CHANDRIYANI
I24051735
CHANDRIYANI
I24051735
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keluarga dan Konsumen pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Fakultas Ekologi Manusia
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
Chandriyani. Nilai anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif Anak
Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah (Di bawah bimbingan DWI HASTUTI dan ALFIASARI).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui nilai anak,
praktek pengasuhan dan perkembangan kognitif pada anak usia 2-5 tahun
keluarga rawan pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Tujuan
khusus dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik anak dan
karakteristik keluarga, 2) mengidentifikasi nilai anak yang berlaku pada keluarga,
3) mengidentifikasi stimulasi psikososial yang diterapkan keluarga kepada anak,
4) menganalisis hubungan nilai anak dengan stimulasi psikososial, 5)
menganalisis hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif
anak, dan 6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif anak.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul:
Household Food Security, Family Resource Allocation, and Its Impact to Child
Development of Family Living in Rural Food Insecure Area in BanjarnegaraCentral Java Province, Indonesia (Martianto, Hastuti, Riyadi, Alfiasari 2008).
Dalam penelitian payung tersebut, pemilihan kabupaten dilakukan secara
purposive dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan salah satu
daerah yang termasuk ke dalam wilayah rawan pangan di Provinsi Jawa Tengah
berdasarkan peta kerawanan pangan Indonesia. Selanjutnya, dipilih dua
kecamatan secara purposive yaitu Kecamatan Pejawaran dan Punggelan yang
merupakan representasi dari kecamatan yang memiliki banyak penduduk miskin
di Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan lokasi, Kecamatan Pejawaran mewakili
wilayah pedesaan (rural), sedangkan Kecamatan Punggelan mewakili wilayah
perkotaan/dekat dengan pusat kota. Dari masing-masing kecamatan dipilih
secara purposive tiga buah desa, selanjutnya melalui pengambilan contoh secara
acak terpilih 300 contoh dalam penelitian ini.
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu
kuesioner, serta melalui pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
checklist observasi. Pengukuran stimulasi psikososial diukur dengan
menggunakan instrumen HOME inventory berupa checklist observasi,
sedangkan pengukuran perkembangan kognitif diukur dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan dari penelitian sebelumnya. Sementara itu, data
sekunder dikumpulkan dari instansi terkait. Data yang diperoleh, diolah dengan
menggunakan program SPSS 13.0 for windows melalui proses editing, coding,
scoring, entrying, cleaning dan analisis data.
Keluarga di daerah rawan pangan yang diteliti menunjukan bahwa ratarata usia ayah yaitu 34.7 tahun dan rata-rata usia ibu yaitu 30 tahun.
Berdasarkan pendidikan orangtua, sebagian besar ayah (60.3%) dan ibu (62.0%)
hanya tamat SD/Sederajat. Sementara jika dilihat dari pekerjaan orangtua,
sebagian besar ayah (52.9%) bekerja sebagai petani dan 32.7 persen ibu bekerja
sebagai petani. Rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di lokasi penelitian
yaitu sebesar RP 87 186, kondisi ini masih lebih rendah dari standar garis
kemiskinan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008 yaitu sebesar Rp 146 531.
Berdasarkan riwayat pendidikan pra sekolah anak menunjukkan bahwa 14.3
persen anak mengikuti pendidikan. Pendidikan pra sekolah anak yang ada di
lokasi penelitian yaitu Kelompok PAUD, TK,dan TPQ. Secara umum, pendidikan
yang diikuti yaitu kelompok PAUD (7.3%).
Nilai anak dalam penelitian ini merupakan harapan dan persepsi orangtua
dalam tiga hal, yaitu nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai psikologis. Rata-rata
pencapaian skor nilai ekonomi sebesar 95.2 persen menunjukkan bahwa
harapan orangtua kepada anak tinggi, anak diharapkan dapat membantu
perekonomian keluarga. Jika dilihat dari nilai sosial, rata-rata pencapaian skor
sebesar 86.9 persen menunjukkan bahwa harapan orangtua termasuk tinggi
kepada anak, anak diharapkan dapat menjadi tokoh dan dapat meningkatkan
derajat keluarga. Sementara itu, rata-rata pencapaian skor nilai psikologi sebesar
67.2 persen menunjukkan bahwa orangtua mempunyai harapan yang cukup
tinggi kepada anak unuk daoat memberikan kebahagiaan. Secara keseluruhan,
rata-rata nilai anak adalah 81.2 persen yang menunjukan bahwa` persepsi dan
harapan orangtua kepada anak tinggi.
Stimulasi psikososial terbagi dalam dua kelompok usia, yaitu usia 2-3
tahun dan 3-5 tahun. Rata-rata persentase keseluruhan sub skala stimulasi
psikososial anak usia 2-3 tahun yaitu sebesar 49.8 persen. Jika dilihat dari
sebarannya, stimulasi psikososial anak usia 2-3 tahun (85.5%) termasuk ke
dalam kategori rendah. Sementara itu, rata-rata persentase keseluruhan sub
skala stimulasi psikososial anak usia 3-5 tahun yaitu sebesar 57.4 persen.
Berdasarkan dari sebarannya, 57.1 persen anak mendapatkan stimulasi
psikososial dalam kategori rendah.
Perkembangan kognitif anak terbagi menjadi tiga kelompok usia yaitu 2-3
tahun, 3-4 tahun, dan 4-5 tahun. Rata-rata pencapaian skor perkembangan
kognitif anak usia 2-3 tahun yaitu sebesar 59.0 persen. Jika dilihat dari
sebarannya, 54.5 persen anak termasuk ke dalam kategori rendah. Untuk anak
usia 3-4 tahun, rata-rata pencapaian skor perkembangan kognitif yaitu sebesar
56.4 persen. Perkembangan kognitif anak usia 3 -4 tahun, jika dilihat dari
sebarannya sebanyak 69.3 persen termasuk ke dalam kategori rendah.
Sementara itu, rata-rata pencapaian skor untuk anak usia 4-5 tahun yaitu
sebesar 57.2 persen. Jika dilihat dari sebarannya, perkembangan kogntif anak
usia 4-5 tahun yaitu sebesar 60.7 persen tergolong ke dalam kategori rendah.
Secara keseluruhan, sebanyak 61.1 persen anak usia 2 - 5 tahun termasuk
mempunyai perkembangan kognitif rata-rata total sebesar 50.6 persen dalam
kategori rendah.
Terdapat hubungan yang nyata dan positif antara nilai anak dengan
stimulasi psikososial anak di lokasi penelitian. Artinya bahwa semakin tinggi nilai
anak semakin tinggi stimulasi psikososial yang diberikan. Terdapat hubungan
yang nyata dan positif pula antara stimulasi psikososial dengan perkembangan
kognitif. Artinya bahwa semakin tinggi stimulasi psikososial yang diberikan,
semakin tinggi perkembangan kognitif anak.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan
signifikan antara lama pendidikan ibu (tahun), lama pendidikan pra sekolah anak
(bulan), pengeluaran perkapita perbulan dan stimulasi psikososial. Hal ini
menunjukan bahwa peningkatan pendidikan ibu, partisipasi pendidikan pra
sekolah anak, dan peningkatan status ekonomi keluarga akan meningkatkan
perkembangan kognitif anak. Hasil uji menunjukkan bahwa usia anak
berpengaruh negatif terhadap perkembangan kognitif. Hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan adanya penurunan perkembangan kognitif seiring
dengan bertambahnya usia.
Perlu adanya sosialisasi yang cukup kepada keluarga yang
dilakukan oleh Kelompok PAUD, Posyandu dan Dinas Pendidikan mengenai
pentingnya keikutsertaan anak dalam pendidikan pra sekolah. Disamping itu,
perlu adanya pendidikan parenting (pengasuhan) untuk ibu mengenai bagaimana
memberikan stimulasi kepada anak. Perlu adanya penelitian lanjutan berupa
Judul
: Nilai
Anak,
Stimulasi
Psikososial,
dan
Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada
Keluarga
Rawan
Pangan
di
Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah
Nama
: Chandriyani
Nomor Pokok
: I24051735
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I,
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
2. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc, dan Alfiasari, SP, M.Si sebagai dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran selama
penulisan skripsi ini, serta nasihat-nasihat yang dapat membuka
wawasan serta menjadi motivator untuk menghadapi masa depan.
3. Neti Hernawati, SP, M.Si sebagai dosen penguji dalam sidang untuk
semua masukan dan untuk perbaikan ke depannya.
4. Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis mendapatkan wawasan dan ilmu yang belum pernah didapatkan
sebelumnya, dorongan dan semangat tiada henti.
6. Sahabatku (Epil, Eku, Uthi, Mpit, Ina) yang selalu menemaniku dengan
keceriaan dan ocehan dalam mengisi kehidupan penulis.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 23 Juni 1987. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dan merupakan anak dari
pasangan Bapak I Dewa Ketut Suardiana dan Ibu Wasrini. Tahun 2005 penulis
lulus dari SMA Negeri 3 Kuningan, dan pada tahun yang sama penulis diterima
menjadi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Penulis tercatat
sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK),
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), setahun setelah masuk di Institut Pertanian
Bogor.
Selama di IPB penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi
kampus. Penulis merupakan Sekretaris III Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga
dan Konsumen (HIMAIKO) tahun 2006/2007 dan Sekretaris Umum HIMAIKO
tahun 2007/2008.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vii
1
3
5
5
TINJAUAN PUSTAKA 6
Perkembangan Kognitif
Stimulasi Psikososial 8
Nilai Anak
10
Karakteristik Keluarga
Karakteristik Anak
13
KERANGKA PEMIKIRAN
11
16
METODE PENELITIAN
18
Disain, Tempat, dan Waktu 18
Cara Pemilihan Contoh
18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19
Pengolahan dan Analisis Data
20
Definisi Operasional 21
HASIL DAN PEMBAHASAN 23
Karakteristik Lokasi Penelitian
23
Karakteristik Keluarga 27
Karakteristik Anak
33
Nilai Anak
36
Stimulasi Psikososial 39
Perkembangan Kognitif
43
Hubungan Nilai Anak dengan Stimulasi Psikososial 49
Hubungan Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Kognitif 59
Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Kognitif 50
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif 56
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
59
Saran 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
65
62
59
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget 7
2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Pejawaran
23
26
27
30
31
38
38
39
40
42
44
46
47
Nilai Anak 49
vi
50
51
53
56
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2 Cara Pemilihan Contoh
17
19
34
34
35
36
39
45
46
48
48
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Wilayah
66
67
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini banyaknya kejadian bencana alam baik banjir, tanah longsor,
gempa bumi bahkan kekeringan sudah menjadi siklus tahunan yang bisa terjadi
tiba-tiba. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya korban jiwa dan kerusakan alam
terutama kerusakan lahan pertanian. Lahan pertanian yang sedianya menjadi
sumber pangan bagi masyarakat, saat ini banyak yang hancur dan terancam
gagal panen (fuso). Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan. Kondisi
seperti ini akan berdampak serius bagi masyarakat khususnya salah satunya
adalah berdampak pada meningkatnya kasus gizi kurang dan buruk pada balita.
Peristiwa busung lapar ditandai dengan perut membuncit, tulang iga menonjol,
yang disebabkan karena kelebihan cairan tubuh karena kekurangan zat
makanan. Penderita busung lapar kebanyakan adalah anak-anak (Yusuf 2005).
Masa-masa yang rentan dari kehidupan seseorang berada pada lima
tahun
pertama
dalam
kehidupannya
yang
merupakan
pondasi
bagi
Pengasuhan
adalah
proses
membesarkan,
memberikan
pangan
akan
meningkatkan
masalah
gizi
kurang.
Diakses dari www.geografiana.com tanggal 15 November 2008. Data ini berdasarkan peta
kerawanan pangan dari 30 propinsi pada tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Departemen
Pertanian Indonesia.
dipengaruhi oleh pemberian nutrisi untuk otak. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian di bidang kedokteran bahwa sebagian besar anak-anak yang memiliki
masalah tingkah laku, mengalami kesulitan membaca, tidak bisa berkonsentrasi
atau mudah teralihkan perhatiannya, dan memiliki kesulitan pengamatan
tergolong ke dalam anak-anak yang mengalami kerusakan otak ringan (Sunartyo
2006).
Perkembangan kecerdasan anak disamping dipengaruhi oleh nutrisi,
dipengaruhi juga oleh pemberian stimulasi psikososial dari orangtua. Hal ini
sejalan dengan penelitian Mindasa (2007) dan Sununingsih (2006) yang
melaporkan bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh stimulasi
psikososial. Sunartyo (2006) menyebutkan bahwa dengan pemberian stimulasi
pada anak akan meningkatkan daya kreatifitas. Daya kreatifitas ini merupakan
salah satu bentuk khusus dari kecerdasan. Seorang anak yang kreatif pasti
memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.
Stimulasi psikososial yang diberikan oleh orangtua terhadap anak erat
kaitannya dengan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak. Persepsi dan
harapan orangtua ini tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin dengan
pertimbangan bahwa anak adalah sama. Dengan tidak membedakan jenis
kelamin, orangtua diharapkan akan memberikan stimulasi psikososial kepada
anak secara sama dan seimbang. Persepsi dan harapan orangtua yang semakin
tinggi kepada anak diduga akan meningkatkan stimulasi psikososial orangtua
terhadap anak, sehinga stimulasi psikososial yang diberikan akan maksimal.
Dengan
pemberian
stimulasi
psikososial
diduga
akan
meningkatkan
perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, nilai anak diduga secara tidak
langsung akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
Perumusan
tersebut
menunjukkan
banyaknya
faktor-faktor
yang
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai anak,
stimulasi psikososial dan perkembangan kognitif pada anak usia 2-5 tahun di
daerah rawan pangan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan (Fatimah 2006). Apabila diperlukan, pengetahuan yang dimiliki
dapat dipergunakan. Banyak atau sedikitnya pengetahuan merupakan ukuran
tingkat kemampuan kognitif seeorang. Menurut Fatimah (2006) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kecerdasan dengan
kemampuan kognitif seseorang. Artinya bahwa semakin tinggi kecerdasan
seseorang, semakin tinggi pula tingkat perkembangan kognitifnya.
Kemampuan kognitif berkembang sebagai hasil dari kerjasama antar
genetik dengan lingkungan. Kemampuan ini akan meningkat karena adanya
rangsangan yang diberikan kemudian masuk ke dalam otak yang sedang
berkembang. Hal ini berarti akan membantu perkembangan kecerdasan.
Pembentukan kecerdasan dipengaruhi oleh proses kecerdasan dan interaksi
dengan lingkungan sejak dini. Kecerdasan terbentuk dari interaksi antara faktor
internal dengan lingkungan. Faktor lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan
dalam keluarga dan luar keluarga (Dariyo 2007). Menurut Khomsan (2002),
terdapat tiga hal yang mempengaruhi kecerdasan seseorang, yaitu genetik,
lingkungan, dan gizi.
Teori perkembangan kognitif Piaget mengatakan bahwa anak secara aktif
membangun pemahaman dan pengetahuan mereka tentang dunia melalui empat
tahapan perkembangan kognitif (Santrock 2002). Masing-masing dari tahapan
perkembangan
mempunyai
keunikan
dan
kemampuan
tersendiri,
serta
Asimilasi
adalah
proses
dimana
anak
menerima
dan
Umur
Tingkat
0-2 tahun
Periode Sensorimotor
2-7 tahun
Periode
Pra-Operasional Konkret
7-11 tahun
11-15 tahun
Periode
Operasional Konkret
Periode
Operasional Formal
Deskripsi Umum
Menggunakan
sistem
penginderaan
dan
aktivitas
motorik untuk mengenal obyekobyek
di
lingkungannya.
Memberikan respon terhadap
rangsangan melalui refleks
Menggunakan pikiran
dalam
melihat suatu benda,
untuk
memahami
lingkungannya
dengan menggunakan
simbolsimbol,
meniru,
mampu
memahami hubungan
sebab
akibat, bersifat egosentris
Mencapai kemampuan
untuk
berfikir
sistematis terhadap halhal atau objek-objek yang konkrit
Mencapai kemampuan
untuk
berfikir sistematis terhadap halhal yang abstrak dan hipotesis
Pada usia 2-5 tahun, anak berada pada tahap pra-operasional konkrit.
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak dalam menggunakan symbol-simbol
yang mewakili suatu konsep (Fatimah 2006). Kemampuan simbolik ini
memungkinkan seorang anak melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan hal-hal yang telah dilihatnya. Tahapan pra-operasional konkrit ini terbagi
ke dalam tiga tahapan. Tahap tersebut diantaranya adalah : 1) egosentris, 2)
artifisialisme, 3) animisme (Miller 1983). Egosentris merupakan ketidakmampuan
anak dalam mengambil peran orang lain (tidak mampu memposisikan menjadi
orang lain), dimana kepuasannya dilakukan dengan bertanya kepada anak lain
mengenai sudut pandang yang lain tentang pegunungan. Artifisialisme adalah
kemampuan anak untuk menyamakan dua benda yang berbeda substansi, berat,
jumlah, isi, dan ruang. Animisme adalah kecenderungan anak menganggap
benda sebagai sesuatu yang hidup (Papalia & Olds 1986).
Perkembangan
kognitif
pada
anak
dipengaruhi
juga
lingkungan.
Pernyataan ini sejalan dengan inti teori Vygotsky yang menyatakan interaksi
social memainkan peran dalam perkembangan kognitif. Tiga pandangan teori
perkembangan kognitif social budaya adalah : 1) perkembangan kognitif anak
dapat diketahui dan dimengerti ketika perkembangannya dapat dianalisis dan di
intrepretasikan, 2) kemampuan kognitif digambarkan melalui kata-kata, bahasa,
rangka mengembangkan
10
perkembangan kognitif anak. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi stimulasi
yang diberikan maka perkembangan kognitif cenderung semakin tinggi.
Fenomena yang sama terjadi pada hasil penelitian Mindasa (2006) pada anak
usia 2.5-5 tahun di Kota Bogor.
Nilai Anak
Berry (1999) menyatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang dianut
oleh masyarakat secara kolektif ataupun individu (Kartino 2006). Anak
mempunyai nilai yang sangat penting dalam kehidupan seseorang atau suatu
keluarga melebihi nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orangtua dalam
kehidupan sehari-hari dapat diketahui antara lain adalah dengan adanya
kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang dan
sumber kebahagian keluarga.
Nilai jika dilihat dari segi sosial merupakan kualitas suatu objek yang
menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung tinggi serta dianggap
penting atau berharga. Sementara itu jika dilihat dari segi ekonomi, nilai dijadikan
sebagai nilai tukar (harga) dan nilai guna (utilitas). Pembentukan nilai pada anak
paling efektif dan intensif terjadi dalam keluarga. Artinya bahwa nilai merupakan
faktor keturunan yang dibawa sejak lahir dan dibentuk oleh lingkungan (Deacon
& Firebaugh 1981).
Nilai memiliki karakterisik yang berbeda-beda berdasarkan ciri-ciri
tertentu. Dilihat dari segi kestabilan nilai, nilai dibedakan menjadi :1) nilai absolut,
2) nilai normatif, 3) nilai relatif. Nilai absolut merupakan nilai yang tertanam kuat
dalam diri seseorang yang memiliki kecenderungan tidak dapat berubah karena
faktor lingkungan. Nilai normatif merupakan acuan-acuan tertentu yang
digunakan oleh kelompok sosial tertentu. Nilai relatif merupakan nilai yang dianut
oleh seseorang dan berbeda bagi individu maupun kelompok tergantung dari
keadaan dan lingkungan tempat tinggal (Deacon & Firebaugh 1981).
Menurut Joshi dan Mac Clean (1997) dalam Putri (2006), nilai anak
merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak berdasarkan potensi
yang dimiliki oleh anak. Hal ini terkait dengan persepsi nilai anak oleh orangtua
merupakan respon dalam memahami akan adanya anak yang berwujud
pendapat-pendapat sebagai pilihan untuk berorientasi pada suatu hal (Siregar
2003).
11
(1997)
menyatakan
bahwa
jumlah
keluarga
akan
12
seseorang
untuk
menyerap
informasi
dan
menggambarkan
kesejahteraan
suatu
masyarakat.
Namun
data
13
dengan tingkat ekonomi rendah (poor income level family) umumnya kurang
memberikan perhatian perilaku anak. Hal ini terjadi karena kurangnya akses
yang diterima terhadap wawasan dan pengetahuan umum.
Berdasarkan hasil penelitian Fachrina (2005) menyebutkan bahwa
karakteristik sosial ekonomi pada rumah tangga miskin antara lain: 1) secara
umum tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan istri masih rendah yaitu tidak
sekolah atau hanya tamat SD, 2) sebagian besar usia kepala keluarga dan istri
masih dalam usia produktif antara 30-49 tahun, 3) kepala keluarga umumnya
bekerja di bidang pertanian, 4) anggota rumah tangga berjumlah lima sampai
tujuh orang.
Keadaan
kesejahteraannya.
ekonomi
Sejalan
keluarga
dengan
akan
hasil
menggambarkan
penelitian
Rachmawati
tingkat
(2006)
14
mempengaruhi
bagaimana
seseorang
dalam
berpenampilan,
bermain,
15
mengelompokkan sesuatu.
Anak pada masa prasekolah juga sudah mulai dapat melakukan sesuatu
sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku. Anak akan
memperlihatkan tingkah laku yang sama seperti tingkah laku yang diperlihatkan
oleh orang lain pada waktu yang sudah lewat. Anak tidak langsung meniru model
tinggkah laku, melainkan mengamati, menyimpan dan pada saat yang lain
memperlihatkan sesuatu kembali (Turner & Helms 1991).
Cara berpikir anak usia prasekolah sangat memusat (egosentris) dan
cara pikirnya tidak dapat dibalik. Egosentrisme adalah pemusatan pada diri
sendiri dan merupakan suatu proses dasar yang banyak dijumpai pada tingkah
laku anak dan pengamatan anak banyak ditentukan oleh pandangan sendiri.
Anak belum mampu menempatkan diri dalam keadaan orang lain (Turner &
Helms 1991).
KERANGKA PEMIKIRAN
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi
dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan
pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja 2005). Perkembangan kognitif
menurut Dariyo (2007) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor genetik/keturunan,
faktor
Perkembangan kognitif pada anak usia 2-5 tahun mencapai pada tahap pra
operasional konkrit. Artinya bahwa pada tahap ini, anak menggunakan pikirannya
dalam melihat suatu benda, memahami lingkungannya dengan menggunakan
simbol-simbol, meniru, serta mampu memahami suatu hubungan sebab akibat yang
bersifat egosentris. Disamping itu, perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh
stimulasi psikososial. Adapun persepsi orangtua terhadap nilai anak diduga akan
mempengaruhi tidak langsung terhadap perkembangan kognitif anak.
Karakteristik keluarga diduga akan mempengaruhi stimulasi psikososial pada
anak. Karakteristik keluarga terdiri dari besar keluarga, pendidikan orangtua, usia
orangtua, dan pengeluaran perkapita keluarga. Hasil penelitian Harisudin (1997)
menyebutkan bahwa besar keluarga akan mempengaruhi kualitas pemenuhan
kebutuhan anggota keluarga. Hasil penelitian Mindasa (2007) membuktikan bahwa
tingkat pendidikan ibu berhubungan nyata dan positif dengan stimulasi psikososial
yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa stimulasi psikososial dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan orangtua khususnya ibu secara langsung. Karakteristik anak yang
terdiri dari usia anak dan jenis kelamin anak diduga akan mempengaruhi stimulasi
psikososial yang diberikan orangtua.
Nilai anak merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak
berdasarkan potensi yang dimiliki. Nilai anak terdiri dari nilai ekonomi, nilai sosial,
dan nilai psikologis. Persepsi orangtua mengenai anaknya di masa depan dapat
menentukan pemberian stimulasi orangtua pada anak. Gaya pengasuhan orangtua
dalam pemberian stimulasi psikososial akan disesuaikan dengan nilai dan harapan
orangtua terhadap anak di masa yang akan datang, baik tetap mempertahankan
stereotip gender ataupun bebas gender (androgini). Berdasarkan hasil penelitian
Hernawati (2002), lebih dari separuh contoh (71.8%) menyatakan androgini dalam
menilai anak. Artinya bahwa sebagian besar contoh memiliki nilai yang sama
17
Karakteristik anak
1. jenis kelamin
2. usia
Karakteristik
Keluarga
1.
2.
3.
4.
Status Gizi
IQ
besar keluarga
pendidikan
orangtua
pengeluaran
perkapita
usia orangtua
Nilai Anak
Stimulasi
Psikososial
Akses ke Media
TV
Majalah
Koran
Perkembangan
Kognitif
Lingkungan
TPQ
PAUD, TK
Partisipasi Pendidikan
a. Non-formal
b. Informal
METODE
Disain, Tempat, dan Waktu
Penelitian
ini
menggunakan
disain
cross
sectional
study
untuk
masing-masing
tiga
desa
untuk
tiap
kecamatan
terpilih
dengan
pertimbangan bahwa lokasi tersebut termasuk desa yang rawan pangan, hasil
rekomendasi dari puskesmas setempat mengenai keadaan balita yang di
dalamnya terdapat keluarga yang mempunyai minimal satu anak balita.
19
Keseluruhan desa yang diambil adalah enam desa yang terpilih dan diambil
masing-masing desa secara acak 50 keluarga sebagai contoh dengan
pertimbangan mempunyai minimal satu anak balita. Total keseluruhan contoh
berjumlah 300 keluarga. Untuk lebih jelas, cara pemilihan contoh dapat dilihat
pada Gambar 2.
Kabupaten Banjarnegara
Desa
Pejawaran
Desa
Giritirta
Kecamatan
Punggelan
p
ur
p
o
si
v
e
Kecamatan Pejawaran
Desa
Desa
Karangsari
purposive
Kecepit
150
150
a langsr
Pengu
Ga
ung.
mb
mpula
ar
n Data
Data
2
prim
Ca
Data
ra
er
pe
yang
mili
yang
ha
dikumpulkan
diku
n
dalam
co
mpul
nto
penelitian
ini
h.
kan
terdiri dari data
Jprimer dan data
e
nsekunder.
iPengumpulan
s
data
primer
dmelalui
a
nwawancara
menggunakan
C
akuesioner dan
rpengamatan
dala
m
pene
litian
ini
adal
ah :
1.
K
a
a metode HOME
2.
3.
4.
(Home
Observation for
Measurement of
Environmental)
untuk anak.
5.
Perkembangan
kognitif
anak
diukur
dengan
menggunakan
instrumen yang
20
21
kategori usia anak 4-5 tahun nilai reliabilitasnya adalah 0.87. Pengkategorian
dalam perkembangan kognitif ini menggunakan rata-rata pencapaian skor.
Pengkategorian rata-rata pencapaian skor ini menggunakan tiga variasi yaitu
mampu, kurang mampu dan tidak mampu. Pengkategorian persentase tingkat
perkembangan kognitif menggunakan kategori rendah (<60%), sedang (60-80%),
dan tinggi (>80%).
Analisis korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel yang
diteliti,
selanjutnya
untuk
melihat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Definisi Operasional
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terikat oleh hubungan
perkawinan dan hubungan darah atau adopsi tinggal dalam satu rumah
dengan menjalankan fungsi dan peran tertentu untuk mencapai suatu
tujuan yang sama.
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga terdiri dari ayah dan ibu,
anak (yang paling sedikit satu orang anak balita) serta anggota keluarga
yang lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama.
Tingkat pendidikan orangtua adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah
dicapai ayah dan ibu.
Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan utama maupun sampingan orangtua.
Pengeluaran perkapita adalah jumlah total pengeluaran keluarga per bulan,
termasuk didalamnya pengeluaran pangan, non pangan, dan pendidikan.
Karakteristik anak adalah keadaan anak berdasarkan usia dan jenis kelamin.
22
lingkungan
fisik,
kehangatan
dan
penerimaan,
stimulasi
Desa
Luas (km )
Kalilunjar
1.61
Biting
1.43
Tlahap
1.31
Darmayasa
5.04
Pejawaran
5.03
Pegundungan
3.67
Beji
2.11
Semangkung
2.26
Condong campur
3.43
Gempol
2.29
Sidengok
3.67
Ratamba
2.77
Penusupan
2.95
Giritirta
2.48
Karangsari
2.17
Sarwodadi
4.29
Grogol
5.74
Total
52.25
Sumber: Kecamatan Pejawaran dalam Angka Tahun 2007(diolah)
Jumlah
penduduk
1 203
1 764
1 536
4 251
4 252
1 592
1 084
1 522
2 667
2 885
2 883
2 320
3 906
2 672
2 723
1 978
2 591
41 829
Kepadatan
747
1 233
1 172
843
845
433
513
673
777
1 259
785
837
1 324
1 077
1 254
461
451
800
24
Desa
2
156
322
411
1102
1070
281
258
223
576
Jenis Pekerjaan
4
5
6
12
12
2
12
5
2
25
1
2
52
7
10
15
2
2
10
1
1
1
1
2
2
45
4
10
7
8
9
Kalilunjar
22
1
12
19
Biting
6
5
9
39
Tlahap
23
4
4
21
Darmayasa
25
11
2
3
Pejawaran
5
14
4
46
Pegundungan
6
2
4
3
Beji
9
3
5
6
Semangkung
4
5
4
18
Condong
14
8
2
11
campur
10
Gempol
1528
644
12
46
5
19
9
6
15
11
Sidengok
1641
533
14
25
3
6
11
5
18
12
Ratamba
1082
546
6
34
2
21
14
5
19
13
Penusupan
1652 1126
16
156
4
12
19
9
21
14
Giritirta
1553
421
11
26
3
10
4
4
4
15
Karangsari
1361
677
15
21
4
3
4
4
8
16
Sarwodadi
866
608
14
28
5
4
7
20
10
17
Grogol
1275
585
17
40
1
12
9
4
28
Total
21312 9539
219
550
62
116 130
103 289
Catatan : 1=petani, 2= buruh tani, 3= buruh bangunan, 4= pedagang, 5= jasa sosial, 6= angkutan,
7= pns, 8= pensiunan, 9= lain-lain
Sumber: Kecamatan Pejawaran dalam Angka Tahun 2007(diolah)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
676
975
779
2112
2026
972
543
860
1411
25
Desa
TK
SMA/MA
-
Kecamatan Punggelan
Kecamatan Punggelan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Banjarnegara. Secara geografis kecamatan ini memiliki ketinggian
279 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 3 231 m. Kecamatan
Punggelan terletak diantara 070LU - 120 LU dan 070LS - 310 LS, dan diantara
020BB - 330 BB dan 030 BT - 810 BT dengan luas wilayah 102.94 km 2. Sebelah
utara dari Kecamatan Punggelan berbatasan dengan Kecamatan Pandanarum
dan Kecamatan Kalibening, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Wanadadi dan Kecamatan Rakit, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Banjarmangu dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga
(peta pada Lampiran 1).
Jumlah penduduk Kecamatan Punggelan adalah sebanyak 70 877 jiwa.
Rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan Punggelan adalah 688 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk terbesar di daerah penelitian adalah kepadatan penduduk
di Desa Kecepit. Kepadatan penduduknya adalah 1 075 jiwa/km2 (Tabel 5).
26
Desa
Luas (km )
Jumlah
penduduk
1
Sambong
5.88
3 965
2
Tribuana
4.35
3 460
3
Sawangan
4.36
2 682
4
Sidarata
3.66
3 357
5
Badakarya
5.03
4 274
6
Bondolharjo
5.45
5 525
7
Punggelan
8.99
6 000
8
Karangsari
5.62
3 867
9
Kecepit
4.88
5 246
10
Danakarta
6.28
4 838
11
Klapa
5.64
3 017
12
Jembangan
6.89
4 771
13
Purwasana
6.27
3 614
14
Petuguran
9.69
5 339
15
Tanjungtirta
6.36
3 979
16
Mlaya
6.37
2 296
17
Tlaga
7.22
4 647
Total
102.94
70 877
Sumber: Kecamatan Punggelan dalam Angka Tahun 2007(diolah)
Kepadatan
674
795
615
917
849
1 013
667
688
1 075
770
534
692
576
550
625
360
643
688
No
Desa
27
Desa
Sambong
Tribuana
Sawangan
Sidarata
Badakarya
Bondolharjo
Punggelan
Karangsari
Kecepit
Danakerta
Klapa
Jembangan
Purwasana
Petuguran
Tanjungtirta
Mlaya
Tlaga
Total
TK/sederajat
SD/MI
3
4
3
4
6
7
6
4
5
5
2
1
2
5
3
3
63
70
Prasarana
SMP/MTS
3
4
4
3
4
7
5
4
3
7
2
5
5
6
3
2
3
8
SMA/MA/SMK
1
1
1
1
1
1
2
-
1
1
Karakteristik Keluarga
Besar Keluarga
Jumlah anggota keluarga akan menentukan besar (ukuran) dalam
keluarga. Perkembangan anak dan interaksi pada anak erat kaitannya dengan
banyaknya anggota keluarga (Hurlock 1990). Dalam penelitian ini jumlah anggota
keluarga berkisar 3-12 orang. Persentase terbesar keluarga contoh (59.3%)
termasuk ke dalam kategori keluarga kecil dengan rata-rata jumlah anggota
keluarga 4 orang (Tabel 8). Sementara itu, kategori keluarga besar hanya empat
persen, dimana Kecamatan Pejawaran memiliki persentase 4.7 persen dan
Kecamatan Punggelan 3.3 persen.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Kategori besar
keluarga
Kecil (4)
Sedang (5- 7)
Besar (8)
Total
Rata-rata SD
Pejawaran
Punggelan
87
56
7
58.0
37.3
4.7
91
54
5
60.7
36.0
3.3
150
100.0
4.7 1.4
150 100.0
4.5 1.4
Total
n
178
110
12
%
59.3
36.7
4.0
300 100.0
4.6 1.4
28
Usia
orangtua
mempengaruhi
kesiapan
dalam
menjalankan
semakin
matang
usia
orangtua
diharapkan
orangtua
mampu
Pejawaran
Punggelan
Total
n
0.0
0.0
21 40
41 60
120
27
81.6
18.4
120
28
81.1
18.9
240
55
81.4
18.6
Total
Rata-rata SD
147 100.0
34.7 7.3
148 100.0
34.8 7.4
295 100.0
34.7 7.3
Sama halnya dengan usia ayah, sebagian besar ibu tergolong berusia
muda. Rata-rata usia ibu keluarga contoh berkisar 24-36 tahun. Rata-rata usia
ibu di Kecamatan Punggelan hampir sama dengan usia ibu di Kecamatan
Pejawaran. Proporsi terbesar usia ibu antara 21-40 tahun.
29
Pejawaran
n
Punggelan
%
4.6
127
16
84.7
10.7
131
13
150
100.0
29.9 6.6
Total
4.0
13
4.3
73.0 258
87.0 29
86.0
9.7
Pejawaran
n
Punggelan
%
Total
%
6.1
3.4
14
4.7
23
15.6
19
12.8
42
14.2
102
69.4
76
51.4
178
60.3
SMP/sederajat
5.4
26
17.6
34
11.5
SMA/Sederajat
Perguruan tinggi
3
2
2.0
1.4
16
6
10.8
4.1
19
8
6.4
2.7
Tidak tamat SD
SD/sederajat
Total
Rata-rata lama pendidikan(tahun)SD
147 100.0
5.72.4
148 100.0
7.13.2
295 100.0
6.42.9
30
Pejawaran
n
Punggelan
n
Total
n
1.0
0.7
2.3
12
8.0
16
10.7
28
9.3
113
75.3
73
48.7
186
62.0
SMP/sederajat
18
12.0
38
25.3
56
18.7
SMA/Sederajat
0.7
16
10.7
17
5.7
Perguruan tinggi
0.0
4.0
2.0
150
100.0
150
100.0
300
100.0
Tidak tamat SD
SD/sederajat
Total
Rata-rata lama pendidikan(tahun)SD
5.91.9
7.62.8
6.82.5
Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan orangtua terutama ayah dijadikan sebagai tulang punggung
keluarga yang erat kaitannya dengan pendidikan orangtua (Mindasa 2007).
Pekerjaan ayah di Kecamatan Punggelan lebih beragam dibandingkan dengan di
Kecamatan Pejawaran, karena ada yang bekerja sebagai tukang ojek, karyawan
sekolah, perangkat desa, security/keamanan, karyawan swasta dan PNS,
sedangkan di Kecamatan Pejawaran tidak ada (Tabel 13). Persentase pekerjaan
ayah terbesar pada dua kecamatan adalah bekerja sebagai petani (52.9%) yang
diikuti oleh buruh tani (17.6%).
Jenis pekerjaan ibu di Kecamatan Pejawaran berbeda dengan ibu di
Kecamatan Punggelan. Sebagian besar ibu contoh di Kecamatan Pejawaran
bekerja sebagai petani (59.3%), sedangkan sebagian besar ibu contoh di
Kecamatan Punggelan tidak bekerja (68.7%). Hal ini menunjukkan bahwa
adanya perbedaan dalam memandang beban ekonomi keluarga. Secara
keseluruhan, persentase terbesar pekerjaan ibu adalah tidak bekerja yang
kemudian diikuti oleh bekerja sebagai petani (Tabel 14).
31
Jenis Pekerjaan
Petani
Buruh tani
Punggelan
Total
118
80.3
38
25.7
156
52.9
16
10.9
36
24.3
52
17.6
Buruh bangunan/industry
1.4
13
8.8
15
5.1
Pedagang
3.4
19
12.8
24
8.1
Sopir
1.4
4.7
3.1
Guru
2.0
3.4
2.7
Tukang ojek
0.0
4.7
2.4
Wirausaha
7.0
10
6.8
11
3.7
Penjaga took
0.0
2.0
1.0
Karyawan sekolah
0.0
1.4
0.7
Perangkat desa
0.0
1.4
0.7
Security
0.0
0.7
0.3
Karyawan swasta
PNS
0
0
0.0
0.0
3
2
2.0
1.4
3
2
1.0
0.7
Total
147
100.0
148
100.0
295
100.0
Pejawaran
Punggelan
Total
Tidak bekerja
34
22.7
103
68.7
137
45.7
Petani
89
59.3
6.0
98
32.7
Buruh tani
21
14.0
3.3
26
8.7
Buruh bangunan/industri
2.0
12
8.0
15
5.0
Pedagang
1.3
4.7
3.0
Guru
0.7
3.3
2.0
Wirausaha
0.0
2.7
1.3
Penjaga took
0.0
0.7
0.3
Karyawan sekolah
0.0
0.7
0.3
PNS
PRT
0
0
0.0
0.0
1
2
0.7
1.3
1
2
0.3
0.7
150
100.0
150
100.0
300
100.0
Total
32
Pejawaran
n
Punggelan
Total
n
<50 000
86
57.3
31
20.7
117
39.0
50 000-100 000
>100 000
36
28
24.0
18.7
68
51
45.3
34.0
104
79
34.7
26.3
Total
150
100.0
150
100.0
300
100.0
Rata-rata (Rp)SD
72 27372 129
102 09984553
87 18679 865
33
Pejawaran
Punggelan
Total
Rp/kap/bln
Rp/kap/bln
Rp/kap/bln
Pangan
32 235
44.6
53 870
52.8
43 053
49.4
Non-pangan
Pendidikan
36 705
3 332
50.8
4.6
41 097
7 132
40.3
6.9
38 901
5 232
44.6
6.0
Total
72 273
100.0
102 099
100.0
87 186
100.0
keluarga
yang
memiliki
sosial
ekonominya
lebih
tinggi
akan
Pejawaran
Punggelan
Total
2-<3
57
38.0
54
36.0
111
37.0
3-<4
4-<5
57
36
38.0
24.0
48
48
32.0
32.0
105
84
35.0
28.0
Total
Rata-rata SD (bulan)
150
100.0
40.13 9.79
150
100.0
42.10 10.59
300
100.0
41.11 10.23
34
Jenis Kelamin
Persentase terbesar contoh merupakan anak perempuan, yaitu sebanyak
55.0 % dan sisanya adalah anak laki-laki. Gambar 3 menunjukkan lebih dari
separuh contoh baik di Kecamatan Pejawaran (52.7%) dan Kecamatan
Punggelan (57.3%) berjenis kelamin perempuan.
35
36
Nilai Anak
Joshi and Clean (1997) dalam Hernawati (2002) menyebutkan bahwa
nilai anak
berdasarkan potensi yang dimiliki. Anak mempunyai nilai yang sangat penting
dalam kehidupan seseorang atau suatu keluarga bahkan bila dibandingkan
dengan nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orangtua dalam kehidupan seharihari dapat diketahui dari kondisi adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat
mencurahkan kasih sayang dan sumber kebahagiaan (nilai psikologis), anak
tempat mensosialisasikan nilai-nilai (nilai sosial), dan anak dijadikan tempat
menggantungkan harapan (nilai ekonomi) baik di masa sekarang maupun di
masa yang akan datang.
Nilai Psikologi
Pada nilai psikologi, lebih dari separuh ibu contoh (67.2%) mempunyai
harapan yang tinggi terhadap anaknya. Orangtua berharap dengan adanya anak
dapat mendatangkan kebahagiaan, anak perempuan lebih perhatian, anak lakilaki lebih aktif sehingga membutuhkan asupan makanan yang besar, anak lakilaki lebih berharga karena dianggap sebagai tulang punggung keluarga, anak
perempuan mudah sakit dan lebih pintar. Secara umum persepsi orangtua
terhadap nilai psikologi anak ialah anak dapat mendatangkan kebahagiaan.
Tabel 18 menunjukkan bahwa contoh di Kecamatan Pejawaran memiliki
rata-rata nilai psikologi anak relatif lebih rendah (63.4%) dibandingkan dengan di
Kecamatan Punggelan (71.0%). Lebih dari setengah ibu (66.3%) contoh tidak
37
Punggelan
Tidak
Setuju
Setuju
Pernyataan
setuju
Total
Tidak
Setuju
setuju
%
Tidak
Setuju
99.3
0.7
98.0
2.0
98.7
1.3
33.7
67.3
34.7
65.3
33.7
66.3
54.0
46.0
73.3
26.7
63.7
36.3
83.3
16.7
92.0
8.0
87.7
12.3
60.7
39.3
64.7
35.3
62.7
37.3
50.7
49.3
63.3
36.7
57.0
43.0
Rata-rata SD
63.423.6
71.021.8
67.223.0
Nilai Sosial
Nilai sosial diukur dengan pernyataan bahwa anak dapat meningkatkan
derajat keluarga, baik laki-laki maupun perempuan diharapkan mendapatkan
prestasi yang baik di sekolah, dan anak diharapkan setelah besar dapat menjadi
tokoh sosial di masyarakat. Orangtua berharap anaknya berperilaku sesuai
dengan nilai dan aturan yang ada sehingga dapat menjadi orang terpandang dan
statusnya dalam masyarakat bisa lebih baik.
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa hampir seluruh orangtua
contoh (97.0) setuju bahwa anak dapat meningkatkan derajat keluarga, tetapi
hampir sebagian orangtua contoh (39.3%) tidak setuju dengan pendapat bahwa
derajat anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Hasil ini
menggambarkan bahwa orangtua sudah mempunyai persepsi yang sama baik
anak laki-laki maupun anak perempuan dalam memandang anak-anaknya. Ratarata persentase nilai sosial di Kecamatan Pejawaran lebih kecil dibandingkan
dengan persentase nilai sosial di Kecamatan Punggelan (Tabel 19). Hal ini
diduga dikarenakan orangtua contoh di Kecamatan Punggelan lebih banyak yang
berpendidikan tinggi. Secara keseluruhan persentase nilai sosial anak di daerah
penelitian sebesar 86.9 persen.
38
nilai sosial
Punggelan
%
Tidak
Setuju
%
Setuju
Total
%
Tidak
Setuju
%
Setuju
%
Tidak
Setuju
54.0
46.0
67.3
32.7
60.7
39.3
97.3
2.7
96.7
3.3
97.0
3.0
94.0
75.3
93.3
6.0
24.7
6.7
97.3
94.7
99.3
2.7
5.3
0.7
95.7
85.0
96.3
4.3
15.0
3.7
82.816.9
91.113.2
86.915.7
Nilai Ekonomi
Persepsi orangtua terhadap anak di bidang ekonomi menunjukkan bahwa
orangtua menaruh harapan baik terhadap anak laki-laki maupun anak
perempuan untuk dapat membantu ekonomi orangtua, saudara, dan dapat
menyekolahkan saudara-saudaranya, sehingga orangtua setuju bahwa semua
anak dibolehkan untuk bekerja. Hal ini diduga terjadi karena rendahnya
pendapatan yang didapatkan oleh keluarga.
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh orangtua
contoh setuju jika dimasa depan nanti anak dapat membantu keluarga besar baik
ekonomi maupun membantu menyekolahkan. Hal serupa dapat dilihat di dua
kecamatan, tidak terjadi perbedaan yang cukup besar antara Kecamatan
Pejawaran (92.3%) dan Kecamatan Punggelan (98.0) jika dilihat dari rata-rata
persentase skor nilai ekonomi anak.
Tabel 20 Sebaran rata-rata pencapaian skor nilai ekonomi
Pejawaran
Pernyataan
%
Setuju
97.3
97.3
77.3
97.3
92.315.6
%
Tidak
Setuju
2.7
2.7
22.7
2.7
Punggelan
%
Setuju
98.0
97.3
97.3
99.3
98.08.5
Total
%
Tidak
Setuju
2.0
2.7
2.7
0.7
%
Setuju
97.7
97.3
87.3
98.3
%
Tidak
Setuju
2.3
2..3
12.7
1.7
95.212.8
Berdasarkan Tabel 21, rata-rata nilai anak adalah sebesar 81.2 persesn.
Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi dan harapan orangtua kepada anak
termasuk kategori tinggi. Akan tetapi, rata-rata nilai anak di Kecamatan
Punggelan relatif lebih tinggi (84.9%) dibandingkan dengan di Kecamatan
Pejawaran (77.6%).
39
Pejawaran
Rata-rataSD
63.423.6
92.315.6
82.816.9
77.614.7
Punggelan
Rata-rataSD
71.021.8
98.08.5
91.113.2
84.911.1
Total
Rata-rataSD
67.223.0
95.212.8
86.915.7
81.213.5
Stimulasi Psikososial
Stimulasi psikososial merupakan serangkaian dari interaksi dalam
mengarahkan
anak
untuk
memiliki
kemampuan.
Stimulasi
merupakan
40
Pejawaran
Punggelan
Total
59.8 22.5
59.3 27.2
59.5 24.8
60.1 17.3
61.3 16.7
60.7 16.9
57.9 19.7
60.2 15.7
59.0 17.8
13.8113.5
19.6 23.3
16.6 19.1
57.6 19.9
65.7 22.1
61.6 21.3
40.4 20.9
32.6 22.4
36.6 21.9
49.5 15.7
50.0 12.8
49.8 14.3
menandakan
masih
kurang
dalam
merangsang
perkembangan
41
kualitas stimulasi psikososial anak usia 2-3 tahun berada pada kategori rendah
yaitu sebesar 85.5 persen, kemudian diikuti oleh kategori sedang yaitu sebesar
14.5 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa orangtua belum secara optimal
memberikan reaksi emosi dengan tepat, dorongan yang positif kepada anak,
suasana yang nyaman kepada anak sarana tumbuh kembang dan belajar bagi
anak, berpartisipasi dalam kegiatan positif anak, keterlibatan aktif dalam kegiatan
bersama anak, dan juga lingkungan fisik yang nyaman di rumah.
42
stimulasi belajar kepada anaknya. Misalnya dalam memberikan alat bantu yang
dapat mendorong keinginan anak untuk belajar seperti menyediakan mainan
untuk belajar warna, bentuk, ukuran, tidak disediakannya mainan yang
menantang, anak tidak memiliki mainan bebas berekspresi (seperti spidol,
crayon, cat air); dan juga anak tidak memiliki mainan untuk belajar lewat media
audio/visual yang lebih beragam. Selain itu juga, mengindikasikan rendahnya
faktor kebiasaan membaca dalam keluarga baik dalam bentuk koran, buku,
maupun majalah.
Tabel 23 Sebaran rata-rata pencapaian skor stimulasi psikososial usia 3-5 tahun
Sub skala
Stimulasi belajar
Stimulasi bahasa
Lingkungan fisik
Kehangatan dan penerimaan
Stimulasi akademik
Modelling
Variasi stimulasi kepada anak
Hukuman
% Rata-rata keseluruhan subskala
Pejawaran
16.7 18.3
81.1 18.3
49.5 18.8
67.1 27.8
61.3 34.7
55.7 20.8
45.8 13.8
87.4 19.7
52.9 11.1
Punggelan
29.2 25.7
93.3 10.1
65.5 22.6
68.0 32.3
76.3 23.1
59.4 20.4
51.5 19.1
86.2 19.2
61.7 13.5
Total
23.0 23.2
87.3 15.9
57.6 22.2
67.6 30.1
68.9 30.3
57.6 20.6
48.7 16.9
86.8 19.4
57.4 13.1
43
Perkembangan Kognitif
Anak Usia 2-3 Tahun
Anak pada usia 2-3 tahun, merupakan tahap peralihan dari tahap
sensorimotor ke tahap pra-operasional konkrit. Menurut teori Piaget, anak pada
usia ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam hal kemampuan dan
kesiapan, sebagian anak berkembang cepat dan sebagian lainnya berkembang
secara perlahan. Disamping itu, pada masa ini anak meniru apa yang dilakukan
oleh orang dewasa di lingkungannya dan bersifat egosentris. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Yusuf (2002) menyatakan bahwa anak pada masa ini mulai
menemukkan bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain.
Keadaan ini membuat ketegangan dalam diri anak, sehingga tak jarang respon
dari anak dengan mulai sikap membandel atau keras kepala.
Tingkat perkembangan kognitif anak pada usia 2-3 tahun dapat dilihat dari
rata-rata persentase kemampuan anak yang terdiri dari sepuluh pernyataan dan
perintah, sehingga dapat diketahui tingkat perkembangan kognitif seperti pada
Tabel 24. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak mampu mengerti dan
melaksanakan satu perintah dengan baik yaitu 58.9 persen di Kecamatan
Pejawaran dan 83.3 persen di Kecamatan Punggelan. Rata-rata persentase
kemampuan kognitif contoh terendah di Kecamatan Pejawaran adalah menirukan
tiga suara binatang (12.5%) kemudian diikuti dengan mengelompokkan benda
yang sama (16.1%) dan di Kecamatan Punggelan adalah mengelompokkan
warna (24.1%) yang diikuti dengan mengelompokkan benda yang sama (26.0%).
Sementara untuk tingkat perkembangan kognitif lainnya, hampir sebagian besar
anak mampu melaksanakannya.
44
tiga
suara
binatang,
sehingga
rata-rata
persentase
Pejawaran
%
%
%
kurang
tidak
mampu mampu
mampu
12.5
41.1
46.4
55.3
16.1
28.6
58.9
23.2
17.9
44.7
23.2
32.1
21.4
37.5
41.1
16.1
19.6
64.3
42.9
19.6
37.5
42.9
46.4
10.7
39.3
23.2
37.5
17.9
25.0
57.1
48.124.2
%
mampu
35.2
63.0
83.3
44.4
33.3
26.0
59.3
44.4
38.9
24.1
Punggelan
%
kurang
mampu
42.6
14.8
9.3
37.0
35.2
33.3
12.9
35.2
40.7
14.8
59.022.5
%
tidak
mampu
22.2
22.2
7.4
18.6
31.5
40.7
27.8
20.4
20.4
61.1
lingkungan
perkembangan anak.
sekitar
yang
berdampak
pada
pertumbuhan
dan
45
Kecamatan
Pejawaran
maupun
di
Kecamatan
Punggelan
belum
46
%
mampu
24.5
34.0
7.5
41.5
9.4
5.6
13.2
43.4
22.6
18.8
Pejawaran
%
kurang
mampu
32.1
39.6
30.2
32.1
28.3
18.9
30.2
52.8
28.3
34.0
37.719.7
%
tidak
mampu
43.4
26.4
62.3
26.4
62.3
75.5
56.6
3.8
49.1
47.2
Punggelan
%
%
kurang
mampu mampu
73.6
17.0
57.4
29.8
6.4
53.2
57.4
34.0
29.8
48.9
10.6
38.3
27.7
38.3
51.1
40.4
42.6
31.9
17.0
48.9
56.419.4
%
tidak
mampu
6.4
12.8
40.4
8.6
21.3
51.1
34.0
8.5
25.5
34.1
Kecamatan
Pejawaran
lebih
rendah
dibandingkan
kualitas
stimulasi
47
%
mampu
28.2
51.3
46.2
7.7
15.4
20.5
28.2
35.9
61.6
7.6
Pejawaran
%
kurang
mampu
43.6
30.8
43.6
25.6
23.1
23.1
25.6
35.9
17.9
46.2
44.927.6
%
tidak
mampu
28.2
17.9
10.2
66.7
61.5
56.4
46.2
28.2
20.5
46.2
%
mampu
44.9
65.3
73.5
10.2
22.5
38.8
42.8
59.2
69.4
20.4
Punggelan
%
kurang
mampu
28.6
24.5
20.4
22.5
10.2
26.5
42.9
24.5
18.4
32.7
57.223.8
%
tidak
mampu
26.5
10.2
6.1
67.3
67.3
34.7
14.3
16.3
12.2
46.9
Secara keseluruhan, lebih dari separuh (60.7%) anak usia 4-5 tahun,
memiliki tingkat perkembangan kognitif dengan kategori rendah (Gambar 12).
Anak di Kecamatan Pejawaran yang memiliki tingkat perkembangan kognitifnya
rendah (67.5%) lebih banyak dibandingkan anak di Kecamatan Punggelan
(55.1%). Pada masa anak usia ini, anak mulai mengetahui aturan-aturan baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan bermain. Pada tahap ini juga, anak
dapat bermain bersama-sama dengan anak lain atau teman sebaya (Yusuf
2002).
48
Gambar 13 Sebaran balita berdasarkan kategori perkembangan kognitif anak usia 2-5
tahun.
49
Sebaran contoh
Rendah
Sedang
n
%
n
%
7
6.7
3
3.7
54 51.4 35
43.2
44 41.9 43
53.1
50
Tabel 28 Sebaran contoh dan rata-rata persentase total skor perkembangan kognitif
balita berdasarkan stimulasi psikososial
Stimulasi
Psikososial
Rendah
Sedang
Tinggi
r (sig)
Sebaran contoh
Rata-rata persentase skor
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
n
%
n
%
n
%
70 38.0 31
36.5 4 12.9
34.715.5 67.96.7 91.96.5
46 25.0 21
24.7 14 45.2
40.513.4 69.77.6 91.15.0
68 37.0 33
38.8 13 41.9
0 76.75.8 89.04.2
0.391**(0.000)
Sebaran contoh
Rata-rata persentase skor
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
n
%
n
%
n
%
110 59.8 52
61.2 16
51.6
36.7 15.0 69.97.2 91.95.1
69 37.5 28
32.9 13
41.9
34.215.7 67.17.0 90.45.6
5
2.7
5
5.9
2
6.5
45.010.6 68.07.6 87.53.5
0.042(0.470)
51
kognitif
anak.
Sementara
itu
berdasarkan
sebarannya,
Sebaran contoh
Rendah
Sedang
n
%
n
%
25 13.6
7
8.2
124 67.4 49
57.7
35 19.0 29
34.1
Usia Ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat kecenderungan
bahwa semakin besar usia ibu, rata-rata perkembangan kognitif anak semakin
naik. Uji korelasi menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara usia
ibu
dengan
perkembangan
kognitif
balita.
Sementara
itu
berdasarkan
52
Tabel 31 Sebaran dan rata-rata persentase total skor perkembangan kognitif balita
berdasarkan usia ibu
Sebaran contoh
Usia Ibu
Rendah
n
%
8
4.4
153 84.1
21 11.5
(tahun)
< 20
21 40
41 60
r (sig)
Sedang
n
%
2
2.4
78
91.8
5
5.8
Sedang
Tinggi
72.510.6
69.07.0
65.08.7
92.53.5
90.45.3
95.05.0
Usia Anak
Hasil
menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
kecenderungan
yang
yang
diberikan
keluarga
khususnya
ibu
dalam
merangsang
perkembangan kognitif anak. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Mindasa
(2007) bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara usia contoh ASI eksklusif
dan ASI non eksklusif dengan perkembangan kognitif. Bloom (1964) dalam
Siskandar (2003), perkembangan kognitif yaitu perkembangan intellegensi,
kepribadiaan dan tingkah laku sosial berkembang pesat ketika anak berusia dini.
Tabel 32 Sebaran dan rata-rata persentase total skor perkembangan kognitif balita
berdasarkan usia anak
Usia Anak
(tahun)
2-<3
3-<4
4-<5
r (sig)
Sebaran contoh
Rendah
n
%
90
85.7
8
7.6
7
6.7
Sedang
n
%
18 22.2
38 46.9
25 30.9
Sedang
68.26.4
70.37.8
67.57.8
Tinggi
91.46.0
91.33.5
90.05.6
Jenis Kelamin
Tabel 33 menunjukkan bahwa perempuan memiliki rata-rata persentase
total skor tingkat perkembangan kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan lakilaki. Namun hasil uji menunjukkan tidak terdapat kecenderungan jenis kelamin
berhubungan dengan kenaikan perkembangan kognitif anak. Uji hubungan
menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan
tingkat perkembangan kognitif, hal ini sejalan dengan penelitian Mindasa (2007).
53
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Chi square
Rendah
n
%
81 44.0
103 56.0
Sedang
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
41
48.2 13
42.0
35.315.0
44
51.8 18
58.0
36.515.4
.760
Sedang
68.36.9
69.47.5
Tinggi
90.05.0
91.75.4
Sebaran contoh
Rendah
Sedang
Tinggi
n
%
n
%
n
Rendah
Sedang
Tinggi
18
9.8
11
12.9
14
45.2
39.717.8
69.19.4
91.45.3
166
90.2
74
87.1
17
54.8
35.614.9
68.96.9
90.65.3
.152
54
p-value
Nilai r
.045
.001
.025
.000
.000
.000
.000
.019
.000
.046
.192 *
.301**
.213 *
.441**
.370**
.344**
.368**
.170 *
.407**
.146 *
dalam
memberikan
rangsangan
dan
respon
yang
55
terlibat dalam aktivitas anak maka perkembangan kognitif anak akan semakin
baik. Demikian juga pada stimulasi bahasa, stimulasi belajar, stimulasi akademik
semakin baik stimulasi bahasa, stimulasi belajar dan stimulasi akademik yang
diberikan pada anak maka perkembangan kognitif anak juga semakin baik.
Hasil uji menunjukkan bahwa lingkungan fisik mempunyai hubungan
dengan perkembangan kognitif anak. Hal ini berarti bahwa kondisi fisik rumah
yang terang, bersih, aman, dan tidak sempit akan meningkatkan kenyamanan
anak berada dalam rumah sehingga anak akan belajar dengan tenang. Variasi
stimulasi kepada anak mempunyai hubungan yang positif dengan perkembangan
kognitif anak. Fenomena ini menunjukan bahwa dengan adanya variasi dalam
pemberian stimulasi yang merangsang perkembangan kognitif anak akan
meningkatkan rasa keingintahuan anak. Pemberian hukuman pada anak
berhubungan dengan perkembangan kognitif anak. Hal ini dikarenakan hukuman
yang diberikan orangtua membuat anak menjadi takut dan merasa terpaksa
untuk belajar. Karena ketakutan tersebut akan meningkatkan perkembangan
kognitif anak.
Nilai Anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan kenaikan
nilai anak terhadap kenaikan perkembangan kognitif . Hal ini ditunjang oleh hasil
korelasi antara nilai anak dan tingkat perkembangan kognitif yang menunjukkan
adanya hubungan yang nyata positif antara nilai anak dengan perkembangan
kognitif. Sementara jika dilihat berdasarkan sebarannya, persentase tertinggi
perkembangan kognitif anak berada pada kategori tinggi dengan nilai anak
termasuk kategori tinggi. Hasil ini dikarenakan orangtua yang memiliki persepsi
dan harapan yang tinggi akan mempengaruhi dalam pemberian stimulasi.
Hubungan nilai anak dengan perkembangan kognitif ini tidak secara langsung
berhubungan tetapi ada stimulasi psikososial yang akan berhubungan secara
langsung terhadap perkembangan kognitif anak.
Tabel 36 Rata-rata persentase total skor perkembangan kognitif berdasarkan nilai anak
Nilai
anak
Rendah
Sedang
Tinggi
r (sig)
Sebaran contoh
Rendah
Sedang
n
%
n
%
10
5.4
4
4.7
89 48.4 36
42.4
85 46.2 45
52.9
56
Model
1
(Constant)
usia ibu
besar keluarga
pendidikan ibu
pengeluaran (Rp/kap/bul)
jenis kelamin
usia anak
partisipasi pendidikan
prasekolah
stimulasi psikososial
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
17.206
9.983
.162
.190
.363
.921
1.244
.567
4.13E-005
.000
-.823
2.479
-.301
.133
.047
.022
.131
.140
-.017
-.131
t
1.724
.853
.394
2.194
2.384
-.332
-2.265
Sig.
.086
.394
.694
.029
.018
.740
.024
5.382
1.880
.161
2.863
.005
.512
.118
.286
4.343
.000
Standardized
Coefficients
Beta
57
Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa sebesar 19.6 persen faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat perkembangan kognitif contoh dapat
dijelaskan dari hasil regresi, sedangkan sisanya (80.4%) diterangkan oleh
peubah lain (misalnya peer group, status gizi, IQ, akses terhadap media) yang
tidak diteliti pada penelitian ini.
Y = 17.206+1.244X1+5.382X2+0.512X3-0.301X4+4.13E-005X5
Keterangan :
Y = perkembangan kognitif 2-5 tahun
X1 = pendidikan ibu
X2 = partisipasi pendidikan prasekolah
anak X3 = stimulasi psikososial
X4 = usia anak
X5= pengeluaran
utama
berpengaruh
positif
terhadap
perkembangan
kognitif.
pertumbuhan
anak
akan
berjalan
optimal
termasuk
di
dalamnya
58
60
Perkembangan kognitif anak terbagi menjadi tiga kelompok usia yaitu 2-3
tahun, 3-4 tahun, dan 4-5 tahun. Rata-rata pencapaian skor perkembangan
kognitif anak usia 2-3 tahun yaitu sebesar 59.0 persen. Jika dilihat dari
sebarannya, 54.5 persen anak termasuk ke dalam kategori rendah. Untuk anak
usia 3-4 tahun, rata-rata pencapaian skor perkembangan kognitif yaitu sebesar
56.4 persen. Perkembangan kognitif anak usia 3-4 tahun, jika dilihat dari
sebarannya sebanyak 69.3 persen termasuk ke dalam kategori rendah.
Sementara itu, rata-rata pencapaian skor untuk anak usia 4-5 tahun yaitu
sebesar 57.2 persen. Jika dilihat dari sebarannya, perkembangan kogntif anak
usia 4-5 tahun yaitu sebesar 60.7 persen tergolong ke dalam kategori rendah.
Secara keseluruhan, sebanyak 61.1 persen anak usia 2- 5 tahun termasuk
mempunyai perkembangan kognitif rata-rata total sebesar 50.6 persen dalam
kategori rendah.
Terdapat hubungan yang nyata dan positif antara nilai anak dengan
stimulasi psikososial anak di lokasi penelitian. Artinya bahwa semakin tinggi nilai
anak semakin tinggi stimulasi psikososial yang diberikan. Terdapat hubungan
yang nyata dan positif pula antara stimulasi psikososial dengan perkembangan
kognitif. Artinya bahwa semakin tinggi stimulasi psikososial yang diberikan,
semakin tinggi perkembangan kognitif anak.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan
signifikan antara lama pendidikan ibu (tahun), lama pendidikan pra sekolah anak
(bulan), pengeluaran perkapita perbulan dan stimulasi psikososial. Hal ini
menunjukan bahwa peningkatan pendidikan ibu, partisipasi pendidikan pra
sekolah anak, dan peningkatan status ekonomi keluarga akan meningkatkan
perkembangan kognitif anak. Hasil uji menunjukkan bahwa usia anak
berpengaruh negatif terhadap perkembangan kognitif. Hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan adanya penurunan perkembangan kognitif seiring
dengan bertambahnya usia.
Saran
Adanya pengaruh yang signifikan antara lama pendidikan pra sekolah
anak dengan perkembangan kognitif, menyarankan kepada keluarga yang
memiliki anak usia 2-5 tahun untuk mengikuti pendidikan pra sekolah. Disamping
itu, untuk Dinas Pendidikan setempat disarankan untuk melakukan sosialisasi
kepada keluarga mengenai pentingnya keikutsertaan anak dalam pendidikan pra
61
sekolah. Hal serupa juga ditujukan kepada Posyandu yang berintegrasi dengan
Kelompok PAUD untuk menyebarluaskan dan menginformasikan kepada
keluarga mengenai pentingnya anak mengikuti pendidikan pra sekolah dengan
menyebarkan leaflet, mengunjungi ke rumah-rumah keluarga dan menjadikan
agenda rutin setiap bulan dalam Posyandu.
Mengingat stimulasi psikososial berpengaruh terhadap perkembangan
kognitif anak maka disarankan kepada keluarga untuk memberikan stimulasi
yang maksimal kepada anak. Jika dalam pemberian stimulasi terbentur oleh
dana disarankan untuk meningkatkan aktivitas ibu dan anak, ibu lebih terlibat
dalam pengasuhan (bermain bersama anak, pergi bersama anak), serta
memberikan kehangatan dan penerimaan kepada anak serta memberikan
teladan kepada anak. Hal ini mengindikasikan pentingnya pendidikan parenting
untuk ibu mengenai bagaimana memberikan stimulasi kepada anak yang dapat
dilakukan oleh tim penggerak PKK dan Kelompok PAUD. Perlu adanya penelitian
lanjutan berupa observasi yang mendalam untuk mendapatkan gambaran secara
kualitatif pengasuhan yang berlangsung di pedesaan dan untuk melihat budaya
dan norma apa yang berlaku. Disamping itu, perlu adanya penyesuaian yang
dilakukan pada alat bantu perkembangan kognitif sesuai dengan wilayah
setempat yang akan diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik
Brooks JB. 2001. Parenting. United State of America. Mayfiled Publishing
Company.
Caldwell B & Bradley R. 1984. Home Observation for Measurement of The
Environment (HOME) Inventory. Winsor Drive, Eau Claire. Lorraine
Coulson HOME INVENTORY LLC.
Dariyo A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung.
PT Refika Aditama.
Deacon RE & Firebaugh FM. 1988. Family Resource Management Principles
and Applications. 2nd Edition. United State of America. Allyn and Bacon,
Inc.
[Depdiknas] Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Acuan Menu Pembelajaran
pada Pendidikan Anak Usia Dini (menu pembelajaran generik).
Fatimah E. 2006. psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik.
Bandung:cv. Pustaka setia
Goldsmith EB. 1996. Resource Management for Individuals and Families. Florida
State University. West Publishing Company.
Harisudin M. 1997. Pola Pengasuhan dan Harapan Ibu kepada Anak
Berdasarkan Perspektif Gender pada Keluarga Ibu Bekerja dan tidak
Bekerja [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hartoyo. 1998. Investing Children Study of Rural Families in Indonesia
[Disertasi]. Virginia Tech Blacksburg, VA.
Hartoyo & Hastuti D. 2004. Perilaku Investasi pada Anak Keluarga Nelayan dan
Implikasinya terhadap Pengentasan Kemiskinan [Jurnal]. Bogor. Institut
Pertanian Bogor.
Hastuti D. 2006. Analisis Pengaruh Model Pendidikan Prasekolah pada
Pembentukkan Anak Sehat, Cerdas, dan Berkarakter [Disertasi]. Bogor.
Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hernawati N. 2002. Nilai Anak dan Pengasuhan Berdasarkan Gender pada Anak
Usia 2-3 Tahun di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
63
PH.
1983.
Theories
of
Developmental
Psychology.
New
York.
Semai
Benih
Bangsa
Sutera Alam,
Desa
Sukamantri,
64
66
2. Kecamatan Punggelan
67
Data/peubah
Karakteristik
keluarga
Isi
1.
Identitas keluarga
a.
b.
c.
d.
2.
Karakteristik
anak
Pengeluaran
keluarga
1.
Usia anak
2.
Jenis
kelamin
3.
3.
Nilai anak
Cara
pengambilan
data
Usia orangtua(tahun)
Menggunakan
Lama pendidikan(tahun) dan kuesioner
tingkat pendidikan
(wawancara
Jumlah
anggota langsung
keluarga(orang)
dengan
Pekerjaan orangtua
keluarga)
Jenis pertanyaan
Riwayat
a.
pendidikan
prasekolah
b.
anak
c.
Pertanyaan mengenai 1.
nilai anak yang terdiri
dari nilai
psikologi,
nilai sosial dan nilai 2.
ekonomi (= 0.63).
Panduan pertanyaan
ini
merupakan 3.
pengembangan dari
beberapa
penelitian
sebelumnya.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mengikuti
atau
tidak
mengikuti
Lama mengikuti pendidikan
Jenis pendidikan yang diikuti
Anak dapat
memberikan Wawancara
bantuan
ekonomi
bagi dengan ibu
orangtua
Anak setelah bekerja dapat
membantu
menyekolahkan
saudara atau adiknya
Anak perempua
nantinya
sama dengan laki-lai boleh
bekerja di luar rumah
Setelah
besar,
anak
diharapkan dapat membantu
kesulitan ekonomi kakak atau
adiknya
Ibu memandang bahwa anak
laki-laki mempunyai derajat
lebih tinggi daripada anak
perempuan
Anak laki-laki maupun anak
perempuan yang
terdidik
dengan
baik
akan
meningkatkan
derajat
keluarga
Menurut
ibu,
anak
perempuan dapat
dididik
sama baiknya dengan anak
laki-lakiagar
mendapatkan
prestasi yang baik di sekolah
Memiliki anak laki-laki jauh
lebih
menguntungkan
daripada anak perempuan
Menurut ibu, setelah besar
anak
diharapkan
dapat
menjadi tokoh sosial
di
lingkungannya
68
No
Data/peubah
Stimulasi
psikososial
(HOME
inventory)
Isi
Perkembangan
kognitif
Panduan pertanyaan
dikembangkan
dari
penelitian
sebelumnya. Panduan
pertanyaan ini
dibagi
berdasarkan
kelompok usia anak.
Nilai alpha cronbach
untuk masing-masing
kategori
usia adalah
0.79, 0.77, dan 0.87.
Jenis pertanyaan
10. Menurut ibu, anak
dapat
mendatangkan kebahagiaan
bagi keluarga
11. Menurut
ibu,
anak
perempuan
lebih perhatian
kepada orangtua saat tua
nanti
12. Anak laki-laki lebih aktif
dalam
bergerak sehingga
membutuhkan makanan lebih
baik
daripada
anak
perempuan
13. Anak laki-laki lebih berharga
dibandingkan
anak
perempuan
14. Ibu setuju bila
dikatakan
bahwa anak perempuan lebih
mudah sakit sehingga perlu
dilindungi lebih dibandingkan
anak laki-laki
15. Anak perempuan lebih pintar
dan lebih mudah
sehingga
tidak perlu banyak
diajari
dibandingkan anak laki-laki
1. Tanggap rasa dan kata (11
item)
2. Penerimaan
terhadap
perilaku anak (8 item)
3. Pengorganisasian lingkungan
anak (6 item)
4. Penyediaan mainan
untuk
anak (9 item)
5. Keterlibatan
ibu terhadap
anak (6 item)
6. Kesempatan variasi asuhan
anak (5 item)
Cara
pengambilan
data
Wawancara
dengan
ibu,
dan observasi
langsung
69
No
Data/peubah
Isi
Jenis pertanyaan
7.
Menyebutkan
nama
sendiri
8. Membedakan
besarkecil
9. Menirukan garis lurus
10. Mengelompokkan
warna
B. Anak usia 3-4 tahun
1. Menirukan gambar
2. Mengelompokkan
benda
3. Mengelompokkan nama
bentuk
4. Menunjukkan
benda
menurut ukuran
5. Menghubungkan
titiktitik
6. Menyusun puzzle
7. Menyebutkan angka
8. Menyusun
balok
berdasarkan ukuran
9. Mengelompokkan
benda menurut warna
10. Mengenal
dan
menunjukkan warna
C. Anak usia 4-5 tahun
1. Menyebutkan 7-9 warna
2. Mengelompokkan warna
3. Mengelompokkan benda
yang sama
4. Menyusun puzzle
5. Membuat gambar hewan
6. Menggambar orang
7. Mewarnai
gambar
dengan tuntas
8. Menghubungkan titik-titik
9. Mengetahui
dan
menyebut nama
10. Menyebut bentuk-bentuk
geometri
Cara
pengambilan
data