DAN
UPAYA HUKUM PERLAWANAN
Oleh:
Dr. Enrico Simanjuntak, S.H., M.H.1
1. PENDAHULUAN
1
Hakim PTUN Jakarta. Disampaikan bagi para mahasiswa FH UI yang mengadakan kunjungan di
PTUN Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2021.
2
Sengketa TUN khusus seperti sengketa proses Pemilu, sengketa pengadaan tanah untuk
kepentingan umum, sengketa pengujian ada tidaknya penyalahgunaan wewenang berdasarkan
Peraturan Mahkamah Agung terkait dikecualikan untuk menempuh dismissal proses pada tahap
pendaftaran gugatan.
-2-
2. PROSEDUR DISMISSAL
3
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perubahan Tentang Perubahan Kedua No. 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, UU. No. 51 Tahun 2009 (LNRI tahun 2009 No. 160, TLN No. 5079)
4
Secara kontekstual arti dismissal ini dapat dimaknai sebagai proses penyaringan suatu gugatan
apakah memenuhi syarat formal atau tidak. Secara harafiah dan umum artinya jika diartikan dari bahasa
Inggris dapat diartikan sebagai “pemecatan” atau “pembubaran”.
5
Beberapa karakteristik hukum acara Peradilan TUN dalam perkembangannya telah diadopsi
dan dimodifikasi oleh hukum acara badan Peradilan lain maupun lembaga-lembaga yang menjalankan
fungsi ajudikasi semi yudisial. Beberapa mekanisme yang diatur dalam hukum acara Peradilan TUN
seperti Pemeriksaan Persiapan diadopsi oleh MK menjadi Pemeriksaan Pendahuluan. Selain itu dalam
perkara Pemilukada, lembaga Dismissal Proses diadopsi oleh MK maupun oleh Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP) dalam tata cara pelaporan pengaduan ke lembaga tersebut. Selanjutnya,
konsep Hakim Ad Hoc yang semula diatur pertama kali di Peradilan TUN kini diterapkan di berbagai jenis
pengadilan (Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Hubungan
Industrial, Pengadilan Perikanan) dan lain sebagainya.
6
Lihat juga Check-List bagi pemeriksaan perkara di PTUN sebagai pedoman di dalam memeriksa
perkara-perkara sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana tertuang dalam Juklak No.
62/Td./TUN/IV/1993 Perihal Check-List Bagi Pemeriksaan Perkara di PTUN tertanggal 4 April 2003.
-3-
7
Enrico Simanjuntak, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Transformasi dan Refleksi
(Jakarta: Sinar Grafika, 2018), hlm. 260
8
Ibid.
-4-
Menurut Tri Cahya Indra Permana, filosofi dari diaturnya proses dismissal di
dalam hukum acara Peradilan TUN adalah untuk menunjukan bahwa UU Peradilan
Negara tidak hanya berusaha untuk melindungi masyarakat dari tindakan badan/atau
Pejabat TUN yang bertentangan dengan hukum, namun juga melindungi Badan
dan/atau Pejabat TUN dari tindakan masyarakat yang tidak bertanggung-jawab dengan
asal mengajukan gugatan yang tidak memenuhi kriteria-kriteria pendaftaran gugatan,
sehingga Badan dan/atau Pejabat TUN dapat berkonsentrasi dalam menjalankan
pekerjaannya tidak terganggu untuk melayani gugatan yang tidak memenuhi kriteria-
kriteria pendaftaran gugatan9. Sedangkan menurut Ronny E. Saputro, lembaga dismissal
prosedur masih layak untuk dipertahankan keberadaannya di masa yang akan datang
dengan mengacu pada cita-cita mewujudkan asas peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan dan guna memenuhi asas kepastian hukum.10
Alasan-alasan yang dapat dipakai untuk melakukan dismissal terhadap gugatan
ditentukan secara limitatif dalam Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e UU
Peradilan TUN, yaitu:
a. Pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam
wewenang Pengadilan.11
b. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak
dipenuhi oleh Penggugat sekalipun ia telah diberitahu dan
diperingatkan;12
9
Tri Cahya Indra Permana, Refleksi Perkembangan Hukum Administrasi Negara (Bandar
Lampung: Pusaka Media, 2017), hlm. 98.
10
Roni Erry Saputro, “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dismissal Prosedur Serta Eksistensinya Dalam
Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara”, Tesis Magister Hukum (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada, 2012).
11
Yang dimaksud dengan “pokok gugatan”, menurut penjelasannya adalah fakta yang dijadikan
dasar gugatan. Atas dasar fakta tersebut Penggugat mendalilkan adanya suatu hubungan hukum
tertentu dan oleh karenanya mengajukan tuntutannya.
12
Pasal 56 UU Peradilan TUN:
(1) Gugatan harus memuat:
a. nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat, atau kuasanya;
b. nama, jabatan, dan tempat kedudukan tergugat;
c. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan.
-5-
(2) Jika diperlukan, Ketua Pengadilan dapat memanggil para pihak berperkara
untuk dimintai keterangan lebih lanjut atas gugatan yang didaftarkan;
(3) Setelah mempelajari berkas perkara dan setelah mendengar keterangan para
pihak (jika diperlukan), Ketua Pengadilan dapat menetapkan gugatan lolos
dismissal proses atau sebaliknya tidak lolos dismissal proses;
3.1 Jika penetapan tersebut berisi tentang gugatan tidak lolos dismissal
proses, penetapan ini dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk
umum dan pihak penggugat diberitahu haknya untuk dapat mengajukan
perlawanan;
3.2 Jika gugatan lolos dismissal proses, dibuatkan penetapan lolos namun
tidak dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum, melainkan cukup
ditindaklanjuti dengan pembuatan penetapan penunjukan
hakim/majelis hakim yang akan memeriksa perkara tersebut;
(2) Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang kuasa penggugat, maka
gugatan harus disertai surat kuasa yang sah.
(3) Gugatan sedapat mungkin juga disertai Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan oleh penggugat.
13
Bandingkan dengan Tri Cahya Indra Permana, Refleksi Perkembangan Hukum Administrasi
Negara (Bandar Lampung: Pusaka Media, 2017), hlm. 100-101.
-6-
d. Nomor dalam perkara perlawanan adalah sama dengan Nomor gugatan asal
dengan ditambah kode PLW.
Di dalam UU. Peradilan TUN tidak mengatur tata cara pemeriksaan terhadap
perlawanan Penetapan Dismissal. Untuk mengisi kekosongan hukum tersebut diatur
dalam Surat Mahkamah Agung RI No.224/Td.TUN/X/1993 tanggal 14 Oktober 1993
perihal JUKLAK yang dirumuskan dalam Pelatihan Hakim Pengadilan TUN Tahap III
Angka VII.1 sebagai berikut:
- Dalam hal perlawanan ditolak, maka bagi Pelawan tidak tersedia upaya
hukum. Dalam hal perlawanan diterima, maka pemeriksaan terhadap
perkaranya dilakukan dengan acara biasa oleh Majelis Hakim yang sama,
dengan nomor perkara yang sama.
-8-
b. Dengan demikian yang diuji adalah tepat atau tidaknya penggunaan salah
satu atau lebih alasan yang ditentukan dalam Pasal 62 huruf a sampai
dengan e UU. Peradilan TUN yang dipakai sebagai dasar untuk melakukan
dismissal gugatan Penggugat oleh Ketua PTUN.
14
Lihat Pasal 62 ayat 3b dan Pasal 56 UU. Peradilan TUN
-9-
Di dalam UU. Peradilan TUN tidak diatur apa yang dimaksud dengan acara
singkat. Undang-undang tersebut hanya mengatur pemeriksaan dengan acara cepat yaitu
dalam Pasal 98. Menurut Indroharto maksud diterapkannya acara singkat adalah16:
15
Lihat Pasal 62 ayat 6 UU. Peradilan TUN
16
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku II,
Cetakan IV, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), hlm. 149
- 10 -
ada proses antar pihak dan tanpa dilakukan pemeriksaan di muka persidangan.
Sedangkan di dalam hal proses pemeriksaan gugatan perlawanan oleh Majelis
perlawanan, hanyalah menguji tepat tidaknya penggunaan Pasal 62 huruf a sampai
dengan e oleh Ketua PTUN di dalam mendismissal gugatan.
HAKIM
TUNGGAL
ACARA
CEPAT
LOLOS
K.PTUN HAKIM
PENELITIAN DISMISSAL MAJELIS
GUGATAN ADMINISTRASI DI PROSES
KEPANITERAAN ACARA
(ACARA BIASA
SINGKAT) TIDAK LOLOS
DITOLAK PENETAPAN
DISMISSAL
GUGATAN
PERLAWANAN
DITERIMA
DIPERIKSA MAJELIS
HAKIM
ACARA SINGKAT
SELESAI
GUGATAN PERLAWANAN
GUGATAN PERLAWANAN DITERIMA
DITOLAK
PENETAPAN DISMISSAL
PENETAPAN DISMISSAL TIDAK BERDASAR
DIKUATKAN
1 2 9
1 50/G/2021/PTUN.JKT KEPEGAWAIAN
2 17/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
3 29/G/2021/PTUN.JKT LELANG
4 34/G/2021/PTUN.JKT KEPEGAWAIAN
5 47/G/2021/PTUN.JKT BADAN HUKUM
6 51/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
7 58/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
8 177/G/2021/PTUN.JKT PERTANAHAN
9 181/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
10 237/G/2020/PTUN.JKT BADAN HUKUM
11 238/G/2020/PTUN.JKT BADAN HUKUM
12 63/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
13 65/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
14 66/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
15 71/G/TF/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
16 72/G/TF/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
17 74/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
18 138/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
19 141/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
20 148/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
21 170/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
22 171/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
23 189/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
24 191/G/2021/PTUN.JKT LAIN-LAIN
Beberapa alasan gugatan tidak lolos dismissal di PTUN Jakarta, antara lain sbb:
Sebagian besar gugatan yang tidak lolos dismissal di PTUN Jakarta disebabkan
Penggugat belum menempuh upaya administratif secara tepat dan tuntas sebagaimana
disyaratkan ketentuan yang berlaku. Dikatakan secara tepat dan tuntas artinya bisa saja
Penggugat sebenarnya telah menempuh upaya administratif tetapi keliru menempuh
forum hukum (misalnya keliru mengajukan keberatan kepada pejabat yang bukan
mengeluarkan keputusan atau tidak terkait dengan suatu upaya administratif) sehingga
akhirnya Penggugat tetap dinilai belum menempuh upaya administratif sebagaimana
diwajibkan oleh Perma No. 6/2018.
Dalam perkara No. 150/G/2021/PTUN-JKT, alasan gugatan tidak lolos
dismissal diuraikan sbb:
“Menimbang, bahwa setelah Pengadilan meneliti dan mempelajari
gugatan Penggugat serta mendengarkan keterangan dari Para Pihak,
ternyata atas Keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian Nomor:
196/KPTS/BAPEK/2020, tanggal 22 Desember 2020, Pihak Penggugat
belum mengajukan upaya administrasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan 48 UU Peradilan TUN, Pasal 7 ayat (4), Pasal 34 ayat (2),
Pasal 38 ayat (1) PP. No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Negeri Sipil sebagai aturan dasarnya dan Perma No. 6 Tahun
2018 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pemerintahan setelah menempuh upaya administrasi;
Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat belum mengajukan upaya
administrasi, maka gugatan yang diajukan oleh Penggugat belum
waktunya dan meskipun upaya administratif tersebut telah dilalui oleh
Penggugat, maka berdasarkan ketentuan Pasal 51 ayat (3) UU Peradilan
TUN menjadi kewenangan Pengadilan Tinggi TUN untuk memeriksa,
memutus dan menyelesaikan di tingkat pertama, sehingga oleh karenanya
cukup beralasan hukum bagi Pengadilan untuk menyatakan gugatan
Penggugat tidak diterima (Niet Onvenkelijk Verklaard).17
17
Gugatan-gugatan lain yang dinyatakan tidak lolos dismissal karena belum menempuh upaya
administratif sebelum pengajuan gugatan adalah sbb: perkara No. 17/G/2021/PTUN-JKT; perkara No.
29/G/2021/PTUN-JKT, perkara No. 34/G/2021/PTUN-JKT, perkara No. 41/G/2021/PTUN-JKT, perkara No.
51/G/2021/PTUN-JKT, perkara No. 58/G/2021/PTUN-JKT, perkara No. 177/G/2021/PTUN-JKT, perkara
No. 181/G/2021/PTUN-JKT, perkara No. 71/G/TF/2021/PTUN.JKT, perkara No. 72/G/TF/2021/PTUN.JKT,
perkara No. 74/G/2021/PTUN.JKT, perkara No. 138/G/2021/PTUN.JKT, perkara No.
141/G/2021/PTUN.JKT, perkara No. 148/G/2021/PTUN.JKT., perkara No. 170/G/2021/PTUN.JKT.,
perkara No. 171/G/2021/PTUN.JKT., perkara No. 189/G/2021/PTUN.JKT, perkara No.
- 13 -
PENUTUP
Meskipun prosedur dismissal ini dimaksudkan untuk memastikan apakah suatu
gugatan yang diajukan ke Pengadilan TUN telah memenuhi syarat formal atau sesuai
dengan kompetensi absolut Peradilan TUN, namun harus dipahami bahwa tidak serta
merta pada putusan akhir oleh majelis hakim, suatu gugatan tidak dapat dinyatakan
tidak memenuhi syarat formal. Dengan kata lain, walaupun suatu sengketa telah melalui
pemeriksaan dismissal process oleh Ketua Pengadilan dan juga melalui pemeriksaan
persiapan oleh Majelis, akan tetapi pemeriksaan secara mendalam suatu sengketa adalah
pada saat pembuktian dalam persidangan yang terbuka untuk umum, sehingga sangat
mungkin terjadi karena pada saat dismissal proses atau pemeriksaan persiapan suatu
sengketa dinilai telah memenuhi syarat formal namun pada akhirnya, setelah proses
pembuktian, diketahui akhirnya suatu sengketa ternyata tidak memenuhi syarat formal,
misalnya Penggugat ternyata diketahui kemudian belum menempuh upaya administratif.
Hal seperti ini bisa terjadi karena pengertian upaya administratif sebenarnya adalah
18
Lihat juga perkara No. 238/G/2020/PTUN-JKT, perkara No. 65/G/2021/PTUN.JKT dan perkara
No. 66/G/2021/PTUN.JKT.
- 15 -
Bahan Bacaan :
Enrico Simanjuntak, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Transformasi dan
Refleksi (Jakarta: Sinar Grafika, 2018)
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
Buku II, Cetakan IV, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993)
Roni Erry Saputro, “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dismissal Prosedur Serta
Eksistensinya Dalam Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara”, Tesis
Magister Hukum (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2012).
Soemaryono & Anna Erliyana, Tuntunan Praktek Beracara Di Peradilan Tata Usaha
Negara, (Jakarta: PT Primamedia Pustaka, 1999)
Tri Cahya Indra Permana, Refleksi Perkembangan Hukum Administrasi Negara (Bandar
Lampung: Pusaka Media, 2017)
Juklak No. 62/Td./TUN/IV/1993 Perihal Check-List Bagi Pemeriksaan Perkara di
PTUN tertanggal 4 April 2003.
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perubahan Tentang Perubahan Kedua No. 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, UU. No. 51 Tahun 2009
(LNRI tahun 2009 No. 160, TLN No. 5079)
18
P E N E T A P A N
Nomor : 171/G/2021/PTUN.JKT.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PT. PUDAN KREASI, Suatu Perusahaan Perseroan atau Badan Hukum Perdata, dalam
hal ini diwakili oleh Nathanael Simanjuntak, Warga Negara Indonesia, selaku
Direktur PT. Pudan Kreasi Utama, beralamat di Tasbi BHR No.61, Kelurahan
Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Provinsi
Sumetera Utara, dalam perkara ini memberikan kuasa kepada :
1. Rapen A.M.S. Sinaga, S.H., M.M., CLA.
2. Lorense, S.H.
3. Jhon Frendi Nainggolan, S.H.
LAWAN:
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) SATUAN KERJA DIREKTORAT
PRASARANA TRANSPORTASI JALAN PADA BIRO LAYANAN PENGADAAN
DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA, SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN, berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Barat
No. 8, Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ;
d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata
Usaha Negara yang digugat ;
Menimbang, bahwa dalam ketentuan Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan
bahwa :
(1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang oleh
atau berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara
administratif sengketa tata usaha negara tertentu, maka sengketa Tata Usaha
Negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia :
Menimbang, bahwa selanjutnya ketentuan Pasal 76 ayat (2) dan ayat (3)
Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan tersebut mengatur bahwa dalam
Halaman 20 dari 23 halaman Penetapan No. 171/G/2021/PTUN-JKT.
21
hal warga masyarakat tidak menerima atas penyelesaian upaya administratif baik
berupa keberatan dan banding oleh Pejabat dan Atasan Pejabat yang bersangkutan,
warga masyarakat dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan ;
Menimbang, bahwa dengan demikian dengan merujuk ketentuan Pasal 48
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Pasal 75 ayat (1), dan ayat (2) Jo Pasal 76
ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Jo. Pasal 2 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 tersebut maka sebelum mengajukan
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara, Penggugat terlebih dahulu harus
menempuh upaya administratif ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pasal 3 ayat (1) dan (2) Peraturan Mahkamah
Agung Nomor : 6 Tahun 2018 tersebut mengatur bahwa Pengadilan dalam
memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan administrasi pemerintahan
menggunakan peraturan dasar yang mengatur upaya administratif tersebut, dan
dalam hal peraturan dasar penerbitan keputusan dan/atau tindakan tidak mengatur
upaya administratif, Pengadilan menggunakan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor : 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan ;
Menimbang, bahwa dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah diatur secara tegas dengan
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Nomor : 9
Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia, dimana sanggah diatur dalam poin 4.2.13 dan sanggah banding diatur
dalam poin 4.2.14 ;
Menimbang, bahwa sanggah dapat diajukan oleh Peserta dalam tahap
Kualifikasi dan sanggah atas penetapan hasil pemilihan, sedangkan sanggah
banding merupakan protes dari Penyanggah kepada KPA pada pengadaan
Pekerjaan Konstruksi yang tidak setuju atas jawaban sanggah ;
Menimbang, bahwa dengan mencermati ketentuan / peraturan dasar yang
mengatur tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Nomor : 9 Tahun 2018
Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia, dimana
peraturan tersebut telah mengatur secara jelas dan tegas upaya administratif apa
yang harus ditempuh oleh Penggugat apabila tidak puas atas terbitnya Keputusan
Tata Usaha Negara yang diterbitkan oleh Tergugat berupa Surat Penunjukan
Penyedia Barang / Jasa (SPPBJ) untuk Tender Revitalisasi Penumpang Tipe A
Leuwipanjang, yaitu dengan merujuk pada ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 yang manyatakan bahwa Pengadilan dalam
memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan administrasi pemerintahan
menggunakan peraturan dasar yang mengatur upaya administratif yaitu sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah dan Peraturan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang /
JasaPemerintah Nomor : 9 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang / Jasa Melalui Penyedia, yaitu mengajukan sanggah sebagaimana diatur
dalam poin 4.2.13 dan sanggah banding diatur sebagaimana diatur dalam poin
4.2.14;
MENETAPKAN
PANITERA KETUA,