Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

DAMPAK KRUSIAL PERILAKU KORUPSI DAN LANGKAH SERTA UPAYA


PENCEGAHANNYA DI INDONESIA

OLEH
HIDAYATI
NPM : 205201300

PROGRAM PASCA SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI BINA BANUA
MAGISTER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Korupsi dalam konteks sejarah Indonesia sudah ada jauh sebelum Indonesia


merdeka, bahkan beberapa referensi menyatakan korupsi sudah ada sejak jaman
kerajaan nusantara melalui venalty of power, dimana kedudukan atau jabatan
diperjualbelikan secara bebas kepada siapa saja yang mampu membayar
(Retnowati & Utami, 2014). Pasca Indonesia merdeka korupsi dilakukan sejak dari
era Orde Lama, era Orde Baru, hingga era Reformasi dan menempatkan Indonesia
sebagai salah satu negara dengan indeks korupsi tertinggi di dunia (Kami, 2018).
Tidak heran apabila sebagian kalangan sudah menganggap korupsi memiliki sifat
lintas waktu/cross-temporal (Farrales dalam Thohari, 2011) dan menjelma menjadi
sebuah budaya yang tidak bisa dipisahkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan Indonesia (suraji, 2008).

Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah diwarnai oleh “budaya-tradisi


korupsi” yang tiada henti karena didorong oleh motif kekuasaan, kekayaan dan
wanita. Kita dapat menyirnak bagaimana tradisi korupsi berjalin dengan perebutan
kekusaan di Kerajaan Singosari (sampai tujuh keturunan saling membalas dendam
berebut kekusaan: Anusopati-Tohjoyo-Ranggawuni-Mahesa Wongateleng dan
seterusnya), Majapahit (pemberontakan Kuti, Narnbi, Suro dan lain-lain), Demak
(Joko Tingkir dengan Haryo Penangsang), Banten (Sultan Haji merebut tahta dari
ayahnya, Sultan Ageng Tirtoyoso), perlawanan rakyat terhadap Belanda dan
seterusnya sampai terjadfnya beberapa kali peralihan kekuasaan di Nusantara telah
mewarnai Sejarah Korupsi dan Kekuasaan di Indonesia

Ironinya, korupsi pada era sekarang sudah sampai kepada stuktur


pemerintahan terbawah, yaitu desa. Bahkan, korupsi di tingkat desa banyak terjadi
ketika negara memberlakukan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(Indonesia, 2014), dimana desa diberikan kewenangan yang besar untuk menyusun
dan melaksanakan pembangunan yang didalamnya disertai dana desa dengan
jumlah yang cukup besar. Kondisi tersebut dijadikan kesempatan oleh kepala desa
untuk korupsi, berdasarkan kepada data tahun 2018, setidaknya sudah ada 900
kepala desa yang terlibat korupsi dana desa dengan kerugian sebesar Rp. 40,6
milliar (Ihsanuddin, 2018; Pratomo, 2017), ditambah kasus korupsi yang dilakukan
secara bersama-sama dengan aparatur pemerintah desa yang jumlah setiap
tahunnya mengalami kenaikan (Amin R, 2009).
Komitmen pemberantasan korupsi merupakan tonggak penting dalam
pemerintahan sebuah negara. Di Indonesia, hampir setiap pemilihan kepala negara
tak luput dari kesungguhan meneropong apa komitmen yang diberikan oleh calon
kepala negara untuk memberantas korupsi. Tak pelak ini terjadi karena korupsi terus
terjadi menggerus hak rakyat atas kekayaan negara. Kekayaan negara yang
berlimpah, nyaris tak tersisa untuk kesejahteraan masyarakat. Semuanya tergerus
oleh perilaku licik birokrat berkongkalingkong dengan para koruptor. Komitmen
pemberantasan korupsi ini juga menjadi daya tarik pemilih untuk mencari calon
kepala negara yang memiliki komitmen nyata dan memberikan secercah harapan
bahwa setiap orang yang berbuat curang pada negara layak diusut sampai
penghabisan. Semua pemimpin wilayah selalau berucap untuk komitmen dalam
pemberantasan korupsi.(wijayanto,2009)
Tak semudah diucapkan, komitmen pemberantasan korupsi memang berat
untuk dilakukan. Berbagai upaya pemberantasan korupsi dicanangkan di setiap
periode pemerintahan negara ini. Beberapa referensi menyatakan bahwa
pemberantasan korupsi secara yuridis baru dimulai pada tahun 1957, dengan
keluarnya Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957. Peraturan yang
dikenal dengan Peraturan tentang Pemberantasan Korupsi ini dibuat oleh penguasa
militer waktu itu, yaitu Penguasa Militer Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

Ibarat penyakit pula, korupsi adalah penyakit menular yang sudah imun terhadap
berbagai macam obat. Berbagai aturan dan lembaga sudah dibentuk pemerintah,
mulai dari BPK, BPKP, Tim Anti Korupsi, Irjen, KPK, ICW dan entah apalagi
namanya, korupsi tetap meruyak-merajalela. Sungguh ironis kita sudah merayakan
Hari Kemerdekaan kita berkali-kali, tapi banyak kali dan banyak sekali warga Negara
Indonesia kehilangan kemerdekaan diri karena masuk jeruji besi. Benar kiranya
pernyataan dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa kita telah dihantar ke depan pintu
gerbang kemerdekaan, jadi kita mungkin belum merdeka atas penjajahan nafsu kita
sendiri. Dari uraian tersebut, timbul permasalahan bagaimana melepaskan masalah
korupsi menuju kemerdekaan sejati untuk membangun negeri ini. Berbagai upaya
pencegahan korupsi dilakukan tentunya adalah untuk mencegah dampak dampak
krusial dari korupsi yang bisa menghancurkan bangsa kita tercinta Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja yang menjadi dampak krusial perilaku korupsi di Indonesia
2. Bagaimana Langkah dan cara pencegahan perilaku korupsi di Indonesia

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui dampak krusial dari perilaku korupsi di Indonesia
2. Untuk mengetahui Langkah dan cara pencegahan perilaku korupsi di
Indonesia

1.4 MANFAAT
Manfaat bagi pembaca adalah
1. Mampu memahami memngenai dampak dampak Perilaku korupsi di Indonesia
2. Mampu memahami Langkah dan cara pencegahan perilaku korupsi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan jenis korupsi

Korupsi atau rasuah  berasal dari Bahasa latin : corruptio  yang bermakna


busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak [1].

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:

 perbuatan melawan hukum,
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Ciri ciri korupsi diantaranya adalah :

1. melibatkan lebih dari 1 orang


2. korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan;
3. korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak
selamanya dalam bentuk uang.
4. mereka yang terlibat dalam korupsi selalu berusaha untuk menyelubungi
perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum
5. mereka yangterlibat dalam korupsi adalah mereka yang menginginkan
keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mampu mempengaruhi
keputusan-keputusan itu
6. setiap tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan terhadap
badan publik ataupun masyarakat umum
7. setiap bentuk korupsi adalah penghianatan kepercayaan
8. setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka
yang melakukan tindakan itu.
9. suatu perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan
pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, tetapi bukan semuanya, adalah

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


 penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara),
dan
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Sebab sebab korupsi diantaranya adalah kelemahan kepemimpinan, kemiskinan,


kurangnya Pendidikan keagamaan, langkanya lingkungan anti korupsi,dan masih
banyak lagi.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan
korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau
berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal
seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak
terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat
solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang
legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
2.2 Dampak Krusial korupsi di Indonesia

Praktek korupsi di Indonesia sudah menjadi pristiwa yang sangat menghawatirkan ,


karena telah merambah keseluruh aspek kehidupan, sejak mengurus akte kelahiran
hingga mengurus akte kematian dan hal ini telah lazim terjadi pada lembaga
Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Keadaan ini tidak hanya akan menghambat
proses pembangunan bahkan akan menyebabkan semakin terpuruknya
perekonomian nasional.
Dampak Krusial korupsi bisa terlihat diberbagai sektor yakni : (KPK-RI, 2016)
1. Dampak korupsi terhadap ekonomi
Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang rakyat dalam
praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar 30-40
persen dana menguap karena dikorupsi, dan korupsi terjadi 70 persennya
pada pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah.
Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan
pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik. Korupsi juga memberikan
kontribusi pada nilai defisit fiskal yang besar, meningkatkan income inequality,
dikarenakan korupsi membedakan kesempatan individu dalam posisi tertentu
untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas pemerintah pada biaya yang
sesungguhnya ditanggung oleh masyarakat. Ada indikasi yang kuat, bahwa
meningkatnya perubahan pada distribusi pendapatan terutama di negara negara
yang sebelumnya memakai sistem ekonomi terpusat, disebabkan oleh korupsi,
terutama pada proses privatisasi perusahaan negara. Lebih lanjut korupsi
mendistorsi mekanisme pasar dan alokasi sumber daya dikarenakan:
Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam
bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika
kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan
peraturan dan kebijakan, misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi
makanan dan sebagainya, malah akan mendorong terjadinya inefisiensi
Korupsi mendistorsi insentif seseorang, yang seharusnya melakukan kegiatan
yang produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada
akhimya menyumbangkan negatif value added
Korupsi menjadi bagian dari welfare cost memperbesar biaya produksi, dan
selanjutnya memperbesar biaya yang harus dibayar oleh konsumen dan
masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga secara keseluruhan berakibat pada
kesejahteraan masyarakat yang turun.
Korupsi mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada penerapan
dan pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rights dan sebagainya).
Pada akhirnya hal ini akan memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan
ekonomi yang dicapai.
Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga
proses demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang
mengalami masa transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke
perekonomian yang lebih terbuka atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan
yang lebih demokratis, sebagaimana terjadi dalam kasus Indonesia.
Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain dikarenakan
program-program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai
sasaran, korupsi juga mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima
oleh si miskin. Menurut Tanzi (2002), perusahaan perusahaan kecil adalah pihak
yang paling sering menjadi sasaran korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi
(pungutan liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh
persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan,dan ini amat
mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara berkembang seperti Indonesia,
perusahaan kecil, UKM adalah mesin pertumbuhan karena perannya yang
banyak menyerap tenaga kerja. Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan
penelitian dengan menggunakan angka indeks korupsi untuk melihat hasilnya
pada variable-variabel ekonomi yang lain. Beberapa hasil penelitian tersebut
adalah :
Korupsi Mengurangi Nilai Investasi
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk
menanamkanmodalnya di Indonesia dan lebih memilih menginvestasikannya ke
negara-negara yang lebih aman seperti Cina dan India. Berkurangnya nilai
investasi ini diduga berasal dari tingginya biaya yang harus dikeluarkan dari yang
seharusnya. ini berdampak pada menurunnya growth yang dicapai. Studi
didasarkan atas analisa fungsi produksi dimana growth adalah fungsi dari
investasi.
Korupsi Mengurangi Pengeluaran pada Bidang Pendidikan dan Kesehatan
Akibat korupsi pendapatan pemerintah akan terpangkas bahkan lebih dari 50%,
sebagai contoh kasus dugaan korupsi Presiden Soeharto yang tidak kunjung kelar
yang di sinyalir menggelapkan uang negara sekitar 1,7 triliun. Agar pengeluaran-
pengeluaran pemerintah tidak defisit maka di lakukan pengurangan pengeluaran
pemerintah.
Korupsi mengurangi pengeluaran untuk biaya operasi dan perawatan dari
infrastruktur. Korupsi juga turut mengurangi anggaran pembiayaan untuk
perawatan fasilitas umum.
Korupsi menurunkan produktivitas dari investasi publik dan infrastruktur suatu
Negara.
Korupsi menurunkan pendapatan pajak
Sebagai contoh kasus Gayus Tambunan, seorang pegawai golongan 3A, yang
menggelapkan pajak negara sekitar Rp 26 miliar. Dengan demikian pendapatan
pemerintah dari sektor pendidikan akan berkurang Rp 26 miliar, itu hanya kasus
Gayus, belum termasuk kasus makelar pajak lainnya.

2. Dampak koorupsi bagi social dan kemiskinan


Praktek korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang membebankan pelaku
ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya harga jasa
dan pelayanan publik karena harga yang ditetapkan harus dapat menutupi
kerugian pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena
penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi.

3. Dampak korupsi terhadap birokrasi Pemerintahan


Aparat hukum yang semestinya menyelesaikan masalah dengan adil dan tanpa
adanya unsur [emihakan, seringkali harus mengalahkan integritasnya dengan
menerima suap, iming- iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan
kemenangan. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi
dana, Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset,
Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi
dan politik.

4. Dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi


Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan pleh
calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap
kemampuan dan kepemimpinannya. korupsi yang menyandera pemeirntahan
akan menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sistem politik yang
dikuasai pemilik modal/kapitalis).

5. Korupsi terhadap penegakkan hukum

Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan sebagai


pengampu kebijakan negara diantaranya menghambat peran negara dalam
pengaturan alokasi dan menghambat negara melakukan pemerataan akses dan
asset.

6. Dampak korupsi terhadap pertahanan keamanan

Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan diantaranya melemahkan


alutsista dan SDM karena anggaran hankam menguap sia-sia. Seringkali kita
mendapatkan berita dari berbagai media tentang bagaimana egara ain begitu
mudahnya menerobos batas wilayah negara Indonesia.

7. Dampak Korupsi terhadap Lingkungan


Dampak korupsi terhadap lingkungan diantaranya menurunnya kualitas
lingkungan. Akibat yang dihasilkan oleh perusakan alam ini sangat merugikan
khususnya bagi kualitas lingkungan itu sendiri. Dari kasus ilegal loging saja
disinyalir kerugian negara yang terjadi sampai 30-42 triliun rupiah per tahun.

8. Kerugian negara akibat korupsi di Indonesia


Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara. Korupsi
mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, menurunnya
investasi, meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya ketimpangan
pendapatan. Bahkan korupsi juga dapat menurunkan tingkat kebahagiaan
masyarakat di suatu negara.
9. Dampak Korupsi terhadap akhlak dan moral

Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah akan menurunkan kredibilitas


pemerintah yang berkuasa. Ia meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap
berbagai tindakan pemerintah. Jika suatu pemerintah tidak lagi mampu memberi
pelayanan terbaik bagi warganya, maka rasa hormat rakyat dengan sendirinya
akan luntur. Jika pemerintahan memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula
unsur hormat dan trust (kepercayaan) masyarakat kepada
pemerintahan.Karenanya, praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi
di kalangan masyarakat. Korupsi yang menjangkiti kalangan elit turut memaksa
masyarakat menganut berbagai praktik di bawah meja demi mempertahankan
diri. Mereka pun terpaksa melakukan korupsi agar mendapat bagian yang wajar,
bukan untuk mencapai berbagai keuntungan luar biasa. Inilah lingkaran setan
yang klasik. Singkatnya, demoralisasi terhadap perilaku koruptif kalangan elit
pemerintah, juga sering menyuburkan perilaku koruptif di kalangan
masyarakat.Aspek demoralisasi juga mempengaruhi lembaga internasional
dalam menetapkan kebijakan untuk membantu negara-negara berkembang.
Lembaga internasional menolak membantu negara-negara yangkorup.
Sementara pada gradasi tertentu, praktik korupsi akan memunculkan antipati
dan mendorong sumber-sumber resistensi yang luar biasa di kalangan warga
masyarakat. Akibatnya adalah terjadinya delegitimasi aparat dan lembaga
pemerintahan, karena mereka dianggap warga masyarakat yang tidak kredibel.
Menurut Sun Yan Said, korupsi menimbulkan demoralisasi, keresahan sosial,
dan keterasingan politik.

10. Hubungan dampak korupsi terhadap biaya sosial korupsi


Pelayanan publik tak kunjung membaik. Pelayanan kesehatan mahal dan banyak
lagi contoh buruk akibat kejahatan koruptor. Dampak korupsi merupakan mis-
alokasi sumber daya sehingga perekonomian tidak dapat berkembang optimum.
Dampak korupsi terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat menimbulkan
biaya yang disebut sebagai biaya sosial korupsi.

2.3 Langkah dan upaya pencegahan korupsi

Mencegah korupsi adalah suatu pekerjaan yang berat untuk dilakukan. Pekerjaan
memberantas korupsi harus dilakukan secara bersama-sama dan membutuhkan
komitmen nyata dari pimpinan tertinggi. Selain itu, strategi pencegahan korupsi
diperlukan, agar bahaya korupsi dapat ditanggulangi dan celahnya dapat ditutup.

Meningkatnya kasus korupsi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya rendahnya


moralitas, tidak memiliki budaya malu, tidak taat pada hukum, tidak amanah, tidak
jujur, dan lain sebagainya. Oleh karena itu diperlukan adanya langkah-langkah
pusitif diantaranya adalah penyadaran dan pembinaan moralitas bangsa, sehingga
penyelenggaraan Negara dapat berjalan dengan baik, yakni bersih dari tindakan
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Memberantas korupsi bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan upaya sungguh-


sungguh dan didukung oleh semua pihak untuk memberantasnya. Upaya-upaya
pemberantasan korupsi terus berlangsung hingga sekarang ini. Upaya-upaya
pemberantasan atau pencegahan tindak pidana korupsi dapat diwujudkan dalam
bentuk sebagai berikut : (anonymous, 2015)

1.Pengawasan oleh lembaga masyarakat

2.Lembaga pengawas seperti DPR, DPRD, BPK, BPKP, dan Bawasda

3.Lembaga pengawas Independen seperti KPK 

4.Lembaga penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan.

Selain itu diperlukan adanya Instrumen sebagai dasar hukum untuk memberantas
dan mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Disinilah pentingnya peran serta
lembaga Negara dalam membuat undang-undang tentang, pemberantasan tindak
pidana korupsi dalam memuat ketentuan pidana yaitu :
1.Menentukan pidana minimum khusus

2.Pidana denda yang lebih tinggi, dan

3.Ancaman pidana mati

Ketentuan pidana dapat dibaca dalam UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak
Pidana Korupsi pasal 2

2.3.1 pencegahan korupsi dari diri sendiri


Pencegahan korupsi harusnya dimulai dari diri sendiri, bagaimana kita membentuk
mental anti korupsi dengan memperkuat Hubungan dengan sang khalik dan
meyakini bahwa hal tersebut adalah dosa dan akan dioertanggung jawabkan kelak
di akhirat. Selain itu ada beberapa Langkah dan upaya diri sendiri dalam mengiringi
tiap niat dan do akita untuk terhindar dari korupsi, yakni :
1. Fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab kita
2. Atur cash flow yang sehat.
3. Berusaha bangun asset aktif, dengan hal ini kita bisa memperlancar cash flow
4. Bayar hutang dengan disiplin, untuk masalah hutang ini kita harus bisa
membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi hanya
keinginan sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk berhutang.
5. Milikilah gaya hidup sesuai kemampuan.

2.3.2 Pencegahan Korupsi dari Pemerintah

BPKP dalam buku SPKN yang telah disebut di muka, telah menyusun strategi
preventif, detektif dan represif yang perlu dilakukan, sebagai berikut : (BPKP,2002)

1. Strategi Preventif

Strategi preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara


menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya
korupsi. Strategi preventif dapat dilakukan dengan:

1. 1)  Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat;


2. 2)  Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya

3. 3)  Membangun kode etik di sektor publik ;

4. 4)  Membangun kode etik di sektor Parpol, Organisasi Profesi dan Asosiasi


Bisnis.

5. 5)  Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.

6. 6)  Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan


peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri ;

7. 7)  Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan laporan akuntabilitas


kinerja bagi instansi pemerintah;

8. 8)  Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen;

9. 9)  Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara (BKMN)

10) Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat ;

11) Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti korupsi secara nasional;

2. Strategi Detektif

Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya perbuatan


korupsi. Strategi detektif dapat dilakukan dengan :

1. 1)  Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari


masyarakat;

2. 2)  Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu;

3. 3)  Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik;

4. 4)  Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian


uang di masyarakat internasional ;
5. 5)  Dimulainya penggunaan nomor kependudukan nasional ;

6. 6)  Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam mendeteksi tindak


pidana korupsi.

3. Strategi Represif

Strategi represif diarahkan untuk menangani atau memproses perbuatan


korupsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Strategi
represif dapat dilakukan dengan :

1. 1)  Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi ;

2. 2)  Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor


besar (Catch some big fishes);

3. 3)  Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang


diprioritaskan untuk diberantas ;

4. 4)  Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik ;

5. 5)  Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi


dalam sistem peradilan pidana secara terus menerus ;

6. 6)  Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak


pidana korupsi secara terpadu ;

7. 7)  Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya;

8. 8)  Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas


penyidik tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, PPNS dan
penuntut umum.
4. Pelaksanaan strategi preventif, detektif dan represif sebagaimana tersebut di
atas akan memakan waktu yang lama, karena melibatkan semua komponen
bangsa, baik legislatif, eksekutif maupun judikatif. Sambil terus berupaya
mewujudkan strategi di atas, perlu dibuat upaya-upaya nyata yang bersifat
segera. Upaya yang dapat segera dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi korupsi tersebut antara lain adalah dengan
5. meningkatkan fungsi pengawasan, yaitu sistem pengawasan internal (built in
control), maupun pengawasan fungsional, yang dipadukan dengan
pengawasan masyarakat (wasmas) dan pengawasan legislatif (wasleg).
2.4 Langkah strategis lainnya (Benny, 2011)
Langkah strategis lain dalam pencegahan korupsi diantaranya adalah :
1. Harus ada Gerakan Bersama dari masyarakat dalam pemberantasan
korupsi
2. Menjalin Kerjasama politik yang lebih erat dalam menguatkan orientasi
politik antikorupsi
3. Diperlukan partai politik yang berkomitmen dalam pemberantasan
korupsi
4. Mengadakan Reformasi terhadap undang undang antikorupsi
5. Kerjasama antara penegak hukum dalam penyidikan dan penuntutan
tindak pidana korupsi
6. Peningkatan pengawasan masyarakat terhadap apparat negara
7. Peningkatan pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik dan benar.

BAB III

PENUTUP
3.1 kesimpulan

Praktek korupsi di Indonesia sudah menjadi pristiwa yang sangat menghawatirkan ,


karena telah merambah keseluruh aspek kehidupan, sejak mengurus akte kelahiran
hingga mengurus akte kematian dan hal ini telah lazim terjadi pada lembaga
Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Keadaan ini tidak hanya akan menghambat
proses pembangunan bahkan akan menyebabkan semakin terpuruknya
perekonomian nasional. Dampak krusial korupsi terjadi pada sector perekonomian,
birokrasi dan pemerintahan, pertahanan dan keamanan, biaya Pendidikan dan
social, lingkungan, penegakkan hukum serta moral dan akhlak.
Langkah dan upaya pencegahan korupsi dimulai dari diri sendiri dengag
menanamkan mental antikorupsi dan meningkatkan kualitas diri dengan focus pada
pekerjaan serta meningkatkan cash flow dan bergaya hidup sederhana.
Langkah upaya dari pemerintah berupa peningkatan fungsi dari pemeriksa dan
pengawasan keuangan dan reformasi undang undang anti korupsiserta dari
masyarakat adalah peningkatan Gerakan Bersama dari masyarakat dalam kegiatan
anti korupsi, peningkatan pengawasan masyarakat terhadap aparat negara dan
diberikan jaminan keamanan dalam mengemukakan pendapat. Serta meningkatkan
Kerjasama antar aparat yang lebih erat dalam penyidikan dan tuntutan atas pelaku
tindak korupsi secara merata.

3.2 Saran

Meningkatkan kesadaran diri mendalam untuk menghindari korupsi dengan


dukungan serta synergi dari berbagai pihak baik itu ulama dan umara serta
meningkatkan jaminan keamanan dari masyarakat dalam pengawasan terhadap
aparat. Membantu kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan cash flow atau
pendapatan masyarakat baik pegawai pemerintah, pelaku usaha maupun lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
 Amin R; 2009. Sejarah Korupsi di Indonesia. LIPI. Jakarta.
 Benny;Harman, Antonius. 2011. Langkah strategi emmberantas korupsi di
Indonesia. Makassar :universitas atmajaya.
 BPKP.2002. Upaya pencegahan dan penanggulangan korupsi pada
pengelola APBN/APBD
 Suraji; 2008. Sejarah Panjang Korupsi di Indonesia Jogjakarta
 Wijayanto ; Zachrie, Ridwan [ed.]. 2009. Korupsi Mengorupsi Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai