Anda di halaman 1dari 9

Lex et Societatis, Vol. II/No.

7/Ags/2014

KORUPSI DALAM PERSPEKTIF PENDAHULUAN


HUKUM ADMINISTRASI NEGARA1 A. Latar Belakang Masalah
Oleh : Deyv Ch. Rumambi2 Strategi pembangunan nasional
Indonesia adalah menghapuskan
ABSTRAK kemiskinan dan kebodohan. Upaya guna
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menanggulangi “kemiskinan” dan
untuk mengetahui bagaimana keberadaan “kebodohan” secara bersama dengan
korupsi dalam perspektif hukum cermat dilakukan dengan sungguh-
administrasi negara dan bagaimana strategi sungguh, baik oleh pemerintah, pemuka
pemberantasan korupsi dalam perspektif masyarakat, badan sosial, dan lain
hukum administrasi Negara. Metode sebagainya. Sebagai upaya yang terencana,
penelitian yang digunakan adalah metode tentu telah diusahakan seefisien dan
penelitian yuridis normatif dan dapat seefektif mungkin dengan dana dan
disimpulkan: 1. Korupsi yang kemampuan yang terbatas. Akan tetapi,
mengatasnamakan kebijakan publik, baik sedang giat-giatnya pembangunan
yang dikeluarkan dari lembaga legislatif, diselenggarakan, muncul berita-berita
eksekutif, maupun lembaga-lembaga tentang maraknya kasus korupsi,3 yang
pembuat keputusan yang ada di Badan dilakukan dengan modus operandi yang
Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan semakin canggih. Perkembangan fungsi
Usaha Milik Daerah (BUMD) dan juga teknologi seperti komputer, tumbuhnya
lembaga perbankan adalah modus operandi bank-bank yang melaksanakan praktik
korupsi yang paling canggih saat ini. money laundering (pencucian uang), makin
Sebagai subjek hukum, selaku pemikul hak- menjadikan pelanggaran hukum, khususnya
hak dan kewajiban, pejabat pemerintahan korupsi tersebut semakin kompleks.4 Untuk
dapat melakukan tindakan-tindakan hukum menyelenggarakan fungsi pemerintahan,
berdasarkan kemampuan atau kewenangan tidak dapat dipungkiri bahwa negara
yang dimilikinya. 2. Strategi pemberantasan memerlukan identitas birokrasi (birokrasi
korupsi dalam perspektif hukum adalah sistem pemerintahan yang
administrasi negara meliputi beberapa dijalankan dengan berdasar pada aturan
bidang perubahan, yakni sebagai berikut : ketat).5 Tidak mungkin negara mengelola
kepemimpinan atau pemerintahan yang perhubungan darat, laut, dan udara yang
baik; program publik di mana perubahan efisien, membayar gaji pegawai dengan
akan program-program publik akan cepat, menyediakan sambungan telepon,
memperkecil insentif untuk memberi suap membuat prasarana jalan dan jembatan,
dan memperkecil jumlah transaksi dan atau sekadar menyiapkan KTP dengan
memperbesar peluang bagi warga cepat, kalau tanpa didukung oleh birokrasi.
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan Oleh karena itu, mustahil pelayanan umum
publik; perbaikan organisasi pemerintah di
mana perlu perubahan pada cara 3
Leden Marpaung, Tindak Pidana Korupsi, Masalah
pemerintah menjalankan tugasnya sehari- dan Pemecahannya, Sinar Grafika, Jakarta, 1992,
hari; penegakan hukum. hlm. 6.
4
Singgih, Dunia pun Memerangi Korupsi, Beberapa
Catatan dari International Anti Corruption
Conference I-X dan Dokumen PBB tentang
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Frans Pemberantasan Korupsi, Pusat Studi Hukum Bisnis,
Maramis, SH, MH., Adi. T. Koesoemo, SH, MH., Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan,
Hendrik Pondaag, SH, MH Tangerang, 2002; hlm. 1.
2 5
NIM. 090711347. Mahasiswa Fakultas Hukum Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
Unsrat, Manado. Amanah, Surabaya, 1997, hlm. 75.

106
Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014

dapat terlaksana tanpa keberadaan 2. Bagaimanakah strategi pemberantasan


birokrasi Namun, birokrasi dapat menjadi korupsi dalam perspektif hukum
sumber kekecewaan masyarakat oleh administrasi negara ?
banyaknya kemungkinan penyalahgunaan
wewenang aparat dan korupsi. Jika dikelola C. Metode Penelitian
oleh orang-orang yang kurang mumpuni Penelitian ini meliputi lingkup penelitian
dan orangorang yang tak bertanggung inventarisasi hukum positif yang
jawab, birokrasi dapat menindas hak-hak merupakan kegiatan pendahuluan dari
asasi warga negara. Akan tetapi, seluruh proses dalam penelitian. Dalam
menghadapi kenyataan ini, penempatan penelitian ini bahan hukum diperlukan
persoalan pada proporsi yang sebenarnya untuk mengkaji pengertian-pengertian
adalah sikap yang paling arif. 6 dasar yang terdapat dalam sistem hukum
Sikap apriori tidak saja akan memperluas pidana. Mengingat penelitian ini
ketidakpercayaan masyarakat akan menggunakan pendekatan normatif, maka
pentingnya birokrasi, tetapi juga akan pengumpulan bahan hukum dilakukan
mengaburkan masalah yang sesungguhnya dengan prosedur identifikasi dan
harus dibenahi dalam tubuh birokrasi. inventarisasi bahan-bahan hukum primer
Korupsi dan penyalahgunaan jabatan dan bahan-bahan hukum sekunder.
memang musuh masyarakat yang banyak
dilakukan orang sehubungan dengan PEMBAHASAN
birokrasi, namun ia sama sekali bukan ciri A. Korupsi Dalam Perspektif Hukum
yang senantiasa melekat dalam birokrasi. Administrasi Negara
Kita tidak dapat memukul rata bahwa Korupsi pada umumnya dilakukan oleh
semua birokrasi tidak efisien atau korup. orang yang memiliki kekuasaan dalam
Korupsi dan penyalahgunaan jabatan suatu jabatan, sehingga karakteristik
merupakan penyakit administratif yang kejahatan korupsi selalu berkaitan dengan
dapat diberantas asalkan kita punya penyalahgunaan kekuasaan dalam
komitmen yang kuat untuk menanganinya. perspektif kejahatan yang terorganisir. Ko-
Apabila korupsi, penyalahgunaan dan rupsi yang terjadi dalam lingkungan
penyelewengan, serta berbelit-belitnya kekuasaan, tergambar dalam adagium yang
layanan dipandang sebagai penyakit diungkapkan oleh Lord Acton, yakni
administratif, maka seperti layaknya kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan
seorang dokter yang melakukan diagnosis mutlak korup secara mutlak. 8
atas penyakit, hal yang penting dalam Beberapa landasan untuk menangkal
mengatasinya adalah dengan mengetahui tindakan korupsi yang terjadi di bidang
bagian-bagian dalam tubuh birokrasi yang administrasi negara adalah sebagai
rentan terhadap penyakit-penyakit berikut.9
7
tersebut. 1. Cara sistemik-struktural.
Korupsi dapat bersumber dari
B. Perumusan Masalah kelemahan-kelemahan yang terdapat
1. Bagaimanakah keberadaan korupsi pada sistem politik dan sistem
dalam perspektif hukum administrasi administrasi negara dengan birokrasi
negara ? sebagai perangkat pokoknya. Untuk itu,
yang harus dilakukan adalah mendaya-

6 41
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Rohim, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 289. Cimanggis Depok: Pena Mukti Media., hlm. 4 dan 5.
7 56
Ibid., hlm. 290. Wahyudi Kumorotomo, Op.Cit., hlm. 260.

107
Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014

gunakan segenap supra struktur maupun korupsi tanpa pandang bulu. Pemerintah
infrastruktur politik dan pada saat yang dan masyarakat, melalui lembaga-
sama membenahi birokrasi sehingga lembaga yang ada, harus berani
lubang-lubang yang dapat dimasuki melakukan pembersihan di dalam tubuh
tindakan-tindakan korup dapat ditutup. aparat pemerintahan sendiri, yaitu
Suprastruktur politik adalah keseluruhan pembersihan terhadap aparatur-
lembaga penyelenggara negara yang aparatur yang tidak jujur.
mempunyai kewenangan hukum 3. Cara moralistik.
konstitusional yang bersumber dari UUD Faktor penting dalam persoalan korupsi
1945 seperti MPR, Presiden, DPR, DPA, adalah faktor sikap dan mental manusia.
BPK, MA, dan pemerintah daerah Oleh karena itu, usaha
beserta seluruh jajarannya. Dengan penanggulangannya harus pula terarah
demikian aparat pemerintah atau pada faktor moral manusia sebagai
administrasi negara merupakan aparat pengawas aktivitas-aktivitas tersebut.
pelaksana dari supra struktur politik, se- Cara moralistik dapat dilakukan secara
dangkan infrastruktur politik adalah umum melalui pembinaan mental dan
organisasi-organisasi kekuatan sosial moral manusia, khotbah-khotbah,
politik dan kemasyarakatan yang tidak ceramah, atau penyuluhan di bidang
mempunyai kewenangan hukum keagamaan, etika, dan hukum. Tidak
konstitusional tetapi dapat berperan kurang pentingnya adalah pendidikan
sebagai kelompok penekan. moral di sekolah-sekolah formal sejak
2. Cara abolisionistik. jenjang pendidikan dasar hingga
Cara ini berangkat dari asumsi bahwa perguruan tinggi dengan memasukkan
korupsi adalah suatu kejahatan yang pelajaran-pelajaran etika dan moral
harus diberantas dengan terlebih dahulu dalam kurikulum pendidikan. Semuanya
menggali sebab-sebabnya dan kemudian bertujuan untuk membina moral
penanggulangannya diarahkan pada individu supaya dia tidak mudah terkena
usaha-usaha menghilangkan sebab- bujukan korupsi dan penyalahgunaan-
sebab tersebut. Oleh karena itu, jalan penyalahgunaan kedudukan di mana
yang ditempuh dengan mengkaji pun dia berfungsi dalam masyarakat.
permasalahan-permasalahan yang
tengah dihadapi masyarakat, mem- B. Strategi Pemberantasan Korupsi Dalam
pelajari dorongan-dorongan individual Perspektif Hukum Administrasi Negara
yang mengarah ke tindakan korupsi, Strategi pemberantasan korupsi dalam
meningkatkan kesadaran hukum perspektif hukum administrasi negara
masyarakat, serta menindak orang- meliputi beberapa bidang perubahan, yakni
orang yang korup berdasarkan kodifikasi sebagai berikut:
hukum yang berlaku. Jadi dalam
menangkal korupsi kecuali 1. Kepemimpinan atau Pemerintahan yang
menggunakan titik tekan metode kuratif, Baik
cara ini juga diharapkan menjadi Bagi legislatif yang terpilih adalah pilar
perangkat preventif dengan menggugah utama sistem integritas nasional yang
ketaatan pada hukum. Hal yang perlu berlandaskan tanggung gugat demokrasi.
mendapat perhatian dalam hal ini ialah Tugasnya dalam bahasa sederhana,
bahwa hukum hendaknya ditegakkan mewujudkan kedaulatan rakyat melalui
secara konsekuen, aparat harus wakil-wakil yang dipilih untuk kepentingan
menindak siapa saja yang melakukan publik, memastikan bahwa tindakan

108
Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014

eksekutif dapat dipertanggungjawabkan. monopoli di sektor swasta yang mungkin


Sama halnya pemerintah mendapat timbul harus dikendalikan dengan benar
keabsahan setelah mendapatkan mandat untuk mencegah penyalahgunaan monopoli
dari rakyat. Legislatif sebagai badan itu). “Kekuasaan monopoli” para birokrat
pengawas, pengatur, dan wakil. Legislatif dapat diperkecil dengan cara menciptakan
atau parlemen modern adalah pusat sumber-sumber persediaan yang saling
perjuangan untuk mewujudkan dan bersaing, memperbolehkan warga
memelihara tata kelola pemerintahan yang masyarakat mengambil surat izin
baik untuk memberantas korupsi. Begitu mengemudi di kantor polisi lalu lintas mana
pula dengan eksekutif sebagai pelaksana saja, atau memperbolehkan pengusaha
yang juga merupakan wakil rakyat harus memperoleh surat izin dari pejabat mana
menjalankan pemerintahan yang sebaik- saja atau kantor mana saja yang diberi
baiknya. wewenang untuk memberi izin. Sebaliknya,
dapat pula bahwa polisi diberi wewenang
2. Program Publik yang tidak tumpang tindih sehingga tidak
Perubahan akan program-program ada salah seorang anggotanya pun yang
publik akan memperkecil insentif untuk dapat memberi jaminan pada pelanggar
memberi suap dan memperkecil jumlah hukum bahwa dia tidak akan ditahan.
transaksi dan memperbesar peluang bagi
warga masyarakat untuk mendapatkan 3. Perbaikan Organisasi Pemerintah
pelayanan publik. Reformasi ini misalnya, Di samping mengadakan perubahan
menghapus program-program korup yang pada program-program spesifik, perhatian
tidak mempunyai alasan kuat dari sisi diperlukan untuk mencegah korupsi melalui
kepentingan masyarakat untuk diteruskan. perubahan pada susunan organisasi
Banyak program diadakan semata-mata pemerintah. Untuk ini perlu perubahan
karena membawa keuntungan pribadi bagi pada cara pemerintah menjalankan
para pejabat yang mengendalikannya, atau tugasnya sehari-hari. Cara mengadakan
menyederhanakan program dan prosedur perubahan ini, yakni dengan memberikan
agar lebih efisien, meniadakan “penjaga gaji yang cukup untuk hidup pada pegawai
gawang” yang melakukan pungutan liar, negeri dan politisi sehingga karir dalam
menyederhanakan prosedur untuk pemerintahan menjadi pilihan yang cukup
mendapat surat izin dari pemerintah. Ini baik bagi orang-orang yang memenuhi
dapat memperkecil peluang bagi pegawai syarat. Dengan cara menghilangkan kesan
negeri untuk dengan sengaja pemerintah angker dan pemerintah itu
memperlambat kerja dan memperkecil lahan pribadi, menyebarkan informasi
wewenang mengambil keputusan sendiri, kepada warga masyarakat mengenai hak
yang merupakan tanah subur bagi perilaku mereka untuk mendapat layanan dari
korupsi. Apabila wewenang memang harus pemerintah, menerbitkan buku pegangan
dipertahankan, maka pejabat bersangkutan bagi pegawai negeri yang dapat dengan
harus dibekali pedoman yang jelas mudah diperoleh dan dipelajari oleh warga
mengenai tata cara menjalankan tugas. masyarakat dan kontraktor yang
Swastanisasi perusahaan negara juga berhubungan dengan lembaga pemerintah
dapat mengurangi peluang melakukan bersangkutan, dan menghapuskan kontak
korupsi dalam lingkungan birokrasi empat mata dengan cara memasukkan
pemerintah (tetapi proses menjual itu unsur acak (misalnya, rotasi anggota staf
sendiri harus terbuka, untuk mencegah dari waktu ke waktu) sehingga warga
jangan sampai dijangkiti korupsi, dan masyarakat yang berkepentingan dengan

109
Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014

mereka tidak dapat lagi mengetahui lebih tertibnya. Tim ini pun tidak memuaskan
dahulu dengan pejabat mana dia harus dalam mencegah banyaknya korupsi.
berurusan. Bahkan pernah terjadi tim ini keliru
menafsirkan mis-management sebagai
4. Penegakan Hukum korupsi. Lalu pada tahun 1970, Presiden
Upaya memberantas korupsi melalui mengeluarkan dua buah keputusan
kodifikasi hukum, pertama-tama terlihat presiden yang tertuang dalam Keputusan
dari keluarnya Peraturan Penguasa Militer Presiden Nomor 13 Tahun 1970 untuk
No. Prt/PM/03/1957, No. Prt/ PM/06/1957, membentuk Komisi-4. Anggota-anggota
dan No. Prt/PM/O11/1957. Peraturan- Komisi-4 adalah Wilopo Kasimo, Prof. Ir.
peraturan ini berusaha memberi batasan Johannes, dan Anwar Tjokroaminoto.
korupsi dalam istilah hukum sekaligus Suara-suara masyarakat yang menuntut
memperbaiki kualitas hukum sebagai penindakan tegas terhadap para koruptor
pengatur interaksi antar manusia. Korupsi bisa diredakan, meskipun hukum positif
diberi batasan sebagai “Perbuatan- yang mengaturnya tetap belum terwujud.
perbuatan yang merugikan keuangan dan Kemudian dikeluarkan Undang-Undang
perekonomian negara”. Di sini dibedakan Nomor 3 Tahun 1971 tentang
antara “perbuatan korupsi pidana” dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
“perbuatan korupsi lainnya”. Kecuali itu, merupakan usaha merumuskan delik
terdapat pula peraturan No. Prt/ korupsi yang cukup lengkap dimiliki oleh
PEPERPU/013/1958 yang mengangkat para penegak hukum di Indonesia. Di dalam
masalah adanya kesulitan untuk undang-undang ini, perumusan delik
membuktikan terlebih dahulu bahwa korupsi dibuat lebih jelas dan dapat
terdakwa telah melakukan suatu kejahatan mencakup sebagian besar bentuk-bentuk
dan pelanggaran.10 korupsi yang ada, prosedur pemeriksaan
Pada tahun 1960 dikeluarkan peraturan disederhanakan, dan proses pembuktian
baru mengenai korupsi, yaitu Peraturan menjadi lebih mudah. 11 Kemudian Undang-
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Undang Nomor 3 Tahun 1971 diubah
Nomor 24 (PRP) Tahun 1960 tentang dengan UndangUndang Nomor 31 Tahun
Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Tindak Pidana Korupsi. Korupsi dirumuskan Pidana Korupsi, yang kemudian diubah
sebagai delik pidana bukan hanya dengan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
pernyataan-pernyataan yang abstrak 2001, terlebih dengan adanya sistem
moralistik. Muncul pengertian-pengertian pembuktian terbalik, yang akan
baru mengenai penyuapan aktif, memudahkan proses pembuktian perkara
pembuktian tindakan korupsi, di samping korupsi di pengadilan.
ketentuan-ketentuan mengenai hukum Selain itu dikeluarkan juga Undang-
acaranya memperkuat kedudukannya Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
peraturan ini kemudian diubah menjadi Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961. Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Keputusan Nomor 228 Tahun 1968, Dengan dikeluarkannya undang-undang ini,
Presiden mengambil inisiatif untuk diharapkan penyelenggara negara mampu
membentuk Tim Pemberantasan Korupsi menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya
(TPA) yang diberi tugas untuk membantu secara sungguh-sungguh dan penuh
pemerintah dalam memberantas perbuatan
korupsi secepat-cepatnya dan setertib-
67
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi ..., Op.
65
Ibid., hlm. 268-269. Cit., hlm. 270.

110
Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014

tanggung jawab.12 Menegakkan hukum seseorang dari tindakan korup adalah


memang penting, tetapi strategi yang budaya salah.
hanya berfokus pada penegakan hukum
hampir pasti akan gagal dengan 6. Pembentukan Lembaga Pencegah
kemungkinan besar tidak akan dapat Korupsi
menciptakan lingkungan etika yang Negara yang sungguh-sungguh berupaya
menolak perilaku korupsi, oleh karena itu memberantas korupsi perlu mendirikan
sangat diperlukan peran serta masyarakat lembaga baru atau memperkuat lembaga
dalam pemberantasan korupsi di sektor yang ada dan dapat menjalankan fungsi-
publik. fungsi spesifik dalam tugas-tugas upaya
antikorupsi. Meski banyak model lembaga
5. Kesadaran Masyarakat tersedia, tetapi apa pun model yang
Hal yang tak kalah pentingnya ialah digunakan, lembaga itu harus dilengkapi
keberanian dan tekad seluruh aparatur ne- dengan sumber daya manusia yang cukup
gara dan masyarakat untuk melawan dan dana yang cukup pula. Kalau tidak,
korupsi. Segala macam sistem dan konsepsi daftar panjang lembaga antikorupsi yang
tidak akan terlaksana apabila para tidak efektif akan bertambah panjang.
pelaksananya sendiri kurang berani untuk Lembaga yang dapat di contoh antara
mengungkap korupsi yang jelas-jelas lain Komisi Independen Anti Korupsi seperti
terdapat di depan hidungnya. Masih banyak yang ada di Hongkong, yang memiliki
jaksa yang takut untuk melakukan tuntutan wewenang luas untuk menyelidik dan
karena korupsi melibatkan orang-orang menyeret tertuduh ke pengadilan dan
penting dan mempunyai kekuasaan. untuk mendidik masyarakat. Komisi
Keberanian harus ditumbuhkan bersama- semacam itu harus benar-benar
sama meningkatnya kesadaran masyarakat independen dari penguasa negara tetapi
akan hukum. Di dalam budaya dan perilaku, tunduk pada hukum, karena kalau tidak
secara psikologis kita mengenal budaya akan cenderung menjadi lembaga penindas
malu (shame culture) dan budaya salah pula. Pilihan lain adalah memperkuat
(guilt). Budaya malu adalah pola perilaku kantor Auditor Negara dan kantor
yang menunjukkan “kehilangan muka” atau Ombudsman, sebuah lembaga yang dapat
perasaan jengah apabila seseorang membantu memperbaiki kinerja pejabat
melakukan kesalahan di hadapan orang pemerintah dan bersamaan dengan itu
lain. Sementara itu, budaya salah dapat dapat memberikan saran bagi warga
dilihat dari apa yang dirasakan dalam batin masyarakat. Pejabat kantor itu harus
seseorang. Dengan demikian, budaya malu diangkat dengan cara yang memastikan
hanya menimbulkan rasa bersalah jika bahwa kantor itu independen dan
seseorang melakukan kejahatan dan profesional dan laporan dari kantor ini
diketahui oleh pihak lain, entah itu teman, harus disebarluaskan dalam masyarakat,
atasan atau pengawas keuangan tetapi dan pemerintah harus melaksanakan
budaya salah tampak dari rasa salah jika rekomendasinya. Kantor Ombudsman
melakukan penyimpangan moral meskipun sudah didirikan di berbagai negara dan
tidak ketahuan orang lain. Maka benteng membuka kesempatan untuk membangun
yang paling kuat untuk mencegah tanggung gugat administrasi pemerintahan,
sementara sistem peradilan menyesuaikan
diri pada perannya yang baru atau
69
Indriyanto Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur memperkecil inefisiensi dan korupsi yang
Negara dan Hukum Pidana, Diadit Media, Jakarta, menghambat melakukan tugasnya.
2006, hlm. 585.

111
Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014

Mendirikan Kantor Kontraktor Jenderal hukum antar subjek hukum itu berjalan
akan membuka peluang bagi pengawasan secara harmonis, seimbang, dan adil,
independen atas kegiatan kontrak dalam arti setiap subjek hukum (baik
mengontrak yang dilakukan pemerintah warga negara maupun pejabat)
dan kinerjanya di bidang ini. mendapatkan apa yang menjadi haknya
Selain hal-hal tersebut, pers juga dan menjalankan kewajiban yang
berperan dalam upaya melakukan dibebankan kepadanya. Di sini hukum
pemberantasan korupsi. Kegiatan-kegiatan tampil sebagai aturan main dalam
pers mesti digalakkan tanpa sikap yang mengatur hubungan hukum tersebut.
berlebihan dari pihak pemerintah. Pers Hukum yang mengatur hubungan
yang diperlukan adalah pers yang mampu hukum antara pemerintah dan warga
mewakili aspirasi masyarakat, menemukan negara adalah Hukum Administrasi
berbagai bentuk penyimpangan Negara (HAN). Tindakan-tindakan
administratif, mampu menjadi sarana pejabat pemerintahan dapat menjadi
komunikasi timbal balik antara rakyat dan peluang munculnya perbuatan yang
pemerintah. Pers hendaknya bukan hanya bertentangan dengan hukum yang
menjadi corong bagi pernyataan- melanggar hak-hak warga negara,
pernyataan pejabat tetapi juga dapat seperti perbuatan korupsi. Di sini peran
menjadi alat kontrol bagi adanya Hukum Administrasi Negara sangat
penyelewengan-penyelewengan program penting dalam upaya untuk mencegah
pembangunan karena pengawasan dan terutama penyalahgunaan
pembangunan tidak mungkin sepenuhnya wewenang yang dilakukan oleh pejabat.
diserahkan kepada satuan-satuan 2. Strategi pemberantasan korupsi dalam
pengawas struktural maupun fungsional. perspektif hukum administrasi negara
meliputi beberapa bidang perubahan,
PENUTUP yakni sebagai berikut : kepemimpinan
A. Kesimpulan atau pemerintahan yang baik; program
1. Korupsi yang mengatasnamakan publik di mana perubahan akan
kebijakan publik, baik yang dikeluarkan program-program publik akan
dari lembaga legislatif, eksekutif, memperkecil insentif untuk memberi
maupun lembaga-lembaga pembuat suap dan memperkecil jumlah transaksi
keputusan yang ada di Badan Usaha dan memperbesar peluang bagi warga
Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha masyarakat untuk mendapatkan
Milik Daerah (BUMD) dan juga lembaga pelayanan publik; perbaikan organisasi
perbankan adalah modus operandi pemerintah di mana perlu perubahan
korupsi yang paling canggih saat ini. pada cara pemerintah menjalankan
Sebagai subjek hukum, selaku pemikul tugasnya sehari-hari; penegakan
hak-hak dan kewajiban, pejabat hukum. Menegakkan hukum memang
pemerintahan dapat melakukan penting, tetapi strategi yang hanya
tindakan-tindakan hukum berdasarkan berfokus pada penegakan hukum
kemampuan atau kewenangan yang hampir pasti akan gagal dengan
dimilikinya. Tindakan-tindakan hukum kemungkinan besar tidak akan dapat
pejabat pemerintahan dalam rangka menciptakan lingkungan etika yang
melayani atau mengatur warga negara menolak perilaku korupsi, oleh karena
merupakan awal dari adanya hubungan itu sangat diperlukan peran serta
hukum antara pejabat pemerintahan masyarakat dalam pemberantasan
dan warga negara. Agar hubungan korupsi di sektor publik. Tak kalah

112
Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014

pentingnya kesadaran masyarakat yaitu Atmosudirdjo, S. Prajudi., Hukum


keberanian dan tekad seluruh aparatur Administrasi Negara, Seri Pustaka Ilmu
negara dan masyarakat untuk melawan Administrasi VII, Jakarta: Ghalia
korupsi. Kemudian pembentukan Indonesia, 1995.
lembaga pencegah korupsi, negara yang Dharmawan, H.C.B., dkk. (Ed), Jihad
sungguh-sungguh berupaya Melawan Korupsi, Jakarta : Kompas,
memberantas korupsi perlu mendirikan 2005.
lembaga baru atau memperkuat Dirjosisworo, Soedjono., 1987. Fungsi
lembaga yang ada dan dapat Perundang-Undangan Pidana dalam
menjalankan fungsi-fungsi spesifik Penanggulangnn Korupsi di Indonesia,
dalam tugas-tugas upaya antikorupsi. PT. Sinar Baru, Bandung.
Echol, M.J. dan Sadily, H., 1985, English
B. Saran Indonesian Dictionary, Gramedia.
Upaya-upaya untuk menangkal korupsi Elliot, Kimberly Ann., Korupsi dan Ekonomi
akan kurang berhasil bila ancaman yang Dunia, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
dilakukan hanya sepotong-sepotong. Oleh 1999.
karena itu, upaya tersebut hendaknya Hamzah, Andi., 1984, Korupsi di Indonesia
dimulai secara sistematis, melibatkan Masalah dan Pemecahannya, Penerbit:
semua unsur masyarakat. Akar dari PT. Gramedia, Jakarta.
kedurjanaan itu adalah tidak adanya usaha -----------., Pemberantasan Korupsi Melalui
bahu-membahu antara masyarakat dan Hukum Pidana Nasional dan
pemerintah dan perasaan terlibat dengan Internasional, Jakarta : RajaGrafindo
kegiatan-kegiatan pemerintah baik di Persada, 2005.
kalangan pegawai negeri maupun dalam Ispriyarso, Budi., Hubungan Fungsional
masyarakat pada umumnya. Keterlibatan di Antara Kedaulatan Rakyat dan
sini maksudnya sama sekali bukan pula Kedaulatan Hukum terhadap
justru tindakan-tindakan oportunistik untuk Perkembangan Hukum Adminsitrasi
kepentingan sendiri, melainkan kesediaan Negara, dalam S.F. Marbun dkk (ed),
untuk saling mengoreksi untuk tujuan Dimensi-Dimensi Pem ikiran Hukum
bersama. Administrasi Negara, Yogyakarta: UII
Pres, 2001.
DAFTAR PUSTAKA Klitgaard, Robert., Membasmi Korupsi,
Adji, Indriyanto Seno., Korupsi Kebijakan Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2001.
Aparatur Negara dan Hukum Pidana, Kumorotomo, Wahyudi., Etika Administrasi
Diadit Media, Jakarta, 2006. Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
Alatas, Syed Hussein., Sosiologi Korupsi, 2008.
LP3ES, Jakarta, 1986. Lubis, M., dan Scott, J.C., 1993, Korupsi
Andeae, Focklema., 1951, dalam Lilik Politik, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Mulyadi, 2007, Tindak Pidana Korupsi di Manan, Bagir dan Magnar, Kuntana., dalam
Indonesia, Normatif, Teoritis, Praktik dan Beberapa Masalah Hukum Tata Negara
Masalahnya, PT Alumni, Bandung. Indonesia, sebagaimana dikutip oleh
Atmasasmita, Romli., dikutip Edy Suandi Ridwan, Tiga Dimensi Hukum
Hamid dan M.Sayuti (editor): Administrasi dan Peradilan Administrasi,
Menyingkap Korupsi, Kolusi dan FH UII Press, Yogyakarta, 2009.
Nepotisme, Aditya Media, cetakan Marpaung, Leden., Tindak Pidana Korupsi,
pertama, Jogjakarta, 1999. Masalah dan Pemecahannya, Sinar
Grafika, Jakarta, 1992.

113
Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014

Mochtar, M. Akil., Memberantas Korupsi, Prima dan Kepemimpinan Yang Baik),


Efektivitas Sistem Pembalikan Beban Bandung : Refika Aditama, 2009.
Pembuktian Dalam Gratifikasi, Jakarta : Singgih, Dunia pun Memerangi Korupsi,
Q-Communication, 2006. Beberapa Catatan dari International
Nurdjan, I.G.M., Korupsi – Perspektif AntiCorruption Conference I-X dan
Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Dokumen PBB tentang Pemberantasan
Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Korupsi, Pusat Studi Hukum Bisnis,
2010. Fakultas Hukum Universitas Pelita
-----------., 1990, Polri dan Penindakan Harapan, Tangerang, 2002.
Korupsi, Majalah Sumanasa Wira, Sespim Soemodihardjo, R. Dyatmiko., Mencegah
Polri: Jakarta. dan Memberantas Korupsi, Mencermati
Poerwadarminta, W.J.S., 1990. Kamus Dinamikanya di Indonesia, Prestasi
Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka Publisher, Jakarta, 2008.
Pustaka, Bandung. Soetami, A. Siti., Hukum Administrasi
Pope, Jeremy., Strategi Memberantas Negara, Badan Penerbit Universitas
Korupsi, Eelemen Sistem Integritas Diponegoro, Semarang, 2000.
Nasional, Jakarta : Transparansi Wojowasito, S - Poerwadarminta, W.J.S.,
Internasional Indonesia dan Yayasan Kamus Lengkap Inggris-Indonesia,
Obor Indonesia, 2003. Indonesia-Inggris, Hasta, Bandung.
Prakoso, Djoko., Peranan Pengawasan dan Yasyin, Sulchan., Kamus Lenglcap Bahasa
Penangkalan Tindak Pidana Korupsi, Indonesia, Amanah, Surabaya, 1997.
Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1990.
Prodjohamidjojo, M., 2001, Penerapan
Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi
(UU No. 31 talnm 1999), Cetakan 1,
Mandar Maju: Bandung.
Ridwan H.R., Tiga Dimensi Hukum
Administrasi dan Peradlian Administrasi,
Yogyakarta: FH UII Press, 2009.
Rohim, Modus Operandi Tindak Pidana
Korupsi, Cimanggis Depok : Pena Mukti
Media.
Sapardjaya, Komariah Emong., Ajaran Sifat
Melawan Hukum Materil dalam Hukum
Pidana Indonesia, Alumni, Bandung,
2002.
Sedarmayanti, Good Governance
(Kepemerintahan yang Baik),
Membangun Sistem Manajemen Kinerja
Guna Meningkatkan Produktivitas
Menuju Good Governance
(Kepemerintahan yang Baik), Mandar
Maju, Bandung, 2004.
------------., Reformasi Administrasi Publik,
Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan
Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan

114

Anda mungkin juga menyukai