Anda di halaman 1dari 10

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Alfito Bramantia Putra

Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro


Email: alfitobp@students.undip.ac.id

Abstract

Corruption is generally carried out by people who have power in a position so that
the characteristics of corruption crime are always related to the abuse of power from
the perspective of organized crime. The actions of government officials can provide
opportunities for actions that are contrary to the law that violates the rights of
citizens, such as corruption. Here the role of State Administrative Law is very
important in efforts to prevent and especially abuse of authority by officials.

Keywords: corruption, administrative law

Abstrak

Korupsi pada umumnya dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan dalam suatu
jabatan, sehingga karakteristik kejahatan korupsi selalu berkaitan dengan
penyalahgunaan kekuasaan dalam perspektif kejahatan yang terorganisir. Tindakan-
tindakan pejabat pemerintahan dapat menjadi peluang munculnya perbuatan yang
bertentangan dengan hukum yang melanggar hak-hak warga negara, seperti perbuatan
korupsi. Di sini peran Hukum Administrasi Negara sangat penting dalam upaya untuk
mencegah dan terutama penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat.

Kata kunci: korupsi, hukum administrasi negara


A. Pendahuluan
Korupsi pada umumnya dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan dalam
suatu jabatan, sehingga karakteristik kejahatan korupsi selalu berkaitan dengan
penyalahgunaan kekuasaan dalam perspektif kejahatan yang terorganisir. Korupsi
yang terjadi dalam lingkungan kekuasaan, tergambar dalam adagium yang
diungkapkan oleh Lord Acton, yakni kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan
mutlak korup secara mutlak.1 Korupsi dan penyalahgunaan jabatan merupakan
penyakit administratif yang dapat diberantas asalkan kita punya komitmen yang kuat
untuk menanganinya. Apabila korupsi, penyalahgunaan dan penyelewengan, serta
berbelit-belitnya layanan dipandang sebagai penyakit administratif, maka seperti
layaknya seorang dokter yang melakukan diagnosis atas penyakit, hal yang penting
dalam mengatasinya adalah dengan mengetahui bagian-bagian dalam tubuh birokrasi
yang rentan terhadap penyakit-penyakit tersebut.2
Sebagai subjek hukum, selaku pemikul hak-hak dan kewajiban, pejabat
pemerintahan dapat melakukan tindakan-tindakan hukum berdasarkan kemampuan
atau kewenangan yang dimilikinya. Tindakan-tindakan hukum pejabat pemerintahan
dalam rangka melayani atau mengatur warga negara merupakan awal dari adanya
hubungan hukum antara pejabat pemerintahan dan warga negara. Agar hubungan
hukum antar subjek hukum itu berjalan secara harmonis, seimbang, dan adil, dalam
arti setiap subjek hukum (baik warga negara maupun pejabat) mendapatkan apa yang
menjadi haknya dan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Di sini
hukum tampil sebagai aturan main dalam mengatur hubungan hukum tersebut.
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah dan warga negara adalah
Hukum Administrasi Negara (HAN). Tindakan-tindakan pejabat pemerintahan dapat
menjadi peluang munculnya perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang
melanggar hak-hak warga negara, seperti perbuatan korupsi. Di sini peran Hukum

1
Rohim, 2008, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Depok: Pena Mukti Media., hlm. 4-5.
2
Wahyudi Kumorotomo, 2008, Etika Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 289.
Administrasi Negara sangat penting dalam upaya untuk mencegah dan terutama
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat.
Korupsi yang mengatasnamakan kebijakan publik, baik yang dikeluarkan dari
lembaga legislatif, eksekutif, maupun lembaga-lembaga pembuat keputusan yang ada
di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
dan juga lembaga perbankan adalah korupsi yang marak terjadi di Indonesia pada saat
ini. Lembaga BUMN yang tersandung kasus korupsi salah satunya adalah PT
Asuransi Jiwasraya (Persero).
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dinyatakan melakukan pelanggaran prinsip
kehati-hatian dalam berinvestasi sehingga mengakibatkan kerugian negara Rp 13,7
triliun. Untuk menangani kasus ini pun, penuntasan hukum akan menjadi langkah
bijak dan menarik dikaji guna menempatkan sifat kesalahan sesuai proporsi
hukumnya. Dugaan korupsi kasus Jiwasraya dalam pengelolaan dana investasi
menjadi bagian penting yang dapat ditelisik dan ditelusuri kebenaran hukumnya.
Pemeriksaan kepada jajaran direksi guna menemukan titik terang hukumnya, menjadi
persoalan publik bagaimana menilai suatu nilai kerugian dalam hukum.
Pejabat pemerintahan sebagai subjek hukum, selaku pemikul hak-hak dan
kewajiban, dapat melakukan tindakan-tindakan hukum berdasarkan kemampuan atau
kewenangan yang dimilikinya. Tindakan-tindakan hukum pejabat pemerintahan
dalam rangka melayani atau mengatur warga negara merupakan awal dari adanya
hubungan hukum antara pejabat pemerintahan dan warga negara. Hubungan antara
keduanya diatur dalam Hukum Administrasi Negara (HAN).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis normatif (normative legal research). Disebut penelitian yuridis normatif
dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen
yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau
bahan hukum yang lain.3

3
Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 13
Pendekatan normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah
yang dianggap sesuai dengan penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum
tertulis atau penelitian hukum yang doctrinal, yang bekerja untuk menemukan
jawaban-jawaban yang benar dengan pembuktian kebenaran yang dicari dari
preskripsi-preskripsi hukum yang tertulis di kitab-kitab undang-undang. Dengan
singkatnya bahwa penelitian yuridis normatif membahas doktrin-doktrin atau asas-
asas dalam ilmu hukum.4
Untuk mencapai tujuan hubungan hukum antar subjek hukum dapat berjalan
secara harmonis, adil, dan seimbang, dalam arti setiap subjek hukum (baik warga
negara maupun pejabat) bisa mendapatkan apa yang menjadi haknya dan
menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Di sini hukum tampil sebagai
aturan main dalam mengatur hubungan hukum tersebut. Hukum yang mengatur
hubungan hukum antara pemerintah dan warga negara adalah Hukum Administrasi
Negara (HAN). Tindakan-tindakan pejabat pemerintahan dapat menjadi peluang
munculnya perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang melanggar hak-hak
warga negara, seperti perbuatan korupsi.
Di sini peran Hukum Administrasi Negara sangat penting terutama dalam upaya
untuk mencegah penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat, seperti
dalam tindak pidana korupsi. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis
mengangkat artikel dengan judul “Tindak Pidana Korupsi Dalam Perspektif Hukum
Administrasi Negara”.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Korupsi tidak bisa dipisahkan pada manusia sebagai aktor kegiatan korupsi itu
sendiri, setiap manusia memainkan peranan tertentu dan terlibat dalam interaksi. 5
Tetapi secara analitis aktor tersebut dapat dipisahkan dari peranan yang dimainkan
serta tindakan yang dilakukannya. Dua orang yang berbeda mungkin akan
4
H. Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 25
5
Fred W. Riggs (Editor), 1994, Administrasi Pembangunan: Batas-batas, Strategi Pembangunan
Kebijakan dan Pembaharuan Administrasi, Cetakan 2 April 1994, Raja Grafindo, Jakarta. (Penerjemah:
Luqman Hakim, Frontiers of Developmen Administration: 1971, Duke University Press). hlm. 101
memainkan peranan yang sama dan sebaliknya dua orang yang sama mungkin juga
memainkan peranan yang berbeda.
Menurut Trecker6, administrasi negara merupakan suatu proses yang dinamis
dan berkelanjutan, yang dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara
memanfaatkan secara bersama orang dan material melalui koordinasi dan kerja sama.
Menurut mereka, kegiatan perencanaan, pengorganisasiaan, dan kepemimpinan
secara eksplisit termasuk dalam definisi tersebut.
Secara umum Administrasi dapat diartikan sebagai arahan, pemerintah,
kegiatan implementasi, kegiatan pengarahan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi
kebijakan publik, kegiatan analisis, penyeimbangan dan presentasi keputusan,
pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam
menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademis dan
teoritis.
Kegiatan-kegiatan dalam administrasi meliputi tugas-tugas7 mengidentifikasi
kebutuhan; mengidentifikasi dan mendefinisikan kembali (serta meninterpretasi dan
menggunakan) tujuan organisasi sebagai tuntunan program dan pelayanan;
mengamankan sumber daya keuangan, fasilitas, staf dan berbagai bentuk dukungan
lainnya; mengembangkan program dan pelayanan; mengembangkan stuktur dan
prosedur organisasi; mengunakan kepemimpinan dalam proses pembuatan evaluasi
program dan kepegawaian secara berkesinambungan; dan membuat perencanaan serta
melakukan penelitian dan menggunakan kepemimpinan dalam proses perubahan yang
dibutuhkan dalam organisasi pelayanan manusia.
Dapat ditegaskan bahwa korupsi itu selalu bermula dan berkembang di sektor
pemerintahan (publik) dan perusahaan- perusahaan milik negara. Dengan bukti-bukti
yang nyata dengan kekuasaan itulah pejabat publik dan perusahaan milik negara

6
Harleigh B Trecker, 1977, Social Work Administration: Principles and Practices, New York: Associated
Press, hlm. 320
7
Andrew Dunsen, 2010, Cutback Managemen in Public Bureaucracies: Popular Teories and Observed
Outcomes in Whitehall, 1 edition, London: Cambridge University Press, hlm. 124.
dapat menekan atau memeras para orang-orang yang memerlukan jasa pelayanan dari
pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).8
Dalam kasus Jiwasraya, publik pun ikut mempersoalkan peran Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang dianggap ‘kecolongan’ atas manajemen investasi Jiwasraya.
OJK seharusnya dapat mengawasi dan mencegah kejadian atas ketidakmampuan
Jiwasraya membayar klaim senilai Rp 802 miliar, mengingat OJK memiliki
kewenangan sebagai otoritas pengawas yang relatif luas. Akhirnya, produk investasi
yang ditawarkan bergulir di ranah hukum seperti yang kita saksikan. Tanggung Jawab
Hukum Norma Pasal 11 UU No 40 tahun 2014 tentang Perasuransian tegas
menyatakan bahwa perusahaan asuransi wajib menerapkan tata kelola perusahaan
yang baik, yang tentunya dijalankan dengan itikad baik (te goeder trouw). Ketika itu
dijalankan sebaliknya, alias tidak baik dalam ukuran hukum, pertanggungjawaban
hukum mesti dijalankan. Dalam UU 40 tahun 2014, selain direksi dan komisaris,
pihak bernama ‘Pengendali’ yang diatur OJK, dapat turut bertanggungjawab atas
kerugian usaha asuransi sebagaimana diatur dalam norma Pasal 15. Oleh karena
pengendali turut menentukan direksi dan komisaris.
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) sampai dengan bulan Agustus 2019 diduga
mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp13,7 triliun. Potensi kerugian tersebut
timbul karena adanya tindakan yang melanggar prinsip tata kelola perusahaan yang
baik, yakni terkait dengan pengelolaan dana yang berhasil dihimpun melalui program
asuransi JS Saving Plan.9
Analisis hukumnya dapat menggunakan prinsip business judgment rule yang
merupakan prinsip yang muncul dari sistem hukum Anglo-Saxon sebagai doktrin
hukum yang memberikan perlindungan terhadap direksi dalam menjalankan perannya

8
Romli Atmasasmita, 2004, Sekitar Korupsi Aspek Nasional dan Aspek Internasional, Bandung: CV.
Mandar Maju, hlm. 1
9
Jhon Rico, 2020, Kejagung Tahan Tersangka Baru Kasus Jiwasraya,
http://infopublik.id/kategori/politik-hukum/402052/kejagung-tahan-tersangka-baru-kasus-jiwasraya,
diakses pada tanggal 18 April 2020, pukul 23.00
menjalankan usaha.10 Jika tidak, direksi cenderung bermain ‘aman’ dan tidak berani
mengambil keputusan jika memang dimaksudkan untuk tujuan kemajuan dan
kepentingan perusahaan. Ketika aturan main mengacu pada UU Perseroan Terbatas,
boleh jadi direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian bila kerugian
bukan karena kesalahannya serta telah bertindak dengan itikad baik dan hati-hati
sesuai maksud dan tujuan perseroan, tidak ada benturan kepentingan, dan telah
bertindak mencegah kerugian (Lihat Pasal 97 ayat 5 UUPT).
Dalam menangani kasus ini, penegak hukum menggunakan norma UU di luar
UU Perseroan. Dan itu akan menjadi dilema hukum dan persoalan ‘kepastian hukum’
bagi direksi. Begitulah hukum yang mesti menjadi acuan dalam tiap kali kita menilai
kasus setiap badan usaha berbentuk perseroan. Membahas keberadaan dan tanggung
jawab direksi yang diberi kepercayaan sesuai prinsip kepercayaan (fiduciary duty),
ruang perlindungan hukum amat diperlukan bagi direksi. Sebaliknya, jika aktivitas
direksi dapat dibuktikan menyimpang, mau tidak mau mesti diper tanggungjawabkan
secara hukum. Terlebih jika direksi melanggar UU Korupsi, maka patut dihukum
karena sudah merugikan banyak pihak dan merusak ekonomi bangsa. Bahwa direksi
dibantu oleh unit risk assessment dan investment assessment harus berpegang pada
norma Pasal 92 UU PT untuk menjalankan urusan Perseroan untuk kepentingan
Perseroan sesuai maksud dan tujuan Perseroan, adalah benar.
Begitupun dengan komisaris yang dibantu oleh Komite Audit dan Komite
Risiko bertanggung jawab melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, serta
memberi nasihat kepada direksi yang seharusnya semua mekanisme berjalan efektif
sesuai rule yang ada. Menilai Kerugian Ketika bisnis (usaha) perseroan telah berjalan,
kerugian maupun keuntungan menjadi sisi yang melekat dan menyatu dalam usaha.
Bukanlah sesuatu yang tepat apabila Perseroan menginginkan keuntungan yang terus-
menerus.11

10
Wirawan B Ilyas, 2020, Menilai Kasus Hukum Jiwasraya, https://investor.id/opinion/menilai-kasus-
hukum-jiwasraya diakses pada tanggal 18 April 2020, pukul 22.50 WIB
11
Ibid
Hukum Administrasi Negara memiliki fungsi dan peranan dalam mencegah dan
memberantas korupsi di Indonesia. Fungsi dan peranan Hukum Administrasi Negara
tersebut antara lain12:
1. Pengawasan hukum terhadap penyelenggaraan pemerintahan
2. Perwujudan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan
3. Reformasi birokrasi
4. Menegakkan Hukum Administrasi Negara melalui peraturan perundang-
undangan.
C. Simpulan
Korupsi yang mengatasnamakan kebijakan publik, baik yang dikeluarkan dari
lembaga legislatif, eksekutif, maupun lembaga-lembaga pembuat keputusan yang ada
di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
dan juga lembaga perbankan adalah korupsi yang marak terjadi di Indonesia pada saat
ini. Lembaga BUMN yang tersandung kasus korupsi salah satunya adalah PT
Asuransi Jiwasraya (Persero).
Sebagai subjek hukum, selaku pemikul hak-hak dan kewajiban, pejabat
pemerintahan dapat melakukan tindakan-tindakan hukum berdasarkan kemampuan
atau kewenangan yang dimilikinya, Hukum yang mengatur hubungan hukum antara
pemerintah dan warga negara adalah Hukum Administrasi Negara (HAN), di sini
peran Hukum Administrasi Negara sangat penting dalam upaya untuk mencegah dan
terutama penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat.
Dalam kasus Jiwasraya, publik mempersoalkan peran Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) yang dianggap ‘kecolongan’ atas manajemen investasi Jiwasraya. OJK
seharusnya dapat mengawasi dan mencegah kejadian atas ketidakmampuan Jiwasraya
membayar klaim. Dalam menangani kasus ini, penegak hukum menggunakan norma
UU di luar UU Perseroan. Dan itu akan menjadi dilema hukum dan persoalan

12
Boerhanoeddin Soetan Batoeah, 1983, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara, Binacipta: Cetakan
Pertama, hlm. 33.
‘kepastian hukum’ bagi direksi. Begitulah hukum yang mesti menjadi acuan dalam
tiap kali kita menilai kasus setiap badan usaha berbentuk perseroan.
D. Daftar Pustaka

Andrew Dunsen, 2010, Cutback Managemen in Public Bureaucracies: Popular


Teories and Observed Outcomes in Whitehall, 1 edition, London: Cambridge
University Press.

Arifin, Ninuk Riah, 2017, Dahlan Iskan Tersangkut Kasus Dugaan Korupsi di
Jawa Timur, https://www.kompasiana.com/ninukriah/58bde621cb23bdce1d76ba68,
diakses pada tanggal 19 April 2020, pukul 13.00 WIB

Bambang Waluyo, 1996, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Boerhanoeddin Soetan Batoeah, 1983, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha


Negara, Binacipta: Cetakan Pertama.

Fred W. Riggs (Editor), 1994, Administrasi Pembangunan: Batas-batas,


Strategi Pembangunan Kebijakan dan Pembaharuan Administrasi, Cetakan 2 April
1994, Raja Grafindo, Jakarta. (Penerjemah: Luqman Hakim, Frontiers of Developmen
Administration: 1971, Duke University Press).

H. Zainudin Ali, 2011.Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Harleigh B Trecker, 1977, Social Work Administration: Principles and


Practices, New York: Associated Press.

Jhon Rico, 2020, Kejagung Tahan Tersangka Baru Kasus Jiwasraya,


http://infopublik.id/kategori/politik-hukum/402052/kejagung-tahan-tersangka-baru-
kasus-jiwasraya, diakses pada tanggal 18 April 2020, pukul 23.00

Rohim, 2008, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Depok: Pena Mukti
Media.
Romli Atmasasmita, 2004, Sekitar Korupsi Aspek Nasional dan Aspek
Internasional, Bandung: CV. Mandar Maju.

Wahyudi Kumorotomo, 2008, Etika Administrasi Negara, Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Wirawan B Ilyas, 2020, Menilai Kasus Hukum Jiwasraya,


https://investor.id/opinion/menilai-kasus-hukum-jiwasraya diakses pada tanggal 18
April 2020, pukul 22.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai