UNIVERSITAS EKASAKTI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM
Status Terakreditasi Berdasarkan Ban-PT No. 463/SK/BAN-PT/Akred//XII/2014
Jln : Bandar Purus No. 11 Padang,Tlp. 0751-34266 Fax. 0751-34266
Ketentuan Ujian :
1. Soal ini dikerjakan dirumah dan dikumpulkan besok hari selambat-lambatnya jam 10.00.
Setelah lewat waktu tersebut pekerjaan tidak diterima.
2. Pekerjaan ditulis tangan.
3. Pekerjaan yang sama atau curang akan digugurkan.
4. Pekerjaan yang mengutip pendapat orang lain atau literatur harus disebutkan sumbernya
dengan jelas.
5. Pekerjaan dikirim ke email dosen pengampu matakuliah/Dr.S.F. Marbun,SH.MH.
Bismillahirrakhmanirrakhim
b. Jelaskan perbedaan makna freies Ermessen secara teoritis dengan makna Diskresi
secara yuridis.
Secara teoritis "freiesermessen" dapat diartikan sebagai "orang yang bebas
mempertimbangkan, bebas menilai, bebas menduga, dan bebas mengambil
keputusan". pada hakikatnya dalam "freiesermessen" adanya kebebasan bertindak
bagi administrasi negara untuk menjalankan fungsinya secara dinamis guna
menyelesaikan persoalan-persoalan penting yang mendesak, sedangkan aturan
untuk itu belum ada. Dengan adanya "freiesermessen" maka administrasi negara
dapat menjalankan fungsinya secara dinamis dalam menyelenggarakan kepentingan
umum, sehingga dalam menghadapi hal-hal yang sifatnya penting dan mendesak
yang aturannya belum tersedia untuk itu, administrasi negara atas inisiatifnya sendiri
dapat langsung bertindak tanpa menunggu instruksi lagi. Jadi, administrasi negara
dapat langsung bertindak dengan berpijak kepada asas kebijaksanaan.
Secara yuridis berlakunya asas diskresi tidak mengesampingkan asas legalitas,
sebab sikap dan perilaku seorang pejabat dalam melaksanakan tugasnya dituntut
harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan karena apabila tidak
sesuai dengan ketentuan secara hukum telah menyalahi dan berakibat dapat menjadi
obyek pemeriksaan. Keputusan atau tindakan pejabat berupa diskresi ini tidak serta
merta bisa dilaksanakan, karena pelaksanaan diskresi harus memenuhi persyaratan
tertentu sesuai dengan Pasal 22 Undang-Undang 30 Tahun 2014, yaitu melancarkan
penyelenggaraan pemerintahan, mengisi kekosongan hukum, memberikan kepastian
hukum, dan mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna
kemanfaatan dan kepentingan umum.
b. Jelaskan 2 (dua) asas-asas umum pemerintahan yang baik beserta kasusnya dan
putusan pengadilannya.
Contoh dari asas keterbukaan: dalam sidang DPR, memberikan faslitias
siaran secara langsung dan live mengenai apa ysng dibahas oleh anggota dewan
sehingga masyarakat tau kinerja para dewan. Contoh lain dalam pemilu, kpu
memberikan informasi secar terbuka jumlah harta, hutang para calon pemimpin
sehingga ini menjadi patokan dalam memilih sehingga masyarakat lebih tau.
Contoh dari Asas Proposionalitas: pemerintah mewajibkan pembayaran
pajak kepada seluruh orang dan dengan ini menggunakan uang tersebut untuk
pembangunan dimana dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat juga.
Contoh Lain, pemerintah membuat suatu peraturan lalu lintas kepada masyarajat,
dan mewajibkan untuk mentaatinnya maka masyarakat mendapatkan hak untuk
merasa aman.
c. Jelaskan apa yang dimaksud dengan atribusi dan perbedaan delegasi dan mandat
secara yuridis.
Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-
undang kepada organ pemerintahan. Atribusi bersifat asli berasal dari peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain, organ pemerintahan memperoleh
kewenangan secara langsung dari redaksi pasal tertentu dalam peraturan perundang-
undangan. Dalam hal atribusi, penerima wewenang dapat menciptakan wewenang
baru atau memperluas wewenang yang sudah ada. Berdasarkan Undang-Undang No.
30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU Administrasi
Pemerintahan), Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 atau Undang-Undang.
Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya. Delegasi tidak ada penciptaan
wewenang, yang ada hanya pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada
pejabat lainnya. Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi,
tetapi beralih pada penerima delegasi. Berdasarkan UU Administrasi Pemerintahan,
delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah
dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima
delegasi.
Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangan
dijalannya oleh organ lain atas namanya. Penerima mandat hanya bertindak untuk
dan atas nama pemberi mandat, tanggung jawab akhir keputusan yang diambil
penerima mandat tetap berada pada pemberi mandat. Berdasarkan UU Administrasi
Pemerintahan, mandat adalah pelimpahan kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi
mandat.
c. Pencabutan Keputusan dapat dilakukan apabila terdapat : (i) cacat wewenang, (ii)
cacat prosedur dan/atau (iii) cacat substansi. Jelaskan maksudnya.
Ketentuan mengenai pencabutan keputusan diatur dalam Pasal 64 ayat
(1) UU 30/2014. keputusan dapat dicabut apabila terdapat cacat wewenang,
prosedur, dan/atau substansi. Yang dimaksud dengan “cacat substansi” antara lain:
1. Keputusan tidak dilaksanakan oleh penerima keputusan sampai batas waktu
yang ditentukan;
2. fakta-fakta dan syarat-syarat hukum yang menjadi dasar keputusan telah
berubah;
3. Keputusan dapat membahayakan dan merugikan kepentingan umum; atau
4. Keputusan tidak digunakan sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam isi
keputusan.
Dalam hal keputusan dibatalkan, harus ditetapkan keputusan yang baru
dengan mencantumkan dasar hukum pembatalan dan memperhatikan AUPB.
Pembatalan keputusan dapat dilakukan oleh pejabat pemerintahan yang
menetapkan keputusan, oleh atasan pejabat yang menetapkan keputusan, atau atas
perintah pengadilan. Keputusan pembatalan yang dilakukan oleh pejabat
pemerintahan dan atasan pejabat dilakukan paling lama 5 hari kerja sejak
ditemukannya alasan pembatalan dan berlaku sejak tanggal ditetapkan keputusan
pembatalan. Keputusan pencabutan yang dilakukan atas perintah pengadilan
dilakukan paling lama 21 hari kerja sejak perintah pengadilan tersebut, dan berlaku
sejak tanggal ditetapkan keputusan pencabutan.