Anda di halaman 1dari 9

PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH PEJABAT NEGARA

DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Bangun Paulus Tudungta

Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro


Email: bangunpaulust@students.undip.ac.id

Abstract

Abuse of authority by government officials includes acts that go beyond


authority, confuse authority and/or act arbitrarily. A government official is
categorized as having taken an action that exceeds his authority if the action is
carried out beyond the term of office or the time limit for the exercise of authority;
overstepped the area of the validity of the authority; and/or contrary to statutory
provisions. The research method used is normative legal research. Using the state
budget and facilities for party affairs is a violation of the law and detrimental to the
country's finances.

Keywords: administrative law, abuse of power

Abstrak

Penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintahan meliputi tindakan yang


melampaui wewenang, mencampuradukkan wewenang dan/atau bertindak sewenang-
wenang. Seorang pejabat pemerintahan dikategorikan telah melakukan tindakan
melampaui wewenangnya, apabila tindakannya itu dilakukan melampaui masa
jabatan atau batas waktu berlakunya wewenang; melampaui batas wilayah berlakunya
wewenang; dan/atau bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Menggunakan
anggaran dan fasilitas negara untuk urusan partai merupakan pelanggaran hukum dan
merugikan keuangan negara.
Kata kunci: hukum administrasi negara, penyalahgunaan wewenang

A. Pendahuluan
Persyaratan terpenting untuk dapat dikatakan sebagai hukum yang baik adalah
hukum harus didasarkan pada prinsip manfaat (maximizing happines and minimizing
pains), selain itu hukum juga harus diketahui semua orang, konsisten, pelaksanaannya
jelas, sederhana dan ditegakkan secara tegas.1 Mengingat luasnya ruang lingkup
hukum administrasi sebagai pengejawantahan dari fungsi hukum dalam masyarakat
modern, maka produk legislasi di bidang administrasi juga mengalami perkembangan
yang sangat signifikan. Banyaknya produk legislasi di bidang administrasi telah
digambarkan oleh Guru Besar Hukum Administrasi Crince Le Roy, sebagai suatu
fenomena dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hukum administrasi
di Belanda, yaitu:2
1. Terjadinya perluasan tugas-tugas pemerintah/penguasa secara
berangsurangsur, yang berjalan paralel dengan terjadinya revolusi industri;
2. Dengan terjadinya revolusi industri, tenaga manusia diganti dengan tenaga
mesin telah menimbulkan permasalahan sosial dan menuntut
pemerintah/negara untuk dapat mengatasinya yang tidak saja terbatas
sebagai penjaga malam (nachtwakerstaat) melainkan menjadi negara
kesejahteraan (welvaarsstaet).
Melihat banyaknya produk legislasi di bidang administrasi sebagai upaya
pemerintah/negara dalam mensejahterakan warganya, maka Crince Le Roy
menyebutnya sebagai penggerogotan hukum administrasi terhadap bidang hukum
perdata, hukum pidana dan bahkan hukum tata negara.

1
Bentham, Jeremy, 2010, Teori Perundang-undangan, Prinsip-Prinsip Hukum Perdata dan Hukum
Pidana, (The Theory of Legislation), Diterjemahkan oleh Nurhadi, MA, Bandung: Nusamedia.
2
Soemantri, Sri, 2014, Hukum Tata Negara Indonesia, Pemikiran dan Pandangan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cetakan Pertama, hlm. 349-351
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penggunaan kekuasaan negara dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan memerlukan suatu prasyarat tertentu. Di satu
sisi, tindakan pemerintah harus senantiasa didasarkan pada hukum dan senantiasa
memperhatikan hak-hak masyarakat. Sementara itu, pada sisi yang lain, masyarakat
juga tidak serta merta dapat mempersalahkan pemerintah tetapi harus berdasarkan
argumentasi yang sah dan melalui mekanisme serta prosedur hukum yang telah
ditentukan. Dalam hal ini, pengawasan dan pengujian terhadap pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan dilakukan oleh lembaga negara dan PTUN yang bebas
dan mandiri.3
Atribusi kewenangan kepada PTUN tidak hanya terbatas pada pengawasan dan
pengujian terhadap penyelenggaraan pemerintahan, tetapi juga dalam hal
memutuskan ada tidaknya unsur penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh
pejabat pemerintahan. Secara rinci ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menyebutkan:
1. Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan memutuskan ada atau
tidak ada unsur penyalahgunaan Wewenang yang dilakukan oleh Pejabat
Pemerintahan.
2. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat mengajukan permohonan
kepada Pengadilan untuk menilai ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan
Wewenang dalam Keputusan dan/atau Tindakan.
3. Pengadilan wajib memutus permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan diajukan.
4. Terhadap putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
5. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara wajib memutus permohonan banding
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling lama 21 (dua puluh satu) hari
kerja sejak permohonan banding diajukan.

3
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan
6. Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) bersifat final dan mengikat.
Adapun kategori penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintahan
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, meliputi tindakan yang melampaui Wewenang,
mencampuradukkan wewenang dan/atau bertindak sewenang-wenang. Seorang
pejabat pemerintahan dikategorikan telah melakukan tindakan melampaui
wewenangnya, apabila tindakannya itu dilakukan melampaui masa jabatan atau batas
waktu berlakunya wewenang; melampaui batas wilayah berlakunya wewenang;
dan/atau bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Tindakan
pejabat pemerintahan dikategorikan mencampuradukkan wewenang, apabila
keputusan dan/atau tindakannya itu yang dilakukan di luar cakupan bidang atau
materi wewenang yang diberikan; dan/atau bertentangan dengan tujuan wewenang
yang diberikan. Menurut Giolo Napolitino 4 a significant part of administrative law is
in the hands of multiple political, institutional, and economic actors, who struggle,
interact, and bargain, hal ini menunjukan bahwa hal yang penting di dalam hukum
administratif negara adalah campur tangan dari aktor politik dan institusi-institusi.
Sedangkan bertindak sewenang-wenang, apabila keputusan dan/atau tindakannya itu
dilakukan tanpa dasar kewenangan; dan/atau bertentangan dengan Putusan
Pangadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Berbicara mengenai penyalahgunaan wewenang, Airlangga Hartarto seorang
Ketua Umum Partai Golkar sekaligus yang pada saat itu adalah seorang Menteri
Perindustrian diduga menyalahgunakan wewenangnya sebagai aparatur negara ketika
menyelenggarakan acara syukuran pada hari Sabtu, 3 Februari 2018 karena telah
menerima SK pengesahan kepengurusan baru “Golkar Bersih” dari Kemenkumham,
Airlangga menggelar acara syukuran yang dalam hal ini merupakan kepentingan
pribadi, namun menggunakan fasilitas negara sehingga hal ini adalah merupakan

4
Giulio Napulitano, 2014, Conflicts and Strategies In Administrative Law, International Journal of
Constitutional Law, Volume 12, Issue 2, diakses pada tanggal 20 April 2020, pukul 10.00 WIB
pelanggaran Hukum Administrasi Negara. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis
membuat artikel dengan judul “Penyalahgunaan Wewenang Oleh Pejabat Negara
Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara”.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mencari, mencatat,
merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan.5 Metode penelitian
merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan
membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 6 Penelitian hukum
normatif (normative law research) menggunakan studi kasus normatif berupa produk
perilaku hukum, misalnya mengkaji Undang-Undang. Pokok kajiannya adalah hukum
yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang belaku dalam masyarakat dan
menjadi acuan perilaku setiap orang. Sehingga penelitian hukum normatif berfokus
pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum
dalam perkara in concreto, sistematik hukum, taraf sinkronisasi, perbandingan hukum
dan sejarah hukum.7
C. Hasil Penilitian dan Pembahasan

Airlangga Hartarto (AH), baru saja menyelenggarakan acara syukuran pada hari
Sabtu, 3 Februari 2018 karena telah menerima SK pengesahan kepengurusan baru
“Golkar Bersih” dari Kemenkumham.8 Acara syukuran tersebut digelar di rumah
dinas Menteri Perindustrian dibilangan Jl Widya Candra III, Jakarta Selatan. Yang
hadir adalah para petinggi Partai Golkar dari jajaran Dewan Pembina, Dewan Pakar,
Dewan Pengurus dan kader beringin lainnya. Jumlahnya, sekitar 100-150 orang
5
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2003, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm.2
6
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
hlm.126
7
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Cet. 1, Bandung: PT. Citra AdityaBakti,
hlm. 52
8
Syamsuddin Radjab, 2018, Penyalahgunaan Wewenang Airlangga, Tribun News:
https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/02/04/penyalagunaan-wewenang-airlangga, diakses
pada tanggal 20 April 2020, pukul 12.15 WIB
memenuhi rumah kompleks pejabat negara tersebut. Rumah jabatan negara yang
digunakan untuk syukuran tersebut termasuk dengan jamuan makan minum gratis
dilakukan dengan menggunakan anggaran negara yang tidak terkait dengan jabatan
atau kedudukannya sebagai Menteri Perindustrian. Syukuran Partai Golkar
merupakan acara partai politik yang sedang dipimpinnya dan sama sekali tidak terkait
dengan tugas pokok dan fungsi AH yang juga diamanati sebagai menteri dalam
kabinet kerja Jokowi-JK.
AH tidak dapat membedakan mana urusan pemerintahan yang terkait dengan
tupoksinya, mana urusan partai politik urusan pribadinya sebagai ketua umum partai
Golkar.9 Menggunakan anggaran dan fasilitas negara untuk urusan partai yang
dipimpinnya merupakan pelanggaran hukum dan merugikan keuangan negara karena
uang negara digunakan bukan untuk kepentingan tugas kenegaraan, melainkan
kepentingan kelompok, golongan, partai yang dapat dikategorikan sebagai bagian dari
perbuatan tindak pidana korupsi atau bentuk penyalagunaan wewenang baik menurut
hukum pidana maupun hukum administrasi negara. Rangkap jabatan sebagai Menteri
dan ketua umum partai politik menurut ketentuan hukum tidak melanggar dan tidak
dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Tetapi, jika urusan parpol
menggunakan anggaran dan fasilitas negara dengan menyalagunakan kedudukan dan
jabatannya sebagai Menteri Perindustrian, jelas merupakan pelanggaran hukum dan
penyalagunaan wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan,
termasuk melanggar soal etika dan moral sebagai penyelenggara negara. AH
seharusnya sadar, bahwa rangka jabatan yang dijalaninya memang sangat rawan
disalahgunakan bahkan diselewengkan karena belum bisa memisahkan dengan tegas
mana urusan negara, mana urusan parpol. Dalam delik pidana diatas, unsur “setiap
orang”, “orang lain”, “menyalagunakan kewenangan” karena jabatan atau kedudukan
dan unsur “merugikan keuangan negara” dapat dikatakan semua sudah terpenuhi,
tinggal aparat penegak hukum apakah mau menindaklanjuti atau tidak.

9
Ibid
Konsep penyalahgunaan wewenang dalam hukum administrasi negara, hal
demikian dapat dikatakan sebagai hal yang melampaui batas kekuasaan
(detournement de pouvoir) dan sewenang-wenang (abuse de droit). Penyalagunaan
wewenang terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu:
1. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum untuk
kepentingan pribadi, kelompok atau golongan;
2. Tindakan pejabat tersebut adalah benar tetapi menyimpang dari tujuan dan
kewenangan yang diberikan oleh UU atau peraturan lainnya;
3. Menyalagunakan prosedur yang seharusnya digunakan untuk mencapai
tujuan tetapi menggunakan prosedur lain agar terlaksana.
Sedangkan sewenang-wenang atau melampaui wewenang dapat diartikan
sebagai tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan berdasarkan perundang-
undangan tertentu. Kewenangan AH sebagai menteri perindustrian, jelas tidak
berwenang menggunakan uang dan fasilitas negara dalam urusan partai politik yang
dipimpinnya termasuk dengan melaksanakan syukuran di rumah dinas menteri.
Kiranya, hal ini harus dipahami AH sebagai pejabat negara yang bisa dan harus
membedakan, mana urusan kementerian yang dibawahinya, mana urusan partai
Golkar yang dipimpinnya, dimana satu dan lainnya tidak saling terkait dalam
wewenang, kedudukan dan jabatan yang disandangnya sebagai Menteri Perindustrian.
D. Simpulan
Kategori penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintahan sebagaimana
diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, meliputi tindakan yang melampaui Wewenang, mencampuradukkan
wewenang dan/atau bertindak sewenang-wenang. Seorang pejabat pemerintahan
dikategorikan telah melakukan tindakan melampaui wewenangnya, apabila
tindakannya itu dilakukan melampaui masa jabatan atau batas waktu berlakunya
wewenang; melampaui batas wilayah berlakunya wewenang; dan/atau bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Tindakan pejabat pemerintahan
dikategorikan mencampuradukkan wewenang, apabila keputusan dan/atau
tindakannya itu yang dilakukan di luar cakupan bidang atau materi wewenang yang
diberikan; dan/atau bertentangan dengan tujuan wewenang yang diberikan.
Sedangkan bertindak sewenang-wenang, apabila keputusan dan/atau tindakannya itu
dilakukan tanpa dasar kewenangan; dan/atau bertentangan dengan Putusan
Pangadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Airlangga Hartanto telah melakukan pelanggaran terhadap Hukum Admnistrasi
Negara karena menggunakan anggaran dan fasilitas negara untuk urusan partai yang
dipimpinnya merupakan pelanggaran hukum dan merugikan keuangan negara karena
uang negara digunakan bukan untuk kepentingan tugas kenegaraan, melainkan
kepentingan kelompok, golongan, partai yang dapat dikategorikan sebagai bagian dari
perbuatan tindak pidana korupsi atau bentuk penyalagunaan wewenang baik menurut
hukum pidana maupun hukum administrasi negara.
E. Daftar Pustaka

Abdulkadir, Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Cet. 1, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka


Cipta, 2002.

Bentham, Jeremy, Teori Perundang-undangan, Prinsip-Prinsip Hukum Perdata dan


Hukum Pidana, (The Theory of Legislation), Diterjemahkan oleh Nurhadi, MA,
Bandung: Nusamedia, 2010.

Napulitano, Giulio, 2014, Conflicts and Strategies In Administrative Law,


International Journal of Constitutional Law, Volume 12, Issue 2, diakses pada
tanggal 20 April 2020, pukul 10.00 WIB

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2003.
Radjab, Syamsuddin 2018, Penyalahgunaan Wewenang Airlangga, Tribun News:
https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/02/04/penyalagunaan-wewenang-
airlangga, diakses pada tanggal 20 April 2020, pukul 12.15 WIB

Soemantri, Sri, Hukum Tata Negara Indonesia, Pemikiran dan Pandangan, Bandung:
RemajaRosdakarya, CetakanPertama, 2014.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai