Anda di halaman 1dari 12

Nurrizki Anggraeni (201314500325)

Devi Pangestu (201314500308)

Meirina Islamiati (201314500396)

Junita Novita ( 201314500316)

Ade Rahmawati (201314500315)

POLITIK
DEFINISI KORUPSI

Korupsi dalam bahasa Latin berarti corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak.

Korupsi di mata Bangsa sudah digambarkan sebagai perilaku penyalahgunaan


jabatan dan kekuasaan sebagai kepentingan pribadi,karena para korupsi tidak
mempunyai moral,dan yang difikirkan hanyalah jabatan,kekayaan dan keuntungan.
Jika para politis menginginkan jabatan yang tinggi selayaknya harus mempunyai
wawasan yang luas,berfikir objektif, bernalar secara efektif dan dapat memikirkan
masa depan bangsanya. Tidak hanya bangsa yang difikirkan tetap para nasib rakyat
yang menginginkan keadilan, mereka merasa tidak mendapatkan keadilan
dikarenakan hak yang seharusnya mereka dapat, berada ditangan para korupsi.

Menurut para ahli Shah & Shacter ditahun 2004 mereka berpendapat bahwa korupsi
memiliki tiga jenis kategori luas,yaitu:

1. ‘grand corruption: yaitu sejumlah kecil pejabat melakukan pencurian atau


penyalahgunaan sejumlah besar sumber daya publik, maksudnya sedikitnya para
pejabat melakukan pencurian atau mengambil hak rakyat dalam jumlah yang besar.

2. ‘state or ‘regulatory capture: yaitu kolusi yang dilakukan oleh lembaga publik
dengan swasta untuk memperoleh keuntungan pribadi, maksudnya kerja sama
lembaga public dengan swasta semata-mata untuk keuntungan pribadi, dan

3. ‘bureaucratic or petty corruption: yaitu keterlibatan sejumlah besar pejabat publik


dalam menyalahgunakan jabatan untuk mendapatkan sogokan kecil maksudnya
besarnya jumlah pejabat publik memanfaatkan jabatan sebagai alat untuk
memperoleh keuntungan .
Adapun definisi korupsi dari perspektif tertentu dari analisi yang digunakan. Ada 3
kelompok yaitu :
 Public-officecentred
 Market-centred
 Public interest-centred

1. Teori publicoffice-centred,
Korupsi dipandang sebagai penyimpangan perilaku dari tugas-tugas normal pejabat
publik atau pelanggaran terhadap aturan untuk melayani kepentingan pribadi,
termasuk penyuapan dan melakukan penyimpangan untuk kepentingan pribadi .

2. Teori market-centred,
Korupsi adalah sebuah penyalahgunaan jabatan oleh pejabat publik dengan
memonopoli kantor mereka dan proses membuat kebijakan ,seperti pajak,pajak yang
diminta lebih besar dari yang seharusnya ataupun pajak yang diberikan rakyat diambil
setengahnya .

3. Teori public interest-centred teori,


Korupsi adalah tindakan seorang pemegang kekuasaan yang mengistimewakan siapa
pun yang memberikan imbalan.ini adalah penyelewengan kekuasaan yang semestinya
tidak diharuskan.

Dari definisi yang dilihat di seluruh dunia menunjukkan bahwa korupsi di


negara berkembang cenderung lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju. ),
distribusi sumber daya dan peluang berkontribusi pada pembentukan keyakinan
bahwa orang memiliki kemauan untuk berbagi nasib yang sama dengan nilai-nilai
yang serupa dan pemerataan sumber daya yang adil.

Teori lain menjelaskan bahwa korupsi di Negara berkembang karena


ketersediaan peluang untuk orang-orang pilihan,dan biasanya teori meliat dari sisi
sejauh mana pembangunan ekonomi khususnya latar belakang budaya,tingkat
pendidikan perkembangan politik dan administrasi sistem hukum.
Korupsi dipandang sebagai cara terbaik dari negara-negara untuk mengejar
akumulasi modal sama seperti kelas kapitalis di negara-negara maju pada waktu
mereka mengumpulkan kekayaan. Iyayi mengatakan bahwa korupsi terjadi karena
kelompok-kelompok kapitalis di negara-negara berkembang memiliki kelemahan dan
kekurangan kesempatan untuk melakukan akumulasi modal melalui penjajahan
Negara lain.

Banyak orang yang mempercayai bahwa Demokrasi adalah obat untuk


menghilangkan korupsi. Mereka berkata bahwa demokrasi bisa menyusun sejumlah
cara untuk mengakhiri kesalahan yang menghancurkan pemerintahan di negara-
negara berkembang.

Salah satu ciri khas koruptor Indonesia yang tidak dimiliki koruptor di
manapun di dunia adalah perlakuan istimewa terhadap mereka. Oleh karena itu tidak
heran, mereka pun selalu tampil ceriah, tersenyum lebar dan tertawa senang di depan
kamera, yang juga merupakan ciri khas lainnya dari koruptor Indonesia yang tidak
ada belahan dunia manapun juga. Mereka pun masih bebas mengenakan busana dan
asesoris super mahal yang dibeli dari hasil korupsinya. Tak ada bedanya dengan
selebritis. Semakin besar korupsinya, semakin istimewa pula perlakuannya.

Untuk urusan seragam tahanan saja, setelah sekian lama baru-baru ini baru
ada seragam tahanan khusus koruptor di KPK. Seragam tahanan KPK pun dirancang
dengan desain yang modis, jauh dari kesan seragam seorang tahanan yang bisa
membikin malu pemakainya. Bandingkan dengan seragam tahanan polisi yang bahan,
warna, dan desainnya mampu membuat pemakainya merasa malu.

Dengan bahan kain berwarna putih seragam KPK itu lebih terkesan sebagai
jaket daripada seragam tahanan. Tak heran ketika memakainya ada saja para koruptor
itu yang malah kelihatan semakin modis, ganteng, atau cantik.
Bandingkan dengan “kolega” mereka sesama koruptor di beberapa negara
lain. Ketika ditangkap dan disorot kamera. Wajah mereka kelihatan sangat kusut
menahan malu dan tidak berani memandang kamera. Hal yang di Indonesia hanya ada
di para tahanan kelas maling dan copet di Kepolisian.

Korupsi seperti layaknya penyakit jiwa yang bersifat kronis dan sering
kambuh. Kalau bisa disamakan dengan suatu diagnosis gangguan jiwa, penyakit
korupsi lebih cocok dimasukkan ke dalam gangguan kepribadian.Gangguan
kepribadian merupakan gangguan kejiwaan yang tidak disadari oleh si penderitanya.
Berbicara tentang jenis gangguan kepribadian yang paling cocok disematkan kepada
koruptor, gangguan kepribadian antisosial. Gangguan kepribadian antisosial lebih
dikenal dengan sebutan gangguan psikopatik dengan orang yang menderitanya
disebut psikopat.Beberapa ciri yang sekiranya cocok dengan karakter dari seorang
koruptor adalah tidak merasa bersalah atas perbuatan yang telah dilakukan malahan
ada kecenderungan untuk mengulanginya terus, sering berbohong, menggunakan
orang lain untuk kepentingan pribadi, perilaku impulsif, agresif, tidak bertanggung
jawab serta menggunakan alasan-alasan rasionalisasi untuk membenarkan segala
tindakannya yang salah dan merugikan orang lain.

Kondisi ini sangat pas untuk menggambarkan suatu kondisi yang dialami oleh
para koruptor. Para koruptor tahu apa yang dilakukannya merugikan masyarakat,
tetapi mereka tidak peduli sekedar untuk memberikan kepuasan kepada diri mereka
sendiri. Walaupun mengetahui perbuatan itu melanggar hukum negara dan hukum
agama, tetap saja perbuatan itu dilakukan berulang-ulang tanpa ada niat
menghentikan dan merasa menyesal akan perbuatannya. Para koruptor juga sering
menggunakan orang lain untuk kepentingan mereka pribadi dan seringkali
memberikan alasan-alasan yang mendukung perbuatan korupsinya. Yang paling
berbahaya adalah kondisi gangguan kepribadian layaknya koruptor tidak mampu
untuk berempati.
Sejumlah inisiatif untuk menjadikan demokrasi efektif mencegah korupsi
perlu dilakukan. Di negara-negara demokratis yang matang, perkembangan reformasi
tersebut berlangsung untuk waktu yang sangat lama. Proses itu telah terjadi dari abad
ke-17, dan biasanya dibentuk oleh beberapa momentum sejarah seperti Magna Carta
di Inggris dan revolusi politik di Perancis, bersama dengan proses pembangunan
politik dan perluasan partisipasi publik. Selain itu,Hayden, Court & Mease
berpendapat, dampak CSO peran dalam perumusan kebijakan di negara-negara
transisi demokrasi sangat penting karena, seperti didiskusikan diatas, aktor negara
lemah atau tidak mampu memainkan perannya dalam memerangi korupsi.

Dalam jangka panjang, ketika CSO(CIVIL SOCIETY ORGANIZATION)


terus gigih dalam memerangi korupsi, mereka dapat merangsang proses
demokratisasi yang sukses dan mendorong pembentukan pemerintahan
yang baik. Sebagai asosiasi yang berdiri sendiri, CSO dapat mendorong lembaga-
lembaga negara untuk bertanggung jawab dan efektif dalam melaksanakan tugasnya.
Mereka dapat menginisiasi kerangka kerja kelembagaan, mengungkapkan
penyalahgunaan kekuasaan, dan juga memonitor dan menekan lembaga hukum untuk
bertindak melawan pelaku korupsi. Kegiatan ini biasanya bisa memperbaiki kinerja
lembaga,dan juga memberantas korupsi dalam kekuasaan. CSO berfungsi pada dua
tingkatan: Pertama:pada tingkat strategis, dengan memberikan kontribusi bagi
penciptaan kebijakan anti korupsi,membuat kerangka hukum dan institusi yang kuat
untuk memerangi korupsi, serta mendorong kerja yang efektif dari mekanisme
akuntabilitas. Kedua: pada tingkat praktis, dengan mengadakan tindakan populis
untuk memantau pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat negara dan lembaga-
lembaga, serta memantau pelaksanaan peraturan anti korupsi dan pekerjaan badan-
badan anti korupsi.

Aktifitas pada tingkat strategis harus disertai oleh aktifitas pada level praktis.
Penciptaan kerangka hukum dan kelembagaan hanya akan berhasil jika warga
mengorganisir diri secara efektif dalam mengawasi pelaksanaan peraturan dan
pekerjaan badan-badan anti korupsi. Aktifitas pada level praktis adalah kegiatan yang
secara langsung dan segera dampak pada korupsi.

Dengan peran CSO bisa dapat memberantasi para korupsi dan Negara-negara
berkembang dapat lebih maju, agar para korupsi menyadarai perbuatan yang
dilanggar oleh hukum dengan adanya badan-badan anti korupsi , maka Negara-negara
akan menjadi Negara yang Merdeka, Anti Korupsi, Jujur , Adil , Tentram dan
Nyaman.

Peraturan Perundang-undangan tentang Korupsi

TAP MPR:
 TAP MPR No. XI Tahun 1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas KKN

Undang-Undang:

 UU 20/2001 Pemberantasan Tidak pidana Korupsi


 UU 30/2002 Komisi Anti Korupsi
 UU 31/1999 Pemberantasan Korupsi. Telah diperbaharui menjadi UU No 20 Tahun
2001
 UU 11/1980 tentang Antisuap
 UU 15/2002 tentang tindak pidana anti pencucian uang. UU ini telah dirubah
menjadi UU No 25 tahun 2003
 UU 25/2003 tentang perubahan UU No 15/2002 tentang tindak pidana anti
pencucian uang
 UU No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih Bebas dari
KKN
 UU No 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Anti Korupsi, 2003
 UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Masalah pidana
 UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban (termasuk versi
bahasa Inggrisnya)

Peraturan Pemerintah:

 PP 71/2000 ttg peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi


 Peraturan Pemerintah No.110 tahun 2000 tentang kedudukan Keuangan DPRD
 Penjelasan Peraturan Pemerintah No.110 tahun 2000 tentang kedudukan Keuangan
DPRD
 PP No 24 Tahun 2004 tentang Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
DPRD
 PP No 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD
 PP No 19 Tahun 2000 tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

INPRES:

 Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi


 Inpres No. 4 Tahun 1971, Tentang Pengawasn Tertib Administrasi di Lembaga
Pemerintah
 Inpres No. 9 Tahun 1977, Tentan Operasi Tertib
 Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
 Inpres No 1 Tahun 1971, tentang koordinasi pemberantasan uang palsu
 Inpres No. 9 tahun 2011 (english version)
KEPPRES:

 Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2005 Tentang Timtastipikor


 Keppres No. 12 Tahun 1970 tentang "Komisi 4"
 Keppres No 80 Tahun 2003, tentang pedoman pengadaan barang jasa di instansi
pemerintah
 Keppres No 16 Tahun 2004, tentang perubahan keppres 80/2003 tentang pedoman
pengadaan barang jasa di instansi pemerintah
 Keppres No. 7 tahun 2007 tentang Pembentukan Panitia Seleksi dan Pemilihan
Calon Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

PERATURAN PRESIDEN

 Perpres No. 13 tahun 2007 tentang Susunan Panitia Seleksi, Tata Cara Pelaksanaan
Seleksi dan Militancies Calon Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
 Perpres No. 1 tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan
Peraturan Perundang-Undangan

SURAT EDARAN:

 Surat edaran Jaksa Agung tentang percepatan penanganan kasus korupsi tahun
2004
 Surat edaran Dirtipikor Mabes Polri, tentang pengutamaan penanganana kasus
korupsi
 Surat Keputusan Jaksa Agung tentang Pembentukan Tim Gabungan Pemberantasan
Tindak Pidana korupsi Tahun 2000
 Keputusan Bersama KPK-Kejaksaan Agung dalam Kerjasama Pemberantasan
korupsi
PERDA:

 Perda Kabupaten Solok No 5 Tahun 2004 Tentang Transparansi Penyelenggaraan


Pemerintahan
 Rancangan Undang-Undang/Draft :
RUU Layanan Publik
RUU Rahasia Negara
Rancangan Inpres Pemberdayaan Instansi Terkait Dalam Sistem Penanganan
Laporan Korupsi
Draft UU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik versi DPR
Draft UU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik versi Koalisi LSM
ANALISIS KASUS AKIL MOHTAR

Pada baru-baru ini kabar tertangkapnya ketua Mahkamah Konstitusi (MK)


Akil Mochtar dan juga Tubagus Chaeri Wardana adik dari Ratu Atut Chosiyah yang
sekarang menjabat sebagai Gubernur Banten oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Keduanya ditangkap ketika KPK berhasil menangkap tangan Akil Mochtar
usai menerima uang Rp. 1 Milyar dari Tubagus Chaeri Wardhana terkait sengketa
pemilihan kepala daerah Lebak, Banten. Dengan terbongkarnya kasus suap ini maka
membuat berbagai spekulasi bahwa MK sebagai aparatur Negara tidak menjalankan
tugasnya dengan baik.

MK sebagai anggota birokrat wajib memberikan pelayanan public yang prima dan
sesuai dengan UU yang telah menaunginya. Sesuai dengan TAP MPR.XI/MPR/1998:
dijelaskan tentang pelayanan public yang berisi tentang penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisne mengamanatkan agar
aparatur Negara mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara profesioanal,
produktif, transparan dan bebas dari KKN. Dari peraturan yang telah disebutkan dan
juga terjadinya masalah yang melibatkan ketua MK maka telah terjadi
penyelewengan antara tugas, peraturan dan implementasi yang diterapkan di
lapangan. Terbukti dengan diketahuinya kasus suap tersebut maka MK sudah
melanggar sumpah dia dalam menjalankan tugas sebagai aparatur Negara yang
seharusnya memberikan pelayanan prima terhadap public dengan menjaga martabat
diri dan pihak lain yang dilayani. Sebagai aparatur Negara seharusnya memberikan
pelayanan yang jujur, transparan, adil, mendapatkan perlakuan yang sama di mata
hukum. Namun pada masa jabatan yang ketua MK Akil Mochtar seakan semuanya
palsu, penuh dengan ambisi ingin memberikan kekayaan pada dirinya dan
keluarganya sendiri dengan menerima suap dari adik Gubernur Banten Ratu Arut
Chosiyah untuk melancarkan dalam pemilihan kepala daerah Banten.
Dari kasus ketua MK Akil Mochtar dan juga dinasti Ratu Atut ini disebabkan
oleh rendahnya moral yang dimilikinya, lemahnya nilai social, kepentingan umum
dan tanggungjawab social yang dikesampingkan sehingga terjadilah suatu
penyelewengan yang banyak dilakukan. Sehingga para birokrat ini mudah
terpengaruh atau mudah tergiur pada tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh
parabirokrat. Birokrasi sekarang bukanlah memberikan pelayanan prima bagi public
atau masyarakat namun jabatan birokrasi sekarang seperti diperjual belikan, siapa
yang mampu membayar paling banyak maka dialah yang akan menduduki jabatan
tersebut.

Birokrasi dijadikan lahan bisnis bagi para birokrat yang hanya mengandalkan
uang tanpa tahu tugas apasaja yang diembannya. Sehingga inilah yang memberikan
banyak peluang terjadinya korupsi. Koruptor seharusnya dibasmi sampai pada
akarnya supaya Negara tidak dirugikan oleh ulah semua koruptor. Tindakan atau
hukuman yang harusnya diberikan kepada koruptor adalah memiskinkan koruptor
sampai semua orang takut untuk berbuat korupsi, namun hukum di Indonesia masih
lemah sehingga para koruptor tidak pernah jera dan tidak merasa takut akan
perbuatannya. Semoga dengan adanya KPK ini korupsi bisa dibasmi sampai akarnya.

Dari berita diatas mengenai korupsi yang dilakukan oleh Akil Mochtar
tersebut saya telah menangkap masalah-masalah Korupsi yang ada di Negara
Indonesia dan di Negara lain pula. Masalah Korupsi sudah sangat mendunia dan
sudah menjadi pandangan pusat perhatian publik, terutama di Indonesia banyak para
politis-politis yang menyalahgunakan wewenang terhadap bangsa terutama terhadap
rakyat. Para korupsi hanya mementingkan diri sendiri dengan menikmati hasil yang
dianggapnya keuntungan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai