KEPUTUSAN
KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTAR A
NOMOR : 031/1/STIKES-W/01/X/2008
TANGG AL : 18 Oktober 2008
TENTANG
TUG AS POKOK DAN FUNG SI UNIT KERJA
DI SEKO LAH TINGGI ILMU KESEH ATAN
WIDYA NUSAN TAR A PALU
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara
Menimbang:
a. bahwa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara sebagai lembaga pendidikan
tinggi yang mengemban fungsi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat didukung oleh sejumlah lembaga yang saling terkait dan membutuhkan
mekanisme Organisasi dan Tata Kerja yang serasi, efektif, dan efisien;
b. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara
dijadikan dasar dalam mengatur rincian tugas unit, uraian jabatan pada semua jenjang
struktur organisasi kurang relevan dengan kebutuhan saat ini;
c. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Nusantara khususnya dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, maka dipandang perlu adanya Struktur Organisasi dan Tugas Pokok dan
Fungsi.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d perlu disusun Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Nusantara yang ditetapkan dengan Keputusan Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Widya Nusantara
Mengingat:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan
Tinggi;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 1998 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2001;
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2001;
9. Surat Keputusan Rektor Universitas Hasanuddin No. 1369/J04/P/2010 tanggal 7 April
2010 tentang pemberhentian dan pengangkatan Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
STIKES
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU
BAB I
MUKADIMAH
Atas Berkat dan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Nusantara Palu menyusun statuta yang menjadi acuan dan
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi pada STIKES Widya Nusantara
Palu. Sadar akan tanggung jawab Sekolah Tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian, yang merupakan salah satu ikhtiar dalam
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa
pendidikan
pada
hakekatnya
adalah
usaha
sadar
untuk
Kebidanan jenjang
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal I
PENGERTIAN DASAR
Dalam Statuta ini yang dimaksud dengan :
(1) Pendidikan Tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada
pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah.
(2) Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi.
(3) Statuta Perguruan Tinggi adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan
yang dipakai sebagai acuan untuk merencanakan, mengembangkan program
dan
dan
membantu
memecahkan
permasalahan
yang
dihadapi
perguruan tinggi.
(5) Pimpinan perguruan Tinggi adalah Ketua Sekolah Tinggi.
(6) Senat Perguruan Tinggi adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi pada
Sekolah Tinggi.
Tinggi.
(16) Sekolah Tinggi adalah STIKES Widya Nusantara Palu.
(17) Alumni adalah seseorang yang tamat pendidikan di Sekolah Tinggi.
(18) Kebebasan Akademik adalah kebebasan yang dimiliki anggota civitas
akademika untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab dan
mandiri.
(19) Kebebasan Mimbar Akademik adalah bagian dari kebebasan akademik yang
memungkinkan dosen menyampaikan pikiran dan
BAB III
VISI, MISI dan TUJUAN
Pasal 2
visi
Menjadikan STIKES Widya Nusantara Palu sebagai perguruan tinggi kesehatan
yang terbaik di Sulawesi Tengah tahun 2014.
Pasal 3
MISI
1. Menyelenggarakan kegiatan akademik sesuai dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
2. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan profesi dalam upaya menghasilkan
tenaga yang profesional
3. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan ilmiah dalam rangka pengembangan teori
dan praktik, termasuk kegiatan riset.
Pasal 4
TUJUAN
STIKES Widya Nusantara Palu bertujuan menghasilkan tenaga Keperawatan dan
Kebidanan yang profesional dan
Sekolah Tinggi ini diberi nama SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA
NUSANTARA PALU disingkat STIKES Widya Nusantara Palu.
(2)
Tinggi
mulai
beroperasi
pada
tanggal
setelah
terbit
SURAT
(1) Dua buah roda yang berputar menunjukkan bahwa pembangunan bidang
pendidikan selalu berproses dan berjalan terus menyesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan.
(2) Buku melambangkan STIKES tempat menimba ilmu pengetahuan dan teknologi
(3) Lilin yang menyala menunjukkan semangat yang tinggi untuk maju serta
berjuang menerangi untuk kemajuan umat manusia
(4) Palang hijau melambangkan pelayanan kesehatan
(5) Lingkaran luar berwarna hijau melambangkan belajar secara terus menerus,
senantiasa menjawab tuntutan perkembangan yang selalu segar dalam
lingkungannya. Berwarna melambangkan kegigihan untuk selalu belajar tiada
henti.
(6) Dasar kuning melambangkan kedamaian dan ketentraman dalam belajar.
10
Pasal 9
BENDERA
(1) STIKES Widya Nusantara Palu memiliki bendera berbentuk 4(empat) persegi
panjang dengan perbandingan 3 : 2
(2) Bendera STIKES Widya Nusantara berwarna kuning
(3) Di bagian tengah terdapat lambang STIKES Widya Nusantara
(4) Bendera STIKES Widya Nusantara Palu akan diatur dengan keputusan ketua
STIKES atas persetujuan senat.
Pasal 10
MARS dan HYMNE
(1) Sekolah Tinggi memiliki Mars dan Hymne yang berjudul Mars dan Hymne
STIKES Widya Nusantara Palu.
(2) MARS dan HYMNE Sekolah Tinggi dikumandangkan pada acara-acara resmi
dalam lingkungan Sekolah Tinggi.
(3) MARS dan HYMNE Sekolah Tinggi ditetapkan dengan Keputusan Ketua.
Pasal 11
BUSANA AKADEMIK
(1) Sekolah Tinggi mempunyai busana akademik untuk Pimpinan dan Unsur
Pimpinan, Wisudawan dalam bentuk Topi/Toga dan Kalung/Selempang dan Jas
Almamater untuk mahasiswa yang digunakan dalam upacara akademik.
(2) Tata cara upacara akademik, warna dan bentuk busana akademik dan cara
pemakaian busana akademik diatur dengan Surat Keputusan Pimpinan.
11
BAB V
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pasal 12
PENDIDIKAN TINGGI
(1) Perguruan Tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi dan penelitian serta
pengabdian kepada masyarakat akan Tridarma Perguruan Tinggi.
(2) Pendidikan tinggi merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia
terdidik dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tinggi.
(3) Tujuan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah :
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan
dan/atau
menciptakan
ilmu
pengetahuan,
teknologi
dan/atau kesenian.
b. Mengembangkan dan
12
(4) Tanggung jawab pelaksanaan dan hasil penelitian didasarkan pada kebebasan
akademik, kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan.
(5) Publikasi hasil penelitian merupakan hak dari peneliti.
(6) Pemanfaatan
hasil
penelitian
terutama
ditujukan
untuk
pengembangan
pengabdian
kepada
masyarakat
diatur
dengan
keputusan
Pimpinan.
Pasal 15
JENIS, JENJANG DAN BENTUK PERGURUAN TINGGI
(1) Bentuk perguruan tinggi adalah Sekolah Tinggi.
(2) Jenjang pendidikan yang dibina Sekolah Tinggi adalah jenjang Sarjana.
(3) Jenis program studi yang dibina adalah Program Sarjana meliputi :
a. Sistem Keperawatan (S1)
b. Sistem DIII Kebidanan
13
Pasal 16
CARA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
(1) Cara penyelenggaraan pendidikan tinggi melalui proses pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan belajar mandiri.
(2) Dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan dalam bentuk kuliah,
seminar, simposium, diskusi, lokakarya, praktika dan kegiatan ilmiah lainnya.
(3) Tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 17
BAHASA PENGANTAR
(1)
(2)
(3)
Pasal 18
TAHUN AKADEMIK
(1) Tahun akademik penyelenggaraan pendidikan dimulai pada bulan September
tahun berjalan
(2) Tahun akademik dibagi dalam minimum 2 (dua) semester yang masing masing
terdiri atas minimum 16 minggu efektif.
14
Pasal 19
ADMINISTRASI AKADEMIK
(1) Administrasi akademik diselenggarakan dengan menerapkan Sistem Kredit
Semester (SKS).
(2) Sistem Kredit Semester adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan
dimana beban studi mahasiswa, beban kerja tenaga pengajar dan beban
penyelenggaraan program lembaga pendidikan dinyatakan dalam satuan kredit
semester.
(3) Satuan
15
(1) Kuliah adalah proses belajar mengajar yang dapat meliputi komunikasi langsung
atau tidak langsung, praktikum, penyelenggaraan percobaan dan
pemberian
Pasal 21
PENERIMAAN MAHASISWA
(1) Sekolah
Tinggi
mengatur
dan
menyelenggarakan
seleksi
penerimaan
mahasiswa baru.
(2) Penerimaan
mahasiswa
baru
di
Sekolah
Tinggi
Widya
Nusantara
16
pelaksanaan ketentuan
17
BAB VI
KURIKULUM
Pasal 24
PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
proses belajar-mengajar dan/atau pengalaman belajar yang diharapkan dapat
diperoleh mahasiswa setelah mempelajari suatu paket program belajar tertentu.
Pasal 25
ORIENTASI KURIKULUM
(1) Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan memperhatikan
tahap perkembangan peserta didik dan
Pasal 26
ISl KURIKULUM
(1) Isi kurikulum berpedoman pada ketentuan yang berlaku yang meliputi:
a. Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
b. Matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
c. Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB)
d. Matakuliah Perilaku Berkarya (MPB)
18
pada
setiap
semester,
sehingga
mahasiswa
dapat
19
(3) Besarnya bobot SKS yang dapat diprogramkan mahasiswa setiap semester
didasarkan atas indeks prestasi yang dicapai oleh mahasiswa pada semester
yang sudah dilalui.
(4) Untuk membantu mahasiswa dalam merencanakan strategi belajarnya dibantu
oleh Penasehat Akademik yang ditentukan/ditetapkan oleh Pimpinan Sekolah
Tinggi.
(5) Penyelesaian studi mahasiswa selain persyaratan administratif juga persyaratan
akademik termasuk penyelesaian Ujian Interen.
BAB VII
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Pasal 29
PROSES PENILAIAN
(1) Terhadap kegiatan dan kemajuan hasil belajar mahasiswa dilakukan penilaian
secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas dan pengamatan,
serta partisipasi kelas.
(2) Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian semester, ujian tengah semester, ujian
karya tulis, ujian skripsi, dan ujian pengawasan mute.
(3) Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masingmasing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0.
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh
Pimpinan Sekolah Tinggi.
Pasal 30
YUDISIUM
(1) Predikat kelulusan (yudisium) terdiri atas 3 (tiga) tingkat yaitu: Memuaskan,
Sangat Memuaskan, dan Dengan Pujian yang dinyatakan dalam Transkrip
Akademik.
20
(2) Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai dasar penentuan predikat kelulusan
atau yudisium adalah:
a. IPK 2,00 - 2,75
Memuaskan
Sangat Memuaskan
Dengan Pujian
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Keputusan
Pimpinan Sekolah Tinggi.
Pasal 31
SYARAT KELULUSAN
(1) Syarat kelulusan program pendidikan ditetapkan atas pemenuhan jumlah SKS
yang disyaratkan dan Indeks Prestasi Kumulatif minimum.
(2) Sekolah Tinggi menetapkan jumlah SKS yang harus ditempuh sebagai beban
studi pada program sarjana sekurang-kurangnya 144 SKS dan
sebanyak-
banyaknya 160 SKS dengan lama studi maksimal 10 (sepuluh) semester untuk
Program Studi Keperawatan.
Untuk program D3 kebidanan menetapkan jumlah SKS sekurangkurangnya 110
SKS, dan sebanyak-banyaknya 120 SKS dengan lama studi maksirhal 6 (enam)
semester
(3) Indeks Prestasi Kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menjadi
syarat kelulusan suatu program studi adalah sama atau lebih tinggi dari 2,00.
BAB VIII
KEBEBASAN AKADEMIK DAN OTONOMI KEILMUAN
Pasal 32
KEBEBASAN AKADEMIK
(1) Kebebasan akademik termasuk kebebasan mimbar akademik dan
otonomi
21
22
(2) Perguruan tinggi dapat mengundang tenaga ahli dari luar perguruan tinggi yang
bersangkutan untuk menyampaikan pikiran dan pendapat sesuai dengan norma
dan kaidah keilmuan dalam rangka pelaksanaan kebebasan akademik.
Pasal 34
OTONOMI KEILMUAN
(1) Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan tinggi
dan civitas akademika berpedoman pada otonomi keilmuan.
(2) Perwujudan otonomi keilmuan pada perguruan tinggi diatur dan dikelola oleh
Senat Sekolah Tinggi.
BAB IX
GELAR, SEBUTAN LULUSAN DAN PENGHARGAAN
Pasal 35
GELAR DAN SEBUTAN
(1) Lulusan pendidikan akademik dapat diberikan hak untuk menggunakan gelar
akademik.
(2) Gelar akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Sekolah Tinggi adalah
SARJANA KEPERAWATAN (S.Kep) kemudian dilanjutkan dengan pendidikan
profesi Ners (Ns).
Gelar untuk Program Studi D3 Kebidanan adalah AHLI MADYA KEBIDANAN
(A.M.Keb).
(3) Gelar akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditempatkan dibelakang
nama pemilik hak atau penggunaan gelar dan sebutan yang bersangkutan.
23
Pasal 36
SYARAT PEMBERIAN GELAR, SEBUTAN DAN PENGHARGAAN
(1) Syarat pemberian gelar akademik dan sebutan profesional adalah :
a. Telah menyelesaikan semua kewajiban pendidikan akademik dan/atau
profesional yang harus dipenuhi dalam mengikuti suatu program studi.
b. Telah menyelesaikan semua kewajiban administrasi dan keuangan berkenaan
dengan program studi yang diikuti.
(2) Gelar akademik dan/atau sebutan profesional yang diperoleh secara sah tidak
dapat dicabut atau ditiadakan oleh siapapun.
(3) Pemberian gelar penghargaan diatur tersendiri oleh Pimpinan Sekolah Tinggi.
BAB X
SUSUNAN ORGANISASI SEKOLAH TINGGI
Pasal 37
UNSUR ORGANISASI SEKOLAH TINGGI
Organisasi Sekolah Tinggi terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
a. Yayasan Badan Penyelenggara Sekolah Tinggi.
b. Dewan Penasehat dan Pembina.
c. Dewan Penyantun Sekolah Tinggi.
d. Pimpinan dan Unsur Pimpinan Sekolah Tinggi.
e. Senat Sekolah Tinggi.
f. Unsur pelaksana akademik.
g. Unsur pelaksana administratif.
h. Unsur penunjang Unit Pelaksana Teknis.
i. Unsur lain yang diperlukan.
24
Pasal 38
YAYASAN BADAN PENYELENGGARA SEKOLAH TINGGI
(1) Yayasan Badan Penyelenggara STIKES Widya Nusantara Palu adalah Yayasan
Perguruan Tinggi Widya Nusantara Palu.
(2) Susunan Organisasi Yayasan Perguruan Tinggi Widya Nusantara Palu adalah :
a. Badan Pendiri Yayasan (BP).
b. Badan Pengurus Yayasan.
c. Badan Pelaksana Harian (BPH).
(3) Komposisi dan Personalia Badan Pendiri (BP)
a. Ketua
b. Anggota
(4) Komposisi dan Personalia Badan Pengurus Yayasan
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
(5) Komposisi dan Personalia Badan Pelaksana Harian
a. Ketua (Merangkap anggota)
b. Sekretaris (Merangkap anggota)
c. Bendahara (Merangkap anggota)
d. Pengurus
Pasal 39
BADAN PENDIRI
(1) Badan pendiri adalah pencetus ide dan
badan
pendiri
adalah
memberikan
pemikiran,
garis-garis
besar
25
(2) Badan pendiri merupakan badan yang terpisah dari Badan Pengurus dan Badan
Pelaksana Harian.
(3) Kedudukan badan pendiri tidak dapat diwariskan tetapi dapat digantikan sesuai
persetujuan anggota badan pendiri.
(4) Badan pendiri mempunyai wewenang :
a. Mengangkat dan memberhentikan Badan Pengurus.
b. Menetapkan Garis-Garis Besar Kebijaksanaan Umum dan Sasaran Yayasan.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Badan Pengurus.
d. Menerima dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Badan Pengurus,
meliputi keuangan dan laporan pelaksanaan kegiatan lainnya dari Badan
Pengurus.
Pasal 40
BADAN PENGURUS YAYASAN
(1) Badan Pengurus menyelenggarakan tugas Yayasan yang diamanatkan oleh
Badan Pendiri.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Badan
Pengurus mempunyai fungsi :
a. Menetapkan kebijaksanaan umum Yayasan dan mengesahkan Statuta
Sekolah Tinggi.
b. Menetapkan pendirian dan pengembangan program pendidikan sesuai aturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Memberi pertimbangan dan mengesahkan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja (RAPB) yang diusulkan oleh Sekolah Tinggi setelah memperoleh
pertimbangan dan persetujuan Senat Sekolah Tinggi.
d. Mengesahkan struktur organisasi Sekolah Tinggi dan personalianya atas usul
Pimpinan setelah mendapat pertimbangan Senat Sekolah Tinggi.
e. Mengangkat dan memberhentikan Pimpinan Sekolah Tinggi (Ketua) setelah
mendapatkan pertimbangan Senat Sekolah Tinggi.
f. Membahas dan mengesahkan pertanggungjawaban Pimpinan Sekolah Tinggi
(Ketua).
g. Memberi dan menerima bantuan pihak luar.
26
persetujuan
atas
usul
pengangkatan
Pimpinan
dan
Sekolah
pemberhentian
Tinggi
setelah
Dewan
mendapat
Pasal 41
BADAN PELAKSANA HARIAN
(1) Badan Pelaksana Harian (BPH) adalah badan yang diangkat dan diberhentikan
oleh Badan Pengurus Yayasan sebagai pelaksana tugas sehari-hari Badan
Pengurus Yayasan.
(2) Pengurus BPH bertanggung jawab kepada Badan Pengurus Yayasan.
(3) Ketua dan Anggota BPH tidak dibenarkan merangkap sebagai Pimpinan Sekolah
Tinggi.
(4) Pimpinan Sekolah Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi :
a. Ketua
b. Pembantu Ketua
c. Ketua dan Sekretaris Program Studi
27
Pengurus Yayasan usulan RAPB yang diajukan oleh Pimpinan Sekolah Tinggi
setelah mendapat pertimbangan dan persetujuan Senat Sekolah Tinggi untuk
memperoleh pengesahan dari badan pengurus.
c. Hasil perubahan, evaluasi dan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
butir "b" dibuat dalam bentuk tertulis.
d. Mengerahkan, mengawasi penggunaan dana penyelenggaraan pendidikan
sesuai RAPB yang telah disahkan oleh Badan Pengurus Yayasan.
e. Menerima dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pimpinan yang
dilakukan secara rutin minimal 6 (enam) bulan sekali atau disesuaikan dengan
kalender akademik Sekolah Tinggi.
f. Membuat dan
diminta.
(7) Masa bakti keanggotaan BPH adalah 4 (empat) tahun dan dapat diangkat
kembali.
(8) Untuk menjamin kontinuitas dan
28
menerima
diantara anggota
29
Tinggi yang akan disahkan oleh Badan Pengurus Yayasan setelah mendapat
pertimbangan dan persejutuan senat Sekolah Tinggi.
f. Mengusulkan kepada Badan Pengurus Yayasan personil yang akan
menduduki jabatan struktural, dosen, staf administrasi dan staf lainnya untuk
mendapatkan pengesahan.
g. Menyusun dan
30
Pasal 44
UNSUR PIMPINAN
(1) Sekolah Tinggi dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh Ketua I, II dan III
yang terdiri atas Ketua bidang Akadernik, Ketua Bidang Administrasi Umum dan
Ketua Bidang Kemahasiswaan.
(2) Pembantu Ketua diangkat dan
pelayanan
kesejahteraan mahasiswa.
(6) Jumlah pembantu Ketua disesuaikan dengan kebutuhan Sekolah Tinggi.
(7) Dalam pembantu Ketua kurang atau lebih dari 3 (tiga) orang maka fungsi bidang
akademik, administrasi umum dan
31
(8) Dalam hal terjadi penambahan jabatan pembantu Ketua lebih dari 3 (tiga) orang
maka tugas yang akan dilaksanakan adalah Ketua Bidang Perencanaan dan/atau
Sistem Informasi.
(9) Masa jabatan Ketua adalah IV (empat), dan
ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali masa jabatan berturut - turut.
Pasal 45
SENAT SEKOLAH TINGGI
(1) Senat Sekolah Tinggi merupakan Badan Normatif dan perwakilan tertinggi di
STIKES Widya Nusantara Palu.
(2) Senat Sekolah Tinggi mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan akademik dan pengembangan sekolah Tinggi.
b. Merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan
pengembangan
Sekolah Tinggi.
e. Menilai pertanggungjawaban Pimpinan Sekolah Tinggi atas pelaksanaan
kebijakan yang ditetapkan.
f. Merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan
mimbar akademik dan otonomi keilmuan pada sekolah Tinggi.
g. Memberikan pertimbangan kepada penyelenggara Sekolah Tinggi/Badan
Pengurus Yayasan berkenaan dengan calon dan/atau calon-calon yang
diusulkan untuk diangkat menjadi Ketua Sekolah Tinggi dan
dosen yang
32
(4) Prosedur dan penentuan jumlah wakil dosen dan unsur-unsur lain yang akan
diangkat menjadi anggota Senat Sekolah Tinggi ditetapkan dalam rapat senat
yang khusus dilakukan untuk itu.
(5) Senat Sekolah Tinggi diketuai oleh Ketua Sekolah Tinggi didampingi oleh
Sekretaris Senat Sekolah Tinggi yang dipilih diantara anggota.
(6) Dalam menjalankan tugasnya, Senat Sekolah Tinggi dapat membentuk komisikomisi yang beranggotakan anggota Senat Sekolah Tinggi dan bila dianggap
perlu anggota-anggota komisi dapat ditambah anggota lain.
(7) Tata cara pengambilan keputusan dalam rapat senat adalah berdasarkan hasil
musyawarah mufakat.
(8) Dalam hal tidak dapat tercapai musyawarah mufakat maka keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak.
(9) Rapat senat terdiri atas :
a. Rapat senat biasa
b. Rapat senat luar biasa.
(10)
(11)
Rapat senat luar biasa terbuka hanya dilakukan untuk keadaan tertentu
yang tidak memerlukan pengambilan keputusan penting seperti : Rapat senat
luar biasa terbuka dalam rangka wisuda dan/atau dies natalis.
(12)
(13)
a. Peserta rapat mencapai forum yaitu dihadiri oleh anggota yang jumlahnya
minimal setengah ditambah satu dari jumlah seluruh anggota.
b. Dalam hal tidak mencapai forum, maka dapat ditunda selama 7 hari.
c. Dalam waktu 7 hari tersebut undangan rapat disampaikan kepada seluruh
anggota senat yang dibuktikan dengan ekspedisi surat. Dalam surat
undangan rapat tersebut dicantumkan :
i)
ii)
33
iii)
Acara rapat
Rapat senat luar biasa dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam satu tahun
pada awal dan/atau akhir setiap semester.
(15)
Pasal 46
UNSUR PELAKSANA AKADEMIK
(1) Unsur pelaksana akademik terdiri atas :
a. Program studi
b. Pusat penelitian
c. Pusat pengabdian kepada masyarakat
d. Laboratorium dan pranata komputer
(2) Program Studi merupakan unit pelaksanaan akademik yang melaksanakan
pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sebagian cabang ilmu
pengetahuan.
(3) Dalam Program Studi dapat dibentuk laboratorium/pranata komputer.
(4) Program Studi terdiri atas :
34
Pasal 47
JALUR KONSENTRASI
(1) Pada setiap program studi dapat dibentuk jalur konsentrasi sesuai dengan
kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(2) Jalur konsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Jalur konsentrasi Teknik Komputer.
b. Jalur konsentrasi Teknik Jaringan.
c. Jalur konsentrasi Teknik Multimedia
(3) Jalur konsentrasi yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah merupakan
ciri khas dari STIKES Widya Nusantara Palu.
Pasal 48
PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
(1) Pusat penelitian dan
pengabdian kepada
35
Pusat
Penelitian
dan
Pengabdian
kepada
Masyarakat
dalam
Pengabdian
36
i)
Perpustakaan
ii)
iii)
Laboratorium
Pasal 51
UNSUR LAIN YANG DIPERLUKAN
(1) Sekolah Tinggi dapat membentuk unsur-unsur lain yang diperlukan untuk
menunjang perkembangan Sekolah Tinggi yang diangkat dan
bertanggung
37
(3) Dosen tetap yayasan adalah dosen yang diangkat oleh Badan Pengurus Yayasan
dan digaji oleh yayasan dan ditempatkan secara tetap di Sekolah Tinggi Widya
Nusantara
(4) Dosen tetap dipekerjakan adalah dosen pegawai negeri sipil yang diangkat dan
digaji oleh pemerintah ditempatkan pada Sekolah Tinggi.
(5) Dosen luar biasa adalah dosen yang diangkat oleh Badan Pengurus Yayasan
tidak ditempatkan secara tetap yang keberadaannya pada saat dibutuhkan.
(6) Dosen tamu adalah seseorang yang diundang untuk mengajar pada Sekolah
Tinggi selama jangka waktu tertentu.
(7) Dosen kontrak adalah dosen yang diangkat oleh Badan Pengurus Yayasan yang
bertugas secara tetap selama jangka waktu tertentu selama masa kontrak.
(8) Untuk melaksanakan tugas mengajar dosen harus memiliki jenjang Jabatan
Akademik Asisten Ahli, Lektor, Lektor Kepala dan Guru Besar.
(9) Wewenang dan
(11)
(12)
38
Pasal 53
TENAGA PENUNJANG AKADEMIK
(1) Tenaga penunjang akademik terdiri atas peneliti, pengembang dibidang
pendidikan, pustakawan, pranata komputer, laboran, teknisi sumber belajar dan
teknisi lainnya.
(2) Persyaratan, tata cara pengangkatan dan tugas serta wewenang tenaga
penunjang akademik diatur oleh Badan Pengurus Yayasan dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 54
KETENTUAN TENAGA KEPENDIDIKAN
(1) Pengangkatan dosen, tenaga penunjang akademik dan staf administrasi
didasarkan pada rencana kebutuhan tenaga dengan tetap memperhatikan
prinsip berbagi peran (sharing principles) dalam pengadaan tenaga.
(2) Pengangkatan tenaga kependidikan dan tenaga administrasi dilakukan melalui
proses seleksi dengan berdasar pada kriteria yang meliputi :
a. Kemandirian
b. Profesionalisme
c.Kepemimpinan
d. Kerjasama
(3) Tenaga yang lulus seleksi diangkat sebagai tenaga percobaan selama 6 (enam)
bulan dan bila dianggap perlu masa percobaan dapat diperpanjang sampai 1
(satu) tahun, setelah itu oleh Yayasan diangkat sebagai tenaga tetap yayasan.
(4) Penentuan jenjang dan jabatan didasarkan pada :
a. Kualifikasi pendidikan
b. Lamanya bekerja (masa kerja)
c.Keterampilan profesionalisme yang dimiliki
d. Jenis jabatan yang dipangku
e. Pertimbangan lain yang ditetapkan Badan Pengurus Yayasan.
39
(5) Tata personalia dan kepegawaian diatur oleh Badan Pengurus Yayasan secara
tersendiri.
(6) Setiap
dosen
diharuskan
memiliki
jenjang
jabatan
akademik
sebagai
berlaku.
(3) Warga negara asing dapat menjadi mahasiswa setelah memenuhi persyaratan
tambahan dan melalui prosedur tertentu yang ditetapkan oleh Menteri.
40
(4) Syarat dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan ayat (3)
diatur lebih lanjut pada peraturan akademik yang ditetapkan Sekolah Tinggi.
Pasal 56
HAK DAN KEWAJIBAN MAHASISWA
(1) Mahasiswa mempunyai hak :
a. Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk
menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku
dalam lingkungan akademik;
b. Memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan
41
kegemaran
dan
kesejahteraan
mahasiswa,
dalam
kehidupan
kemahasisawaan
sekolah tinggi
bertanggung
jawab
kepada
42
Pasal 58
ALUMNI
(1)
(2)
Alumni sekolah tinggi dapat membentuk organisasi alumni yang bertujuan untuk
membina hubungan dengan sekolah tinggi dalam rangka upaya untuk
menunjang pencapaaian tujuan sekolah Tinggi.
(3)
Tata organisasi alumni diatur di dalam anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga organisasi alumni;
(4)
Nusantara.
(2) Pengelolaan sarana dan prasarana yang berasal dari masyarakat dan bantuan
pihak lain, diatur dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pimpinan Sekolah
Tinggi dengan persetujuan Senat Sekolah Tinggi dan Badan Pengurus Yayasan.
(3) Pengelolaan sarana yang berasal dari pemerintah diatur sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
(4) Tata cara pendayagunaan sarana dan prasarana untuk memperoleh dana guna
menunjang pelaksanaan tugas, fungsi dan pengembangan Sekolah Tinggi diatur
oleh Pimpinan Sekolah Tinggi dan
Badan Pengurus
Yayasan.
(5) Penambahan sarana dan
43
fungsi lembaga
pendidikan.
g. Hasil penjualan produk dan
pendidikan.
h. Penerimaan dari masyarakat lainnya.
(3) Usaha untuk meningkatkan penerimaan dana dari masyarakat didasarkan atas
pola prinsip tidak semata-mata mencari keuntungan.
44
Pasal 61
OTONOMI KEUANGAN
(1) Otonomi keuangan adalah kewenangan untuk menerima, menyimpan dan
menggunakan dana yang berada pada badan penyelenggara Sekolah Tinggi.
(2) Pengalokasian dana yang diperoleh dari masyarakat memperhatikan cara
pengalokasian yang berimbang untuk :
a. Biaya operasional yayasan
b. Biaya investasi
c. Biaya penyelenggaraan pendidikan
Pasal 62
RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
(1) Pimpinan Sekolah tinggi menyusun struktur dan
persetujuan Senat
Sekolah Tinggi.
(2) Pimpinan Sekolah Tinggi mengajukan rencana anggaran pendapatan dan
belanja Sekolah Tinggi (RAPB) untuk disahkan menjadi Anggaran Pendapatan
dan
45
belanja, maka dilakukan rapat bersama antara Pimpinan Sekolah Tinggi sebagai
Ketua senat dengan BPH dan/atau Badan Pengurus Yayasan.
(6) Hasil keputusan rapat bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sifatnya
mengikat seluruh unsur yang terlibat.
(7) Dalam hal dibutuhkan adanya anggaran belanja tambahan (ABT) untuk
kelancaran pengelolaan pendidikan, Pimpinan Sekolah Tinggi mengajukan
anggaran khusus kepada Badan Pengurus Yayasan untuk mendapat pengesahan
pengalokasian dana yang diusulkan.
(8) Dana yang telah disetujui oleh Badan Pengurus Yayasan oleh BPH diserahkan
kepada Pimpinan Sekolah Tinggi setiap awal/permulaan semester atau cara lain
yang disepakati bersama.
(9) Pimpinan Sekolah Tinggi membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan
dana yang diserahkan oleh Badan Pengurus Yayasan melalui BPH minimal
1(satu) kali dalam setiap semester.
(10)
Pada akhir setiap semester dan akhir tahun anggaran akademik, BPH
(12)
Dalam
hal-hal
tertentu
Menteri
dapat
meminta
laporan
(14)
(15)
Seluruh
pembiayaan
operasional
hendaknya
menganut
asas
46
BAB XV
PENGAWASAN DAN AKREDITASI
Pasal 63
PENGAWASAN
(1) Dalam rangka memantapkan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Tinggi
dilakukan pengawasan secara berjenjang terhadap seluruh unsur organisasi
guna pengawasan mutu baik mutu lulusan, mutu penyelenggaraan, mutu
pelayanan maupun mutu manajemen serta sistem administrasi.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terutama dilakukan oleh
Badan Pendiri, badan Pengurus Yayasan, Badan Pelaksana Harian, Pimpinan
Sekolah Tinggi, Senat Sekolah Tinggi dan unsur-unsur pejabat lainnya.
(3) Pengawasan terhadap tenaga kependidikan dan
tenaga lainnya terutama dimaksudkan untuk evaluasi kinerja (unjuk kerja) dalam
rangka penentuan jenjang jabatan seseorang pekerja.
(4) Berdasarkan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pimpinan
Sekolah Tinggi menyusun/menetapkan langkah-langkah pembinaan.
Pasal 64
KODE ETIK, PENGHARGAAN DAN SANKSI
(1) Sekolah Tinggi mempunyai kode etik yang merupakan dasar cita-cita moral
dalam proses pembinaan yang berlangsung pada seluruh jajaran di Sekolah
Tinggi.
(2) Penghargaan adalah imbalan tertentu yang diberikan oleh Badan Pengurus
Yayasan dan/atau Sekolah Tinggi kepada warga civitas akademika dan unsur
tenaga kerja lainnya, terhadap mereka yang telah memajukan kesetiaan,
kreativitas, prestasi dan
dikenakan sanksi
47
(4) Ketentuan mengenai kode etik, penghargaan dan sanksi diatur tersendiri dengan
Surat Keputusan Pimpinan Sekolah Tinggi melalui pertimbangan senat dan
persetujuan Badan Pengurus Yayasan
Pasal 65
AKREDITASI
(1) Tata cara pengawasan mutu dan
Menteri
(2) Mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterkaitan antara
tujuan,
masukan,
proses,
keluaran
yang
merupakan
tanggung
jawab
48
akademik
e. Pemanfaatan bersama sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan akademik
f. Penerbitan bersama karya ilmiah
g. Penyelenggaraan bersama seminar, lokakarya dan kegiatan ilmiah lainnya
h. Pelatihan bersama dalam peningkatan mutu sumber daya
i. Bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu
(3) Kerjasama dalam bentuk kontrak manajemen, program kembaran dan program
pemindahan kredit dengan perguruan tinggi luar negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) hanya dapat dilaksanakan sepanjang program studi dari perguruan
tinggi luar negeri tersebut telah terakreditasi dinegaranya.
(4) Prosedur kerjasama dengan perguruan tinggi diluar negeri dilaksanakan sesuai
ketentuan yang berlaku.
(5) Dalam rangka pembinaan pendidikan tinggi, Sekolah Tinggi dapat membantu
perguruan tinggi lain dan/atau menerima bantuan dari perguruan tinggi lain dalam
bentuk kerjasama yang saling menguntungkan
(6) Selain kerjasama dalam bidang akademik, Sekolah Tinggi dapat menjalin
kerjasama dengan instansi/lembaga-lembaga lain baik negeri maupun swasta
sepanjang tidak bertentangan dengan fungsi Sekolah Tinggi sebagai lembaga
pendidikan tinggi.
49
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 67
(1) Ketentuan-ketentuan dalam statuta ini harus ditaati oleh semua unsur yang
terlibat dalam pengelolaan Sekolah Tinggi
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam statuta ini akan-diatur lebih lanjut dalam
peraturan tersendiri dengan ketentuan tidak bertentangan dengan isi statuta ini
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ditetapkan di
: Palu
Pada Tanggal
: 17 Januari 2009
Badan Pembina,
Ketua Yayasan
NIDN : 0916125601
Ditandasahkan Oleh,
Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi
Prof.DR.H.Muh.Basri WeIIo,MA
NIP.19521105 476031 002
50