Anda di halaman 1dari 16

Peranah Cita Hukum dalam

Pembentukan Hukum Nasional

Riri Nazriyah

Abstract

. The formation of national law recently stressed more on formal and positivistic legal
aspectso thattheproduct oflaw created is more practical andpragmatic. Forthis reason,
itneeds torenovate inthe process oflaw formation itself byreferring tothevalue andidea
of Indonesian law. Besides that, the law formation is still stronger philosophically and
sociologically.

Pendahuluan

Bagi negara Indonesia yangberdasaratas Begitu pentingnya hukum bagi kehidupan


hukum, pembangunan harus dilaksanakan masyarakat. pemerintah Indonesia melalui
berdasar atas hukum dan dipertanggung- GBHN 1993 berupaya untuk mewujudkan dan
jawabkan menurut hukum. Hukum dijadikan memberikan perhatian yang lebih besar pada
prinsip pokok yang harus diterapkan dan pembangunan sistem hukum. dengan
dipegang teguh dalam perencanaan, menempatkan pembangunan di bidang
pelaksanaan, dan perigawasan pembangunan, hukum sebagai bidang yang berdiri sendiri.
agar penyelenggaraan pembangunan Dengan demikian, pemerintah diharapkan
beijalantertib, teraturdan terkendall, efektif dan akan leblh serius dalam menangani berbagai
efisien guna meningkatkan kualitas manusta persoalan yang bertalian dengan sistem
dan masyarakat Indonesia seluruhnya.'' hukum nasional yang meliputi tiga subsistem

'Oka Mahendra. "Proses pemantapan Cita Hukum dan Penerapan Asas-asas Hukum Nasional Masa KIni
dan dl Masa yang Akan Da!ang."Wa/a/a/} Hukum Nasional. Edisi Khusus 50Tahun Pembangunan Nasional
1.1995. Him. 107.

136 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL. 9. JUNI2002:. 136 - 151


Riri Nazn'yah. Peranan Cita Hukum dalam Pembentukan Hukum Nasional

hukum, yakni: Pertama, subsistem penciptaan jelas lembaga atau pejabat yang berwenang
atau pembentukan hukum; Kedua, subsistem untuk membuatnya.
hukum yang bertalian dengan is! atau materi. Permasalahan di sekitar landasan
hukum balk berupa asas-asas hukum maupun filosofis, sosiologis dan yuridis mempunyai
kaidah-kaidah hukum; dan Ketlga, subsistem kaitan erat dalam pembentukan sistem hukum
penerapan dan penegakan hukum.^Tiga nasional. Oleh karena itu, penerapan berbagai
subsistem dari sistem hukum nasional tersebut landasantersebut mempunyai arti yangsangat
merupakan satu kesatuan yang integrai daiam penting dalam upaya pembentukan sistem
pembangunan di bidang hukum. hukum nasional.
Permasalahan terhadap pembentukan Berkaitan dengan pembentukan sistem
sistem hukum nasional, tidak akan terlepas hukum nasional dengan segala dinamika dan
dari |andasan filosofis, sosiologis dan yuridis. problematikanya, maka pembangunan sistem
Bangsa Indonesia sebagai suatu negara yang hukum nasional di era reformasi ini terasa
merdeka tentu ingin memban'gun bangsanya sangat mendesak untuksegera dilakukan. Hal
sesuai dengan niiai-nilai yang dianggap balk ini bukan saja karena pembangunan sistem
dan ideal sesuai dengan faisafah yang hukum di masa Orde Baru terasa dikesamping-
diyakininya, yakni Pancasila. Pembentukan kan oieh Pemerintah, namun juga tekad
sistem hukum nasional harus mengacu bangsa Indonesia yang sejak awai lahirnya
kepada dasar faisafah-Pancasila. Karena negara mempunyai komitmen untuk hidup
Pancasila merupakan cita hukum Indonesia daiam wadah negara hukum yang sesuai
yang menjadi penentu arah kehidupan dengan landasan Pancasila dan Undang
sebagai rakyat yangteratur, untuk membangun Undang Dasar 1945. Dengan kata lain, di era
negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil reformasi yang teiah mengubah perjalanan
dan makmur.^ bangsa Indonesia dari [anggam otoritarian
Landasan sosiologis dimaksudkan bahwa menuju kepada langgam demokrasi, maka
pembentukan sistem hukum nasional harus supremasi hukum diletakkan sebagai acuan
berpihak dan sekaligus berdlri di atas bersama oleh bangsa Indonesia.
kepentingan rakyat secara keseiuruhan. Salah satu agenda penting yang telah
Artinya, pembentukan sistem hukum nasional dilakukan oleh Pemerintah di era reformasi
harus mampu menciptakan keadilan dan ini dilakukannya perubahan Undang-Undang
ketertiban dalam masyarakat luas. Landasan Dasar 1945, yang dianggap masih banyak
yuridis, yang mellputi kewenangan materi atau mengandung keiemahan dan sudah tidak
isi, dan sinkronisasi. Artinya, bahwa dalam sesuai iagi dengan perkembangan zaman.
pembentukan sistem hukum nasional harus Reformasi politik dan ekonomi yang bersifat

^Bagir Manan. "Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Nasional." Makalah Kuliah pembukaan (Pra
Pasca) ProgramllmuHukum Pascasarjana UNPAD. Bandung. 1994, Him. 15-19.
^Ruslan Saleh."Pembinaan Cita Hukum dan Penerapan Asas-asas Hukum Nasional." Majalah Hukum
Nasional. Edisi khusus 50 Tahun Pembangunan Nasional 11995 Hlm.49

137
menyeluruh tidak mungkin dilakukan tanpa meminjam istilah Moh. Mahfud MD.,®- pada
diiringi oleh reformasi hukum. Reformasi era Orde Baruterjadi pemerintahan otoritarian
hukum yang menyeluruh juga tidak mungkin yang dibentiik melalui prosedur kondisional
dilakukan tanpa^.didasari oleh agenda dengan misalny.a dibuat melalui DPR yang
reformasi ketatanegaraan yang mendasar, secara "formal" sSh jadi melalui rekayasa for
dan itu berarli diperlukah adanya constitutional mal dalam pembuatan peraturan. Di mana
reforrm yang tidak setengah hati/ ' dalam ilmu hukum administrasi negara
• Sekarang, Undang-Undang Dasar 1945 disebut "atrlbusi kewenangan".
memang sudah mengalami perubahan yang
sangat substantif. Pada 1999 telah ditetapkan
Cita Hukum Indonesia
adanya perubahah pertama, pada 2000 telah
dlterirha adanya perubahan kedua, demikian CIta hukum bangsa dan rakyat Indonesia
jugapada bulan Agustus 2001 telah ditetapkan yang hidup pada waktu zaman kolonlal
dan disahkan lagi perubahan ketiga Undang- bertentangan dengan cita hukum kolonial:
Undang Dasar 1945. Perubahan Undang- Asas-asas hukum kolonial adalah
Undang Dasar 1945 ini dimaksudkan untuk pengingkaran terhadap Hak Asasi Manusia
memenuhi tuntutan reformasi agar tercipta (HAM), juga berwatak diskriminatif antara
rasa keadilah dan mampu menjawab semua bangsa Belanda yang berkuasa kontra rakyat
permasalahan dalam realitas kehidupan Indonesia yang dijajah, selain Itu berslfat
masyarakat yang sedang berkembang. sewenang-wenang. Semua"itu bermuara ke
Apabila dicermati secara mendalam hasil situasi umum dengan tidak adanya kepastian
ama'ndemen pertama, kedua, dan ketiga hukum bagi bangsa Indonesia.
Undang-Undang Dasar 1945 perlu ditinjau Istilah umum pada waktu itu adalah
ulang karena maslh ada beberapa pasal yang "hantam kromo". "Kromo" sebagai tipe rakyat
menonjolkap kohipromi politik yang Indonesia harus dihantam. Bukandibela, yang
sebetulnya'berimplikasi jangka pendek, dibela adalah "Londo". Dalam adaglum
Dengan kata lain, pembentukan hukum lebih hukum kolonial "bela londo". Sebaliknya cita
bereifat praktis pragmatis, sebab dilihat dari hukum nasional pada waktu itu adalah'"bela
kondisiriya perubahan Undang-Undang Dasar kromo" dan "hantam londo", yang bermakna
1945"dilakukan seketika setelah tumbangnya hukum' harus membela rakyat Indonesia dan
Orde Baru (yang rhensakralkan UUD 1945), melawan hukum kolonial belanda. Itulah Inti
dimana pada masa itu hukum hanya jiwa cita hukum nasional.
digunakan untuk melanggengkan kekuasaan. Oleh karena itu, cita hukum nasional yang
Kekuasaan mengkooptasi hukum - pada waktu itu bersemi dalam hati nurani

*Jimly Asshiddiqie."Undang Undang Dasar Kesatuan Indonesia: Pengantar Perubahan." Makalah


PembukaanKuliah ProgramMaglsterllmu Hukum Ull. Yogyakarta. September 2001. Him. 2.
®Moh. Mahfud MD. 1998. "Menegakkan Supremasi Hukum melalui Demokratisasi." Dalam Dahlah Thaib
dan Miia Karmila Adi (editor). Hukum dan Kekuasaan." Yogyakarta. Fakultas Hukum Ull: Him. 60.

138 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL 9: JUNI2002:136 -151


Riri Nazriyah. Peranan Cita Hukum dalam Pembentukan Hukum Nasional

pemimpin-pemimpin bangsa adalah masyarakat dan golongan-goiongan Iain


menjunjung tinggi HAM sebagai mahluk dan tiap-tiap masyarakatdalam pergaulan
Tuhan yang sama kedudukannya di hadapan hidup (darma) sendiri-sendiri menurut
Al- Khaliq. kodrat alam dan segala-galanya ditujukan
Cita hukum nasional pada waktu itu kepada kebahagiaan lahir batin."
berwatak kontradlktif, antitesis dan
"Manusia sebagai seseorang tidak pernah
antagonistik terhadap cita hukum kolonial.
terpisah dari manusia lain atau dari dunia
Bagi hukum kolonial berlaku dalil atau
luar, dari golongan-goiongan manusia,
adagium macht is recht, kekuasaan adalah
malah segala golongan makhiuk segala
hukum, artinya kekuasaan ada di tangan yang
sesuatu bercampur baur dan bersangkut
menentukan hukum sewenang-wenang itu.
paut. Segala sesuatu berpengaruh
Adapun bag! cita hukum nasional berdalil
pengaruhi dan kehidupan mereka
Recht is recht, Macht is macht Hukum adalah
bersangkut paut. Inilah ide totaliter, ide
hukum dan kekuasaan adalah kekuasaan.
integralistik dari bangsa Indonesia, yang
Kekuasaan harus timbul karena hukum.
berwujud juga dalam susunan
Bukan sebaliknya, yaitu hukum dirumuskan
ketatanegaraan yang asli".
untuk kepentingan kekuasaan seperti dilakukan
oleh kolonialisme.^ Hukum terus berkembang sesuai dengan
Hukum dan tata hukum {rechtsorde) perkembangan masyarakat yang tidak lepas
dicipta oleh manusia untuk mengorganisasi dari citahukum Indonesia yangtelahdiidentifikasi
dan menata kebersamaan hidup antar oleh para pendirl negara, yaitu: yang terumus
manusia. Hukum dan tata hukum niscaya sebagai empat pokok pikiran yang terkandung
menyesuaikan diri dengan realitas manusia. dalam Pembukaan Uhdang-Undang Dasar
Tiap realitas seperti apa adanya itulah yang 1945, yang telah mendapat pengakuan rakyat
merupakan kebenaran, bukan pendapat Indonesia. Sebenarnya hukum dibentuk atau
subjektif manusia mengenai realitas. Manusia dibuat dengan memperhatikan cita hukum
yang satu selalu dalam relasi saling bangsa dan negara Indonesia yang menjadi
tergantung pada manusia yang lain dan pada pehentu arah kehidupan sebagai rakyat yang
lingkungan tempat dia hidup. Dalam ha! ini teratur, bukan memperhatikan dan
Soepomo mengatakan sebagai berikut;^ mengutamakan kepentingan penguasa.
Disinilah letak arti pentingnya fungsi cita
"segala manusia sebagai seseorang,
hukum yang memberikan nilai-nilai keadilan
'-golongan manusia dalam satu
dalam proses pembentukan hukum. Dalam

^Ruslan Abdul Gani. "Proses Perumusan Cita Hukum danAsas-asas Hukum dalam Periode 1908-1945
(Pendekatan Historis - Empiris dan Teoritis - Analitis)." Majalah Hukum Was/ona/:€disi Khusus 50 Tahun
PembangunanNasional. Him. 3.
'Syafroedin Bahar. 1992. RisalahSidangBPUPKI. Jakarta: Sekretariat Negara.
^Abdul Kadir Besar. 1995. Implementasi Cita Hukum dan Penerapan Asas-asas Hukum Nasional Sejak
Lahimya OrdeBaru. Majalah Hukum Nasional. Edisi Khusus 50Tahun Pembangunan Nasional l.Him. 30.

139
hal ini-Abdul Kadir Besar,? dalam tulisannya Indonesia yang merdeka, bersatu,
yang berjudul "Implementasi Cita Hukum dan berdaulat, adil dan'makmur,,memperkukuh
Penerapan-.Asas-asas Hukum Nasional Sejak ^persatuan. dan .kesatuan bangsa dimana
Lahirnya.Orde Bari^i/nengatakan fungsi cita hanya ada satu hukum nasional yang
hukum adalah:,Pertama, Memberi makna mengabdi kepada kepentingan nasional.
pada hukum; Kedua, Membatasi lingkup "Disimpulkan dari sila Persatuan Indone
hukum' pbsitif yang dapat dibentuk; Ketiga, sia dan pokok pikiran kesatu Pembukaan
l^enetapkah'ukufan untuk menilai adil tak UUD 1945.
adilhyasuatu hukum positif. Substansi dari cita 4. Hukum. nasional dibentuk sesuai dengan
tiukufn adalah keadilan sebagai idea. Idea prinsip negara yang berkedaulatan rakyat,
keadilah inilah yang berhakekat sebagai cita artinya dengan.persetujuan rakyat melalui
hukiim.'' • ''' ' permusyawaratan perwakilan, agar
Secara umum nilai-nilai dasar cita-cita hukum nasional sesuai dengan asplrasi
hukum bangsa Indonesia dapat dirumuskan rakyat sehingga mampu menjadi sarana
sebagai benkut;® untuk mengembangkan kesadaran,
tanggung jawab dan menggairahkan peran
1. Hukum nasional dibangun dengan
serte dalam pembangunan dan menumbuh-
mempertimbangkan kriteria rasional, dan
kan dinamika kehidupan bangsa dalam
menjungung tlnggi nilai-nilai spiritual, etik
suasana tertib dan teratur. Disimpulkan
dan moral untuk memelihara budi pekerti
dari sila kerakyatan yang dipimpin oleh
kemanuslaan yang luhur dan memegang
hikmat kebijaksanaan dalam
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur."
permusyawaratan/perwakilan. dan pokok
2. Hukum nasional dibangun atas prinsip
pikiran ketiga Pembukaan UUD 1945.
penghormatan' harkat dan martabat
5. Hukum nasional mengetengahkan nilai
manusia dengan memberikan jaminan
keadilan sosial dalam arti hukum nasional
' hak asasi warga negara dan hak-hak
membuka jalan bagi terwujudnya
sosial secara-. selaras, serasi dan
pemerataan, keadilan sosial bagi seluruh
seimbang. Hukum nasional harus mampu
rakyat Indonesia. Disimpulkan dari sila
mencegah timbulnya ketidakadilan dalam
• keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
masyarakat. Disimpulkan dari sila
dan pokok pikiran kedua Pembukaan
kemanuslaan yang adil dan beradab dan
UUD 1945.
pbkok pikiran kedua dan keempat UUD
1945. " A. Hamid S. Attamimi, mengutip pendapat
3. Hukum nasional melindungi segenap H.J. Van Eikema Hommes^° menyatakan
bangsa Indonesia. Seluruh tumpah darah bahwa meski merupakan titik akhir yang tidak

®Oka Mahendra,... op. c/Y., Hlm.111-112.


^°A. Hamid S.Attamimi. 1990. Teranan Keputusari Presiden Repubiik Indonesia dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara". Disertasi. Jakarta: Pascasarjana Ul. Hlm.309.

140 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL 9. JUNI2002: 106 -161


Riri Nazriyah. Peranan Cita Hukum dalam Pembentukan Hukum Nasiona!

mungkin dicapai, namun cita-cita hukum asas dalam kehidupan' bermasyarakat,


member! manfaat karena mengandung dua berbangsa dan bernegara. Pembangunan
sisi; Pertama, dengan cita hukum hukum nasional dinyatakan sebagai pangamalan
positif yang berlaku dapat diuji, dan Kedua, Pancasila sehingga keseluruhan semangat,
kepada cita hukum, hukum positif sebagai arah dan gerak pembangunan dilaksanakan
usaha menuju sesuatu yahg adi! dengan sebagai pengamalan semua sila Pancasila
sanksi pemaksa dapat diarahkan. Lebih lanjut, secara serasi dan sebagai kesatuan yang utuh.
dengan mengetengahkan pendapat Gustav Sudah tentu termasuk pula pembangunan di
Radbruch, ditegaskan bahwa cita hukum tidak bidang hukum yang merupakan bagian Integral
hanya berfungsi sebagai tolok ukur yang dan pembangunan nasional. Hukum nasional
bersifat regulatif, yaitu yang menguji apakah haruslah merupakan perwujudan nilal-nllai
suatu hukum positif adi! atau tidak, melainkan Pancasila, harus mengandung isi yang sesuai
juga sekaligus berfungsi sebagai dasar yang dengan nilai-nllai luhur Pancasila yang
bersifat konstitutif, yaitu yang menentukan diterapkan secara konsisten yang merupakan
bahwa tanpa cita hukum. hukum akan pandangan hidup, kepribadian dan cita-cita
kehilangan makna sebagai hukum.^^ bangsa.
Cita hukum Pancasila sebagaimana Dalam membentuk hukum nasional nilal-
ditetapkan oleh para pendiri negara Rl pada nilai dan cita-cita hukum bangsa harus
saat diproklamasikannya dan diundangkannya diindahkan. Hukum sebagai unsur peradaban
UUD 1945 ditetapkan sebagai norma yang suatu bangsa haruslah menjadi cermin dan
tertinggi dalam tata kehidupan kenegaraan. parnyataan nilal-nilal yang hidup dalam jiwa
Pancasila berfungsi sebagai norma dasar bangsa. Hukum nasional yang demikian itu
negara dan sebagai norma dasar fundamen akan lebih didukung dan ditaati oleh
tal negara. Serangkaian nilai itulah yang masyarakat serta mampu menggerakkan
berlaku sebagai cita hukum, dan kemudian masyarakat berperilaku sesuai dengan yang
nilai-nilai itu ditetapkan sendiri pula sebagai diharapkan, karena seiaras dengan cita-cita
norma tertinggi dalam negara. Dengan hukum yang hidup dan berkembang di tengah-
demikian, bangsa Indonesia dan negara telah tengah masyarakat.
memiliki pegangah dalam, menempuh Eugen Ehrlich peldpor ilmu hukum
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan sosiologis {sociologicaf jurisprudence)
bernegara. menyatakan antara lain bahwa "pusat
Pancasila sebagai..cita-cita hukum perkembangan hukum bukanlah terletak pada
bangsa Indonesia adalah dasar negara, badan-badan leglslatif, keputusan-keputusan
ideologi nasional, kepribadian bangsa Indo yudlkatif ataupuh ilmu.hukum, akan tetapi
nesia yang telah diteriniasebagai satu-satunya

'^Ibid
^^Soleman B. Toneko. 1993. Pokok-pokok Stud!Hukum dalam Masyarakat. Jakarta: FT. Raja Grafindo
Persada. Him. 7.

141
justru terletak dalam masyarakat itu sendiri"." Indonesia baru, yang iahir sebagai akibat
Cita-cita hukum yang hidup di tengah- darl kemerdekaan bangsa Indonesia
tengah masyarakat yang bersangkutan secara dengan DUD 1945 sebagai intlnya.
deduktif dijabarkan ke dalam sistem hukumnya Pendapat Ini-menurut Abdurrahman dapat
dan seballknya realitas sosial, tuntutan- dipandang rnenjembatani pendapat yang
tuntutan perkembangan dalam masyarakat pertama dan pendapat yang kedua diatas,
secara induktif diangkat nilai-nilainya untuk sehingga dengan demikian dapat
menjadi masukan" dalam melakukan dikatakan bahwa hukum nasional sudah
pembatasan hukum yang tetap bersumber ada di Indonesia, akan tetapi belum
pada cita-clta hukum. •lengkap;
4. Lev, yang .menyatakan bahwa hukum
nasional sebagai hukum yang berlaku
Pembentukan Hukum Nasional
secara ' nasional dengan sifat
Hukum adalah hasil dan suatu proses kenasionalahnya. Menurut Lev, bahwa
pertumbuhan yang- dinamis, yang didasarkan hukum nasional dibedakan dengan
pada keyakinan bahwa hukum itu terjadi hukum lokal {Local Law). Hukum nasional
sebagai suatu perencanaa dari satu situasi sebagai hukum kemerdekaan yang
tertentu menuju kepada suatu tujuan yang . diiawankan dengan hukum nasional.
akan dicapai. Artinya hukum bukan merupakan 5. Koesno, yang berpendapat bahwa hukum
suatu tujuan, melainkan hanya sebagai alat nasional sebagai hukum yang
untuk mencapai suatu tujuan. mengandung berbagai arti, dan lebih lanjut
Abdurrahman (1995:141-148) berpendapat memberikan penjelasan sebagai berikut:
sekurang-kurangnya terdapat lima konsep
a. Hukum nasional sebagai hukum yang
mengenal hukum nasional:'^
dinyatakan berlaku secara nasional
1. Mertokusumo, yang berpendapat bahwa ' oleh pembentuk undang-undang
hukum nasio'nai sebagai hukum positif " nasional.
yang berlaku di Indonesia; b. Hukum nasional sebagai hukum yang
2. Hartono, yang berpendapat bahwa hukum bersumber dan menjadi pernyataan
nasional sebagai ius constituendum, langsung dari tata budaya nasional.
sebagai suatu sistem hukum yang dicita- c. Hukum nasional sebagai hukum yang
citakan oleh bangsa Indonesia sejak bahan-bahannya (baik idiil maupun
memproklamasikan kemerdekaannya riil) primer adalah dari kebudayaan
pada tanggal 17 Agustus 1945; nasional sendiri dengan tidak
3. Rahardjo, yang berpendapat bahwa menutup kemungkinan memasukkan
hukum nasional Indonesia sebagai hukum bahan-bahan dari luar sebagai hasil

^^Soejadi. 1999. Pancasila SebagaiSumber Tertib hukum Indonesia. Yogyakarta: Get. Pertama.
Lukman Offset. Him. 57-58.

142 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL 9. JUNI 2002:136 -151


RiriNazriyah. Peranan Cita Hukum dalam Pembentukan Hukum Nasional

pengolahan di bawah oleh [volkgeist).


perhubungan dengan luar nasional. Undang-Undang Dasar 1945 yang
d. Hukum nasional sebagai pengertian dipandang masih banyak mehgandung
politis yakni'perlawanan antara kelemahan, memerlukan adanya perubahan
kolonial dan nasional. agar sesuai dengan perkembangan situasi
kenyataan dan keyakinan idiil dimana
Dalam tiap-tiap pembentukan hukum,
keduanya merupakan faktor dalam
permuiaannya adalah suatu perencanaan
pembentukan hukum.
yang didasarkan pada suatu" kenyataan
' Hukum dibentuk berdasarkan situasi untuk
kehidupan yang diarahkan ke suatu tujuan
mencapai suatu tujuan. Penilaian mengenal
yangtidakyuridis, yaitu suatu kepentingan, atau
situasi dan tujuan adalah bersifat Idill, artinya
suatu nilal yang akan dicapai dl waktu yang
sesuatu yang akan dicapai. Jadi, suatu
akan datang atau kepentingan dan suatu nilai
gambaran mengenai masa depan. Penegasan
yang akan diamankan, dengan mengadakan
mengenai rhasa depan inilah yang
suatu perikatan atau suatu struktur organisasi
mendorong kita untuk mencapai tujuan yang
yang disingkat dengan hukum.
ditetapkan hukum dengan cara-cara yang
Proses pembentukan hukum memerlukan
dirancangkan.
suatu instrumen yaitu kekuasaan. Hukum dan
' Keyakinan-keyakinan idiil adalah
kekuasaan mempunyai hubungan yang
pandangan dalam masyarakat mengenai
sangat erat. Hubungan itu dapat digambarkan
manusia dan martabatnya dalam hubungan
seperti satu mata uang dengan dua sisi. Di
interindividual, dan dalam hubunganhya
satu sisi hukum itu adalah kekuasaan atau
dengan penguasa, bentuk-bentuk kenegaraan
wewenang legal, dan di sisi yang lain hukum
dan kekuasaan, cita-cita bagisuatu kehidupan
itu adalah aturan-aturan untuk mengatur
yang idiil.
tingkah laku manusia dalam masyarakat
Mengenai isi hukum yang berlaku,
termasuk tingkah laku para penyeienggara
sebagaimana diketahui bahwa semua' norma
negara."
hukum lahir karena diberi bentuk hukum oleh
Dalam membentuk hukum nasional, nilai-
aparat hukum yang kompeten. Yang diberi
nilai dan cita hukum harus diindahkan. Hukum
bentuk itu adalah asas-asas hukum.
sebagai ukuran peradaban suatu bangsa
Penegasan ini menyimpulkan di satu pihak
haruslah menjadi cermin dan pernyataan
bahwa hukum positiflah yang merupakan
nilai-nilai yang hidup dalam jiwa bangsa.
hukum yang berlaku, dan di lain pihak bahwa
Seperti yang dikatakan oleh Von Savlgny
hukum positif hanya mempunyai arti hukum
hukum adalah pernyataan jiwa bangsa
jikadikaitkan dengan asas-asas hukum. Asas-

^^Salman Luthan'. "Dialektika Hukum dan Kekuasaan". Jumal Hukum No. 14. Vol. 7. Agustus 2000.
Hlm.83.

143
asas hukum yang menentukan isi hukum yang negara yang diselenggarakanya.'*^
berlaku mempunyai suatu konstansi relatif. Apabila dilihat pada tata susunan (hierarki)
Dalam tiap-tiap tertib hukum selalu ada asas peraturan perundang-undangan negara
hukum konstitutif yang dipositifkan. Indonesia, hal ini bukan hanya ditetapkan
Dalam membuat hukum yang formal, semata-mata, melalnkan lebih dikarenakan
artinya hukum yang secara resmi dlkeluarkan peraturan perundang-undangan Indonesia,
oleh negara dalam tingkatan produk selain dibentuk oleh lembaga-lenbaga yang
hukumnya, sebaiknya harus diperhatikan berbeda, juga masing-masing mempunyai
mater! . muatan dari suatu peraturan fungsi dan sekaligus materi muatan yang
perundang-undangan. berbeda sesuai dengan jenjangnya sehingga
Para ahli umumnya berpendapat, materi tata susunan, fungsi, dan materi muatan
muatan undang-uhdang dalam art! formele wet peraturan perundang-undangan- selalu
atau formele gesetz tidak dapat ditentukan membentuk hubungan fungsional peraturan
lingkup materinya, mengingat undang-undang yang satu dengan yang lainnya.
merupakan kedaulatan raja atau kedaulatan Ada tiga unsur yang terdapat dalam
rakyat, sedangkan kedaulatan bersifat mutlak, peraturan perundang-undangan yaitu: Pertama,
ke luar tidak tergantung slapa pun, dan ke dari segl bentuknya peraturan perundang-
dalam tertlnggi di atas segalanya. Dengan undangan adalah terbatas pada keputusan
demikian, menurut para ahli itu semua niateri • tertulis; Kedua, dari segi pembentukannya
dapat menjadi materi undang-undang kecuali yaitu'bahwa peraturan perundang-undangan
undang-undang tidak berkehendak harus dlkeluarkan oleh yang berwenang; dan
mengaturnya atau menetapkannya.^® Ketiga, dari segi isi dan sifatnya, yaitu bahwa
Berbeda dengan pendapat tersebut, A. peraturan perundang-undangan mengatur
Hamid S. Attamimi, Berpendapat bahwa materi tingkah laku mailusia dan mengikat secara
muatan undang-undang Indonesia umum (abstrak). .Seperti yang dikemukakan
merupakan hal yang penting untuk diteliti dan oleh Baqir Manan,'' mengenai definisi peraturan
dicari, oleh karena.pembentukan undang- perundang-undangan sebagai berikut;
undang suatu negara bergantung pada cita "Peraturan perundang-undangan adalah
negara dan teori bernegara yang dianutnya, setiap keputusan tertulis yang dlkeluarkan
pada kedaulatan dan pembagian kekuasaan pejabat atau llngkungan jabatan yang
dalam negara, pada sistem pemerintahan berwenang yang berisi aturan tingkah laku
yang bersifat ataumengikat secara umum".

^®A. Hamid S. Attamimi.1979."Materi Muatan PeraturanPemerintah dan Perundang-undangan." Majalah


Hukum dan Pembangunan. Jakarta. Him. 1.
'^Ibld.
"Baqir Manan. "Fungsi dan Materi Peraturan Perundang-undangan." Makalah Penataran Dosen
Pendidikandan LatihanKemahiran Hukum BKS-PTN BidangHukum Sewilayah Barat Fakultas Hukum
t/n/VersrtasLa/npi/ng.dlBandarLampung. 11 November 1994. Him. 1.

144 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL 9. JUNI2002: 136 -151


Riri Nazriyah. Peranan Cita Hukum dalam Pembentukan Hukum Nasional

meiiputi kewenangan, materi muatan,


Adanya ketiga unsur yang terdapat dalam
sinkronisasi, dan ketaat-asasan peraturan yang
peraturan perundang-undangan tersebut,
labih rendah terhadap yang lebih tinggi. Kedua,
makatampaknya tidak mudah untuk membuat
yang -dlmaksud dengan dasar sosiologis
suatu peraturan perundang-undangan yang
adalah bahwa peraturan pferundang-
baik dan dapat menciptakan keadilaik dan
undangan dimaksudkan untuk mevyujudkan
dapat menciptakan keadilum dalam masyarakat.
tertib kehidupan dalam masyarakat, artinya,
Sebab. persoalan keadilan, ketertiban dan
dalam pembentukan peraturan perundang-
kepastian liukum merupakan bagian yang
undangan harus dipertimbangkan betui suatu
esensial dalam mengkaji persoalan hukum,
peraturan akan dlberlakukan. dalam suatu
artinya, ukuran keadilan, ketertiban dan
masyarakat itu terus mengalami perubahan
kepastian hukum akan sangat tergantung dari
soslal.^^
filsafat hukum yang dianutnya dan'pada
Ketiga, pemahaman dasar fiiosofis adalah
gilirannya akan melahirkan teorl.-teori
bahwa pembentukan peraturan perundang-
pembentukan hukum yang berbeda.
undangan harus tetap melihat. dan mengacu
Kendati demiklan, secara teoritis terdapat
kepada nilai-niiai ideal yang ditempatkan
tiga dasar pembentukan hukum agar produk
sebagai filosofi bangsa, sebab, nilai-nilai
hukum termasuk di dalamnya adalah undang-
fiiosofis yang berada dalam tataran ideal akan
undang mempunyai kekuatan berlaku secara
tetap mampu menglkuti dinamlka
baik dalam masyarakat. Tiga dasar tersebut
perkembangan masyarakat, betapa pun
menurut Baqir Manan adalah yuridls,
masyarakat akan terus mengalami perubahan
sosiologis, filosofls.^®Disamping ketiga unsur
sesuai dengan tingkat perkembangan
tersebut daiarri proses pembentukan
masyarakatnya.
peraturan perundang-undangan diperlukan
Keempat, yang dimaksud dasar teknik
adanya keterampilan yang khusus yakni teknik
perancangan adalah keterampilan khusus
perancangan. Untuk menghasiikan peraturan
dalam pembentukan peraturan perundang-
perundang-undangan harus dipenuhi empat
undangan. Teknik perancangan ini tidak boieh
dasar sekallgus yaitu yuridls, sosiologis,
diabaikan dalam membuat peraturan
fiiosofis dan teknik perancangan.
perundang-undangan yang baik.^®
Pertama, pemaknaan terhadap dasar
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat
yuridls adalah bahwa peraturan perundang-
diketengahkan bahwa manakaja terdapat
undangan harus mempunyai keabsahan akan
suatu peraturan perundang-undangan yang
proses pembentukannya. Keabsahan ini

'®Baqir Manan. Op. Cit Him. 13.


^^Lawrence M. Friedman.1975. The Legal Sistem, A SocialScience Perspective. Russel Sage
Foundation. New York. Him. 269. Dalam Syaifudin. Makalah" Pembentukan Sistem Hukum Nasional Kajian
terhadap Penerapan Landasan Fllosifis, Sosiologis dan yuridls Dalam Pembentukan Undang-undang Periode
1999-2000," FH Ull. Yogyakarta. 2000. Him. 27.
20M.HIm.18.

145
tidak mempertlmbangkan landasan yuridis, memberikan peluang untuk pelaksanaan
sosiologis, filosofis, dan tehnik perancangan hukum atau law inforcement yang tidak
dalam proses pembentukannya, maka secara seragam, tergantung pada penafsiran dan
teoritis peraturan perundang-undangan kebijaksanaan aparatur penyelenggara
tersebut tidak dapat berjalan secara efisien negara atau pejabat yang bersabgkutan,
dan efektif.^^' sehingga memberikan peluang untuk
Akan tetapiuntuk dapat mewujudkan suatu membuat kebijakan yang tidak bijaksana,
peraturan perundang-undangan yang bahkan mungkin terjadi penyalahgunaan
memenuhi empat landasan tersebut, kekuasaan dan kesewenang-wenangan
nampaknya tidak mudah. Hal Inl disebabkan dalam pelaksanaan tugas.
oleh berbagal kendala yang muncul dalam Bangsa Indonesia harus mengakui,
pembentukan sistem hukum nasional. Namun betapapun baiknya suatu peraturan
kendala tersebut harus diatasi, mengingat perundang-undangan, namun ia maslh
dengan reformasi bangsa Indonesia akan mengandung banyak kelemahan. Jadi,
meletakkan supremasi hukum sebagai acuan peraturan perundang-undangan hanyalah
dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. merupakan inti dari hal yang sepenuhnya
Pada akhirnya, dapat dikemukakan bahwa harus diutarakan. Betapa pun rasionalnya kita
esensi dari hidup bermasyarakat mencerrtiinkan mengemukakan segaia sesuatu itu dalam
suatu ketertiban, dan suatu ketertiban aturan perundang-undangan, namun sifatnya
mencerminkan adanya hukum.^^Akan tetapi, itu selaiu dapat berubah-ubah. la hanya
hukum di sinisecara Ideal adalah hukum yang merupakan pernyataan yang tidak sempuma
dapat mewujudkan kepastian hukum, dari kehidupan masyarakat yang langgeng
ketertiban hukum dan keadilan hukum, sifatnya. Setiapwaktu masih harus bergantung
sebagaimana yang tertuang dalam cita pada keadaan dan tingkat pertumbuhan serta
hukum nasional dengan realita merupakan kebudayaan Indonesia, sehingga dalam tiap-
pekerjaan yang tidak ringan yang harus tiap kejadian yang konkrit ia harus mendapat
ditangani secara konseptual, terarah dan penerapan yang disempurnakan pula.
terencana. Dalam hubungan ini, berkaitan dengan
Oleh karena itu, materi hukum nasional era reformasi yang membutuhkan perubahan
harus disusun dan dirumuskan secara jelas, dan pembaruan di bidang hukum, reformasi
tegas dan mengatursecara tuntas dan dalarri hukum harus dilakukan dengan mencakup
bahasa yang mudah dimengerti, sebab dimensi teoritik dengan cara merubah
pengaturan yang tidak jelas dan tuntas paradigma hukum dan reformasi mengenai

^^Maria Farida Indrati Soepraptd. 1998. IlmuPerundang-undangan Dasar-dasar Pembentukannya


Yogyakarta: Get. Kesatu. Kanisius. Him. 19.
^Padmo Wahyono. 1992. Sistem Hukum Nasionaldalam NegaraHukum Indonesia. Pidato limiah
padaPeringatan Dies Natalis Ul Jakarta ke33.Jakarta: Get. Kedua. Rajawali.

146 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL. 9. JUNI2002:136 -151


Riri Nazriyah. Peranan Cita Hukum dalam Pembentukan Hukum Nasional

praktek hukum baik nienyangkut sistem menyadarl pentingnya penegakan hukum (law
kelembagaan dan reposisi aparat penegak enforcement).. • Hukum seringkaii
hukum. Sebab', selama ini hukum hanya disaiahgunakan demi melindungi kepentingan
dijadikan alat justifikasi terhadap semua pejabat tertentu.
tindakan untuk melanggengkan kekuasaannya. Kebekuan hukum seiama Orde Baru
Nampaknya penguasa Indonesia terpengaruh dengan sikap sakraiisasi terhadap Undang-
oleh teori hukum {jurisprudence) yang dikenal Undang Dasar 1945, hukum yang diciptakan
dengan ajaran "legisme" atau " positivisme" pun Iebih berpihak kepada kepentingan orang-
seperti yang diajarkan JohnAustin dan Kelsen, orang tertentu. Setelah memasuki era
bahwa hukum itu semata-mata kehendak dari reformasi dengan tekad merombak hukum
penguasa [command of the sovereign) daiam yang tidak bermakna secara keseiuruhan,
bentuk peraturan perundang-undangan." maka upaya pembaruan hukum daiam bidang
Disamping itu, ditinjau dari aiiran hukum perundang-undangan harus mengindahkan
yang ada'tampak modei hukum indonesia ketentuan yafig memenuhi nilai-nilai. filosofis,
terialu menekankan pada aspek iegai-formal sosiologis dan yuridis sehingga iebih
dan positivistik, sementara aspek menyentuh rasa keadiian masyarakat.
sosioiogisnya tidak diperhatikan. Akibatnya Jika dikaji secara Iebih mendaiam,
hukum tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya bangsa indonesia tidak
berkembang daiam masyarakat. Hukum tidak mempunyai program yang jelas terhadap
responsif dengan tata nilai daiam masyarakat. upaya pembaruan perundang-undangan dan
Mai ini disebabkan oieh konfigurasi poiitik aturan dasar, .iebih-lebih kaiau dicermati hasil
otoriter sehingga maiahirkan produk hukum perubahan UUD 1945 baik pada perubahan
konservatif, yang isinya iebih mencerminkan pertama, kedua dan ketiga, masih ada
visi sosiai elit poiitik atau mencerminkan beberapa pasai yang menonjolkan kompromi
keinginan pemeriritah, bersifat positivistis- poiitik yang sebetulnya berimplikasi jangka
instrumentaiis, yakni menjadi aiat pendek dan masih banyak mengundang
pelaksanaan ideologi dan program negara. perdebatan. Adnan Buyung Nasution^^meniiai,
Proses pembuatan hukum pun sentraiistik proses dan hasii perubahan pertama dan
(didominasi) oieh eksekutlf.^^ Produk hokurh kedua UUD 1945 oieh MPR masih
seringkaii hanya dijadikan landasan dan upaya berantakan. "saya meiihat hasil perubahan
periindungan atas kekuasaan, meskipun UUD 1945 justru mengacaukan

"E. Utrecht (et. Al). 1983. PengantarDalam Hukum Indonesia. Jakarta: Get. 10. SH. Him. 115. yang
dikutip kembali oleh Bagir Manan. 1992. Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia. Jakarta: IND-
HILL.Co.Hlm.2.
^''Moh. Mahfud MD. 1998. PoiitikHukuni Indonesia. Yogyakarta: Uli Press. Him. 196. Bahan kuliah
Poiitik Hukum Program Maglster llmu Hukum UII Yogyakarta. Tanggal 14September2001.
^®Ko/npas. 16 April 2001

147
ketatanegaraan Indonesia". Hal ini berarti," substantif lebih banyak melakukan'
perubahan UUD 1945 masih akan terus pengurangan dan pembatasan kekuasaan
berlangsung dalam rangka membangun check eksekutif (Pasal5,7,13,14,15,20). Demikian
and balance pada sistem pemerlntahan pula pada hasil perubahan kedua, hak-hak
Indonesia. Sebab, dilihat dari kbndisinya, Anggota DPRyang selama ini hanya diatur di
perubahan UUD 1945 dllakukan seketika dalam-Peraturan Tata Tertib DPR Rl dan UU
setelah tumbangnya Orde Baru yang No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan
membuka peluang reformasi UUD 1945. Kedudukan: MPR, DPR dan DPRD,
Suasana Ini mirip saat penyusunan ditlngkatkan kedalam materi UUD 1945 (Pasal
pertama kali UUD 1945 yang dibuat dalam 20A). Jaminan Hak Asasi Manusia semakin
kondisi darurat, bersamaan dengan diakui keberadaannya di dalam UUD 1945
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. (Pasal 28A-28J). Pengaturan tentang
Suasananya masih dalam nuansa penjajahan kedudukan dan hubungan kelembagaan
Jepang. Padahal menurut K.C. Wheare^® antara Pemerintah Pusat dan- Daerah lebih
perubahan konstitusi harus dilakukan dengan diperjelas (Pasal 18, Pasal 18Adan Pasal 188).
pertimbangan yang masak, tidak secara . Akan tetapi, hasil perubahan UUD 1945
serampangan dan dengan sadar tersebut secara umum banyak mendapat
(dikehendaki), agar rakyat diberi kesempatan sorotan tajam dari berbagai kalangan,
untuk menyampaikan pandangannya sebelum khususnya para ahii konstitusi. Menurut
dilakukan perubahan. Pendapat senada mereka, yang dilakukan oleh MPR tidak tepat
dilontarkan oleh Bambang Widjajanto", yang disebut sebagai perubahan karena materi
mengatakan bahwa mengingat konstitusi yang diubah dan ditambah sangat banyak.
adalah suatu kontrak sosiai antara ,rakyat dan Perubahanitu lebih tepat disebutpenggantian,
negara, prinsip konsultasi publik harus lebih karena'secara konseptual perubahan yang
ditekankan dan diperluas. UUD jangan hanya pertama, kedua dan ketiga, sangat parsial dan
menjadj milik sekelompok kecil elit politik tidak utuh sebagai satu kesatuan yang integral.
pusatsaja. ' Demikian juga.Tommi Legowo,^®vyakil dari
Wajar jika hasil amandemen UUD 1945 CSIC -{Centre for Strategic and International
masih banyak mengandung perdebatan, Studies) menilai, proses maupun substansi
kekurangan,- bahkan telah men|mbulkan amandemen yang telah dan masih akan
pergeseran kekuasaan dari presiden {execu dilakukan oleh MPR melalui tahap keempat
tive heavy) kepada parlemen {legislative 2002 tampak masih jauh dari harapan. Dari
heavy). Hal ini dapat dilihat dari hasil segi proses, ia menilai amandemen yang
perubahan pertama UUD 1945 yang secara beriangsung selama Ini bersifat elitis, karena

C.Wheare. 1975. ModernConstitution.Him. 83.sebagaimana dikutip oleh SriSoemdntri dalam


Prosedur dan SistemPerubahan Konstitusi. Get. Keempat. Bandung: Alumni. Him. 78.
"RepwW/te. 6 Marel 2002. ,
^Medialndonesia.2Uare[2002 , ,

148 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL 9. JUNI2002:136 -151


Riri Nazriyah. Peranan Cita Hukum dalam Pembentukan Hukum Nasional

waktu yang digunakan untuk penyerapan' dalam proses-perubahan konstitusi itu.


aspirasi rakyat sangat sedikit. Inisiatif MPR Keputusan akhir amandemen UUD1945
untuk mendatangi anggpta masyarakat 'dan. berada di tangan sebagian kecil anggbta BP
menahyai secara lahgsung apa yang niehjadi MPR yangvduduk dalam tim perumus serta
harapan'dan kepe'dulian mereka'terhadap. tim lobi. Apabila ada kunjungan wakil rakyat-
perubahan.UUD'1945 tampak sangat kurang, ke daerah, hal itu'bukan-untuk menjaringr'
sehingga hasilnya belum banyak menyentuh aspirasi Takyat, melainkan- /lebih;
persoalan m'mit yang'dihadapi masyarakat.Hal mempraktikkan komunikasi satu arah dengan.-
ini - bertentangan" dengan semaiigat sebagian peserta berasal darl kalangan'
amandefnen, yakni melahirkan konstitusi baru, pemerintah daerah dan partai politik.- -
yaknl konstitusi rakyat yang melayani dan UUD 1945 setelah diubah :justru.
mengayomi seluruh rakyat tanpa kecuali. kehilangan "ruhnya" sebagai konstitusi ideal.
Karena menurut Tommi, konstitusi baru harus Bukan berarti sebelum diubah UUD 1945.
menjadi iandasan dan acuan dasar. Bukan sudah ideal, tetapi hubungan antara bunyi.
saja untuk menyelesaikan persoalan- pasal yang satu-dengan yang lainnya jadi
persoaian rumit yang sedang dihadapi kurang sinkron, sistem apa yang. ingin
bangsa, melainkan juga untuk membangun dibangun melalui perubahan tersebut menjadi
diri kita menjadi a new community of kabur. Apakah kita akan mengarahkan
civilizatioan (komunitas masyarakat baru)yang pemerintahan negeri ini dengan model
sejajar dengan bangsa lain. presidensiil ataukah parlementer. Apakah
Menanggapi kritikan tersebut, Theo melalui UUD yang sudah diubah tersebut
Sambuaga menyatakan .PAH I BP MPRsudah sudah cukup efektif untuk mengontrol
berusaha maksimal melakukan amandeman kekuasaan, mengorganisasikan negara
sesuai kehendak rakyat, yakni bukan secara ideal?
membuat konstitusi baru, melainkan untuk Melalui perubahan ketiga, telah lahir
melengkapi dan memperkuat, konstitusi yang lembaga baru yang bernama mahkamah,
ada. Sedangkan Koalisi Organisasi Non konstitusi yang berwenang antara Iain rhenguji
Pemerintah (Ornop) menilai bahwa MPR telah pendapat DPR tentang usulan pemberhentian
gagal melakukan amandeman UUD 1945, ha! Presiden dan/atau Wakil Presiden, dugaan
itu karena MPR merupakan bagian dari pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
masalah yang sedang dihadapi dan bukan Presiden menurut UUD, memutus sengketa
menyelesaikan masalah yang ada. Dalam kewenangan lembaga negara. yang
perubahan UUD keempat akan.meiibatkan kewenangannya diberikan oleh.. UUD,
partisipasi publik secara langsung, akan tetapi pembubaran partai politik dan-perselisihan
menurut Bambang Widjojanto,^® partisipasi hasil pemilihan umum. Lembaga mahkamah
publik hanya diberlakukan secara simbolik konstitusi ini sebelumnya tidak dikenal di

29/b/d.

149.
dalam UUD 1945. Terlepas dari segala Simpulan
macam kekurangan yang ada, perubahan Uniuk membentuk dan menghasiikan
UUD 1945 tentu diharapkah akan mampu
hukum yang ideal dan balk harus dipenuhi
menciptakan keseimbangan kekuasaan empatdasar sekaligus yaitu, yuridls, sosiologis,
(checks and balances) diantara lembaga- filosofis dan teknik perancangan, sehingga
[embaga tinggi negara. Walaupun hingga saat - dapat menciptakan keadilan, ketertiban dan
ini langkah' konfrontatif atau.pertarungan kepastian hukum dalam rnasyarakat.
antara elit politik masih sering rtiewamai
Ditinjau dari berbagai aliran hukum yang
temtama pada saat perhelatan sidang rakyat
ada tampak model hukum Indonesia terialu
namun, hal ini harus dianggap wajar, sebagai
menekankah pada aspek legal-formal dan
proses, pendewasaan berdemokrasi.
positivistik. Akibatnya produk hukum yarig
Kondisi demikian menurut Moh. Mahfud
dihasiikan lebih bersifat praktis-pragmatis.
MD, adalah penganih dari konfigurasi politik Sampai saat ini pun hukum belum mampu
anomi: atau anomali, yaitu suatu situasi yang
menciptakan rasa keadilan, karena kite tidak
muncul yang disebabkan oleh tiadanya nilai mempunyai grandprogram ataii program yang
aturan-aturan yang mantap yang hams ditaati
jelas dalam upaya pembaman hukum. '
atau tidak dapat dipedomani karena aturan Perubahan UUD 1945 yang telah
bam belum terbentuk dan aturan lama sudah
dilakukan tidak menjiwai falsafah Pancasila,
dibuang, sehlngga melahirkan produk hukum
dan kurang memenuhi rasa keadilan karena
yang labil, artinya sebelum naskah undang- proses dan substansinya tidak mencerminkan
undang dasaryang utuh itu diselesaikan maka kehendak rakyat dalam arti yang sebenarnya.
periode sekarang harus dianggap sebagai Untuk itu peran citahukum sangat penting
masa transisi.^°
sebagai penentu arah bagi terciptanya cita-
Sebenarnya bangsa Indonesia tidak
cita masyarakat, lebih-Iebih di era reformasi
mempuriyai grand desa/n"atau.program yang dimana pembaruan hukum merupakan
jelas ' untuk melakukan pembaruan kebutuhan yang. mendesak terutama dalam
perundang-undangan, sehingga upaya pemb'ahan UUD 1945 yang memang.
menyebabkan adanya pengingkaran rasa sudah saatnya diperbami. Cita hukum yang
keadilan yang dilakukan oteh penegak hukum merupakan nilai-nilai filosofis dalam suatii
dalam menyelesaikan atau menangani kasus- bangsa secara idea] harus terwujud dalam
kasus hukum. Finalisasi terhadap kasus-kasus tatanan sistem hukum nasionalnya~dan
yang muncul hamsmendapat peitiatian serius, berfungsi sebagai pedoman yang memandu,
dalam arti tidak sekedarwacanaagar keadilan mengarahkan agar hukum nasional benar-
dan kepastian hukum betul-betul. dirasakan^ benar'merupakan perwujudan riilai-nilai luhur
oleh masyarakat.secara keseluruhan.

^Forurri Keadilan. 11 November2001.


^^Adnan Buyung Nasution.Tody's Dialogue". Metro TV. 18 Desember2d01.

150 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL. 9. JUNI2002:136 - 151


Riri Nazriyak PerananCita Hukumdalm. Pembentukan Hukum NasionaJ

Pancasila dan secara 'dihamis -dapat/ Metro TV.f 18 Desertiber 2001


memenuhi tuntutan perkembangan. zaman
Media Indonesia. 2 Maret 2002
yang tenjs befgerak maju. •
Rahardjo, Satjipto. 1991. llmu Hukum.
' Bandung: CitraAdityaBaktl. Get. Ketlga.
Daftar Pustaka
Rasjldi, Ull dan B. Arief Sidharta. 1989.Fllsafat
Asshiddiqie, Jimly. UUD Negara Kesatuan Rl, Hukum Madzhab dan Refleksinya.
Pengantar Perubahan. Makalah Bandung: Cetakan Pertama. Remaja
Kuliah Perdana Program Magister llmu Karya Offset.
Hukum Ull. Yogyakarta. 13 September
2001. Republika. 6 Maret 2002

Attamimi, A.Hamid 8.1990. Peranan Keputusan Sidharta, Bernard Arief. 1999. Refleksi tentang ,
Presiden Rl Dalam Penyeienggaraan/ Struktur llmu Hukum. Bandung: Get.
Pemerlntahan Negara. Disertasi: • 1. Mandar Maju.
Pascasaiiana Ul. Jakarta. , Soepraplo, Maria Farida lndrati.1998.7/mu'
B. Soleman. 1993. Pokok-pokok Studi Periindang-undangan Dasar-dasar
Hukum Dalam Masyarakat Jakarta: dan Pembentukannya Yogyakarta:
Rajagrafindo Persada. Kanisius. . „ , ,

Forum Keadilan No. 32.11 November 2001., Soejadi. 1999. Pancasila Sebagai Suniber
TertibHukum Indonesia. Yogyakarta:
Jumat Hukum No. 14. Vol. 7, Agustus 2000.' Lukman Offset
Kompas. 16 April 2001. Soemantri, Sri M. 1997. Prosedur dan
Majalah Hukum Nasiorial, edisi Khusus' 50 Perubahan Konstitusi. Bandung: Get.
tahun Pembangunan Nasiona! No.""l' iV. Alumni ' • '
' ^Tahun 1995. ' • - - ^ Syaifudi.n, "Pembeiitukari Sistem Hukum,
. ' - j • 'f

Mahfud, Moh. MD. 1998. Politik Hukum Nasionai, kajian terhadap Pe'nerapan
.Indonesia. Yogyakarta: LP3ES dan Landasan Filosofis, sosiologis dan
Ull Press., • • . ' • , Yuridis Daiam Pembentukan uhdang-
undang periode 1999-2000", Makaiah'
Malian, Sobirin. 2001.Gagasan Perlunya
diskusi di FH Ull. Yogyakarta. 2001.
Konstitusi Baru Pienggarif/' UUD
1945. Yogyakarta:"Cet.'Pertama. Ull Thaib, Dahlan dan, Mila Karmlla Adi :{Edltor)..
'• •, Press.- ' • ^ 1998. . Hukum dan .Kekuasaan.
' Yogyakarta: Fakultas.Hukum Ull. •
Manan, Baglr. 1992. Dasar-c/asar Pen/fic/ang-
undangan Indonesia. Jakarta:
IND- HILLCO.

151

Anda mungkin juga menyukai