Anda di halaman 1dari 5

Persidangan Hukum Acara Cepat Di Pengadilan Tata Usaha

Negara

DEFINISI / RUANG LINGKUP

1. Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Penyalahgunaan wewenang adalah penggunaan wewenang oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan dalam mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan dengan melampaui wewenang,
mencampuradukkan wewenang, dan/atau bertindak sewenang-wenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan.
3. Permohonan penilaian unsur penyalahgunaan wewenang adalah permintaan tertulis
kepada Pengadilan untuk menilai ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan wewenang
yang dilakukan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan dalam keputusan dan/atau
tindakan.

OBJEK PERMOHONAN

- Keputusan dan/atau tindakan Badan dan / atau Pejabat Pemerintahan yang diduga terdapat
unsur penyalahgunaan wewenang.

KEWENANGAN PENGADILAN

1. Pengadilan berwenang menerima, memeriksa dan memutus permohonan ada atau


tidak ada penyalahgunaan wewenang dalam keputusan dan/atau tindakan pejabat
pemerintahan sebelum adanya proses pidana.
2. Pengadilan baru berwenang menerima, memeriksa dan memutus permohonan ada
atau tidak ada penyalahgunaan wewenang dalam keputusan dan/atau tindakan pejabat
pemerintahan setelah adanya hasil pengawasan aparat pengawasan intern pemerintah.
3. Permohonan diajukan kepada Pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi tempat
kedudukan pejabat pemerintahan yang menerbitkan keputusan dan/atau melakukan
tindakan (kompetensi relatif).
Dasar hukum

 Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara


sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor: 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
 Undang-Undang Nomor: 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
 Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelesaian
Sengketa Administrasi Pemerintahan Setelah Menempuh Upaya Administratif.
 Peraturan Mahkamah Agung Nomor : 7 Tahun 2022 tentang Perubahan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor : 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan
Persidangan di Peradilan Secara Elektronik.
 Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 2 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian
Sengketa Tindakan Pemerintah dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar
Hukum Oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad).

Syarat pengajuan gugatan

o Tiap gugatan yang masuk akan dilakukan pemeriksaan administratif yang


dilakukan oleh staf kepaniteraan dan selanjutnya gugatan diajukan dalam rapat
permusyawaratan ketua pengadilan
o Dasar mengajukan acara cepat merupakan percepatan dari jalannya proses
pemeriksaan dan pemutusan pokok sengketa dari gugatan yang masuk dengan
tujuan untuk memperoleh putusan yang lebih cepat dari sengketa yang
diajukan
o Permohonan acara cepat hanya dapat diajukan oleh penggugat
o Apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak yang harus
dapat disimpulkan dari alasan-alasan permohonannya, penggugat dalam
gugatannya dapat memohon kepada Pengadilan supaya pemeriksaan sengketa
dipercepat (pasal 98 ayat (1))
o Apabila dalam gugatan tersebut terdapat permintaan atau permohonan agar
pemeriksaan dilakukan dengan acara cepat, maka apabila tidak terdapat alasan
untuk menyatakan gugatan tidak dapat diterima, ketua pengadilan akan
mengeluarkan penetapan yang menentukan bahwa pemeriksan gugatan
tersebut akan dilakukan dengan acara cepat oleh seorang hakim tunggal (pasal
99 ayat (1))

Tenggang waktu pengajuan gugatan

o Pemeriksaan dengan acara cepat tetap menerapkan urutan-urutan dari acara


biasa hanya saja dalam tempo yang dipercepat
o Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1)
dikabulkan, Ketua Pengadilan dalam jangka waktu tujuh hari setelah
dikeluarkannya penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat
(2)menentukan hari, tempat, dan waktu sidang tanpa melalui prosedur
pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63.
o Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak,
masing-masing ditentukan tidak melebihi empat belas hari.
o Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim Tunggal.

Ringkasan hukum acara

o Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan apabila terdapat kepentingan


penggugat yang cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-
alasan permohonannya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada
o Pengadilan supaya pemeriksaan sengketa dipercepat. Pemeriksaan dengan
acara cepat dilakukan dengan Hakim Tunggal.
o Ketua Pengadilan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah
diterimanya permohonan pemeriksaan acara cepat, mengeluarkan penetapan
tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan tersebut.Terhadap
penetapan tersebut tidak dapat digunakan upaya hukum
o Dalam hal permohonan pemeriksaan dengan acara cepat dikabulkan, Ketua
Pengadilan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya
penetapan menentukan hari, tempat, dan waktu sidang tanpa melalui prosedur
pemeriksaan persiapan. Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi
kedua belah pihak, masing-masing ditentukan tidak melebihi 14 (empat belas)
hari.
ALASAN DAN SIFAT PEMERIKSAAN ACARA CEPAT

• Mengenai acaran cepat diaatur dalam pasal 98 dan 99UU No. 5 tahun 1986 jo UU No.
9 tahun 2004 jo UU No. 51 tahun 2009

• Acara cepat pada dasarnya merupakan percepatan dari jalannya proses pemeriksaan
dan pemutusan pokok sengketa dari gugatan yang masuk dengan tujuan untuk
memperoleh putusan yang lebih cepat dari sengketa yang diajukan

• Tiap gugatan yang masuk akan dilakukan pemeriksaan administratif yang dilakukan
oleh staf kepaniteraan dan selanjutnya gugatan diajukan dalam rapat
permusyawaratan ketua pengadilan

• Apabila dalam gugatan tersebut terdapat permintaan atau permohonan agar


pemeriksaan dilakukan dengan acara cepat, maka apabila tidak terdapat alasan untuk
menyatakan gugatan tidak dapat diterima, ketua pengadilan akan mengeluarkan
penetapan yang menentukan bahwa pemeriksan gugatan tersebut akan dilakukan
dengan acara cepat oleh seorang hakim tunggal

• Permohonan acara cepat hanya dapat diajukan oleh penggugat

• Pemeriksaan dengan acara cepat tetap menerapkan urutan-urutan dari acara biasa
hanya saja dalam tempo yang dipercepat

PROSEDUR dan SYARAT DIKABULKANNYA PERMOHONAN ACARA CEPAT

• Untuk dapat dikabulkannya permohonan pemeriksaan dengan acara cepat, maka


selain harus memenuhi syarat suatu surat gugatan pasal 53 dan 56 juga harus
memenuhi syarat yang ditentuan dalam pasal 98, yaitu ‘apabila terdapat kepentingan
penggugat yang cukup mendesak”

• Ditolaknya atau tidak diterimanaya permohonan pemeriksaan dengan acara cepat


adalah kalau :

a. Permohonan tidak diajukan bersama-sama dalam gugatan yang masuk

b. Permohonan diajukan bukan oleh penggugat sendiri


c. Uang muka biaya perkara belum dibayar

• Sesuai dengan syarat ketentuan pasal 98, maka untuk dapat diteapkan pemeriksaan
dengna acara cepat maka harus disertai dengan motivasi yang cukup yang
menggambarkan seriusnya keadaan yang dihadapi penggugat

Anda mungkin juga menyukai