Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak 73 tahun yang lalu Bangsa Indonesia telah diakui keberadaannya oleh
negara lain, bahwa negara ini sudah benar-benar merdeka. Akan tetapi, saat ini makna
merdeka berbeda dengan kemerdekaan dari jajahan bangsa lain. Bangsa ini belum
benar-benar merdeka. Bahkan sekarang penjajahnya bukanlah orang asing, melainkan
orang Indonesia yang menjajah negaranya sendiri.
Banyak yang telah terjadi di negara ini. Kini sudah tak menentu arah. Dari
kemiskinan di mana-mana, kejahatan merajalela, hingga para pejabat negara
melakukan kejahatan di negaranya sendiri. Banyak tindak kejahatan yang terjadi di
negara ini. Salah satunya, ‘aksi korupsi’ yang terjadi di seluruh pelosok negara. Hal
tersebut menjadi saksi mata, bahwa negara ini belum benar-benar merdeka.
Salah satu kejahatan yang sangat terkenal adalah ‘korupsi’. Sudah tidak asing lagi,
jika banyak pejabat negara yang melakukan ‘aksi’ tersebut. Banyak pemberitaan
korupsi yang dilakukan oleh para pejabat. Mereka sama sekali tidak malu melakukan
korupsi bahkan terus mengulangi tindak kejahatan tersebut. Padahal para pejabat atau
pemerintah yang melakukan kejahatan tersebut merupakan orang-orang kepercayaan
rakyat. Seharusnya mereka membantu rakyat, bukan untuk membuat rakyat sengsara
karena perbuatan yang mereka lakukan.
Korupsi dapat berdampak buruk bagi bangsa Indonesia, dimana korupsi
merupakan perbuatan yang dapat membuat rakyat menderita dan akan menimbulkan
masalah baru seperti terjadinya kemiskinan negara dan tentunya juga kemiskinan pada
rakyatnya, akibat dari kemisikinan tersebut akan timbul masalah baru lagi seperti
kejahatan yang merajalela, dan sebagainya. Selain itu, tindakan korupsi juga
merupakan tindakan tercela yang tentunya melanggar semua sila dalam pancasila,
dimana pancasila merupakan ideologi bangsa.
Maka dari itu penegak hukum harus adil dalam memberikan hukuman bagi para
koruptor di negeri ini, agar mereka mempunyai efek jera dan negeri ini terbebas dari
korupsi yang dapat menyebabkan kemisikinan dan ketidaksejahteraan pada rakyat.
Selain itu, seharusnya pemerintah atau pejabat negara bersikap jujur dan adil dalam
hal apapun, karena mereka adalah orang-orang yang dipercaya oleh rakyat untuk
mengatur negara.

1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pokok masalah tentang Korupsi
2. Untuk mengetahui pengertian tentang Korupsi
3. Untuk mengetahui sejarah Korupsi di Indonesia
4. Untuk mengetahui kondisi yang mendukung munculnya Korupsi
5. Untuk mengatahui dampak dari Korupsi
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyalahgunaan dari Korupsi
7. Untuk mengetahui Undang-Undang yang mengatur Pancasila
8. Untuk mengetahui upaya pemberantasan Korupsi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pokok Masalah

Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere:
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, menurut Transparency
International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka, ini adalah salah satu tindak korupsi.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam
bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh para pejabat tinggi, seperti


anggota DPR, Bupati, Gubernur. Namun, ada juga dari kalangan pelajar. Di Indonesia
sendiri, korupsi sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pejabat tinggi. Tidak
tanggung tanggung, mereka memakai uang rakyat hingga milyaran rupiah. Para
pejabat ini seakan tidak takut untuk korupsi, walaupun sudah tertangkap, namun
hukuman untuk para koruptor termasuk ringan dibandingkan hukuman untuk para
koruptor di luar negeri yang kebanyakan adalah hukuman mati.

Di Indonesia sendiri sudah dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi atau


KPK, namun hal itu rupanya tidak membuat jera para koruptor. Penjara untuk para
koruptor juga terbilang cukup mewah, bahkan bisa keluar masuk penjara dengan
mudah.

Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada
niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah
menjadikan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan perundang-

3
undangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah
dengan pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk
dari korupsi) dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah
tindak pidana.1

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pelaku korupsi adalah orang-orang yang
tidak mengamalkan Pancasila. Pancasila yang menjadi Dasar negara dan pandangan
hidup bangsa tidak diamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Idealnya kalau
semua warga negara, terlebih yang menjadi pejabat dan tokoh-tokoh penting di
Republik Indonesia ini mengamalkan nilai-nilai Pancasila pastilah tidak ada korupsi
dan masyarakatnya hidup makmur. Banyak dana yang seharusnya untuk kemajuan
negara dan kesejahteraan rakyat,  masuk ke kantong koruptor dan orang-orang yang
terlibat/terkait  didalamnya.

Korupsi jelas bertentangan dengan nilai sila pertama Ketuhanan YME. Kata
orang beriman korupsi adalah dosa. Bangsa Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang
religius tetapi nyatanya kehidupan religius tadi hanya sebagai baju pengaman di ruang
ibadah setelah keluar dari ruang ibadah sudah lain urusannya. Seharusnya perilakunya
tetap mencerminkan apa yang diajarkan dalam kitab suci dan ajaran agama yang
diimani. Korupsi juga bertentangan dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Korupsi menjadi perbuatan yang kerdil kemanusiaannya dan sekaligus biadab.
Korupsi bertentangan dengan sila Persatuan Indonesia, karena korupsi hanya demi
persatuan keluarga, istri simpanan dan teman-teman dekat terkait. Korupsi juga
berlawanan dengan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan sebab korupsi menyalahi kesepakatan hasil musyawarah
yang dilandasi hikmat kebijaksanaan. Korupsi menjadi perbuatan yang tidak bijaksana
yang dilandasi persekongkolan segelintir orang tertentu. Akhirnya korupsi juga
bertentangan dengan sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sangat
jelas karena jauh dari rasa keadilan bagi seluruh rakyat.2

1
https://philiphermawan.wordpress.com/tag/hubungan-korupsi-dengan-nilai-pancasila/

2
https://www.kompasiana.com/suwarno_yoseph/5528be87f17e6144028b4582/pancasila-dan-korupsi

4
Oleh karena itu Pancasila perlu sekali untuk diaktualisasikan. Pancasila
mengandung nilai-nilai yang sangat luhur dan mulia yang telah digali dari kehidupan
bangsa Indonesia sendiri.

2.2 Problematika

2.2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin : corruptio dari kata


kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai
negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak
wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. perbuatan melawan hukum,

2. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,


3. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
4. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, adalah

1. memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


2. penggelapan dalam jabatan,
3. pemerasan dalam jabatan,
4. ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara),
dan
5. menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah


penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik

5
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan
oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama
sekali.3

2.2.2 Sejarah Korupsi di Indonesia


Catatan panjang tentang korupsi di Indonesia telah dimulau bahkan sebelum
Indonesia merdeka. Pada masa kerajaan, korupsi telah banyak terjadi, biasanya
karena motif perebutan kekuasaan. Bahkan sejarah menyebutkan bahwa
runtuhnya kerajaan -kerajaan besar di Indonesia seperti Sriwijaya dan Singasari
dilatarbelakangi oleh korupsi pada masa itu. Pada masa itu, masyarakat belum
mengenal korupsi. Korupsi didominasi oleh kalangan raja dan sultan dari
kerajaan tertentu dan lingkupnya belum menyebar ke luar kerajaan.
Pada masa penjajahan, korupsi juga merajalela. Tidak hanya korupsi oleh
sultan-sultan kerajaan, korupsi juga dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintahan
Portugis dan Belanda yang saat itu menduduki kekuasaan di Indonesia. Pada
masa itu, pejabat-pejabat penjajah mengkorup uang korpsnya, atau mengkorup
keuangan instansi pemerintahan. Pada masa penjajahan, banyak pula raja yang
menerapkan sistem upeti untuk rakyat. Rakyat harus menyerahkan harta benda
atau pangan dalam jumlah tertentu. Teknik tersebut ternyata juga ditiru oleh
pemerintahan Belanda ketika menduduki Indonesia.
Pada masa sekarang, korupsi sudah bukan hal yang baru di lingkup
pemerintahan. Korupsi merupakan tindakan biasa, bahkan para pejabat beramai-
ramai melakukan korupsi untuk memperkaya diri. Berbagai upaya hukum telah
diterapkan, namun ternyata tidak mampu memberikan efek jera bagi koruptor. 4
2.2.3 Kondisi yang Mendukung Terjadinya Korupsi
a. Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak
bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering
terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.
b. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
c. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih
besar dari pendanaan politik yang normal.
d. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
e. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan
"teman lama".
f. Lemahnya ketertiban hukum.
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
4
https://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara

6
g. Lemahnya profesi hukum.
h. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
i. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
Mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding
dengan kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di
kupas oleh B Soedarsono yang menyatakan antara lain " pada
umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi
sebab yang paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji
pejabat-pejabat....." namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal
tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan
saling memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor
yang paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak
yang melakukan korupsi. Namun kurangnya gaji dan pendapatan
pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol dalam arti
merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh
Guy J Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia 1979: The Record
of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu
pula J.W Schoorl mengatakan bahwa " di Indonesia di bagian pertama
tahun 1960 situasi begitu merosot sehingga untuk sebagian besar
golongan dari pegawai, gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk
makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi
demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak di
antaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk
pelayanan yang diberikan". ( Sumber buku "Pemberantasan Korupsi
karya Andi Hamzah, 2007)
j. Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
k. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan
atau "sumbangan kampanye".5

2.2.4 Dampak Korupsi


5
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

7
Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa
dibenarkan dilihat dari aspek manapun. Banyak kepentingan publik yang
terbengkalai, juga kerugian negara yang sangat besar akibat dari korupsi
itu sendiri. Selain itu, korupsi juga memberikan dampak negatif di
berbagai bidang yang meliputi:

1. Bidang Demokrasi

Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang


demokrasi. Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap
(DPT) saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti pernah
mengetahui yang disebut “serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu
memberikan imbalan uang bagi siapa saja yang memilihnya saat pemilu,
sehingga ia terpilih menduduki jabatan tertentu. Pemberian imbalan uang
tersebut sifatnya adalah sogokan. Beberapa memang tidak memberikan
uang untuk melancarkan jalannya menduduki suatu jabatan, namun ia
memberikan barang tertentu kepada masyarakat. Apapun bentuk
sogokan yang diberikan tersebut adalah salah satu bentuk korupsi.
Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak cukup cerdas untuk
memikirkan dampak jangka panjang jika mereka menerima sogokan
tersebut.

Contoh sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat pemilu.
Ada 2 orang dari daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi
anggota DPR. Sebut saja A dan B. Si A memiliki kepribadian pemimpin
yang baik, mampu mengayomi, memberikan bantuan untuk kasus-kasus
sosial yang terjadi di lingkungannya. Saat detik-detik menjelang
berlangsungnya pemilu, si A menggunakan cara yang jujur, sedangkan si
B memberikan uang kepada para calon pemilih agar ia terpilih
menduduki kursi DPR. Karena para pemilih yang memilih sogokan dan
juga tidak memikirkan dampak panjang, akibatnya si B yang justru
terpilih menduduki kursi DPR, padahal dari segi kemampuan, si A lebih
kompeten dibanding si B. Itulah salah satu contoh dampak korupsi bagi
berjalannya demokrasi di Indonesia. Maka jangan salah jika ada

8
semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika menginginkan pemimpin
yang baik”.

2. Bidang Ekonomi

Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi


negara tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan, makin maju
suatu negara biasanya diikuti dengan makin rendahnya tingkat korupsu
negara tersebut. Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara
berkembang. Maka tidak heran pula, jika negara-negara berkembang
memiliki perekonomian yang tidak baik dan relatif tidak stabil. Bahkan
pada beberapa kasus, sering ditemukan perusahaan-perusahaan yang
memiliki koneksi dengan pejabat mampu bertahan dan dilindungi dari
segala macam persaingan. Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang tidak
efisien bertahan dan justru merugikan perekonomian negara.

Para ahli ekonomi juga menyebutkan bahwa buruknya perekonomian


di negara-negara Afrika ternyata disebabkan oleh tingginya tingkat
korupsi negara tersebut. Para pejabat yang korup, menyimpan uang
mereka di berbagai bank di luar negeri. Bahkan ada data yang
menyebutkan bahwa besarnya uang simpanan hasil korupsi pejabat-
pejabat Afrika yang ada di luar negeri justru lebih besar dibandingkan
hutang negaranya sendiri. Maka tidak heran jika ada beberapa negara di
benua Afrika yang sangat terbelakang tingkat ekonomi dan juga
pembangunan insfrastrukturnya, padahal jika dilihat dari kekayaan alam,
mereka memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa.

3. Bidang Kesehatan dan Keselamatan Manusia

Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai Kertanegara.


Masih ada kasus-kasus lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang
juga menimbulkan korban jiwa. Selain itu, ada pula pekerja-pekerja
fasilitas publik yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya, kejadian
tersebut diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk
membangun insfrastruktur publik merupakan dana yang sangat besar jika
dilihat dalam catatan. Nyatanya, saat dana tersebut melewati para

9
pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut mengalami pangkas sana-
sini sehingga dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut menjadi minim
keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya resiko yang timbul
ketika korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat minim pada
akhirnya. Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan
insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan karena minimnya
dana.

4. Bidang Kesejahteraan Umum

Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak adanya


kesejahteraan umum. Anda pasti sering memperhatikan tayangan televisi
tentang pembuatan peraturan-peraturan baru oleh pemerintah. Dan tidak
jarang pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut ternyata justru
lebih memihak pada perusahaan-perusahaan besar yang mampu
memberikan keuntungan untuk para pejabat. Akibatnya, perusahaan-
perusahaan kecil dan juga industri menengah tidak mampu bertahan dan
membuat kesejahteraan masyarakat umum terganggu. Tingkat
pengangguran makin tinggi, diikuti dengan tingkat kemiskinan yang juga
semakin tinggi.

5. Pengikisan Budaya

Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat
umum. Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup.
Ia akan terus-menerus melakukan upaya untuk menguntungkan diri
sendiri sehingga lambat laun ia akan menuhankan materi. Bagi
masyarakat umum, tingginya tingkat korupsi, lemahnya penegakan
hukum, akan membuat masyarakat meninggalkan budaya kejujuran
dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan membentuk kepribadian
yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak takut pada hukum.

6. Terjadinya Krisis Kepercayaan

Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya
kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat,

10
masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas untuk menilai
sebuah kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia
tidak pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor.
Banyak koruptor yang menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak
sedikit, namun hanya memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya,
rakyat tidak lagi percaya pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang
pula masyarakat lebih senang main hakim sendiri untuk menyelesaikan
sebuah kasus. Hal tersebut sebenarnya merupakan salah satu tanda
bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak percaya dengan jalannya
hukum, terutama dengan berbagai tindakan yang diambil oleh
pemerintah dalam menangani kasus korupsi.6

2.2.5 Bentuk Bentuk Penyalahgunaan

Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah


seperti penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang
menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan
seperti penyogokan, pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.

a. Penyogokan : penyogok dan penerima sogok


b. Sumbangan Kampanye dan “uang haram”

2.2.6 Undang Undang yang Mengatur Korupsi di Indonesia


a. UU No. 3/1971 tentang Pemberantasan Korupsi
b. UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari KKN
c. UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
d. PP No.71/2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
e. UU No. 15/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
f. No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
g. UU No. 7/2006 tentang United Nation Convention Againest Corruption
6
https://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara

11
h. Instruksi Presiden RI No.5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi

2.2.7 Upaya Pemberantasan Korupsi

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan


pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal,
informal dan agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan
teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan
memiliki tang-gung jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung
jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang
mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya.7

2.3 Pendapat Tentang Korupsi

Pada zaman sekarang ini korupsi sudah tidak asing lagi terjadi di Indonesia,
banyak sekali korupsi yang dilakukan oleh para pejabat dinegeri ini. Bagaimana bisa
para pejabat melakukan hal seburuk itu, padahal seperti yang kita ketahui bahwa
pejabat pasti memiliki riwayat pendidikan yang tinggi, artinya mereka pasti
mengetahui bahwa korupsi adalah sebuah tindak kejahatan yang melanggar Pancasila
sebagai Ideologi negara dan dapat merugikan bangsa yang seharusnya mereka atur
berdasarkan peraturan negara dan juga amanah rakyat.

7
https://philiphermawan.wordpress.com/tag/hubungan-korupsi-dengan-nilai-pancasila/

12
Berdasarkan kenyataan yang ada menurut saya para pejabat yang melakukan
korupsi atau yang disebut koruptor adalah pejabat yang tidak jujur, masih
mementingkan dirinya sendiri, tidak pernah merasa puas dengan apa yang
dimilikinya, padahal mereka sebagai pejabat atau pemerintah diberikan gaji oleh
negara tetapi mereka masih merasa belum tercukupi sehingga melakukan korupsi, dan
juga pejabat yang tidak Pancasilais. Selain itu tanpa disadari bahwa koruptor adalah
penjajah negeri sendiri, karena mereka telah menyengsarakan rakyat dengan
perbuatan mereka. Koruptor seharusnya diberikan sanksi yang setimpal dengan apa
yang telah diperbuat dan dapat memberikan efek jera agar tidak ada lagi korupsi yang
terjadi di negeri ini. Kita sebagai masyarakat juga harus dapat berperan untuk memilih
pemerintah yang mempunyai pribadi yang baik terutama kejujuran agar mereka yang
kita berikan amanah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan dapat membangun
negeri ini untuk lebih baik lagi kedepannya.

BAB III
PENUTUP

13
3.1 Kesimpulan
Korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama
sekali.Tanpa disadari bahwa koruptor adalah penjajah negeri sendiri, karena mereka
telah menyengsarakan rakyat dan merugikan bangsa ini karena melakukan korupsi.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pelaku korupsi adalah orang-orang


yang tidak mengamalkan Pancasila. Pancasila yang menjadi Dasar negara dan
pandangan hidup bangsa tidak diamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Idealnya
kalau semua warga negara, terlebih yang menjadi pejabat dan tokoh-tokoh penting di
Republik Indonesia ini mengamalkan nilai-nilai Pancasila pastilah tidak ada korupsi
dan masyarakatnya hidup makmur.

3.2 Saran
Koruptor seharusnya diberikan sanksi yang setimpal dengan apa yang telah
diperbuat dan dapat memberikan efek jera agar tidak ada lagi korupsi yang terjadi di
negeri ini. Kita sebagai masyarakat juga harus dapat berperan untuk memilih
pemerintah yang mempunyai pribadi yang baik terutama kejujuran agar mereka yang
kita berikan amanah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan dapat membangun
negeri ini untuk lebih baik lagi kedepannya.

14

Anda mungkin juga menyukai