Pasal 62 ayat (1) huruf b UU Peratun yang antara lain
menyatakan, Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 56
tidak terpenuhi oleh penggugat sekalipun ia telah diberitahukan dan
diperingatkan. Dalam Surat Edaran MA No.2/1991 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Beberapa Ketentuan Dalam UU Peratun diatur mengenai Penelitian
Administrasi :

1. Petugas yang berwenang untuk melakukan penelitian administrasi adalah


Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda Perkara sesuai pembagian tugas
yang diberikan.

2. Pada setiap surat gugatan yang masuk haruslah segera dibubuhi stempel
dan tanggal pada sudut kiri atas halaman pertama yang menunjuk
mengenai :

1. Diterimanya surat gugatan yang bersangkutan.

2. Setelah segala persyaratan dipenuhi dilakukan pendaftaran nomor


perkaranya setelah membayar panjar biaya perkara.

3. Perbaikan formal surat gugatan (jika memang ada).

4. Surat gugatan tidak perlu dibubuhi materai tempel, karena hal tersebut
tidak disyaratkan oleh UU.

5. Di dalam kepala surat, alamat kantor PTUN harus ditulis secara


lengkap termasuk kode posnya walaupun mungkin kotanya berbeda.

a. Identitas Penggugat harus dicantumkan secara lengkap dalam


surat gugatan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 56 UU
Peratun.

b. Untuk memudahkan penanganan kasus-kasus dan demi


keseragaman model surat gugatan harus disebutkan terlebih
dahulu nama dari pihak Penggugat pribadi (in person) dan baru
disebutkan nama kuasa yang mendampingi, sehingga dalam
register perkara akan tampak jelas siapa pihak-pihak yang
berperkara senyatanya.

c. Penelitian administrasi supaya dilakukan secara formal tentang


bentuk dan isi gugatan sesuai Pasal 56 dan tidak menyangkut segi
materiil gugatan. Namun dalam tahap ini Panitera harus
memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya dan dapat meminta
kepada pihak untuk memperbaiki yang dianggap perlu. Sekalipun
demikian, Panitera tidak berhak menolak pendaftaran perkara
tersebut dengan dalih apapun juga yang berkaitan dengan materi
gugatan.
6. Pendaftaran perkara dimasukkan dalam register setelah yang
bersangkutan membayar uang muka atau panjar biaya perkara yang
ditaksir oleh panitera sesuai Pasal 59 UU Peratun.

7. Dalam perkara yang diajukan melalui pos, panitera harus memberi tahu
tentang pembayaran uang muka kepada penggugat dengan diberi
waktu paling lama 6 (enam) bulan bagi Penggugat itu untuk memenuhi
dan kemudian diterima di Kepaniteraan Pengadilan, terhitung sejak
dikirimkannya surat pemberitahuan tersebut dan uang muka biaya
perkara belum diterima di Kepaniteraan, maka perkara Penggugat tidak
akan didaftar.

8. Walaupun gugatan yang dikirim melalui pos selama masih belum


dipenuhi pembayaran uang muka biaya perkara dianggap sebagai surat
biasa, akan tetapi kalau sudah jelas merupakan surat gugatan, maka
harus tetap disimpan di Kepaniteraan Muda Perkara dan harus dicatat
dalam Buku Bantu Register dengan mendasar pada tanggal
diterimanya gugatan tersebut, agar dengan demikian ketentuan
tenggang waktu dalam Pasal 55 tidak terlampaui.

9. Dalam hal Penggugat bertempat tinggal jauh dari PTUN dimana ia akan
mendaftarkan gugatannya, maka tentang pembayaran uang muka
biaya perkara dapat ditempuh dengan cara :

 Panjar biaya perkara dapat dibayarkan melalui PTUN mana


gugatan diajukan yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Ongkos
kirim ditanggung penggugat di luar panjar biaya perkara.

 Panjar biaya perkara dikirim langsung kepada PTUN dimana ia


mendaftarkan gugatannya.

10. a. Dalam hal suatu pihak didampingi kuasa, maka bentuk Surat Kuasa
Khusus dengan materai secukupnya, dan Surat Kuasa Khusus
yang diberi cap jempol haruslah dikuatkan (waarmerking) oleh
pejabat yang berwenang.

b. Surat Kuasa Khusus bagi pengacara/advokat tidak perlu dilegalisir.

c. Dalam pemberian kuasa dibolehkan adanya substitusi tetapi


dimungkinkan pula adanya kuasa insidentil.

d. Surat kuasa tidak didaftar, akan tetapi dicatat di Kepaniteraan


Muda Hukum.

11. Untuk memudahkan pemeriksaan perkara selanjutnya maka setelah


suatu perkara didaftarkan dalam register dan memperoleh nomor
perkara, oleh staf kepaniteraan dibuatkan resume gugatan terlebih
dahulu sebelum diajukan kepada Ketua Pengadilan, dengan bentuk
formal yang isinya pada pokoknya sebagai berikut :

a. Siapa subyek gugatan, dan apakah penggugat maju sendiri


ataukah diwakili oleh Kuasa.

b. Apa yang menjadi obyek gugatan, dan apakah obyek gugatan


tersebut termasuk dalam pengertian Keputusan TUN yang
memenuhi unsur Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986.

12. Apakah yang menjadi alasan-alasan gugatan, dan apakah alasan


tersebut memenuhi unsur Pasal 53 ayat 2 huruf a, b, dan c UU Peratun.

13. Apakah petitum atau isi gugatan, yaitu hanya pembatalan Keputusan
TUN saja, ataukah ditambah pula dengan tuntutan ganti rugi dan/atau
rehabilitasi.

Untuk penelitian syarat-syarat formal gugatan, Panitera atau staf


Kepaniteraan dapat memberikan catatan atas gugatan tersebut,

III. PROSEDUR PENERIMAAN PERKARA PADA PENGADILAN TATA USAHA


NEGARA

Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya


dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Tata Usaha Negara melalui Kepaniteraan Perkara, dengan tahapan
sebagai berikut :

A. Penerimaan Perkara Umum

1. Petugas Meja Satu menerima gugatan,dokumen yang perlu disertakan


dalam pendaftaran perkara gugatan sekurang-kurangnya adalah:

a. Gugatan bentuk hard-copy, (sekurang-kurangnya rangkap 7).

b. Surat kuasa khusus (bila Penggugat menguasakan kepada kuasa


hukum).

c. Fotokopi kartu advokat kuasa hukum yang bersangkutan serta


Berita Acara Sumpah Pelantikan Advokat;

d. Fotokopi surat Keputusan yang menjadi obyek sengketa, kecuali


apabila obyek sengketa berupa tindakan administrasi pemerintahan
atau objek sengketa tidak dikuasai oleh Penggugat;

e. Gugatan juga diserahkan dalam bentuk e-document yang terdiri


dari Soft-copy dalam format Word Office atau Richt Text Format
(RTF), bukan dalam bentuk PDF atau yang lain. Gugatan
mencantumkan alamat e-mail atau website; (soft-copy gugatan,
dengan format document: font Arial, ukuran 12, margin kiri 4 cm,
margin kanan 2 cm, margin atas 3 cm, margin bawah 3 cm, ukuran
kertas F4)

2. Petugas Meja Satu memeriksa kelengkapan dengan menggunakan


daftar periksa (check list)danjuga mencocokan dan memastikan data
dalam bentuk e-document dengan bentuk hard-copy-nya agar sama
dan meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa kelengkapannya
kepada Panitera Muda Perkara untuk menyatakan berkas telah
lengkap/tidak lengkap.

3. Panitera Muda Perkara mengembalikan berkas perkara yang belum


lengkap dengan melampirkan daftar periksa supaya Penggugat atau
Kuasanya dapat melengkapi kekurangannya.

4. Penggugat atau Kuasanya dapat membayar Panjar biaya perkara yang


telah ditetapkan dalam SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar), melalui
bank yang ditunjuk, kemudian bukti setor bank diserahkan kepada
kasir.

5. Kasir menandatangani dan membubuhkan stempel lunas pada SKUM


setelah menerima pembayaran, serta mencatat kedalam Buku Jurnal
Keuangan Perkara;

6. Gugatan yang telah ditandatangani oleh Panitera dan setelah dibubuhi


stempel oleh Petugas Meja Satu diserahkan kepada Penggugat /
Kuasanya.

7. Petugas Meja satu meng-input gugatan dalam SIPP

8. Petugas Meja Dua mencatat perkara yang diterima kedalam Register


Induk Perkara.

9. Panitera Muda Perkara setelah menerima berkas dari Petugas Meja I


membuat Resume bahwa syarat administrasi telah lengkap.

10. Panitera setelah menerima berkas perkara dari Panitera Muda Perkara
membuat resume gugatan sekurang-kurangnya berisi:

a. Apakah gugatan diajukan sendiri oleh Penggugat atau diwakili oleh


Kuasa Hukumnya?

b. Apakah gugatan masih dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh)


hari sesuai Pasal 55 UU Peratun?

c. Apakah alasan gugatan sesuai Pasal 53 ayat (2) UU Peratun?


d. Apakah gugatan telah memuat hal-hal yang ditentukan Pasal 56
UU Peratun?

e. Klasifikasi/Jenis Perkara TUN-nya.

11. Penyerahan berkas perkara kepada Ketua PTUN tidak lebih dari 3
(tiga) hari sejak perkara terdaftar;

12. Ketua PTUN meneliti apakah surat gugatan memenuhi syarat untuk
diperiksa (proses dismissal).

13. Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak perkara terdaftar, Ketua PTUN
memutuskan proses dismissal dengan membuat Penetapan;

14. Dalam hal lolos dismissal (gugatan dapat diperiksa), segera dibuat
Penetapan Penunjukan Majelis Hakim (PMH) yang akan memeriksa
perkara. Dalam hal tidak lolos dismissal, maka dibuat Penetapan Ketua
PTUN bahwa gugatan tidak dapat diterima;

15. Dalam tempo 14 (empat belas) hari Penggugat diberi kesempatan


mengajukan Perlawanan terhadap Penetapan Dismissal Ketua PTUN.
Dalam hal diajukan Perlawanan, Ketua PTUN menunjuk Majelis Hakim
untuk menyidangkan perkara Perlawanan tersebut.

16. Jika Perlawanan ditolak, tidak ada upaya hukum. Jika Perlawanan
dikabulkan, Ketua PTUN Menunjuk Majelis Hakim yang akan
memeriksa perkara dengan Acara Biasa;

17. Setelah Penetapan Majelis Hakim yang memeriksa perkara, Ketua


PTUN menyerahkan berkas ke Panitera untuk Penunjukan Panitera
Pengganti dan Jurusita Pengganti;

18. Meja Dua mencatat Penetapan Majelis Hakim dan Penunjukan Panitera
Pengganti dan Jurusita Pengganti kedalam Buku Register Induk
Perkara, kemudian berkas perkara diserahkan kepada Majelis Hakim
untuk disidangkan;

B. Penerimaan Perkara Khusus.

a. Perkara Informasi Publik ( Perma Nomor : 2 Tahun 2011, Tentang


Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Pengadilan).
1. Petugas Meja Satu menerima Surat Keberatan (Gugatan),
dokumen yang perlu disertakan dalam surat permohonan sekurang-
kurangnya adalah :

a. Surat Keberatan (Gugatan) dalam bentuk tertulis (hard-copy)


sekurang-kurangnya 5 (lima) rangkap dan secara elektronik
(soft-copy);
b. Surat kuasa khusus (bila Pemohon Keberatan menguasakan
kepada kuasa hukum).

c. Fotokopi kartu advokat kuasa hukum yang bersangkutan serta


Berita Acara Sumpah Pelantikan Advokat;

d. Tanda Bukti Penerimaan Putusan Komisi Informasi (pasal 4


ayat (2) Perma No. 2/2011);

e. Surat Keberatan (Gugatan) juga diserahkan dalam bentuk e-


document yang terdiri dari Soft-copy dalam format Word Office
atau Richt Text Format (RTF), bukan dalam bentuk PDF atau
yang lain. Gugatan mencantumkan alamat e-mail atau website;
(soft-copy gugatan, dengan format document: font Arial, ukuran
12, margin kiri 4 cm, margin kanan 2 cm, margin atas 3 cm,
margin bawah 3 cm, ukuran kertas F4).

2. Petugas Meja Satu memeriksa kelengkapan dengan menggunakan


daftar periksa (check list) dan juga mencocokan dan memastikan
data dalam bentuk e-document dengan bentuk hard-copy-nya agar
sama dan meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa
kelengkapannya kepada Panitera Muda Perkara untuk menyatakan
berkas telah lengkap/tidak lengkap.

3. Panitera Muda Perkara mengembalikan berkas perkara yang belum


lengkap dengan melampirkan daftar periksa supaya Pemohon
Keberatan atau Kuasanya dapat melengkapi kekurangannya.

4. Pemohon Keberatan atau Kuasanya dapat membayar Panjar biaya


perkara yang telah ditetapkan dalam SKUM (Surat Kuasa Untuk
Membayar), melalui bank yang ditunjuk, kemudian bukti setor bank
diserahkan kepada kasir.

5. Kasir menandatangani dan membubuhkan stempel lunas pada


SKUM setelah menerima pembayaran, serta mencatat kedalam
Buku Jurnal Keuangan Perkara;

6. Surat Permohonan Keberatan (Gugatan) yang telah ditandatangani


oleh Panitera dan setelah dibubuhi stempel oleh Petugas Meja Satu
diserahkan kepada Pemohon Keberatan / Kuasanya.

7. Petugas Meja satu meng-input Permohonan Keberatan dalam


SIPP.

8. Petugas Meja Dua mencatat perkara yang diterima kedalam


Register Induk Perkara.
9. Panitera Muda Perkara setelah menerima berkas dari Petugas
Meja I membuat Resume bahwa syarat administrasi telah lengkap.

10. Selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari kerja sejak keberatan


diregister di kepaniteraan pengadilan:

a. Panitera meminta Komisi Informasi yang memutus perkara


tersebut untuk mengirimkan salinan resmi putusan yang
disengketakan serta seluruh berkas perkaranya;

b. Panitera mengirimkan Surat Keberatan kepada Termohon


Keberatan agar memberikan jawaban;

11. Komisi Informasi wajib mengirimkan putusan dan berkas perkara


sebagaimana dimaksud dalam point (2) di atas ke Pengadilan
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak permintaan
diajukan (Pasal 6 ayat (2) Perma No. 2/2011);

12. Termohon keberatan menyerahkan jawaban sebanyak 5 rangkap


beserta soft copy kepada Panitera Pengadilan dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak keberatan diregister (Pasal 6 ayat (3) Perma No.
2/2011);

13. Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah berkas perkara lengkap


atau memenuhi tenggang waktu sebagaimana yang dimaksud point
(4) diatas, Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim untuk
mengadili perkara.

b. Perkara Gugatan Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bagi


Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. (Perma Nomor : 2 Tahun
2016 Tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Penetapan
Lokasi Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum).
1. Petugas Meja Satu menerima gugatan,dokumen yang perlu
disertakan dalam pendaftaran perkara gugatan sekurang-kurangnya
adalah:

a. Gugatan dibuat secara tertulis (hard-copy) sekurang-kurangnya


5 (lima) rangkap dan secara elektronik (soft-copy). Sistematika
gugatan harus berpedoman pada ketentuan Pasal 5 Perma No.
2/2016 Tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Penetapan
Lokasi Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum Pada Peradilan TUN;

b. Apabila dikuasakan, dengan membawa surat kuasa khusus dari


Penggugat kepada kuasanya, fotokopi Kartu Tanda Advokat
(KTA) kuasa hukum yang bersangkutan beserta Berita Acara
Sumpah advokat;

c. Fotokopi KTP atau identitas diri lain dalam hal Penggugat


perorangan, dan/atau fotokopi peraturan perundang-undangan
tentang pembentukan badan pemerintahan dalam hal pemohon
Badan Pemerintahan, fotokopi surat keterangan/bukti bahwa
kesatuan masyarakat hukum adat tersebut masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang
dalam hal pemohon kesatuan masyarakat hukum adat;

d. Fotokopi penetapan lokasi yang digugat, dalam hal Penggugat


telah memperoleh surat penetapan tersebut;

e. Fotokopi alat bukti surat untuk membuktikan Penggugat sebagai


pihak yang berhak atas objek pengadaan tanah;

f. Daftar calon saksi dan/atau ahli, dalam hal Pemohon bermaksud


mengajukan saksi dan/atau ahli;

g. Daftar bukti-bukti lain yang berupa informasi elektronik atau


dokumen elektronik, bila dipandang perlu.

h. Petugas Meja Satu memeriksa kelengkapan berkas, dan


meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa kelengkapannya
kepada Panitera melalui Panitera Muda Perkara dengan
melampirkan daftar periksa (check list).

2. Panitera melakukan penelitian administratif:

a. Apabila berkas belum lengkap, Panitera Pengadilan


memberitahukan kepada Pemohon tentang kelengkapan
Permohonan yang harus dipenuhi, dan Pemohon wajib
melengkapinya dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak diterimanya Pemberitahuan Kekurang-lengkapan Berkas;
apabila Pemohon tidak dapat melengkapinya dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari kerja, Panitera mengembalikan berkas
tersebut kepada Pemohon yang menyatakan bahwa
permohonan tersebut tidak diregistrasi dalam Buku Register
Gugatan dan diberitahukan kepada pemohon disertai dengan
pengembalian berkas permohonan. Permohonan dapat diajukan
kembali dengan permohonan baru disertai kelengkapan
permohonannya;
b. Apabila gugatan yang sudah lengkap dicatat dalam Buku
Register Perkara dan diberi nomor perkara;

3. Panitera memberikan bukti penerimaan gugatan;

4. Dalam hal gugatan telah dicatat dalam Buku Register Perkara tetapi
berkas perkara belum disampaikan kepada Ketua Pengadilan dan
gugatan dicabut oleh Penggugat, maka Panitera menerbitkan akta
pencabutan gugatan dan memberitahukan kepada Penggugat
disertai dengan pengembalian berkas gugatan;

5. Perkara yang sudah diregistrasi diserahkan kepada Ketua PTUN


untuk ditetapkan Majelis Hakim yang memeriksa pada hari yang
sama.

c. Perkara Gugatan Sengketa Proses Pemilihan Umum. (Perma Nomor


: 5 Tahun 2017 Tentang Sengketa Proses Pemilihan Umum).
1) Petugas pada Meja Satu menerima gugatan sekurang-kurangnya 8
(delapan) rangkap, dengan mencantumkan alamat e-mail dan no
telepon penggugat (Prinsipal dan Kuasa);.

2) Dokumen yang perlu disertakan dalam pendaftaran perkara


sekurang-kurangnya adalah:

a. Surat Gugatan;

b. Surat kuasa khusus dari Penggugat kepada kuasa hukumnya


(bila Penggugat menguasakan kepada kuasa hukum) atau
surat kuasa insidentil;

c. Fotokopi kartu advokat kuasa hukum yang bersangkutan serta


Berita Acara Sumpah Pelantikan Advokat;

d. Objek sengketa berupa keputusan KPU RI/KPU Propinsi,


Kabupaten/Kota harus memenuhi syarat pemeteraian dan di-
nazegelen di kantor pos.

e. Putusan Bawaslu/Panwaslu Propinsi,Kabupaten/Kota.

f. Data atau dokumen sebagaimana dimaksud dalam point (a) s/d


(e) juga diserahkan dalam bentuk elektronik;

3) Penggugat membayar jumlah uang panjar yang tercantum dalam


SKUM melalui bank yang ditunjuk, kemudian bukti setor bank
diserahkan kepada kasir PTUN, dengan ketentuan:

a. Para pihak mengisi E-SKUM;


b. Setelah panjar biaya perkara diterima, gugatan yang telah
dilengkapi SKUM diserahkan kepada kasir untuk dicatat dalam
jurnal yang bersangkutan;

c. Petugas pada meja kedua mencatat data perkara dalam Register


Induk Perkara;

d. Kasir mencatat uang panjar biaya perkara sebagaimana


tercantum dalam SKUM pada Jurnal Keuangan Perkara;

4) Petugas penerima berkas atau dokumen memeriksa kelengkapan


dengan menggunakan daftar periksa (check list) juga mencocokan
dan memastikan data dalam bentuk elektronik dengan bentuk
hardcopy-nya agar sama dan meneruskan berkas yang telah selesai
diperiksa kelengkapannya kepada Panitera Muda Perkara untuk
menyatakan berkas telah lengkap/tidak lengkap;

5) Berkas perkara yang telah lengkap diserahkan kepada Ketua PTUN


untuk ditetapkan Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut,
dan diserahkan kepada majelis hakim pada hari pendaftaran, paling
lambat pada hari berikutnya.

C. Penerimaan Perkara Permohonan.

a. Perkara Penilaian Unsur Penyalahgunaan Wewenang. (Perma


Nomor : 4 Tahun 2015 Tentang Pedoman Beracara Dalam Penilaian
Unsur Penyalahgunaan Wewenang)

1. Petugas Meja Satu menerima Permohonan Pemohon atau kuasanya


dengan membawa :

a. Surat permohonan secara tertulis (hard-copy) sekurang-kurangnya


5 (lima) rangkap dan secara elektronik (soft-copy), dengan
sistematika materi permohonan agar berpedoman pada Pasal 4
Perma No. 4/2015 Tentang Pedoman Beracara Dalam Penilaian
Unsur Penyalahgunaan Wewenang;

b. Apabila dikuasakan, dengan membawa surat kuasa khusus dari


Pemohon serta fotokopi Kartu Anggota Advokat kuasa hukum yang
bersangkutan beserta Berita Acara Sumpah advokat, atau surat
kuasa insidentil;

c. Fotokopi keputusan dan/atau peraturan perundang-undangan


pembentukan Badan Pemerintah yang bersangkutan dalam hal
pemohon badan pemerintahan; dan/atau fotokopi KTP atau
identitas diri lain, Keputusan pengangkatan jabatan pemohon pada
saat keputusan dan/atau tindakan pemohon yang dimohonkan
penilaian itu diterbitkan dan/atau dilakukan, dalam hal pemohon
pejabat pemerintahan;

d. Fotokopi keputusan yang dimohonkan penilaian dan hasil


pengawasan aparat pengawas internal pemerintahan serta fotokopi
bukti surat atau tulisan yang berkaitan dengan alasan permohonan;

e. Dalam hal keputusan yang dimohonkan penilaian dan hasil


pengawasan aparat pengawas internal pemerintahan berbentuk
keputusan elektronik disertakan cetakan (print-out) dari keputusan
berbentuk elektronik tersebut;

f. Daftar calon saksi dan/atau ahli, dalam hal Pemohon bermaksud


mengajukan saksi dan/atau ahli;

g. Daftar bukti-bukti lain yang berupa informasi elektronik atau


dokumen elektronik, bila dipandang perlu.

2. Petugas Meja Satu memeriksa kelengkapan berkas, dan meneruskan


berkas yang telah selesai diperiksa kelengkapannya kepada Panitera
melalui Panitera Muda Perkara dengan melampirkan daftar periksa
(check list);

3. Panitera melakukan penelitian administratif:

a. Apabila berkas belum lengkap,Panitera Pengadilan memberitahukan


kepada Pemohon tentang kelengkapan Permohonan yang harus
dipenuhi, dan Pemohon wajib melengkapinya dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Pemberitahuan Berkas
Tidak Lengkap;

b. Apabila pemohon tidak dapat melengkapi berkas dalam waktu paling


lama 7 (tujuh) hari kerja, Panitera mengembalikan berkas tersebut
kepada pemohon yang menyatakan bahwa permohonan tersebut
tidak diregistrasi dalam Buku Register Permohonan disertai dengan
pengembalian berkas permohonan. Permohonan dapat diajukan
kembali dengan permohonan baru disertai kelengkapan
permohonannya;

c. Apabila berkas permohonan dinilai telah lengkap, berkas


permohonan dinyatakan diterima dengan memberikan tanda terima
berkas setelah membayar panjar biaya perkara melalui bank yang
ditentukan;

d. Dalam hal permohonan telah dicatat dalam Buku Register perkara


dan dicabut oleh pemohon, panitera menerbitkan akta pencabutan
permohonan dan diberitahukan kepada pemohon disertai dengan
pengambalian berkas permohonan;

e. Berkas perkara yang telah lengkap diserahkan oleh Panitera kepada


Ketua PTUN paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak berkas
permohonan tersebut diregistrasi untuk ditetapkan Majelis Hakim
yang memeriksa perkara tersebut;

f. Ketua PTUN menetapkan susunan Majelis Hakim yang memeriksa


permohonan tersebut paling lambat 2 (dua)hari kerja sejak berkas
perkara diterima oleh Ketua PTUN.

b. Perkara Permohonan Guna Mendapatkan Keputusan dan/atau


Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintahan. (Perma Nomor : 8
Tahun 2017 Tentang Pedoman Beracara Untuk Memperoleh
Putusan Atas Penerimaan Permohonan Guna Mendapatkan
Keputusan dan/atau Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintahan).

1. Petugas Meja Satu menerima Permohonan Pemohon atau


kuasanya dengan membawa :

a. Surat Permohonan secara tertulis (hard-copy) sekurang-


kurangnya 5 (lima) rangkap dan secara elektronik (soft-copy).
Sistematika materi permohonan Pemohon agar berpedoman
pada Pasal 2 Perma No. 8/2017 Tentang Pedoman Beracara
Untuk Memperoleh Permohonan Guna Mendapatkan Keputusan
dan/atau Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintahan;

b. Apabila dikuasakan, dengan membawa Surat Kuasa Khusus dari


Pemohon kepada kuasanya serta fotokopi kartu anggota advokat
kuasa hukum yang bersangkutan beserta Berita Acara Sumpah
advokat, atau surat kuasa insidentil;

c. Fotokopi KTP atau identitas diri lain dalam hal Pemohon orang
perorangan; dan/atau Fotokopi peraturan perundang-undangan
tentang pembentukan Badan Pemerintahan dalam hal pemohon
Badan Pemerintahan;

d. Bukti surat atau tulisan yang berkaitan dengan permohonan yang


sudah diterima lengkap oleh termohon;

e. Daftar calon saksi dan/atau ahli, dalam hal Pemohon bermaksud


mengajukan saksi dan/atau ahli;

f. Daftar bukti-bukti lain yang berupa informasi elektronik atau


dokumen elektronik, bila dipandang perlu.
2. Petugas Meja Satu memeriksa kelengkapan berkas,
dan meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa
kelengkapannya kepada Panitera melalui Panitera Muda Perkara
dengan melampirkan daftar periksa (check list).

3. Panitera melakukan penelitian administratif:

a. Apabila berkas belum lengkap,Panitera Pengadilan


memberitahukan kepada Pemohon tentang kelengkapan
Permohonan yang harus dipenuhi, dan Pemohon wajib
melengkapinya dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak diterimanya pemberitahuan kekurang-lengkapan Berkas;

b. Apabila pemohon tidak dapat melengkapi berkas dalam waktu


paling lama 7 (tujuh) hari kerja, Panitera mengembalikan berkas
tersebut kepada pemohon yang menyatakan bahwa
permohonan tersebut tidak diregistrasi dalam Buku Register
Permohonan disertai dengan pengembalian berkas
permohonan. Permohonan dapat diajukan kembali dengan
permohonan baru disertai kelengkapan permohonannya;

c. Apabila berkas permohonan dinilai telah lengkap, berkas


permohonan dinyatakan diterima dengan memberikan Akta
Penerimaan Berkas Perkara yang ditandatangani oleh Panitera
setelah membayar panjar biaya perkara melalui bank yang
ditentukan;

d. Dalam hal permohonan yang telah dicatat dalam Buku Register


Perkara kemudian dicabut oleh pemohon, maka Panitera
menerbitkan Akta Pencabutan Permohonan dan diberitahukan
kepada pemohon disertai dengan pengembalian berkas
permohonan;

e. Berkas perkara yang telah lengkap diserahkan oleh Panitera


kepada Ketua PTUN pada hari Permohonan tersebut
diregistrasi untuk ditetapkan Majelis Hakim yang memeriksa
perkara tersebut;

f. Ketua PTUN menetapkan susunan Majelis Hakim yang


memeriksa Permohonan tersebut pada hari itu juga sejak
berkas perkara diterima oleh Ketua PTUN.

D. Pendaftaran Perkara Banding

1. Permohonan banding diajukan oleh Pembanding ke Panitera Muda


Perkara melalui Meja Satu;
2. Panitera Muda Perkara meneliti apakah permohonan banding diajukan
masih dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan
diucapkan atau diberitahukan secara sah kepada pihak yang tidak hadir
dalam pembacaan putusan. Apabila hari ke-14 (empat belas) jatuh pada
hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke-14 (empat
belas) jatuh pada hari kerja berikutnya.

3. Panitera Muda menghitung biaya perkara banding yang terdiri dari:

a. Biaya pencatatan pernyataan banding (PNBP);

b. Biaya ATK;

c. Biaya Pemberitahuan (BP) :

1. BP akta banding;

2. BP memori banding;

3. BP kontra memori banding;

4. BP untuk mempelajari berkas bagi pembanding;

5. BP untuk mempelajari berkas bagi terbanding;

6. BP putusan bagi Pembanding;

7. BP putusan bagi Terbanding;

8. BP panggilan para pihak apabila ada pemeriksaan tambahan;

9. PNBP angka 1 s/d 8;

d. Ongkos pengiriman berkas;

e. Biaya-biaya tersebut dituangkan dalam SKUM yang dibuat oleh


Panitera Muda Perkara dan disetorkan oleh pembanding ke bank yang
ditunjuk;

f. SKUM dibuat dalam rangkap tiga:

a. Lembar pertama untuk pemohon;

b. Lembar kedua untuk kasir;

c. Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas permohonan;

4. Kasir setelah menerima pembayaran, menanda-tangani dan


membubuhkan cap stempel lunas pada SKUM, membukukan panjar
biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal
keuangan banding dan buku kas bantu;

5. Biaya banding untuk Pengadilan Tinggi TUN ditetapkan oleh Ketua


Pengadilan Tinggi TUN;
6. Apabila biaya banding telah dibayar lunas, maka Pengadilan wajib
membuat akta pernyataan banding dan mencatat permohonan banding
tersebut dalam Register Induk Perkara dan Register Banding;

7. Permohonan banding dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari kalender


harus diberitahukan kepada lawannya, tanpa perlu menunggu
diterimanya memori banding;

8. Tanggal penerimaan memori dan kontra memori banding harus dicatat


dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Permohonan
Banding, kemudian salinannya disampaikan kepada masing-masing
lawannya dengan membuat relaas pemberitahuan/penyerahannya;

9. Sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN, selambat-


lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan banding dicatat,
Panitera harus diberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk
mempelajari/memeriksa berkas perkara (inzage) dan dituangkan dalam
relaas pemberitahuan inzage;

10. Selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari sesudah


permohonan banding dicatat, berkas banding berupa bundel A dan B
harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN;

11. Biaya perkara banding untuk Pengadilan Tinggi TUN harus disampaikan
melalui bank Pemerintah yang telah ditentukan, dan tanda bukti
pengiriman uang harus dikirim bersamaan dengan pengiriman berkas
yang bersangkutan;

12. Pencabutan permohonan banding diajukan kepada Ketua PTUN dan


ditandatangani oleh Pembanding (apabila pencabutan banding dilakukan
oleh kuasa harus diketahui oleh prinsipal dan demikian pula sebaliknya)
dan diberitahukan kepada pihak lawan;

13. Pencabutan permohonan banding yang berkasnya belum dikirim ke


Pengadilan Tinggi TUN, dibuatkan akta pencabutan banding dan
berkasnya tidak dikirimkan ke Pengadilan Tinggi TUN;

14. Pencabutan permohonan banding yang berkasnya sudah dikirim ke


Pengadilan Tinggi TUN, Panitera harus segera mengirimkan
Permohonan pencabutan banding ke Pengadilan Tinggi TUN, disertai
akta pencabutan yang ditanda-tangani oleh Panitera;

E. Pendaftaran Perkara Kasasi

1. Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda Perkara sebagai


petugas pada Meja Satuyang menerima pendaftaran terhadap
permohonan kasasi;
2. Permohonan kasasi dapat diajukan di kepaniteraan PTUN dalam waktu
14 (empat belas) hari kalender sesudah putusan Pengadilan Tinggi
TUN diberitahukan kepada para pihak. Apabila hari ke-14 (empat belas)
jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke-
14 (empat belas) jatuh pada hari kerja berikutnya;

3. Permohonan kasasi yang tidak memenuhi syarat-syarat formal atau


permohonan kasasi terhadap perkara TUN yang objek gugatannya
berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya
berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan, dinyatakan tidak dapat
diterima dengan Surat Keterangan Ketua PTUN atau Ketua Pengadilan
Tinggi TUN sebagai Pengadilan tingkat pertama, dan berkas
perkaranya tidak dikirimkan ke MA. Namun permohonan tersebut tetap
dicatat oleh Petugas yang bertanggung jawab untuk menerima
pendaftaran permohonan kasasi ke dalam Register Perkara Kasasi
(Pasal 45A UU MA);

4. Ketua PTUN menetapkan panjar biaya perkara kasasi yang dituangkan


dalam SKUM, yang diperuntukkan :

a. Biaya pencatatan pernyataan kasasi (PNBP);

b. Biaya Proses pencatatan permohonan kasasi pada pengadilan


pengaju dengan peruntukan :

Biaya Pemberitahuan (BP) :

1. BP pernyataan kasasi;

2. BP memori kasasi;

3. BP kontra memori kasasi;

4. BP amar putusan kasasi kepada pemohon;

5. BP amar putusan kasasi kepada termohon;

c. Besarnya biaya kasasi yang ditetapkan oleh Ketua MARI ditambah


biaya pengiriman dikirimkan melalui bank ke rekening MA;

d. Biaya pengiriman berkas perkara ke MA;

5. SKUM dibuat dalam rangkap tiga :

a. Lembar pertama untuk pemohon;

b. Lembar kedua untuk Kasir;

c. Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas perkara;


6. Menyerahkan SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar
uang panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir PTUN melalui
bank yang ditunjuk;

7. Kasir setelah menerima pembayaran menandatangani dan


membubuhkan stempel lunas pada SKUM;

8. Pernyataan kasasi dapat diterima apabila panjar biaya perkara kasasi


yang ditentukan dalam SKUM telah dibayar lunas;

9. Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara sebagaimana


tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan perkara;

10. Apabila panjar biaya kasasi telah dibayar lunas, maka Pengadilan pada
hari itu juga wajib membuat akta pernyataan kasasi yang dilampirkan
pada berkas perkara dan mencatat permohonan kasasi tersebut dalam
Register Induk Perkara TUN dan Register Permohonan Kasasi;

11. Panitera PTUN memberitahukan permohonan kasasi kepada pihak


lawan selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah
permohonan kasasi terdaftar;

12. Pemohon kasasi wajib menyerahkan memori kasasi ke kepaniteraan


PTUN selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender terhitung
sejak keesokan hari setelah pernyataan kasasi. Apabila hari ke-14
(empat belas) jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka
penentuan hari ke-14 (empat belas) jatuh pada hari kerja berikutnya;

13. Panitera wajib memberikan tanda terima atas penerimaan memori


kasasi, dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kalender salinan memori kasasi tersebut disampaikan kepada pihak
lawan;

14. Termohon kasasi berhak mengajukan surat jawaban (kontra memori


kasasi) di kepaniteraan PTUN selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari kalender sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi;

15. Terhadap permohonan kasasi yang diajukan melampaui tenggang


waktu tersebut diatas tetap dicatat dan Panitera membuat surat
keterangan bahwa permohonan kasasi telah lewat waktu;

16. Dalam waktu 65 (enam puluh lima)hari sejak permohonan kasasi


diajukan, berkas kasasi berupa bundel A dan B harus sudah dikirim ke
MA;

17. Biaya permohonan kasasi untuk MA harus dikirim oleh Pemohon


melalui bank BNI Syariah 0179179175 atas nama Kepaniteraan MA
dan bukti pengirimannya dilampirkan dalam berkas perkara yang
bersangkutan;

18. Tanggal penerimaan memori dan kontra memori kasasi harus dicatat
dalam Buku Register Induk Perkara TUN dan Register Permohonan
Kasasi;

19. Fotokopi relaas pemberitahuan putusan MA wajib dikirim ke MA;

20. Pencabutan permohonan kasasi diajukan kepada Ketua MA melalui


Ketua PTUN yang ditandatangani oleh Pemohon kasasi. Apabila
pencabutan permohonan kasasi diajukan oleh kuasanya, maka harus
diketahui oleh prinsipal demikian pula sebaliknya;

21. Pencabutan permohonan kasasi harus segera dikirim oleh Panitera


PTUN ke MA disertai akta pencabutan permohonan kasasi yang
ditandatangani oleh Panitera PTUN;

22. Pengajuan kasasi untuk perkara informasi publik mengacu kepada


Perma No. 2/2011 Tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik di Pengadilan dan perkara penetapan lokasi
pembangunan untuk kepentingan umum mengacu kepada Perma No.
2/2016 Tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Penetapan Lokasi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pada Peradilan TUN.

F. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali

1. Permohonan peninjauan kembali harus diajukan sendiri oleh para pihak


yang berperkara, atau ahli warisnya, atau seorang wakilnya yang
secara khusus dikuasakan untuk itu;

2. Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda Perkara sebagai


petugas pada Meja Satu yang menerima pendaftaran terhadap
permohonan peninjauan kembali;

3. Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan dalam waktu 180


(seratus delapan puluh) hari kalender, dalam hal:

a. apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu


muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus
atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana
dinyatakan palsu, adalah sejak diketahui kebohongan atau tipu
muslihat atau sejak putusan hakim pidana memperoleh kekuatan
hukum tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang
berperkara;
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang
bersifat menentukan (novum) yang pada waktu perkara diperiksa
tidak dapat ditemukan, adalah sejak ditemukan surat-surat bukti,
yang hari serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah
sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang;

c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari
pada yang dituntut, atau apabila mengenai sesuatu bagian dari
tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya,
dan apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim
atau suatu kekeliruan yang nyata, adalah sejak putusan
memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada
para pihak yang berperkara;

d. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang


sama, atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau
sama tingkatnya telah diberikan putusan yang bertentangan satu
dengan yang lain, adalah sejak putusan yang terakhir dan
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara;

4. Permohonan peninjauan kembali yang diajukan melampaui tenggang


waktu, tidak dapat diterima dan berkas perkara tidak perlu dikirimkan ke
MA dengan Penetapan Ketua PTUN. Apabila hari ke 180 jatuh pada
hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke 180 jatuh
pada hari kerja berikutnya;

5. Panjar biaya perkara peninjauan kembali dituangkan dalam SKUM,


terdiri:

a. Biaya perkara peninjauan kembali yang telah ditetapkan oleh


Ketua MA,(PNBP);

b. Biaya proses pencatatan pada pengadilan pengaju dengan


peruntukan :

Biaya Pemberitahuan (BP) berupa :

1. BP pernyataan peninjauan kembali dan alasan peninjauan


kembali;

2. BP penyampaian salinan putusan kepada Pemohon


peninjauan kembali;

3. BP penyampaian amar putusan kepada Termohon peninjauan


kembali;
4. Biaya pengiriman berkas;

6. SKUM dibuat dalam rangkap tiga:

1. Lembar pertama untuk pemohon;

2. Lembar kedua untuk kasir;

3. Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas permohonan;

7. Panitera Muda Perkara sebagai Petugas Meja Satu menyerahkan


SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar uang panjar
yang tercantum dalam SKUM kepada kasir PTUN melalui bank yang
ditunjuk;

8. Kasir setelah menerima pembayaran menandatangani dan


membubuhkan stempel lunas pada SKUM;

9. Permohonan peninjauan kembali dapat diterima apabila panjar yang


ditentukan dalam SKUM telah dibayar lunas;

10. Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara sebagaimana


tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan perkara;

11. Apabila panjar biaya peninjauan kembali telah dibayar lunas, maka
Panitera PTUN pada hari itu juga wajib membuat akta pernyataan
peninjauan kembali yang dilampirkan pada berkas perkara dan
mencatat permohonan peninjauan kembali tersebut dalam Register
Induk Perkara dan Register Peninjauan Kembali;

12. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas)hari, Panitera PTUN


wajib memberitahukan tentang permohonan peninjauan kembali
kepada pihak lawannya, dengan memberikan/mengirimkan salinan
permohonan peninjauan kembali beserta alasan-alasannya kepada
pihak lawan;

13. Jawaban/tanggapan atas alasan peninjauan kembali harus telah


diterima di kepaniteraan PTUN selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
sejak alasan peninjauan kembali disampaikan kepadanya;

14. Jawaban/tanggapan atas alasan peninjauan kembali yang diterima di


kepaniteraan PTUN harus dibubuhi cap, hari dan tanggal
penerimaannya yang dinyatakan di atas surat jawaban tersebut oleh
Panitera PTUN;

15. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima jawaban tersebut,
berkas peninjauan kembali berupa bundel A dan B harus dikirim ke
MA;
16. Fotokopi relaas pemberitahuan putusan MA agar dikirim ke MA;

17. Pencabutan permohonan peninjauan kembali diajukan kepada Ketua


MA melalui Ketua PTUN yang ditandatangani oleh Pemohon
peninjauan kembali. Apabila diajukan oleh kuasanya harus diketahui
oleh prinsipal. Dalam hal permohonan peninjauan kembali sudah
dicabut, tidak dapat diajukan lagi;

18. Pencabutan permohonan Peninjauan Kembali harus segera dikirim oleh


Panitera PTUN ke MA dengan disertai akta pencabutan yang
ditandatangani oleh Panitera PTUN.

19. Permohonan PK atas putusan fiktif positif disesuaikan dengan


ketentuan PK sebagaimana diatur dalam UU MA.

G. Pelaksanaan ( Eksekusi ) Putusan Pengadilan.

Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang


dapat dilaksanakan atau dieksekusi.

Adapun tata cara melaksanakan/mengeksekusi Putusan Pengadilan


dalam hal ini diatur dalam pasal 116 ayat (1) sampai dengan ayat (6) yang
menyatakan bahwa :

1. Salinan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum


tetap, dikirimkan kepada para pihak dengan surat tercatat oleh Panitera
Pengadilan setempat atas perintah Ketua Pengadilan yang mengadilinya
dalam tingkat pertama selambat-lambatnya dalam waktu empat belas hari.

2. Dalam hal empat bulan setelah Putusan Pengadilan yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap dalam ayat (1) dikirimkan, Tergugat
tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam pasal
97 ayat (9) huruf a. Maka Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.

3. Dalam hal Tergugat ditetapkan harus melaksanakan kewajibannya


sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat (9) huruf b dan c, dan
kemudian setelah tiga bulan ternyata kewajiban tersebut tidak
dilaksanakannya, maka Penggugat mengajukan permohonan kepada
Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), agar
Pengadilan memerintahkan Tergugat melaksanakan Putusan Pengadilan
tersebut.

4. Jika Tergugat masih tetap tidak mau melaksanakannya, Ketua Pengadilan


mengajukan hal ini kepada Instansi atasannya menurut jenjang jabatan.
5. Instansi atasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dalam waktu dua
bulan setelah menerima pemberitahuan dari Ketua Pengadilan harus
sudah memerintahkan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
melaksanakan Putusan Pengadilan tersebut.

6. Dalam hal Instansi atasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), tidak
mengindahkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), maka
Ketua Pengadilan mengajukan hal ini kepada Presiden sebagai
pemegang kekuasaan pemerintah tertinggi untuk memerintahkan pejabat
tersebut melaksanakan Putusan Pengadilan tersebut.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai