Anda di halaman 1dari 12

Jur. Ilm. Kel. & Kons., Mei 2017, p : 95-106 Vol. 10, No.

2
ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594 DOI: http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2017.10.2.95

PENGARUH KESIAPAN MENJADI ORANG TUA DAN POLA ASUH


PSIKOSOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

Yuli Dwi Setyowati1*), Diah Krisnatuti2, Dwi Hastuti2

1
Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
16680, Indonesia
2
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680,
Indonesia

*)
Email: yuisetyowati@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kesiapan menjadi orang tua dan pola asuh psikososial
terhadap perkembangan sosial anak usia 2-3 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study
dan retrospective study di Kelurahan Besar, Kecamatan Labuhan dan Kelurahan Kota Matsum, Kecamatan
Medan Area, Kota Medan. Sebanyak 100 keluarga yang memiliki anak pertama usia 2-3 tahun kemudian dipilih
dengan metode purposif sebagai responden. Instrumen HOME digunakan untuk mengukur stimulasi psikososial,
instrumen Parenthood Readiness digunakan mengukur kesiapan menjadi orang tua sedangkan instrumen
Vineland Social Maturity Scale digunakan mengukur perkembangan sosial anak. Data dianalisis menggunakan
Partial Least Square (PLS). Kesiapan menjadi orang tua terkategori sedang dengan indeks rataan 72,1± 11,1.
Hampir dua per tiga keluarga (62,0%) memiliki stimulasi psikososial (HOME) yang rendah dengan indeks rataan
56,2 ±16,3. Sebagian besar anak memiliki tingkat perkembangan sosial terkategori rendah dengan indeks ratan
56,5 ± 14,9. Semakin matang usia istri dan suami saat menikah maka akan semakin matang kesiapannya
menjadi orang tua dan semakin baik pula stimulasi psikososial yang diberikan. Hal ini meningkatkan peluang
perkembangan sosial anak untuk menjadi lebih baik.
Kata kunci: kesiapan menjadi orang tua, pola asuh psikososial, perkembangan sosial

Effect of Parenthood Readiness and Psychosocial Parenting toward Social


Development of Children

Abstract

The purpose of this study was to analyze the effect of parenthood readiness and parenting psychosocial to social
development in 2-3 years old. This study used cross sectional dan retrospective design in the Village Besar,
Labuhan Subdistrict, and Village Medan Area, Kota Matsum Subdistrict, Medan City. One hundred families
selected by purposive sampling child and mother as respondents. Data were analyzed using Partial Least Square
(PLS). The questionnaire of Parenthood Readiness used for assessing readiness to become parenthood, HOME
Inventory to assessing parenting psychosocial and Vineland Social Maturity used for Social Development in 2-3
years old. Parenthood readiness was categorized by the index average of 72,1±11,07. Nearly two-thirds of
families (62,0%) have psychosocial parenting categorized amateurish with an index average 56,2±16,3. Mostly of
children have social development categorized less independent (62,0%) with an index average 56,5±14,9. The
higher age of maternal and paternal, more ready to become parents and good in psychosocial parenting. These
will increase opportunities for social development for children to become independent.
Key words: parenthood readiness, psychosocial parenting, social development

PENDAHULUAN asupan makanan yang kurang (KEMENKES,


2013). Selanjutnya, menurut laporan hasil
Kualitas sumber daya manusia dapat dicapai stimulasi deteksi dan intervensi tumbuh
dengan memberikan solusi terhadap masalah kembang (SDIDTK) Balita di Kota Medan
tumbuh kembang anak di Indonesia. Hasil tahun 2014 menunjukkan bahwa sebanyak
laporan riset kesehatan dasar (2013), 34% balita mengalami gangguan tumbuh
menunjukkan bahwa 37 persen anak kembang (Dinkes Kota Medan, 2015).
Indonesia mengalami keterlambatan tumbuh
kembang yang disebabkan oleh rendahnya Masalah tumbuh dan kembang di Indonesia
tingkat sosial-ekonomi masyarakat, dapat disebabkan rendahnya pengetahuan
pengasuhan orangtua yang kurang baik dan orangtua dan tidak adanya persiapan khusus
96 SETYOWATI, KRISNANTUTI, & HASTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

dari perempuan dan laki-laki untuk menjadi terlalu banyak bertindak untuk anak akan
orangtua. Perempuan tidak memiliki cukup menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu.
keahlian dan keterampilan untuk mengasuh Pentingnya lingkungan sekitar anak dalam
anak akibat usia yang terlalu muda saat melatih rasa percaya diri dan sosial bisa
menikah. Ketidaksiapan perempuan dimulai dari lingkungan keluarga. Anak yang
berhubungan signifikan dengan pengalaman diberikan pola asuh dan stimulai psikososial
baru sebagai seorang ibu yang rendah yang baik akan berpengaruh positif terhadap
pengetahuan, terlalu muda dan tidak memiliki perkembangan sosial-emosi anak (Hastuti &
pemahaman yang cukup terkait pemberian Latifah, 2010).
makan dan perkembangan anak (Kitano,
2016). Penelitian Tsania (2015) di daerah Oleh karena itu, penelitian ini dianggap penting
Jawa Barat juga menemukan bahwa, kesiapan untuk dilakukan agar generasi muda,
perempuan untuk menghadapi perannya yang utamanya yang sedang mempersiapkan diri
baru sebagai istri dan ibu memiliki hubungan menjadi orang tua dapat lebih memahami akan
yang signifikan dengan perkembangan anak di pentingnya kesiapan menjadi orang tua dan
usia balita. Ibu yang mempersiapkan diri untuk pola asuh bagi perkembangan soisal anak.
bisa membesarkan anak akan meningkatkan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kemampuannya dalam mengasuh anak. menganalisis pengaruh karakteristik anak,
karakteristik keluarga, kesiapan menjadi orang
Ayah dan ibu memiliki kewajiban untuk tua, dan pola asuh psikososial terhadap
memenuhi kebutuhan anaknya yang meliputi, perkembangan sosial anak usia 2-3 tahun.
pengasuhan, agama, psikologi, makan, minum
dan sebagainya (Puspitawati, 2013). Kualitas METODE
pengasuhan yang diberikan ibu sebagai
pengasuh utama mempunyai peranan penting Penelitian dilakukan di Kelurahan Besar
bagi perkembangan anak (Hastuti, Fiernanti & (Kecamatan Labuhan) dan di Kelurahan Kota
Guhardja, 2011). Salah satu pengasuhan yang Matsum (Kecamatan Medan Area) yang
dilakukan ibu di rumah adalah pola asuh berada di Kota Medan, Sumatera Utara.
psikososial. Penelitian ini merupakan bagian dari suatu
proyek penelitian Kajian Pola Pemberian ASI
Pola asuh psikososial meliputi reaksi emosi, Dan Kaitannya Dengan Kesiapan Menjadi
dorongan positif, suasana yang nyaman, kasih Orangtua Dan Dukungan Keluarga Dalam
sayang yang ditunjukkan orang tua, sarana Upaya Mendukung Gerakan Minum ASI” di
tumbuh kembang dan belajar (Bradley, Robert, Kota Medan yang bekerjasama dengan Badan
& Caldwell, 1981). Pemberian pengasuhan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
yang baik kepada anak, terutama pengasuhan (BKKBN) tahun 2016. Populasi penelitian ini
psikososial berhubungan signifikan dengan adalah keluarga utuh yang memiliki anak usia
karakteristik keluarga dan karakteristik anak 2-3 tahun dari ibu yang menikah muda dan
yang terdiri atas lama pendidikan ibu dan usia dewasa. Pemilihan contoh penelitian dilakukan
anak. Pola asuh psikososial berupa pemberian secara purposive, dengan pertimbangan (1)
stimulasi akan memengaruhi perkembangan Ibu yang baru memiliki anak pertama usia 2-3
anak (Hastuti, Fiernanti, & Guhardja, 2011). tahun; (2) anak laki-laki dan perempuan
Pola asuh dengan memberikan stimulus berusia 2-3 tahun (3) Berasal dari keluarga
psikosoial kepada anak akan mampu lengkap (utuh) dan (4) bersedia dijadikan
meningkatkan perkembangan motorik, kognitif, responden. Responden dalam penelitian ini
sosial emosi dan moral/karakter pada anak adalah 100 orang ibu dan 100 orang anak
(Hastuti, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa pertama usia 2-3 tahun. Responden penelitian
peran ibu sebagai pengasuh utama mampu ini adalah:.
mempengaruhi tingkat perkembangan anak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Peran orang tua sebagai pengasuh perlu adalah kombinasi antara cross sectional study,
diperhatikan dengan baik untuk yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada
mengoptimalkan perkembangan sosial anak. satu waktu dan retrospective study (kesiapan
Perkembangan sosial anak pada usia 2-3 menjadi orangtua), yaitu penggalian informasi
tahun tergolong pada tahap autonomy vs di masa lalu. Data primer dalam penelitian ini
shame & doubt (Erikson, 1950). ). Anak pada terdiri dari: karakteristik keluarga (usia ayah
masa ini bila sudah merasa mampu dan ibu, besar keluarga, lama pendidikan ayah
menguasai anggota tubuhnya dapat dan ibu, dan pendapatan per kapita);
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila karakteristik anak (jenis kelamin dan usia);
lingkungan tidak memberi kepercayaan atau pola asuh psikososial dan perkembangan
Vol. 10, 2017 KESIAPAN MENJADI ORANG TUA DAN PENGASUHAN PSIKOSOSIAL 97

sosial anak. Data sekunder diperoleh dari dan perempuan 56 orang. Anak usia dua tahun
Badan Pusat Statistik Kota medan (data berjumlah 78 orang dan tiga tahun berjumlah
jumlah anak usia balita), kecamatan dan 22 orang.
kelurahan (data jumlah anak usia balita dalam
satu kelurahan). Rata-rata usia menikah ibu (22,1±2,9) dan
ayah (26,0±3,8) berada pada kategori dewasa
Data karakteristik keluarga yakni pendapatan awal yaitu 22 tahun dan 26 tahun, dengan
orang tua dikonversikan menjadi pendapatan rentang usia mulai dari 16 tahun hingga 40
per kapita yang kemudian dikategorikan tahun. Selanjutnya usia ibu (26,2±3,4) dan
menggunakan indikator garis kemiskinan BPS ayah (30,2±4,4) saat pengambilan data berada
Kota Medan (2016). Sistem skoring yang pada kategori dewasa awal, dengan rentang
dilakukan untuk kesiapan menjadi orang tua, usia 19 hingga 43 tahun. Kemudian, lama
pola asuh psikososial dan perkembangan pendidikan ayah (11,5±2,0) dan pendidikan ibu
sosial anak menggunakan rumus indeks. (11,4±2,5) tergolong sedang dengan rata-rata
Pengkategorian variabel kesiapan menjadi keduanya selama sebelas tahun. Hal tersebut
orang tua, pola asuh psikososial dan menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan
perkembangan sosial menggunakan cut off orang tua tidak lulus Sekolah Menengah Atas
point tinggi/baik (80,0-100,0), sedang (60,0- (SMA).
80,0) dan rendah (0,0-60,0).
Rata-rata tingkat pendapatan per kapita
Kuisioner yang dipakai dalam penelitian ini keluarga adalah Rp 762.185±363.886.
adalah Readiness of Parenthood (modifikasi Berdasarkan batas garis kemiskinanya,
dari Brisbane, 2010) untuk menilai kesiapan keluarga yang termasuk dalam kriteria miskin
ibu menjadi orang tua dengan reliabilitas adalah keluarga dengan pendapatan per
sebesar 0,732. Kuisioner tersebut terdiri dari kapita per bulannya kurang dari Rp 401.417.
25 pertanyaan dan menggunakan skala Diketahui sebanyak 16,0 persen dari total
Guttman meliputi Ya=1 dan Tidak=0. HOME responden masih tergolong miskin, sebagian
Inventory (Bradley & Caldwell, 1984) untuk besar berada di kelurahan Besar, Kecamatan
menilai stimulasi psikososial didalam keluarga Labuhan. Temuan ini menunjukkan bahwa
dengan reliabilitas sebesar 0,878, terdiri dari keluarga di Kecamatan Labuhan dalam
45 pertanyaan dan menggunakan skala penelitian ini mempunyai status sosial ekonomi
Guttman meliputi Ya=1 dan Tidak=0. Vineland rendah.
Sosial Maturity Scale (Doll, 1965) untuk
mengukur perkembangan sosial anak usia 2-3 Kesiapan Menjadi Orang tua
tahun dengan reliabilitas sebesar 0,853, terdiri
dari 10 pertanyaan dengan skala likert 0=tidak
Kesiapan menjadi orang tua teridiri dari enam
bisa, 1=bisa tapi dibantu, 2=bisa sendiri.
dimensi, yakni kesiapan emosi, finansial, fisik,
Analisis pengaruh dilakukan dengan sosial, menejemen dan hubungan antar orang
menggunakan Partial Least Square yang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diolah menggunakan SmartPLS 3,0. PLS juga rataan skor kesiapan menjadi orang tua
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori sebesar 72,1 dengan standar deviasi sebesar
dan menjelaskan ada atau tidaknya hubungan 11,1. Kesiapan finansial memiliki skor rataan
antar variabel laten. Semua indikator pada terendah (53,1) dibandingkan dimensi lainnya.
model penelitian ini pada dasarnya bersifat Rendahnya kesiapan finansial ibu dan
reflektif sehingga perlu dilakukan analisis outer pasangan terlihat dari hasil analisis
model dengan menggunakan lima kriteria pertanyaan. Hasil menunjukkan bahwa lebih
yakni convergent validity, composite reliability, dari setengah (57%) responden menyatakan
average variance extracted (AVE), akar bahwa mereka belum memiliki pekerjaan tetap
kuadrat AVE dan Cross Loading (Ghazali, sebelum anak lahir. Responden (70%)
2015). mengaku bahwa mereka menikah tanpa
memiliki tabungan atau asuransi finansial
HASIL untuk biaya sekolah maupun kesehatan anak.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam
Karakteristik Anak dan Keluarga menunjukkan bahwa banyak dari ibu yang
masih menumpang tinggal di tempat orang tua
mereka dari awal menikah hingga sekarang
Usia anak laki-laki dan perempuan yang
memiliki anak, sehingga mereka masih belum
menjadi responden dalam penelitian ini
mandiri dan belum mampu melakukan
berkisar antara 24 bulan sampai dengan 36
perencanaan keuangan keluarga yang baik.
bulan. Jumlah anak laki-laki sebesar 44 orang
98 SETYOWATI, KRISNANTUTI, & HASTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Tabel 1 Sebaran responden berdasarkan laki-laki perlu menyiapkan keahlian khusus


kesiapan menjadi orang tua (%) untuk mengatur sumberdaya yang ada di
Kategori Rata-rata± keluarga. Sumberdaya di dalam keluarga ada
Dimensi dua jenis, yang bisa diukur (tangible) seperti
R S T SD
Emosi 8,0 34,0 58,0 72,9±17,6 uang, emas, rumah, kendaraan dan yang tidak
Finansial 77,0 13,0 10,0 53,1±14,8
bisa diukur (intangible) seperti waktu, peran
dan fungsi pengasuhan serta anggota
Fisik 35,0 28,0 37,0 78,3±21,1
keluarga. Sama halnya dengan kesiapan
Sosial 18,0 46,0 36,0 66,2±18,3
menejemen, kesiapan sosial ibu juga tergolong
Menejemen 37,0 40,0 23,0 69,9±20,6 sedang (66,2). Hal ini menunjukkan bahwa
Hubungan 4,0 32,0 64,0 88,6±17,8 sebelum memiliki anak ibu sudah melakukan
Total komunikasi dan kegiatan sosial yang baik
1,0 31,0 68,0 72,1±11,1
Kesiapan kepada dirinya sendiri dan orang disekitarnya.
Keterangan: R=Rendah, S=Sedang, T=Tinggi
Ibu tidak menutup diri dan mau bersosialisasi
dengan lingkungannya.
Skor kesiapan tertinggi terlihat pada kestabilan
hubungan antarpasangan (88,6). Kestabilan
Pola Asuh Psikososial
hubungan antara pasangan mengartikan
adanya dukungan dan kasih sayang antar laki-
Dimensi pola asuh psikososial dalam
laki dan perempuan. Dukungan yang diberikan
penelitian ini dinilai dari aspek tanggap rasa
adalah suami menemani saat memeriksakan
dan kata, penerimaan terhadap perilaku anak,
kehamilan, menemani istri melahirkan dan
pengorganisasian lingkungan anak,
memberikan kasih sayang setiap saat kepada
penyediaan (mainan untuk anak), keterlibatan
pasangan.
ibu terhadap anak dan kesempatan variasi
asuhan anak. Hasil penelitian menunjukkan
Hubungan yang baik antar pasangan akan
bahwa penyediaan mainan untuk anak
menurunkan resiko stress istri dan agar
memiliki rata-rata terendah (47,4) diantara
mampu saling mendukung menjadi orang tua
dimensi lainnya. Sebagian besar ibu (70,0%)
baru. Usia ibu yang masih tergolong muda
tidak menyediakan berbagai macam mainan
membutuhkan perhatian dan dukungan khusus
edukatif dirumah seperti mobil-mobilan,
yang diberikan suami. Jumlah ibu yang
boneka, buku, balok dan kursi beroda/sepeda.
memiliki kesiapan fisik yang tinggi sebanyak
Ibu mengaku kurang memberikan alat-alat dan
37,0 persen dan rendah 35,0 persen.
stimulasi permainan yang sesuai dengan usia
Meskipun demikian, skor rataan dimensi (78,3)
anak. Anak-anak hanya dibiarkan bermain
kesiapan fisik tertinggi kedua diantara dimensi
diluar bersama dengan anak-anak lainnya dan
lainnya. Hal ini berarti ibu sudah cukup baik
menonton televisi di rumah untuk
secara fisik atau fisiologi tubuhnya. Sebanyak
menghabiskan waktunya sehari-hari. Beberapa
31,0 persen ibu, memiliki riwayat penyakit
anak juga diberikan smartphone untuk bermain
sebelum memiliki anak dan juga perilaku tidak
sendiri selama di rumah. Kurang aktifnya
sehat lainnya. Sebanyak sepuluh orang ibu
orang tua dalam memberikan stimulasi kepada
terbiasa merokok dan dua orang diantaranya
anak akan berisiko dalam penurunan
disertai dengan asma. Beberapa ibu juga
perkembangan anak. Kesempatan variasi
mengaku menderita tekanan darah rendah (19
pengasuhan anak memiliki skor terendah
orang) dan lima diantaranya menderita
(51,2) kedua setelah penyediaan mainan anak.
anemia. Contoh lain juga mengaku menderita
Lebih dari setengah ibu mengaku bahwa
hipertensi (tekanan darah tinggi), pengalaman
suami selalu ikut mengasuh anak setiap hari,
masalah kehamilan (keguguran) dan obesitas
tetapi variasi stimulasi yang diberikan ibu
(kegemukan).
masih kurang. Ibu mengaku tidak pernah
bercerita/mendongeng secara khusus kepada
Rata-rata kesiapan menejemen ibu (69,9)
anaknya dan tidak pernah diajak menginap di
tergolong sedang. Mayoritas ibu mengaku
rumah saudaranya. Kurangnya pemberian
masih belum terbiasa mengatur keuangan dan
pengasuhan dengan bercerita disebabkan
kebutuhan orang lain selain dirinya sendiri.
mayoritas ibu tidak memiliki buku cerita yang
Mereka belajar mengatur keuangan setelah
bisa diperdengarkan kepada anak.
menikah tanpa ada perencanaan terlebih
dahulu. Responden mengaku bahwa uang
Berbeda dengan variasi pengasuhan yang
yang diterima dari pengahasilan suami hanya
diterima anak, dimensi tanggap rasa dan kata
cukup untuk kebutuhan pokok saja, sehingga
memiliki rataan dengan nilai tertinggi (68,5)
tidak perlu ada keahlian khusus. Hal ini
dibanding dimensi lainnya. Sebagian besar ibu
berbeda dengan Brisbane (2010), yang
sudah memberikan perhatian, pujian, mencium
mengatakan bahwa seorang perempuan dan
Vol. 10, 2017 KESIAPAN MENJADI ORANG TUA DAN PENGASUHAN PSIKOSOSIAL 99

anaknya dan pernyataan langsung kepada Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan


anak selama proses pengambilan data. Dilihat perkembangan sosial anak (%)
dari total hasil penelitian, sebagian besar pola Kategori Rataan ±
asuh psikososial di Kota Medan termasuk Dimensi
R S T stdev
dalam kategori rendah (62,0%).
Self Help 25,0 28,0 47,0 74,2±22,2
General
Perkembangan Sosial Anak
Self Help Eating 52,0 19,0 29,0 60,3±25,8
Self Help 70,1±29,2
Dimensi perkembangan sosial anak dalam
Dressing 46,0 16,0 38,0
penelitian ini dinilai dari aspek Self Help
General, Self Help Eating, Self Help Dressing, Occupation 68,0 22,0 10,0 45,8±19,8
Occupation dan Communication. Hasil Communication 91,0 0,0 9,0 31,3±33,6
penelitian secara keseluruhan menunjukkan Total 35,0 39,0 26,0 56,5±14,9
bahwa rata-rata skor perkembangan sosial perkembangan
anak tergolong rendah (56,5). Kategori sosial
Keterangan: R=Rendah, S=Sedang, T=Tinggi
perkembangan yang rendah lebih banyak
ditemukan di daerah pinggiran kota (89,6%)
Skor rata-rata yang tertinggi berada pada
dan hanya sepersepuluh (15,4%) anak yang
dimensi self help general atau kemandirian
memiliki perkembangan rendah di daerah
umum (74,2). Kemandirian umum merupakan
tengah kota. Rendahnya tingkat
kemampuan dan keinginan anak untuk
perkembangan sosial anak menunjukkan
melakukan segala sesuatu dengan sendiri.
bahwa anak masih belum mampu melakukan
Kemampuan ini menjadikan anak dapat
kegiatan untuk dirinya sendiri. Kurangnya
menolong dirinya sendiri dalam melakukan
stimulasi yang diberikan ibu membuat anak
aktivitas sehari-hari sesuai tahap
kurang terampil untuk melakukan pekerjaan
perkembangannya. Kemampuan anak dalam
untuk dirinya sendiri. Tingkat perkembangan
menolong dirinya sendiri tersebut merupakan
sosial anak yang tinggi lebih banyak ditemukan
kemampuan dasar anak untuk dapat mandiri.
di daerah tengah kota dibandingkan daerah
Kemandirian umum anak usia 2-3 tahun
pinggiran. Sebaran data perkembangan sosial
adalah naik dan turun tangga sendiri serta
anak berdasarkan dimensinya dapat dilihat
pergi ke kamar mandi sendiri. Kemandirian
pada Tabel 3.
umum anak dilihat dari rata-ratanya dapat
dikategorikan dalam kategori cukup mandiri.
Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan pola
Sebanyak 47,0 persen anak sudah mampu
asuh psikososial (%)
untuk pergi ke toilet dan naik turun tangga
Kategori Rataan tanpa dibantu orang lain. Sebagian besar anak
Dimensi
R S T ± stdev sudah mampu untuk pergi ketoilet dan naik
Tanggap turun tangga tanpa dibantu orang lain.
68,5 ± Meskipun demikian, masih terdapat beberapa
rasa dan 39,0 22,0 39,0
20,4
kata anak yang dibantu untuk pergi ke toilet oleh
Penerimaan pengasuhnya.
terhadap 55,0 ±
44,0 39,0 17,0 Self help eating adalah kemampuan anak
perilaku 26,5
anak untuk menolong diri sendiri dalam hal makan.
Peorganisasi Kemampuan anak usia 2-3 tahun dalam self-
an 54,3 ± help eating adalah mampu mengambil
40,5 24,5 35,0
lingkungan 23,0 makanan sendiri tanpa bantuan dan anak
anak dapat memakai sendok atau garpu saat
Penyediaan
47,4 ±
makan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
: maianan 70,0 12,0 18,0 rata-rata kemampuan anak dalam hal makan
26,2
untuk anak tergolong dalam kategori cukup mandiri
Keterlibatan (60,3%). Tidak semua anak dalam penelitian
66,3 ±
ibu terhadap 66,0 14,0 20,0 ini mampu memakai garpu atau sendok untuk
33,8
anak makan. Anak masih dibantu oleh pengasuh
Kesempatan untuk keperluan makannya setiap hari. Ibu
51,2 ±
variasi 53,0 18,0 29,0 mengaku bahwa anak-anak mereka tidak
27,2
asuhan anak dibiasakan untuk makan sendiri. Mereka lebih
Total pola memilih menyuapi anak-anak mereka
57,6 ±
asuh 62,0 29,0 9,0 dikarenakan waktu yang relatif lebih singkat
15,7
psikososial
dan tidak membuat membuat lingkungan
Keterangan: R=Rendah, S=Sedang, T=Tinggi
sekitarnya kotor. Meskipun demikian, banyak
100 SETYOWATI, KRISNANTUTI, & HASTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

anak yang sudah mampu mengambilkan haus, dapat meminta makan ketika lapar tetapi
minuman/makananya sendiri tanpa dibantu masih kurang bisa menghubungkan cerita
orang lain. secara sederhana. Anak-anak masih dibantu
untuk menghubungkan bagian-bagian cerita
Self-help dressing merupakan kemampuan yang dialaminya dan tidak secara mandiri
anak menolong dirinya sendiri dalam hal diutarakannya. Komunikasi pada anak yang
berpakaian yakni mampu berpakaian sendiri. tinggal di daerah pinggiran masih kurang bisa
Kemampuan anak usia 2-3 tahun adalah untuk bercerita dan meminta untuk
membuka dan memakai kembali bajunya makan/minum. Mereka kurang mendapatkan
sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stimulasi sosial dari ibu disebabkan oleh
kemampuan anak untuk berpakaian sendiri banyak waktu yang dihabiskan anak dengan
tergolong dalam kategori cukup bisa (70,0%). menonton televisi di rumahnya. Perkembangan
Masih ada anak yang kurang bisa memakai sosial anak dimensi komunikasi di Kota Medan
dan membuka pakaiannya sendiri. Sebagian memiliki skor rata-rata terendah (31,3)
besar anak masih membutuhkan bantuan dibandingkan dengan dimensi lainnya.
orang lain dalam memakaikan baju, tetapi bisa Pendampingan pengasuh terutama ibu untuk
melepaskan pakaiannya sendiri. Ibu mengaku melatih komunikasi anak sangat penting
bahwa anak-anak mereka jarang diajarkan dilakukan, salah satunya adalah bercerita
memakai pakaian sendiri. Mereka merasa dongeng sebelum tidur dan menceritakan
bahwa anak usia 2-3 tahun masih kecil dan kembali pengalaman anak sebelumnya.
belum mampu diajarkan memakai pakaian
sendiri. Meskipun demikian, sebagian besar Pengaruh usia menikah orang tua,
anak sudah mampu untuk melepaskan karakteristik keluarga, kesiapan menjadi
pakaiannya sendiri. orang tua, pola asuh psikososial terhadap
perkembangan sosial
Occupation atau task merupakan kemampuan
anak untuk melakukan pekerjaan untuk dirinya Uji pengaruh dilakukan dengan menggunakan
sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. metode Sem-Parsial untuk menganalisis
Kemampuan occupation anak usia 2-3 tahun adanya pengaruh karakteristik orang tua
adalah memakai gunting untuk memotong sebelum menikah, karakteristik keluarga,
kertas dengan lurus dan menyusun balok atau kesiapan menjadi orang tua terhadap pola
puzzle dan menyelesaikannya sendiri Dimensi asuh psikososial yang diberikan (Gambar 1).
occupation masih tergolong dalam kategori
rendah atau masih butuh bantuan (45,8). Berdasarkan hasil analisis yang tersaji pada
Sebagain besar anak masih belum mampu
Tabel 4, terdapat pengaruh yang positif pada
untuk menggunakan gunting untuk memotong
karakteristik sebelum menikah, karakteristik
kertas secara lurus. Awal diberikan gunting
keluarga, kesiapan menjadi orang tua, pola
anak merasa senang dan ingin segera
asuh psikososial terhadap perkembangan
memakai gunting tersebut. Ibu mengaku
sosial anak. Persentase pengaruh variabel-
bahwa anak mereka belum pernah memakai
variabel tersebut terhadap perkembangan
gunting sendiri di rumah. Ibu beranggapan
sosial anak adalah 21,7 persen (Gambar 1)
bahwa gunting merupakan benda tajam yang
dan sisa persentasi 78,3 persen lainnya
berbahaya jika dipakai anak. Sebenarnya,
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
benda ini sudah boleh dipakai oleh anak
di dalam penelitian ini.
secara mandiri dengan pemantauan orang
dewasa. Meskipun demikian, berdasarkan
Tabel 4 Pengaruh variabel terhadap
hasil penelitian banyak anak yang sudah
perkembangan sosial
mampu menyusun balok atau puzzle secara
mandiri tanpa bantuan orang lain. Perkembangan Sosial
Variabel Direct Indirect Total
Communication merupakan kemampuan anak effect effect effect
dalam berkomunikasi seperti berbicara, Karakteristik 0,149 0,033 0,182
tertawa dan menggunakan simbol-simbol sebelum menikah
sederhana, seperti menceritakan kembali Karakteristik 0,286 0,142 0,428
dengan menghubungkan setiap ceritanya keluarga
dengan baik. Kemampuan komunikasi yang Umur anak -0,025 - -0,025
dapat dilakukan oleh anak usia 2-3 tahun Kesiapan menjadi 0,121 0,003 0,124
adalah menghubungkan kejadian yang orang tua
dialaminya menjadi sebuah cerita dan meminta
Pola asuh 0,187 - 0,187
untuk makan secara sederhana. Sebagian psikososial
besar anak sudah bisa meminta minum ketika
Vol. 10, 2017 KESIAPAN MENJADI ORANG TUA DAN PENGASUHAN PSIKOSOSIAL 101

Ƞ1

0.870 0.577

y1 0.017
y2
0.149*

0.164
Ƞ4

0.121*
y6 1.000 Ƞ6

0.187* 1.000

Ƞ5
0.368* y8

-0.025
0.516* 0.286*

Ƞ2 Ƞ3

1.000 1.000
0.876
0.942
y7 y5
y3
y4

Keterangan: Ƞ1=karakteristik sebelum menikah; Ƞ2=Karakteristik keluarga; Ƞ3=usia anak; Ƞ4=kesiapan menjadi orangtua;
Ƞ5=pola asuh; Ƞ6=perkembangan sosial; y1=usia ayah saat menikah; y2=usia ibu saat menikah; y3=tingkat pendidikan ibu;
y4=tingkat pendidikan ayah; y5=usia anak; y6=indeks kesiapan untuk menjadi orangtua; y7=indeks pola asuh psikososial;
y8=indeks perkembangan sosial

Gambar 1 Skema pengaruh variabel menggunakan Smart PLS

Terlihat pada Gambar 1, terdapat pengaruh tidak langsung positif signifikan (β= 0,142, t=
langsung antara karakteristik sebelum menikah 1,986) terhadap perkembangan sosial anak.
(β= 0,149, t= 1,989), karakteristik keluarga (β= Hal ini berarti karakteristik keluarga
0,286, t= 2,672), kesiapan menjadi orangtua (pendidikan ayah dan pendidikan ibu)
(β= 0,121, t= 1,970), pola asuh psikososial (β= memengaruhi perkembangan sosial anak
0,187, t= 2,043) terhadap perkembangan secara tidak langsung melewati variabel
sosial anak. Hal ini mengindikasikan bahwa kesiapan menjadi orang tua dan pola asuh
anak yang berasal dari keluarga dengan ibu psikososial.
dan ayah yang menikah di usia yang lebih
matang, orang tua yang memiliki tingkat PEMBAHASAN
pendidikan yang tinggi, kesiapan ibu dan ayah
untuk menjadi orang tua serta memberikan Usia anak laki-laki dan perempuan ini berada
pola asuh psikososial yang baik akan pada rentang usia 2 hingga 3 tahun yang
meningkatkan perkembangan sosial anak berada pada tahapan autonomy vs shame &
kearah yang lebih mandiri dibandingkan doubt (Santrock, 2007). Pengalaman-
dengan orang tua yang menikah muda, pengalaman yang dialami anak pada rentang
pendidikan orang tua rendah, tidak siap untuk usia 2-3 tahun akan menentukan kemampuan
menjadi orang tua, dan pola asuh psikososial anak dikemudian hari. Anak yang sudah
yang diberikan rendah. Karakteristik keluarga merasa mampu menguasai anggota tubuhnya
(pendidikan ayah dan ibu) memiliki pengaruh dapat menimbulkan rasa otonomi, sebaliknya
102 SETYOWATI, KRISNANTUTI, & HASTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

bila lingkungan tidak memberi kepercayaan dukungan pasangan bagi perempuan untuk
atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan melewati tahapan dalam keluarga dan
menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu komunikasi yang baik antar pasangan
(Erikson, 1950). (Brisbane, 2010). Pentingnya kesiapan
perempuan untuk menjadi ibu akan
Rata-rata usia orangtua saat menikah berada mengurangi resiko kesehatan yang dialami ibu.
pada kategori dewasa muda dan usia orangtua Ibu yang memiliki riwayat penyakit sebelum
saat ini berada pada rentang usia dewasa memiliki anak akan meningkat resiko anak
madya. Usia ibu yang muda saat menikah terlahir prematur atau meningkatkan resiko
menunjukkan rendahnya kemampuan penyakit degeneratif (Brisbane, 2010).
mengasuh. Ibu tidak mampu mengatur dan
melakukan pengasuhan dalam pemberian Rata-rata usia ibu tergolong dewasa muda
makan dan afeksi kepada anak di usia bayi saat menikah dengan status pendidikan yang
hingga pra-sekolah (Smith, 2012). rendah memiliki pengaruh yang signifikan
Terbentuknya perilaku dan kualitas tumbuh terhadap kesiapan menjadi orang tua. Hasil
kembang anak dapat dipengaruhi oleh penelitian Augustine et al. (2015) menyatakan
kesiapan perempuan sebelum menikah yang bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi
akan menentukan siap atau tidaknya ibu untuk berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa
menjadi orang tua (Tsania, Sunarti, & dan intelektualnya. Semakin matang usia dan
Krisnatuti, 2015). Perempuan sebelum tingkat pendidikan ibu yang tinggi akan
menikah berperan sebagai seorang anak dari meningkatkan kemampuan kognitif dan sosial
orang tuanya dan juga sebagai orang dewasa. anak di pre-school. Kemampuan sosial anak
Menginjak usia dewasa, perempuan akan salah satunya adalah kemampuan untuk
mulai mempersiapkan dirinya kejenjang peran menolong dirinya sendiri atau disebut dengan
selanjutnya sebagai seorang ibu. Persiapan perkembangan sosial.
yang harus dilakukan oleh perempuan
diantaranya adalah kematangan emosi, Hasil penelitian Black et al. (2016) menyatakan
kesiapan keuangan/finansial, kesiapan bahwa seorang ibu yang melahirkan anak
fisik/fisiologis, kesiapan sosial, kemampuan pertama kali berisiko lebih tinggi lima persen
untuk mengatur sumberdaya kalinya menjadi obesitas, tujuh persen kali
keluarga/menejemen dan kestabilan hubungan lebih tinggi meningkatkan tekanan darah dan
diantara pasangan (Badgar, 2005; Brisbane, tiga persen kali lebih rendah kondisi fisik dan
2010). juga kesehatan mentalnya. Penyebabnya
adalah ibu belum mampu mengontrol emosi
Kematangan emosi yang perlu dimiliki saat mengasuh anak dan tidak memiliki waktu
perempuan adalah mampu menahan emosi untuk dapat melakukan olahraga. Saat
dalam keadaan tertekan dan tanggung jawab kelahiran anak pertama ibu merasakan
tanpa mengharapkan imbalan. Selanjutnya kebahagiaan yang tinggi namun tidak
kesiapan finansial dan menejemen diperlukan beriringan dengan menejemen stress yang
untuk memenuhi segala kebutuhan yang dialaminya.
diperlukan oleh anak dan kemampuan untuk
mengatur semua kebutuhan tersebut, baik Hasil penelitian Ashrafun (2016) menunjukan
untuk diri sendiri maupun untuk anggota bahwa di masyarakat marginal Bangladesh
keluarga lainnya. Sedangkan kesiapan fisik perempuan dan laki-laki memilih untuk segera
yang diperlukan oleh seorang perempuan menikah disebabkan rendahnya tingkat
meliputi cukup usia saat menikah, tidak pendidikan ibu dan semakin rendahnya jarak
memiliki riwayat penyakit yang usia antar suami istri maka pengambilan
membayahakan, tidak memiliki kebiasaan keputusan bersama juga semakin baik. Usia
merokok dan alkohol (Carrol, 2009; Brisbane, menikah ibu yang lebih muda kurang mampu
2010). Ibu yang memiliki riwayat kesehatan memberikan pengasuhan yang baik. Ibu yang
(kesiapan fisik) memiliki pengaruh yang mempersiapkan dirinya untuk menjadi
signifikan terhadap pertambahan berat badan orangtua juga ditentukan oleh kesiapan sosial,
anak di usia 2-3,5 tahun (Linabery et al., finansial dan pengalaman yang baik dalam
2012). mengurus anak (Biktagiroval & Valeeval,
2015).
Kesiapan sosial meliputi kebiasaan perempuan
untuk mencari informasi untuk dirinya sendiri Tahun-tahun pertama usia prasekolah, sekitar
dan orang lain, mau ikut melakukan kegiatan dua hingga lima tahun merupakan salah satu
sosial dan tidak menutup diri dengan tahapan yang penting dalam seluruh tahapan
lingkungan sekitar. Terakhir yang diperlukan perkembangan dan analisis fungsional anak.
oleh seorang perempuan adalah adanya Periode ini meletakkan dasar struktur perilaku
Vol. 10, 2017 KESIAPAN MENJADI ORANG TUA DAN PENGASUHAN PSIKOSOSIAL 103

yang kompleks dan dibentuk di dalam nikai, minat dan kepercayaan yang diajarkan
kehidupan seorang anak (Erikson, 1950). Hal pada anak mellui proses pengasuhan dan
ini mengindikasikan pentingnya pembiasaan penidiikan sepanjang perkembangan hidupnya
dan stimulasi psikososial anak. Perkembangan (Engle, Menon & Haddad, 1997). Anak yang
anak di Kota Medan untuk berkomunikasi mendapat stimulus psikososial maka
sangat rendah. Rendahnya kemampuan perkembangan anak khususnya tingkat
komunikasi anak di Kota Medan disebabkan perkembangan sosial anak akan lebih baik.
anak kurang mendapatkan stimulasi bahasa Penelitian ini sejalan dengan Kitano et al.
dan sosial dari ibu disebabkan oleh banyak (2016) dan Tsania, Sunarti, dan Krisnatuti
waktu yang dihabiskan anak dengan menonton (2015) yang menunjukkan usia menikah ibu
televisi di rumahnya. Meskipun demikian yang semakin tinggi akan mampu memberikan
perkembangan anak untuk menolong dirinya pola asuh yang lebih baik dibandingkan usia
sendiri berpakaian sudah cukup baik. ibu yang lebih muda.

Temuan berbeda ditemukan pada hasil Hasil penelitian Augustine et al. (2015) juga
penelitian Permatasari dan Hastuti (2013) di diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu
Kampung Adat Urug, Bogor yang berpengaruh positif terhadap kemampuan
menunjukkan bahwa hanya setengah berbahasa dan intelektualnya. Semakin
responden penelitian yang mampu menolong matang usia dan tingkat pendidikan ibu yang
dirinya sendiri untuk berpakaian. Hal ini tinggi akan meningkatkan kemampuan kognitif
menunjukkan bahwa kemampuan anak di Kota dan sosial anak di pre-school. Kemampuan
Medan untuk memakai pakaiannya sendiri sosial anak salah satunya adalah kemampuan
sudah cukup baik dibandingkan daerah untuk menolong dirinya sendiri yang
pedesaan. Tingkat perkembangan sosial anak merupakan bagian dari perkembangan sosial.
yang tinggi lebih banyak ditemukan di daerah Hasil penelitian Prado (2016), menunjukkan
tengah kota dibandingkan daerah pinggiran. bahwa keterlambatan pertumbuhan,
Hal yang sama ditemukan pada hasil perkembangan motorik dan sosial diri dari lahir
penelitian Hastuti, Fiernanti, dan Guhardja hingga 18 bulan berhubungan dengan
(2011) di Kota Bogor juga menunjukkan bahwa stimulasi yang diberikan atau ibu yang tidak
anak yang tinggal di daerah pedesaan memiliki menerima suplemen kesehatan. Hal ini
total perkembangan sosial yang lebih rendah menunjukkan bahwa semakin baik kesehatan
dibandingkan yang tinggal di daerah dan stimulasi yang diberikan ibu maka
perkotaan. pertumbuhan, perkembangan motorik dan
sosial diri anak juga semakin baik. Riset
Berdasarkan hasil uji pengaruh usia orang tua menyatakan bahwa, anak membangun
saat menikah (usia menikah suami dan istri) kerangka kerja mental yang kompleks dan
dan tingkat pendidikan orang tua (lama skema sosial. Hal ini akan menentukan sikap,
pendidikan suami dan istri), kesiapan menjadi keyakinan, dan tanggapan seorang anak
orang tua, serta pola asuh psikososial memiliki terhadap orang-orang yang dia temui dalam
pengaruh langsung positif yang signifikan kehidupannya. Peta kognitif ini terdiri dari
terhadap perkembangan sosial anak. Hal ini berbagai stereotipe sosial, sifat pribadi, serta
menunjukkan bahwa apabila pasangan suami perilaku khas dalam situasi sosial
dan istri menikah dengan usia yang lebih (Nurmalitasari, 2015).
tua/matang maka akan memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan pendidikan yang lebih baik Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa tingkat
serta dapat mempersiapkan dirinya untuk pendidikan (ayah dan ibu) berpengaruh positif
menjadi orang tua, maka akan meningkatkan terhadap kesiapan menjadi orang tua. Hal ini
perkembangan sosial khususnya dalam sesuai dengan hasil penelitian Ghalili et al.
kemandirian. Menurut Bradley dan Caldwell (2012), yang menyatakan bahwa semakin
(1986), pemberian stimulasi yang memadai tinggi umur dan tingkat pendidikan orang tua
bagi anak akan membuat anak tumbuh dan maka kesiapan menikahnya semakin baik.
berkembang secara optimal. Kesiapan menikah terutama pada kesiapan
finansial dan moral (suami dan istri).
Tingkah laku dan praktek pengasuhan yang
Pentingnya mempersiapkan finansial dan
dilakukan oleh pengasuh (ayah, ibu, saudara
moral/emosi berhubungan dengan
kandung, kakek, nenek dan kerabat lainnya)
kematangan emosi dan usia ibu saat memiliki
dalam memberikan kebutuhan makan,
anak (Brisbane, 2010). Hasil penelitian Black
menjaga kesehatan, memberikan stimulasi,
et al. (2016) menyatakan bahwa seorang ibu
dukungan sosial dan lain-lain perlu untuk
yang melahirkan anak pertama kali berisiko
pertumbuhan dan perkembangan anak yang
lima persen lebih tinggi menjadi obesitas, tujuh
sehat. Termasuk juga perilaku seperti sikap,
104 SETYOWATI, KRISNANTUTI, & HASTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

persen kali lebih tinggi meningkatkan tekanan hubungan, tetapi dimensi kesiapan finansial
darah dan tiga persen kali lebih rendah kondisi tergolong rendah dan dimensi sosial serta
fisik dan juga kesehatan mentalnya. menejemen tergolong sedang. Rerata pola
Penyebabnya adalah ibu belum mampu asuh psikososial terkategori rendah dan
mengontrol emosi saat mengasuh anak dan hampir sebagian besar anak memiliki tingkat
tidak memiliki waktu untuk dapat melakukan perkembangan sosial tergolong rendah. Faktor
olahraga. Saat kelahiran anak pertama ibu yang berpengaruh signifikan positif terhadap
merasakan kebahagiaan yang tinggi namun perkembangan sosial anak adalah usia orang
tidak beriringan dengan menejemen stress tua saat menikah, tingkat pendidikan orang
yang dialaminya. Hal ini mengindikasikan tua, kesiapan menjadi orang tua dan pola asuh
pentingnya persiapan ibu untuk menjadi psikososial.
orangtua.
Sebaiknya meningkatkan pengetahuan dan
Ibu yang telah siap secara mental keterampilan perempuan di Kota Medan
berhubungan dengan perkembangan sosial dengan menguatkan kembali program GenRe
anak (Yousafzai, 2016). Kesiapan ibu (Generasi Remaja) untuk menyiapkan dirinya
(kesiapan emosi) untuk menjadi orangtua menjadi orang tua. Bagi keluarga dan
berhubungan signifikan dengan pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan
perkembangan sosial anak, khususnya dalam usia perempuan dan menikahkan anak saat
perilaku sosial anak. Anak yang diasuh oleh usianya sudah matang (perpemuan >21 tahun
ibu yang memiliki tingkat emosi yang baik akan dan laki-laki >25 tahun). Memasukkan
membuat anak lebih nyaman dan mudah pembelajaran untuk mempersiapkan diri
menerima stimulasi psikososial. Ibu akan lebih menjadi orang tua pada kurikulum SMP dan
cenderung memberikan afeksi dan kedekatan SMA, untuk mempersiapkan emosi, moral, dan
yang lebih dalam saat memberikan kemampuan menejemen sebelum menjadi
pengasuhan. orang tua. Sebaiknya perempuan dan laki-laki
didorong untuk menyelesaikan sekolah
Karakteristik keluarga (pendapatan perkapita, ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
usia orang tua, dan besar keluarga) tidak hingga perguruan tinggi. Selain itu, Posyandu
memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan perguruan tinggi Kota Medan diharapkan
sosial anak. Hal ini sejalan dengan hasil memberikan pengetahuan dan informasi
penelitian sebelumnya, bahwa status sosial melalui penyuluhan secara berkala tentang
ekonomi keluarga tidak memiliki pengaruh kehamilan, merawat dan mengasuh anak
yang signifikan terhadap perkembangan sosial sesuai tahapan perkembangannya, memiliki
anak (Singh, Rai, & Singh, 2012; Latifah, kesadaran pentingnya sarana dan prasarana
Hastuti, & Latifah, 2010; Hastuti, 2009; Lestari, stimulasi anak untuk meningkatkan
Hidayah, & Karini, 2006). Perkembangan perkembangan sosial anak.
sosial anak dalam hal kemandirian lebih
banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu DAFTAR PUSTAKA
dan pola asuh psikososial. Hasil penelitian
Hastuti (2009) dan juga menunjukkan hal yang Ashrafun, L. (2016). Correlates of age at first
sama bahwa perkembangan sosial anak birth among the slum dwellers in Sylhet,
dipengaruhi oleh pengasuhan psikososial yang Bangladesh. Chinese Journal of
diberikan ibu. Pola pengasuhan juga Population Resources and Environment,
berhubungan dengan perilaku sosial anak 14(1), 53-57. doi:
untuk berinteraksi dengan orang lain. Semakin 10.1080/10042857.2016.1138742.
baik pemberian pola asuh positif kepada anak
Augustine, Jennifer, M., Prickett, K. C., Kendig,
maka akan meningkatkan perilaku positif sosial
S. M., & Crosnoe R. (2015). Maternal
anak dibandingkan dengan pemberian
education and the link between birth
pengasuhan yang kasar dan cenderung
timing and children’s school readiness.
memaksa (Roopnarine, 2014).
Journal of Social Science Quartelty, 10,
970-984. doi: 10.1111/ssqu.12150.
SIMPULAN DAN SARAN
Badgar S. 2005. Ready or not? Perceptioms of
Rata-rata usia menikah istri dan suami marital readiness among emerging
tergolong dewasa muda dengan tingkat adults [Thesis]. Brigham Young
pendidikan orang tua 11 tahun. Secara University.
keseluruhan kesiapan menjadi orang tua
Biktagiroval GF, Valeeval RA. 2015. Formation
termasuk kategori tinggi pada dimensi
of University Students Readiness for
kesiapan emosi, fisik dan kestabilan
Parenthood. [Artikel] Review of
Vol. 10, 2017 KESIAPAN MENJADI ORANG TUA DAN PENGASUHAN PSIKOSOSIAL 105

European Studies 7(4), 93-97. doi: moral/karakter anak. Jurnal Ilmu


10.5539/res.v7n4p93. Keluarga dan Konsumen, 2(1), 41-56.
doi:
Black et al. (2016). Growth and development
http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2009.2.1.4
among infants and preschoolers in rural
1.
India: economic inequities and caregiver
protective/promotive factors. Hastuti, D., Fiernanti, D. Y. I., & Guhardja, S.
International Journal of Behavioral (2011). Kualitas lingkungan pengasuhan
Development, 1-10. doi: dan perkembangan sosial emosi anak
10.1177/0165025416644690. usia balita di daerah rawan pangan.
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Bradley, R. H., Caldwell, B. M., Rock, S. L., &
4(1), 57-65. doi:
Harris, P. T. (1986). Early home
http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2011.4.1.5
environment and development of
7.
competence: findings from the little rock
longitudinal study. Children's Kitano, Naomi et al. (2016). Combined effects
Environments Quarterly, 3, 10-22. of maternal age and parity on successful
initiation of exclusive breastfeeding.
[BPS Medan] Badan Pusat Statistik. 2016.
Preventive Medicine Japan Reports, 3,
Kota Medan dalam Angka. BPS Kota 121–126. doi:
Medan. No. 1275.1601 10.1016/j.pmedr.2015.12.010.
Brisbane, E. H. (2010). The developing child [KEMENKES RI] Kementerian Kesehatan
2nd edition. United States of America, Republik Indonesia. (2013). Laporan
US: McGraw-Hill Education. hasil riset kesehatan dasar Indonesia
tahun 2013. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Carrol, J. S, Badgaer, S., Willoughby, B. J,
Madsen S. D., & Carolyn M. B. (2009). Latifah, E., Hastuti, D., & Latifah, M. (2010).
Ready or not? criteria for marriage Pengaruh pemberian ASI dan stimulasi
readiness among emerging adults. psikososial terhadap perkembangan
Journal of Adolescent Research, 24, sosial emosi anak balita pada keluarga
349-375. doi: ibu bekerja dan tidak bekerja. Jurnal
10.1177/0743558409334253 Ilmu Keluarga dan Konsumen, 3(1), 35-
45. doi:
Doll, E. (1965). Vineland sosial maturity scale.
http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2010.3.1.3
Minnesota, US: Amerika Guidance
5.
Service. Inc.
Lestari, E. D., Hidayah, D., & Karini, S. M.
[Dinkes] Dinas Kesehatan. (2015). Stimulasi
(2006). Social maturity among obese
deteksi dini dan intervensi tumbuh
children in Surakarta, Indonesia. Journal
kembang anak (SDDITK) tahun 2014.
Pediatrica Indonesiana, 46, 174-178.
Medan, ID: Dinkes.
Nurmalitasari, F. (2015). Perkembangan sosial
Engle PL, Menon P, Haddad L. (1997). Care
emosi pada anak usia prasekolah.
and nutrition; concept and measurement.
Buletin Psikologi Fakultas Psikologi
Washington D.C (US). International
Universitas Gadjah Mada, 23, 103-111.
Food Policy Research Institute (IFPRI).
Permatasari, C. L., & Hastuti, D. (2013). Nilai
Erikson, E. H. (1950). Childhood and society.
budaya, pengasuhan penerimaan-
New York, US: Norton.
penolakan dan perkembangan sosial
Ghalili, Z et al. (2012). Marriage readiness anak usia 3-5 tahun pada keluarga
criteria among young adults of Isfahan: a Kampung Adat Urug, Bogor. Jurnal Ilmu
quantitave study, interdiscplinary. Keluarga dan Konsumen, 6(2), 91-99.
Journal of Contemporary Research doi:
Business, 4(4), 1076-1083. http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2013.6.2.9
1.
Ghazali, I. (2015). SEM metode alternatif
dengan menggunakan partial least Prado et al. (2016). Effects of an intervention
square. Universitas Diponegoro on infant growth and development:
Semarang, ID: Semarang. evidence for different mechanisms at
work. Journal of Maternal and Child
Hastuti, D. (2009). Stimulasi psikososial pada
Nutrition 13(2), 1-6. doi:
anak kelompok bermain dan
10.1111/mcn.12314.
pengaruhnya pada perkembangan
motorik, kognitif, sosial emosi, dan
106 SETYOWATI, KRISNANTUTI, & HASTUTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Puspitawati, H. (2013). Pengantar studi Singh, L., Rai, R. K., & Singh P. K. (2012).
keluarga. Bogor, ID: IPB Press. Assessing the utilization of maternal and
child health care: among married
Roopnarine, J. L., Krishnakumar, A., Narine,
adolescent women: evidence from India.
L., Logie, C., & Lape M. E. (2014).
Hournal Biosoc. Sci, 44, 1-26.
Relationships between parenting
practices and preschoolers’ social skills Tsania, N., Sunarti, E., & Krisnatuti, D. (2015).
in African, Indo, and mixed-ethnic Karakteristik keluarga, kesiapan
families in Trinidad and Tobago: the menikah istri dan perkembangan anak
mediating role of ethnic socialization. usia 3-5 tahun. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Journal of Cross-Cultural Phsychology, Konsumen, 8(1), 28-37. doi:
45(3), 362-380. http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2015.8.1.2
8
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak.
edisi kesebelas jilid I. Jakarta, ID: Yousafzai et al. 2016. Effects of responsive
Erlangga. stimulation and nutrition interventions on
children’s development and growth at
Smith et al. 2012. Early breastfeeding
age 4 years in a disadvantaged
experiences of adolescent mothers: a
population in Pakistan: a longitudinal
qualitative prospective study.
follow-up of a cluster-randomised
International Breastfeeding Journal, 7, 1-
factorial eff ectiveness trial. [Artikel].
13. doi: 10.1186/1746-4358-7-13.
Lancet Glob Health 4, 48-58. doi:
10.1016/S2214-109X(16) 30100-0
.

Anda mungkin juga menyukai