PENDAHULUAN
Sejak 73 tahun yang lalu Bangsa Indonesia telah diakui keberadaannya oleh
negara lain, bahwa negara ini sudah benar-benar merdeka. Akan tetapi, saat ini makna
merdeka berbeda dengan kemerdekaan dari jajahan bangsa lain. Bangsa ini belum
benar-benar merdeka. Bahkan sekarang penjajahnya bukanlah orang asing, melainkan
orang Indonesia yang menjajah negaranya sendiri.
Banyak yang telah terjadi di negara ini. Kini sudah tak menentu arah. Dari
kemiskinan di mana-mana, kejahatan merajalela, hingga para pejabat negara
melakukan kejahatan di negaranya sendiri. Banyak tindak kejahatan yang terjadi di
negara ini. Salah satunya, ‘aksi korupsi’ yang terjadi di seluruh pelosok negara. Hal
tersebut menjadi saksi mata, bahwa negara ini belum benar-benar merdeka.
Salah satu kejahatan yang sangat terkenal adalah ‘korupsi’. Sudah tidak asing lagi,
jika banyak pejabat negara yang melakukan ‘aksi’ tersebut. Banyak pemberitaan
korupsi yang dilakukan oleh para pejabat. Mereka sama sekali tidak malu melakukan
korupsi bahkan terus mengulangi tindak kejahatan tersebut. Padahal para pejabat atau
pemerintah yang melakukan kejahatan tersebut merupakan orang-orang kepercayaan
rakyat. Seharusnya mereka membantu rakyat, bukan untuk membuat rakyat sengsara
karena perbuatan yang mereka lakukan.
Korupsi dapat berdampak buruk bagi bangsa Indonesia, dimana korupsi
merupakan perbuatan yang dapat membuat rakyat menderita dan akan menimbulkan
masalah baru seperti terjadinya kemiskinan negara dan tentunya juga kemiskinan pada
rakyatnya, akibat dari kemisikinan tersebut akan timbul masalah baru lagi seperti
kejahatan yang merajalela, dan sebagainya. Selain itu, tindakan korupsi juga
merupakan tindakan tercela yang tentunya melanggar semua sila dalam pancasila,
dimana pancasila merupakan ideologi bangsa.
Maka dari itu penegak hukum harus adil dalam memberikan hukuman bagi para
koruptor di negeri ini, agar mereka mempunyai efek jera dan negeri ini terbebas dari
korupsi yang dapat menyebabkan kemisikinan dan ketidaksejahteraan pada rakyat.
Selain itu, seharusnya pemerintah atau pejabat negara bersikap jujur dan adil dalam
hal apapun, karena mereka adalah orang-orang yang dipercaya oleh rakyat untuk
mengatur negara.
1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pokok masalah tentang Korupsi
2. Untuk mengetahui pengertian tentang Korupsi
3. Untuk mengetahui sejarah Korupsi di Indonesia
4. Untuk mengetahui kondisi yang mendukung munculnya Korupsi
5. Untuk mengatahui dampak dari Korupsi
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyalahgunaan dari Korupsi
7. Untuk mengetahui Undang-Undang yang mengatur Pancasila
8. Untuk mengetahui upaya pemberantasan Korupsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere:
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, menurut Transparency
International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka, ini adalah salah satu tindak korupsi.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam
bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada
niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah
menjadikan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan perundang-
3
undangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah
dengan pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk
dari korupsi) dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah
tindak pidana.1
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pelaku korupsi adalah orang-orang yang
tidak mengamalkan Pancasila. Pancasila yang menjadi Dasar negara dan pandangan
hidup bangsa tidak diamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Idealnya kalau
semua warga negara, terlebih yang menjadi pejabat dan tokoh-tokoh penting di
Republik Indonesia ini mengamalkan nilai-nilai Pancasila pastilah tidak ada korupsi
dan masyarakatnya hidup makmur. Banyak dana yang seharusnya untuk kemajuan
negara dan kesejahteraan rakyat, masuk ke kantong koruptor dan orang-orang yang
terlibat/terkait didalamnya.
Korupsi jelas bertentangan dengan nilai sila pertama Ketuhanan YME. Kata
orang beriman korupsi adalah dosa. Bangsa Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang
religius tetapi nyatanya kehidupan religius tadi hanya sebagai baju pengaman di ruang
ibadah setelah keluar dari ruang ibadah sudah lain urusannya. Seharusnya perilakunya
tetap mencerminkan apa yang diajarkan dalam kitab suci dan ajaran agama yang
diimani. Korupsi juga bertentangan dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Korupsi menjadi perbuatan yang kerdil kemanusiaannya dan sekaligus biadab.
Korupsi bertentangan dengan sila Persatuan Indonesia, karena korupsi hanya demi
persatuan keluarga, istri simpanan dan teman-teman dekat terkait. Korupsi juga
berlawanan dengan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan sebab korupsi menyalahi kesepakatan hasil musyawarah
yang dilandasi hikmat kebijaksanaan. Korupsi menjadi perbuatan yang tidak bijaksana
yang dilandasi persekongkolan segelintir orang tertentu. Akhirnya korupsi juga
bertentangan dengan sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sangat
jelas karena jauh dari rasa keadilan bagi seluruh rakyat.2
1
https://philiphermawan.wordpress.com/tag/hubungan-korupsi-dengan-nilai-pancasila/
2
https://www.kompasiana.com/suwarno_yoseph/5528be87f17e6144028b4582/pancasila-dan-korupsi
4
Oleh karena itu Pancasila perlu sekali untuk diaktualisasikan. Pancasila
mengandung nilai-nilai yang sangat luhur dan mulia yang telah digali dari kehidupan
bangsa Indonesia sendiri.
2.2 Problematika
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. perbuatan melawan hukum,
5
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan
oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama
sekali.3
6
g. Lemahnya profesi hukum.
h. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
i. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
Mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding
dengan kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di
kupas oleh B Soedarsono yang menyatakan antara lain " pada
umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi
sebab yang paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji
pejabat-pejabat....." namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal
tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan
saling memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor
yang paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak
yang melakukan korupsi. Namun kurangnya gaji dan pendapatan
pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol dalam arti
merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh
Guy J Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia 1979: The Record
of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu
pula J.W Schoorl mengatakan bahwa " di Indonesia di bagian pertama
tahun 1960 situasi begitu merosot sehingga untuk sebagian besar
golongan dari pegawai, gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk
makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi
demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak di
antaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk
pelayanan yang diberikan". ( Sumber buku "Pemberantasan Korupsi
karya Andi Hamzah, 2007)
j. Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
k. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan
atau "sumbangan kampanye".5
7
Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa
dibenarkan dilihat dari aspek manapun. Banyak kepentingan publik yang
terbengkalai, juga kerugian negara yang sangat besar akibat dari korupsi
itu sendiri. Selain itu, korupsi juga memberikan dampak negatif di
berbagai bidang yang meliputi:
1. Bidang Demokrasi
Contoh sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat pemilu.
Ada 2 orang dari daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi
anggota DPR. Sebut saja A dan B. Si A memiliki kepribadian pemimpin
yang baik, mampu mengayomi, memberikan bantuan untuk kasus-kasus
sosial yang terjadi di lingkungannya. Saat detik-detik menjelang
berlangsungnya pemilu, si A menggunakan cara yang jujur, sedangkan si
B memberikan uang kepada para calon pemilih agar ia terpilih
menduduki kursi DPR. Karena para pemilih yang memilih sogokan dan
juga tidak memikirkan dampak panjang, akibatnya si B yang justru
terpilih menduduki kursi DPR, padahal dari segi kemampuan, si A lebih
kompeten dibanding si B. Itulah salah satu contoh dampak korupsi bagi
berjalannya demokrasi di Indonesia. Maka jangan salah jika ada
8
semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika menginginkan pemimpin
yang baik”.
2. Bidang Ekonomi
9
pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut mengalami pangkas sana-
sini sehingga dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut menjadi minim
keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya resiko yang timbul
ketika korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat minim pada
akhirnya. Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan
insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan karena minimnya
dana.
5. Pengikisan Budaya
Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat
umum. Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup.
Ia akan terus-menerus melakukan upaya untuk menguntungkan diri
sendiri sehingga lambat laun ia akan menuhankan materi. Bagi
masyarakat umum, tingginya tingkat korupsi, lemahnya penegakan
hukum, akan membuat masyarakat meninggalkan budaya kejujuran
dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan membentuk kepribadian
yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak takut pada hukum.
Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya
kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat,
10
masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas untuk menilai
sebuah kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia
tidak pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor.
Banyak koruptor yang menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak
sedikit, namun hanya memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya,
rakyat tidak lagi percaya pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang
pula masyarakat lebih senang main hakim sendiri untuk menyelesaikan
sebuah kasus. Hal tersebut sebenarnya merupakan salah satu tanda
bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak percaya dengan jalannya
hukum, terutama dengan berbagai tindakan yang diambil oleh
pemerintah dalam menangani kasus korupsi.6
11
h. Instruksi Presiden RI No.5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi
Pada zaman sekarang ini korupsi sudah tidak asing lagi terjadi di Indonesia,
banyak sekali korupsi yang dilakukan oleh para pejabat dinegeri ini. Bagaimana bisa
para pejabat melakukan hal seburuk itu, padahal seperti yang kita ketahui bahwa
pejabat pasti memiliki riwayat pendidikan yang tinggi, artinya mereka pasti
mengetahui bahwa korupsi adalah sebuah tindak kejahatan yang melanggar Pancasila
sebagai Ideologi negara dan dapat merugikan bangsa yang seharusnya mereka atur
berdasarkan peraturan negara dan juga amanah rakyat.
7
https://philiphermawan.wordpress.com/tag/hubungan-korupsi-dengan-nilai-pancasila/
12
Berdasarkan kenyataan yang ada menurut saya para pejabat yang melakukan
korupsi atau yang disebut koruptor adalah pejabat yang tidak jujur, masih
mementingkan dirinya sendiri, tidak pernah merasa puas dengan apa yang
dimilikinya, padahal mereka sebagai pejabat atau pemerintah diberikan gaji oleh
negara tetapi mereka masih merasa belum tercukupi sehingga melakukan korupsi, dan
juga pejabat yang tidak Pancasilais. Selain itu tanpa disadari bahwa koruptor adalah
penjajah negeri sendiri, karena mereka telah menyengsarakan rakyat dengan
perbuatan mereka. Koruptor seharusnya diberikan sanksi yang setimpal dengan apa
yang telah diperbuat dan dapat memberikan efek jera agar tidak ada lagi korupsi yang
terjadi di negeri ini. Kita sebagai masyarakat juga harus dapat berperan untuk memilih
pemerintah yang mempunyai pribadi yang baik terutama kejujuran agar mereka yang
kita berikan amanah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan dapat membangun
negeri ini untuk lebih baik lagi kedepannya.
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Kesimpulan
Korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama
sekali.Tanpa disadari bahwa koruptor adalah penjajah negeri sendiri, karena mereka
telah menyengsarakan rakyat dan merugikan bangsa ini karena melakukan korupsi.
3.2 Saran
Koruptor seharusnya diberikan sanksi yang setimpal dengan apa yang telah
diperbuat dan dapat memberikan efek jera agar tidak ada lagi korupsi yang terjadi di
negeri ini. Kita sebagai masyarakat juga harus dapat berperan untuk memilih
pemerintah yang mempunyai pribadi yang baik terutama kejujuran agar mereka yang
kita berikan amanah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan dapat membangun
negeri ini untuk lebih baik lagi kedepannya.
14