Anda di halaman 1dari 12

Menilik Ulang Arti Keluarga Pada…| Amorisa Wiratri

Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 13 No. 1 Juni 2018 | 15-26

JURNAL KEPENDUDUKAN INDONESIA


p-ISSN: 1907-2902 (Print)
e-ISSN: 2502-8537 (Online)

MENILIK ULANG ARTI KELUARGA PADA MASYARAKAT INDONESIA

(REVISITING THE CONCEPT OF FAMILY IN INDONESIAN SOCIETY)

Amorisa Wiratri
Pusat Penelitian Sumber Daya Regional - LIPI

Korespondensi penulis: amorisa.wiratri@gmail.com

Abstract Abstrak

Currently, social dynamic is growing fastly. A similar Saat ini, dinamika sosial di dunia berkembang sangat
situation can also be seen in Indonesian societies, pesat. Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan
including in the smallest scale, which is family. This masyarakat Indonesia, termasuk lingkup yang paling
study aims to answer whether the definition of family kecil yaitu keluarga. Studi ini bertujuan untuk
that is used by the Indonesian government is still menjawab apakah definisi keluarga yang sekarang ini
relevant to portrait the condition of societies in this digunakan oleh pemerintah Indonesia masih relevan
country nowadays. This study used literature review as untuk menggambarkan kondisi masyarakat di negara
the primary data source and anthropological approach ini. Studi ini menggunakan kajian literatur sebagai
as an analysis tool. This article presents discussions on sumber data utama dan pendekatan antropologi sebagai
family dynamics in Indonesia, family and marriage, pisau analisis. Tulisan ini menyajikan pembahasan
long distance family, as well as family and Indonesian terkait dinamika keluarga yang terjadi di Indonesia,
culture. In conclusion, the family concept in Indonesia keluarga dan perkawinan, keluarga terpisah jarak, serta
should not be constrained by structure, location and keluarga dan budaya Indonesia. Sebagai kesimpulan,
gender division. Therefore, Indonesia as a state should bahwa konsep keluarga di Indonesia tidak lagi dapat
construct a more flexible definition of family to adjust dibatasi oleh struktur, lokasi, dan pembagian peran.
community diversity and to shed lights on various Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan tinjauan
family contexts and individual experiences. ulang tentang konsep keluarga yang lebih elastis
terhadap keragaman dan mempertimbangkan berbagai
Keywords: concept of family, marriage, culture konteks dan pengalaman individu.

Kata Kunci: konsep keluarga, perkawinan, budaya

PENDAHULUAN terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan


dasar dari semua institusi. Keluarga dipahami sebagai
Dinamika sosial di dunia berkembang sangat pesat. Hal kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang
yang sama juga terjadi dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,
Indonesia, mulai dari lingkup yang paling kecil yaitu hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi.
keluarga, hingga ke tingkat yang lebih luas yaitu Definisi tersebut menunjukkan bahwa keluarga
negara. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mensyaratkan adanya hubungan perkawinan, hubungan
(2016) mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil darah, maupun adopsi sebagai pengikat. Seluruh
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan anggota keluarga juga harus tinggal bersama-sama di
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu bawah satu atap. Selain itu, kepala keluarga dalam
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling definisi ini selalu mengacu kepada suami atau ayah,
ketergantungan. Kajian oleh Puspitawati (2012) seperti yang dapat dirujuk pada Undang Undang (UU)
mendefinisikan keluarga sebagai unit sosial-ekonomi No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

15
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 13, No. 1, Juni 2018 | 15-26
Selanjutnya, keluarga juga dipahami sebagai kesatuan masih banyak masyarakat yang menyangkal, tetapi
interaksi dan komunikasi yang terlihat dari keterlibatan keberadaan situasi keluarga seperti ini tidak dapat
semua orang dalam memainkan peran, baik itu sebagai dipungkiri dapat dijumpai di Indonesia. Oleh karena itu,
suami dan istri, orang tua dan anak, maupun anak dan keberadaan suami sebagai kepala rumah tangga sudah
saudara. Dari proses interaksi dan komunikasi tersebut, tidak lagi relevan. Semestinya, keberadaan dan
keluarga diharapkan dapat berperan penting dalam penetapan kepala keluarga diserahkan ke masing-
mempertahankan suatu kebudayaan bersama, masing keluarga karena mereka berhak menentukan
sebagaimana juga dinyatakan dalam UU No. 1 Tahun sendiri siapa yang paling sesuai untuk menjadi kepala
1974. keluarga. Selain itu, interaksi antar-anggota keluarga
sekarang ini sangat cair sehingga peran tradisional
Definisi keluarga di atas dan konsekuensinya sudah antara orang tua dan anak ataupun antara suami dan istri
tidak sejalan lagi dengan dinamika sosial masyarakat sudah mulai luntur dengan kesetaraan posisi untuk
Indonesia sekarang ini. Meskipun terdapat syarat yang semua anggota keluarga.
masih relevan, beberapa syarat dari definisi keluarga
tersebut sudah tidak sesuai lagi untuk diterapkan. Syarat Pembahasan di atas menunjukkan definisi keluarga
yang masih relevan adalah keluarga membutuhkan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan
dasar perkawinan, hubungan darah, maupun adopsi. Republik Indonesia (2016) sudah tidak relevan dengan
Meskipun syarat perkawinan hingga kini masih menjadi konsep keluarga yang ada pada masyarakat Indonesia
perdebatan dalam ilmu sosial di dunia, tetapi tatanan saat ini. Konsep keluarga sekarang ini harus dapat
sosial dan budaya masyarakat Indonesia masih mengakomodir batas-batas geografis, interaksi, dan
menganggap bahwa perkawinan itu penting maka posisi tiap anggota keluarga secara egaliter dan
syarat ini masih sangat relevan untuk diterapkan. Syarat demokratis. Lebih lanjut, definisi keluarga seharusnya
lain yang masih relevan adalah fungsi keluarga sebagai dapat mempertimbangkan aspek imajinasi dan ikatan
penerus kebudayaan. Hal ini tercermin dalam perasaan antar-anggota keluarga yang terikat dalam
pengalaman sehari-hari ketika generasi muda lebih hubungan perkawinan, hubungan darah, maupun
banyak belajar dari keluarga mengenai masakan, adopsi.
bahasa, silsilah keluarga, ataupun cara berinteraksi
dibandingkan dari pihak lain selain keluarga. Ikatan Artikel ini bertujuan untuk menjawab apakah definisi
kekeluargaan yang masih sangat kuat di Indonesia lama tentang keluarga masih tepat untuk
menjadi dasar argumen relevansi syarat ini. menggambarkan kondisi keluarga masa kini di
Indonesia. Studi ini merupakan studi literatur yang
Namun, terdapat pula beberapa syarat yang sudah tidak mengkaji sumber-sumber tulisan yang terkait dengan
relevan lagi. Salah satunya adalah adanya syarat seluruh tema keluarga. Kajian ini bermaksud mencari
anggota keluarga tinggal di bawah satu atap yang sama. kesenjangan antara definisi keluarga yang ada selama
Sekarang ini, banyak pasangan yang harus hidup ini dan kondisi yang ditemui di masyarakat. Selain itu,
terpisah ataupun banyak orang tua yang tinggal kajian ini bertujuan untuk memberikan alternatif
berjauhan dengan anak mereka karena alasan pekerjaan, definisi yang dapat menggambarkan keragaman kondisi
studi maupun alasan lainnya. Jarak tidak lagi menjadi keluarga di Indonesia saat ini. Sumber literatur
alasan terbentuknya keluarga yang utuh karena semakin diperoleh melalui penelusuran jurnal ilmiah, buku-buku
variatifnya media komunikasi dan alat transportasi yang akademik yang sesuai dengan tema studi ini, serta
ada. Seperti konsep imagined community yang penelusuran online dengan kata kunci keluarga dan
dikemukakan oleh Anderson (1991), konsep keluarga dinamikanya di Indonesia.
masa kini pun dapat dibentuk berdasarkan imajinasi dan
ikatan perasaan yang dibangun antar anggota dalam Studi ini diharapkan dapat memberi perspektif baru
keluarga itu tanpa mewajibkan kehadiran fisik mereka pada studi keluarga di Indonesia melalui pembahasan
pada tempat dan waktu yang sama. terkait dinamika sosial keluarga, khususnya dalam
perkawinan, lokasi geografis, dan budaya. Pemahaman
Hal lain yang tidak lagi relevan dalam pendefinisian mengenai dinamika dan keragaman keluarga
keluarga adalah syarat keberadaan suami sebagai diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah
kepala keluarga dan peran anggota keluarga yang untuk meredefinisi arti keluarga di Indonesia. Hal ini
sangat deterministik. Sekarang ini, peran masing- diperlukan sebab konsep keluarga membutuhkan
masing anggota dalam keluarga tidak lagi bersifat definisi yang lebih luas, lebih komprehensif dan dapat
patron-klien seperti masa sebelumnya. Ibu dapat mengakomodasi berbagai ragam perbedaan kelompok
menjadi kepala keluarga, anak perempuan dapat masyarakat di negara ini.
berfungsi sebagai pencari nafkah utama, dan ayah
sebagai pengurus rumah tangga di rumah. Meskipun

16
Menilik Ulang Arti Keluarga Pada…| Amorisa Wiratri

KELUARGA DULU DAN SEKARANG Gambar 1. Sinetron Rumah Masa Depan yang diputar
tiap hari Minggu pada tahun 1985
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
1988 telah mendefinisikan keluarga sebagai unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul, serta
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Definisi ini digunakan
pada pengajaran di sekolah-sekolah, seperti yang
terdapat pada salah satu modul pengajaran sosiologi
yang menjelaskan bahwa keluarga adalah kelompok
sosial terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari orang Sumber: “Rumah masa depan” (2006)
tua (ayah dan ibu) serta anak (Soemanto, 2002). Modul
tersebut juga menyebutkan bahwa setiap anggota dalam Gambaran keluarga ideal juga terkait dengan
keluarga memiliki peranan yang berbeda. Lebih lanjut, pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) oleh
Soemanto (2002) menyebutkan bahwa, pada masa pemerintah. Banyak iklan dan propaganda lain terkait
lampau, peran ayah seringkali diasosiasikan sebagai program ini yang menggambarkan keluarga dengan
pencari nafkah utama. Sementara itu, ibu mengurus memiliki dua anak (Gambar 2).
semua kebutuhan di rumah, seperti memasak,
membersihkan rumah, dan mengasuh anak. Namun, Gambar 2. Iklan Keluarga Berencana Lestari pada
mereka adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. tahun 1980-an

Pemerintah mendefinisikan pengertian keluarga pada


masa itu tentunya disesuaikan dengan kondisi riil yang
banyak ditemui di masyarakat. Pada akhir tahun 1980-
an, keluarga ideal adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, nenek, kakek, paman, bibi, dan anak. Tiap
anggota keluarga tersebut memiliki peran yang
berbeda-beda namun saling melengkapi. Dalam hal ini,
peran ayah adalah sebagai kepala keluarga dan pencari
nafkah utama. Dengan kata lain, ayah adalah orang
yang bertanggungjawab di ranah publik. Di lain pihak,
ibu adalah orang yang bertanggung jawab di ranah
privat atau domestik sebab mereka memiliki tugas
utama merawat dan mengasuh anak, serta mengurus
keperluan rumah tangga. Anak juga digambarkan
sebagai pribadi yang senantiasa menurut perintah orang
tua.

Gambaran ideal tentang keluarga ini tidak hanya


diperoleh dari pendidikan formal seperti modul
pelajaran dan bahan ajar lainnya, tetapi juga melalui
media massa, seperti televisi. Televisi memuat berbagai
program acara yang disesuaikan dengan kondisi
masyarakat pada zaman itu dan arahan dari pemerintah.
Salah satu acara yang menggambarkan keluarga pada
tahun 1980-an adalah sinetron Rumah Masa Depan, Sumber: “Iklan layanan masyarakat” (2010)
yang menggambarkan keluarga ideal, terdiri dari kakek
nenek, ayah, ibu dan dua anak yang tinggal di desa Situasi tersebut menunjukkan bagaimana pemerintah
(Gambar 1). Mereka tinggal dalam satu rumah dengan memiliki kontrol yang kuat terhadap masyarakat pada
peran yang berbeda dan anak-anaknya digambarkan masa itu, baik melalui media maupun pendidikan. Hal
sebagai anak yang penurut, pasif dan tidak memiliki ini tidak mengherankan sebab pembatasan jumlah anak
kebebasan untuk menentukan pilihannya. menjadi salah satu prioritas pembangunan utama oleh
pemerintah masa itu. Sebagai konsekuensinya, definisi
keluarga pun mengikuti arah pembangunan tersebut.

17
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 13, No. 1, Juni 2018 | 15-26
Laksmiwati (2003) menjelaskan perubahan utama pada Selain itu, Hays (2008) menulis bahwa perkawinan di
bentuk keluarga modern di Indonesia adalah perubahan Indonesia diakui hanya jika dilakukan berdasarkan
bentuk keluarga dari keluarga luas (extended family) agama. Pasangan yang akan menikah harus memiliki
menjadi keluarga batih (nuclear family). agama yang sama dan melakukan upacara perkawinan
sesuai agama yang diakui oleh negara. Negara akan
Definisi keluarga pada masa lampau masih digunakan mencatat perkawinan tersebut melalui Kantor Catatan
oleh pemerintah Indonesia hingga kini. Padahal, Sipil. Pernikahan yang akan dicatat oleh Kantor Catatan
definisi tersebut tidak dapat lagi menggambarkan Sipil adalah perkawinan tunggal atau hanya ada satu
kondisi riil keluarga Indonesia terkini. Saat ini, struktur pasangan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
dan komposisi keluarga di Indonesia sangat beragam. Pernikahan yang melibatkan lebih dari satu pasangan
Kondisi ini dapat terlihat dari banyaknya keluarga yang dan hanya terdiri dari satu jenis kelamin tidak diakui
tidak tinggal serumah karena alasan pekerjaan, sekolah, oleh negara. Seperti yang dijelaskan Sunaryo (2010),
dan sebagainya. Ada ayah yang tinggal di luar kota atau UU No.1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa asas
luar negeri untuk bekerja atau sekolah, tak sedikit pula pernikahan adalah monogami. Poligami hanya
ibu dan anak yang bekerja atau sekolah di luar kota atau dibolehkan dengan syarat dan dalam keadaan tertentu.
luar negeri. Selain itu, ada pasangan yang tinggal Hal ini menunjukkan bahwa poligami adalah hal yang
serumah, memiliki anak ataupun tidak, tetapi tidak sebaiknya tidak dilakukan jika tidak dapat memenuhi
menikah secara legal. Belum lagi poligami yang dapat syarat dan kondisi yang telah ditentukan.
ditemui di masyarakat kita, baik itu dilakukan melalui
pernikahan resmi ataupun tidak. Sebagai tambahan, Blackburn dan Bessel (1997) menjelaskan sejarah
peran laki-laki sebagai kepala keluarga dan pencari legalitas perkawinan di Indonesia dimulai sejak
nafkah utama juga sudah mengalami pergeseran karena kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tahun 1946,
posisi mereka dapat digantikan oleh perempuan, baik Kementerian Agama mengeluarkan UU No.22 Tahun
istri maupun anak. 1946 yang mengatur masalah perkawinan, perceraian,
dan penyanggahan terhadap anak. Aturan ini kemudian
disusul dengan dikeluarkannya instruksi resmi
KELUARGA DAN PERKAWINAN mengenai pencegahan pernikahan dini dan pernikahan
anak. Selanjutnya, Blackburn dan Bessel (1997)
Keberadaan keluarga tidak dapat dipisahkan dengan menjelaskan bahwa, saat pemerintahan Orde Baru
perkawinan. Soemanto (2002:17) menyatakan bahwa tahun 1965, Presiden Soeharto memberi perhatian
“keluarga sebagai satu institusi biososial yang terbentuk khusus pada perempuan dalam hal pengendalian jumlah
oleh sedikitnya dua orang dewasa laki-laki dan kelahiran yang sangat tinggi pada masa itu. Salah satu
perempuan yang tidak memiliki hubungan darah, tetapi upaya pembatasan kelahiran tersebut diwujudkan
terikat tali perkawinan, dengan atau tanpa/belum dalam bentuk peluncuran program Keluarga Berencana
memiliki anak”. Lebih lanjut, keluarga dinyatakan sebagai prioritas Rencana Pembangunan Lima Tahun
sebagai “satu kumpulan manusia yang dihubungkan selama 2 periode (Repelita 1969-1979) pada tahun
dan dipertemukan melalui pertalian/hubungan darah, 1968. Selain itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan
perkawinan atau melalui adopsi (pengambilan) anak untuk membatasi usia minimal perkawinan untuk
angkat”. Secara umum, hubungan-hubungan sosial perempuan. Meskipun pembatasan umur ini
keluarga didasarkan atas ikatan perasaan dan batin yang mendapatkan pertentangan dari kelompok agama
kuat, serta orang tua berperan mengawasi dan (Blackburn & Bessel, 1997), tetapi program ini tetap
memotivasi pengembangan tanggung jawab sosial dijalankan meskipun tidak masuk dalam program
dalam keluarga dan masyarakat. Lebih lanjut, keluarga prioritas.
juga dapat didefinisikan sebagai “sekumpulan orang
yang tinggal dan hidup bersama di bawah satu atap Selain karena intervensi pemerintah dalam perkawinan
(rumah)” (Soemanto, 2002:17). Keluarga juga terdiri yang berdampak pada struktur pembentukan keluarga,
atas orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi Buttenheim & Nobles (2009) berpendapat bahwa
satu sama lain sesuai perannya masing-masing, modernisasi telah banyak membawa perubahan dalam
misalnya sebagai suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki, pembentukan keluarga. Perubahan tersebut khususnya
anak perempuan, serta kakak atau adik laki-laki atau terkait usia pernikahan dan kebebasan wanita untuk
perempuan. menentukan pasangan. Seiring dengan waktu,
perubahan pandangan terhadap pernikahan pun
Perkawinan menjadi bagian integral dari sebuah berubah. Nilan (2008) berpendapat bahwa, seperti
keluarga dan memiliki posisi penting dalam masyarakat negara di kawasan Asia lainnya, usia pernikahan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan, secara hukum, Indonesia juga mengalami peningkatan seiring dengan
Indonesia tidak mengakui keluarga tanpa pernikahan. meningkatnya pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.

18
Menilik Ulang Arti Keluarga Pada…| Amorisa Wiratri

Meskipun begitu, pemerintah Indonesia saat ini masih Debat mengenai poligami ini masih sering terjadi pada
mengacu pada UU Perkawinan pada tahun 1974 yang masyarakat Indonesia hingga saat ini. Sebagian
mengatur batas usia minimum untuk melakukan penganut Islam fundamentalis menyatakan bahwa
pernikahan adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun poligami ini diijinkan oleh ajaran agama dan sifatnya
bagi perempuan. sunnah. Rohman (2013) menjelaskan bahwa para
pelaku poligami menggunakan ayat kitab suci sebagai
Perubahan usia pernikahan ini tentu saja berdampak justifikasi pendapat mereka bahwa seorang laki-laki
pada kepemilikan anak atau keturunan. Saat ini, jarang dapat menikah dengan empat orang wanita. Mereka
ditemui keluarga dengan anak lebih dari dua di wilayah yang menentang interpretasi ini dianggap tidak
perkotaan. Penelitian yang dilakukan oleh Oktriyanto, memahami agama dan telah terkontaminasi dengan
Puspitawati, dan Muflikati (2015) tentang nilai dan ajaran Barat. Lebih lanjut, Rohman (2003) menjelaskan
jumlah anak yang diinginkan oleh pasangan usia subur bahwa berdasarkan sejarah, praktik poligami ini sangat
menemukan bahwa pasangan usia subur di wilayah ditentang pada pemerintahan Presiden Soeharto. Pada
perkotaan cenderung menginginkan jumlah anak paling masa ini, seseorang yang akan melakukan poligami
banyak dua orang. harus mendapat ijin dari istri pertama untuk menikah
kembali. Mereka yang melakukan poligami tidak berani
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas pasangan subur menyatakan secara terbuka dan pernikahan kedua atau
di perkotaan menginginkan memiliki anak kurang dari seterusnya tidak didaftarkan secara resmi ke kantor
dua orang (78,3%). Sebaliknya, hanya sekitar 13,3% Catatan Sipil. Namun, praktik poligami mulai terbuka
pasangan usia subur di perkotaan yang menginginkan sejak keruntuhan rezim Orde Baru.
anak kurang dari dua orang. Tingginya biaya hidup,
kesibukan kerja, dan ambisi untuk mengembangkan diri Para pendukung praktik poligami meyakini bahwa
menjadi alasan utama para pasangan yang memilih praktik ini memiliki tujuan mulia karena populasi
untuk tidak memiliki anak. Sayangnya, studi mengenai perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Selain
fenomena ini masih terbatas dan belum banyak literatur itu, mereka juga percaya bahwa istri yang merelakan
yang membahasnya. suaminya untuk melakukan poligami maka akan
dimudahkan jalannya menuju surga. Nurmila (2007)
Tabel 1. Sebaran keluarga di wilayah perdesaan dan mengkategorisasikan pemeluk agama Islam di
perkotaan berdasarkan jumlah anak yang Indonesia menjadi tiga kelompok terkait pandangan
diinginkan (dalam persen) mereka terhadap poligami. Kelompok pertama adalah
mereka yang setuju dan mengijinkan praktik poligami,
Jumlah anak
Desa Kota Total kelompok kedua adalah mereka yang setuju dan
yang diinginkan
mengijinkan tetapi dengan syarat tertentu, serta
< 2 orang 13,3 78,3 45,8
kelompok ketiga adalah mereka yang tidak setuju dan
> 2 orang 86,7 21,7 54,2 melarang praktik tersebut. Tidak dijelaskan proporsi
100,0 100,0 100,0 dari masing-masing kelompok tersebut, namun
Total
N: 60 N: 60 N: 120 keberadaan kelompok pertama dan kedua memiliki
Sumber: Oktriyanto dkk (2015:5) pengaruh yang besar bagi kelompok Muslim secara
umum.
Selain perubahan usia pernikahan yang banyak ditemui
pada keluarga di Indonesia, hal lain yang banyak Selain praktik poligami, praktik tinggal bersama tanpa
ditemui dalam kaitan struktur keluarga dan perkawinan pernikahan dapat ditemui pada masyarakat Indonesia.
adalah praktik poligami. Rohman (2013) menyebutkan Maizufri, Ratna, Cika, dan Kusuma (2014)
bahwa poligami masih menjadi isu sensitif di Indonesia menyebutkan bahwa praktik tinggal bersama tanpa
hingga kini, tetapi keberadaannya tidak dapat pernikahan ini lazim disebut sebagai samen leven di
dipungkiri. Banyak ditemukan pemuka agama dan masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut merupakan
orang terkenal yang melakukan praktik poligami, adaptasi dari bahasa Belanda yang artinya living
seperti ulama terkenal Abdullah Gymnastiar atau yang together atau tinggal bersama tanpa pernikahan resmi.
lebih dikenal dengan sebutan Aa Gym. Selain itu, Puspo Mereka yang tinggal bersama dan memiliki anak maka
Wardoyo, pemilik rumah makan Wong Solo yang anak tersebut tidak dapat diakui sah oleh negara
memiliki empat istri dan mengadakan ‘Piala Poligami’ sehingga hanya nama ibu yang tertera di akta
setiap tahun sejak 2003. Rohman (2013) menjelaskan kelahirannya.
bahwa acara tersebut ditujukan untuk
mengkampanyekan praktik poligami di Indonesia dan Samen leven ini dikenal juga sebagai kumpul kebo.
pemenangnya mendapat hadiah berupa uang. Angelina (2014) menyebutkan bahwa praktik tinggal
bersama atau samen leven banyak ditemui di berbagai

19
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 13, No. 1, Juni 2018 | 15-26
wilayah di Indonesia, khususnya pada masa lampau. Singapura atau Australia. Tak jarang pula, ada yang
Hal ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan memilih tidak melaporkannya secara resmi dan
mengenai hukum dan legalitas perkawinan. Namun, memilih untuk tinggal bersama saja.
tidak ada data resmi tentang kehidupan samen leven
dari pemerintah Indonesia. Hal tersebut dikarenakan Praktik-praktik tersebut di atas tentu saja akan
ketiadaan sensus khusus terkait isu ini yang dilakukan membentuk keragaman dalam susunan keluarga yang
oleh pemerintah Indonesia sebagaimana yang dapat ditemui dalam masyarakat Indonesia.
dilakukan di negara-negara Eropa, Amerika, dan Peningkatan usia pada pasangan yang menikah tentu
Australia. Walaupun tidak diketahui jumlahnya secara saja berpengaruh pada keturunan, bahkan ada pula yang
pasti, pada kenyataannya, terdapat anggota masyarakat memilih tidak mau memiliki keturunan. Selain itu,
yang melakukan kehidupan samen leven. Lebih lanjut, praktik poligami dan samen leven masih dapat ditemui
Angelina (2014) menjelaskan bahwa alasan tidak hingga kini pada masyarakat kita. Sayangnya, variasi
adanya data yang menunjang dari pemerintah Indonesia struktur keluarga seperti di atas tentu saja belum dapat
mengenai hubungan samen leven karena Indonesia diakomodasi oleh negara melalui UU Perkawinan
merupakan negara yang melarang adanya hubungan ini. ataupun pendefinisian keluarga yang dirumuskan
Keputusan hidup bersama sering kali dituding sebagai secara legal.
sebuah sikap yang tidak menghargai lembaga
perkawinan karena hubungan pernikahan di Indonesia
diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. KELUARGA TERPISAH JARAK

Perkawinan sesama jenis juga tidak diakui oleh Selain perubahan keluarga dalam kaitannya dengan
pemerintah, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa perkawinan, banyak ditemui perubahan keluarga dalam
praktik ini terjadi dalam masyarakat kita. Kebanyakan kaitannya dengan jarak atau posisi geografis. Sekarang
pasangan sesama jenis hidup bersama secara sembunyi- ini, banyak keluarga yang salah satu atau lebih anggota
sembunyi. Situasi ini dapat dicermati dari berita di keluarganya berada di tempat yang berbeda, baik untuk
koran dan media massa lainnya mengenai pernikahan alasan kerja, sekolah, berobat ataupun alasan lainnya.
sesama jenis, laki-laki atau perempuan yang merasa Rubis (2011) menyebutkan bahwa bentuk baru keluarga
tertipu karena ternyata pasangannya adalah sesama telah terbentuk saat ini akibat tekanan ekonomi yang
jenis, dan berita lain yang serupa. Namun demikian, semakin berat sehingga memunculkan adanya long
praktik pernikahan sesama jenis ini masih belum dapat distance family atau keluarga terpisah jarak. Di
diterima oleh masyarakat karena sejarah dan budaya Indonesia, kasus keluarga terpisah jarak ini banyak
Indonesia. Hal ini sesuai dengan tulisan Hamdi (2017) ditemui pada keluarga buruh migran yang menghadapi
mengenai hasil survei Wahid Foundation pada Maret- situasi ibu bekerja di luar negeri dan meninggalkan
April 2016 yang mengungkapkan bahwa masyarakat anak serta suami mereka di desa.
Indonesia tidak menyukai komunitas LGBT (Lesbian,
Gay, Bisexual and Transgender). Kondisi ini Wanita yang bekerja terpisah dari keluarga mengalami
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum dilema. Pada kasus wanita sebagai pekerja migran yang
dapat menerima pasangan sesama jenis sebagai harus berpisah dengan keluarganya, kebanyakan dari
keluarga, meskipun pada praktiknya keluarga seperti ini mereka justru terjebak pada ideologi patriarki
ada di Indonesia. (Friedman & Schultermandl, 2011). Hal ini disebabkan
karena mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan
Hal lebih lazim yang dapat ditemui di Indonesia adalah keluarga dengan bekerja. Namun, sebagai pencari
pasangan yang menikah meskipun berbeda agama. nafkah (bahkan banyak di antara mereka menjadi
Seperti yang telah diketahui, Indonesia hanya mengenal pencari nafkah utama), mereka tetap tidak dapat
perkawinan antara pemeluk agama yang sama. Bagi memenuhi konstruksi ideal masyarakat karena para
pasangan yang menganut agama dan keyakinan yang buruh migran perempuan tersebut tidak bisa mengasuh
berbeda, mereka harus memilih antara mengubah salah dan merawat anak dan suami mereka secara langsung.
satu keyakinannya; mendaftarkannya di satu institusi Situasi ini menunjukkan adanya beban ganda wanita
agama dan tetap menjalani keyakinan agama yang sebagai pekerja dan istri/ibu yang menuntut mereka
berbeda; atau memilih mendaftarkan pernikahan di luar selalu bernegosiasi atas keberadaan mereka di ruang
negeri dan melaporkannya di Kantor Catatan Sipil di privat dan publik.
Indonesia. Pilihan terakhir tersebut banyak dilakukan
pasangan selebritas Indonesia maupun pasangan dari Keberadaan keluarga terpisah jarak ini tidak hanya
golongan pada tingkat ekonomi menengah ke atas. terbatas pada kasus buruh migran yang berperan
Santoso (2003) menuliskan bahwa banyak pasangan sebagai ibu atau anak yang meninggalkan keluarga.
berbeda agama di Indonesia memilih menikah di Banyak pula suami dan anak yang memilih untuk

20
Menilik Ulang Arti Keluarga Pada…| Amorisa Wiratri

terpisah jarak karena alasan pekerjaan ataupun untuk KELUARGA DAN BUDAYA INDONESIA
menuntut ilmu. Pembangunan yang belum merata di
Indonesia menyebabkan adanya ketimpangan Seperti telah banyak diketahui, Indonesia memiliki
antarperkotaan dan pedesaan. Hal inilah yang budaya yang kental dengan ideologi patriarki. Hal ini
mendorong para pencari kerja, khususnya dari dipengaruhi oleh konstruksi budaya, agama, dan tradisi
perdesaan, untuk mengadu nasib di kota. Mereka yang diajarkan melalui pendidikan, baik formal maupun
meninggalkan keluarga di desa dan akan membawa nonformal, ataupun melalui media (Hatmadji & Utomo
mereka jika kondisi mereka telah stabil di kota. Namun, 2004). Media memiliki andil besar dalam membentuk
tak sedikit dari mereka yang berakhir dengan tetap konsep gambaran ideal keluarga dan peran-peran yang
meninggalkan keluarga di desa karena pekerjaan yang harus diemban oleh tiap anggota keluarga. Sebagai
diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh contoh, iklan alat-alat rumah tangga, deterjen, atau alat
keluarganya. Fenomena ini menunjukkan bagaimana masak seringkali menggunakan wanita sebagai
modernisasi dan globalisasi yang terjadi di Indonesia, representasi peran ibu dalam rumah tangga (Gambar 3).
tanpa disadari, telah mendorong terjadinya bentuk Sangat jarang ditemui, media yang menggambarkan
keluarga baru yang anggotanya tidak lagi tinggal peran rumah tangga dengan representasi laki-laki.
bermukim di satu tempat yang sama. Tanpa disadari budaya ini merasuk ke masyarakat
Indonesia terkait peran dan tanggung jawab anggota
Fenomena adanya keluarga yang terpisah dan berbeda keluarga.
tempat tinggal semakin mudah ditemui. Komitmen
perkawinan dan anak menjadi alasan utama mereka Gambar 3. Salah satu iklan produk rumah tangga yang
untuk tetap menjaga pernikahan. Untuk mengatasi menggunakan perempuan sebagai
perbedaan jarak ini, maka teknologi telekomunikasi representasi peran domestik
menjadi hal yang sangat penting pada keluarga. Von
Der Borch (2008) menyebutkan bahwa komunikasi
dengan keluarga menjadi salah satu strategi para
pekerja migran untuk menegosiasikan konflik batin
karena harus meninggalkan keluarganya. Von Der
Borch (2008) juga berpendapat bahwa hal tersebut
untuk mengatasi rasa bersalah para pekerja migran,
khususnya perempuan, karena meninggalkan tugas
utama mereka sebagai ibu. Mereka menyisihkan
sebagian besar penghasilannya untuk berkomunikasi
dengan cara mengirim surat, menelepon, mengirim
pesan teks singkat (SMS), ataupun berinteraksi melalui Sumber: “Analisis proses bisnis” (2013)
aplikasi instant messenger seperti WhatsApp.
Dalam budaya Indonesia, ibu atau istri memiliki peran
Seiring dengan berjalannya waktu, keluarga dengan utama mengurus urusan domestik rumah tangga.
kondisi seperti di atas banyak ditemui di Indonesia dan Sementara itu, ayah memiliki peran sebagai pencari
masyarakat pun sudah dapat menerimanya. Hal ini tentu nafkah utama. Meskipun begitu, saat ini, banyak istri
saja menunjukkan dinamika keluarga yang tidak hanya atau ibu yang bekerja di luar rumah yang masih terikat
dibatasi oleh lokasi tempat tinggal yang sama. Anggota dengan konstruksi ideologi bahwa ibu harus
keluarga dapat tinggal di manapun tanpa kehilangan bertanggung jawab pada urusan domestik. Robertson
identitas mereka sebagai bagian dari keluarga yang dalam Hatmadji dan Utomo (2004) berpendapat bahwa
mereka tinggalkan. Jarak tidak lagi menjadi halangan keluarga memiliki fungsi tradisional, khususnya terkait
dalam pembentukan keluarga. Meminjam konsep dalam merawat dan membesarkan anak dan orangtua.
imaginary community oleh Anderson (1991), keluarga Selain itu, mereka juga bertugas memelihara tradisi dan
masa kini dibentuk berdasarkan imajinasi dan ikatan budaya dari leluhur mereka. Akibatnya, perempuan
perasaan yang dibangun antar-anggota dalam keluarga mendapat beban ganda untuk membantu suami
tanpa mewajibkan kehadiran fisik mereka pada tempat mendapatkan penghasilan lebih dan tetap tidak
dan waktu yang sama. Selama tiap anggota keluarga meninggalkan tugas utamanya (Hatmadji & Utomo
masih memiliki imajinasi dan ikatan perasaan sebagai 2004: 8). Hal yang sama juga akan dialami oleh laki-
sebuah keluarga, mereka tetap dapat dianggap sebagai laki yang tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai
sebuah keluarga yang utuh meskipun mereka tinggal pencari nafkah utama.
terpisah secara geografis.

21
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 13, No. 1, Juni 2018 | 15-26
Duval dan Miller dalam Supriyantini (2002) sangat penting kehadirannya dalam keluarga.
menjelaskan bahwa batasan perkawinan tidak hanya Anggapan seperti ini kemudian mengakibatkan ibu
sebagai legitimasi hubungan antara laki-laki dan yang tidak dapat menjalankan fungsinya akan dianggap
perempuan, tetapi juga terkait hak dan kewajiban yang sebagai orang tua yang gagal, tanpa melihat alasan yang
menyertai di belakangnya. Dalam hal ini, terdapat hak melatarbelakangi kondisi tersebut.
dan kewajiban dalam pembagian tugas dan peran dalam
rumah tangga. Lebih jauh lagi, Pogrebin dalam Berdasarkan penjabaran di atas, keluarga memiliki
Supriyantini (2002:3) menjelaskan bahwa “kegiatan peran vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
rumah tangga adalah kegiatan yang mencakup segala Belandina (2015) menegaskan bahwa tradisi adat
aktivitas sehari-hari yang bertujuan mengatur istiadat dari berbagai suku di Indonesia mencerminkan
kelancaran kehidupan dalam rumah tangga, seperti bagaimana peranan keluarga di dalam kehidupan setiap
mengasuh dan mendidik anak, menyiapkan makanan individu manusia. Namun, mulai banyak ditemui
untuk kesejahteraan seluruh keluarga, merawat rumah keluarga dengan pembagian peran yang lebih egaliter
dan segala isinya, serta tidak melupakan kegiatan dan demokratis, khususnya pada keluarga muda.
rekreasi sebagai faktor penyeimbang kehidupan Mereka yang sudah dapat menerapkan hal tersebut
keluarga”. umumnya didominasi oleh generasi muda dengan
pendidikan dan pengetahuan yang lebih luas. Mereka
Selanjutnya, secara lebih rinci, Strong & De Vault tidak lagi memandang suami yang berkewajiban
dalam Supriyantini (2002:9) menyebutkan delapan sebagai pencari nafkah utama. Hal ini dikarenakan istri
peran dalam rumah tangga yang seharusnya dijalankan pun memiliki kewajiban yang sama dalam mencari
oleh suami dan istri, yaitu: nafkah, serta mereka berbagi hak dan kewajiban sesuai
kemampuan.
“The housekeeper role: bertanggung jawab
pada kebersihan rumah, mencuci pakaian Selain itu, keluarga muda dengan tipe ini juga lebih
dan alat-alat makan, berbelanja dan fleksibel dalam menjalankan pembagian kerja rumah
menyiapkan makanan, dan mengatur tangga, seperti mengurus rumah dan anak. Tak sedikit
keuangan rumah tangga; the provider role: laki-laki yang melakukan pekerjaan seperti mencuci
bertanggung jawab mencari uang untuk dan memasak dalam kesehariannya. Selain itu, anak
mendukung keluarga; the childcare role: pun memiliki peran yang lebih aktif. Sebagai contoh,
merawat anak secara fisik seperti memberi seorang anak menjadi buruh migran dan menjadi tulang
makan, mengenakan pakaian, memandikan punggung utama keluarga. Kondisi ini menunjukkan
dan menjaga anak; the child socialization adanya pergeseran peran dari tiap anggota keluarga.
role: mengajarkan nilai-nilai moral pada
anak, sikap, ketrampilan-ketrampilan, dan Penjelasan di atas menunjukkan bahwa telah terjadi
perilaku yang disetujui masyarakat; the pergeseran pada peran anggota keluarga di masyarakat
sexual role: bereaksi terhadap kebutuhan Indonesia. Namun demikian, fenomena ini belum dapat
seksual dari pasangan; the kinship role: digeneralisasi karena masih banyak pula keluarga yang
memelihara hubungan keluarga dan memiliki pandangan konservatif terhadap pembagian
mengunjungi sanak keluarga bila peran rumah tangga. Hal ini sejalan dengan pandangan
diperlukan; the recreational role: Beasley (1994) bahwa konsep Barat tidak bisa serta
mengorganisasi kegiatan rekreasi keluarga; merta ditiru, utamanya terkait keterlibatan wanita pada
dan the therapeutic role: mendengarkan, dunia kerja dan perubahan struktur di masyarakat yang
mau mengerti, bersimpati, membantu dan dapat memuluskan jalan mereka menuju kesetaraan.
merawat anggota lain dalam keluarga” Hal ini disebabkan budaya dan latar belakang sejarah
juga harus dipertimbangkan. Pada kasus di Indonesia,
Sayangnya, semua peran yang disebutkan di atas, keterlibatan wanita di dunia kerja dan perubahan peran
didominasi oleh peran istri. Kompromi antarpasangan dalam keluarga tidak cukup untuk merubah pandangan
terkait delapan peran tersebut kemungkinan besar dapat masyarakat dan budaya yang telah mendarah daging
ditemui pada keluarga muda. Meskipun begitu, pada secara turun menurun.
kenyataannya, peran di atas masih banyak dianggap
sebagai peran istri oleh masyarakat Indonesia.
Pandangan masyarakat Indonesia yang melihat
keluarga sebagai institusi dasar dalam pembentukan
karakter dan kepribadian anak belum dapat tergoyahkan
hingga kini. Berdasarkan pandangan tersebut, peran
orang tua, khususnya ibu, sebagai primary caregiver

22
Menilik Ulang Arti Keluarga Pada…| Amorisa Wiratri

DISKUSI Perbedaan lokasi geografis antar-anggota keluarga pun


dapat dilihat dengan konsep imagined community oleh
Penjelasan mengenai kondisi keluarga di Indonesia Anderson (1991). Imajinasi dapat terbentuk walaupun
terkait pembangunan dan modernisasi, perkawinan, mereka tidak sering atau tidak pernah berjumpa, bahkan
lokasi geografis, serta budaya menunjukkan variasi jarang mendengar kabar tentang mereka. Hal ini
struktur dan komposisi keluarga dalam masyarakat dimungkinkan sebab para anggota keluarga yang
Indonesia. Menurut Goode (1963), hal ini acapkali terpisah jauh tetap mempercayai bahwa mereka adalah
terjadi di negara yang sedang membangun, serta sering satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
dikaitkan sebagai dampak industrialisasi dan keluarganya. Dalam pandangan Anderson (1991),
modernisasi. Salah satu poin terpenting dari perubahan komunitas tidak dicirikan berdasarkan keunikannya,
struktur keluarga yang dapat ditemui adalah perubahan tetapi tergantung pada bayangan atas konsep keluarga
keluarga yang terfokus pada keluarga inti. Hal ini sesuai yang dimiliki oleh tiap anggotanya.
dengan pendapat Buttenheim dan Nobles (2009:228)
yang menyebutkan bahwa modernisasi, tanpa disadari, Pada kasus negara, Anderson (1991) mencontohkan
telah melemahkan ikatan jaringan keluarga besar bahwa orang Jawa akan selalu terikat dengan orang
(extended family) dan lebih terfokus pada keluarga inti Jawa lainnya meskipun mereka tidak pernah bertemu
(nuclear family). ataupun memiliki budaya yang tidak sepenuhnya sama.
Imajinasi mereka tentang Jawa yang mengikat mereka
Hal lain yang juga mengalami perubahan adalah syarat sebagai satu komunitas. Hal yang sama juga terjadi
perkawinan dalam pembentukan keluarga. Jika pada keluarga terpisah jarak ini karena keluarga
mengacu pada UU Perkawinan, syarat pembentukan dibentuk berdasarkan imajinasi dan ikatan perasaan
keluarga di Indonesia melalui pernikahan adalah yang dibangun antar-anggota keluarga itu tanpa
sepasang laki-laki dan perempuan berbeda jenis mewajibkan kehadiran fisik mereka pada tempat dan
kelamin, serta menganut agama dan keyakinan yang waktu yang sama.
sama. Pada praktiknya, tentu saja banyak deviasi dalam
masyarakat yang dapat ditemui. Salah satu situasi yang Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat
mudah ditemui adalah adanya praktik poligami ketika Indonesia sekarang ini, posisi keluarga di Indonesia
keluarga terdiri dari satu ayah dan beberapa ibu. Selain juga sesuai dengan konsep kajian antropologi terkait
itu, ada praktik pasangan sejenis yang jumlahnya masih intersectionality. Brah dan Phoenix (2004) berpendapat
sangat sedikit dan dilakukan tidak secara terbuka. bahwa intersectionality menggarisbawahi dimensi
Keragaman dalam bentuk perkawinan ini menjadi berbeda dari kehidupan sosial yang tidak terpisahkan
bagian penting dalam mendefinisikan keluarga di dari elemen-elemen yang menyusunnya. Lebih lanjut,
Indonesia karena negara wajib memberikan perlakuan Brah dan Phoenix (2004) mengklaim bahwa
yang sama pada warganya. intersectionality menunjukkan kerumitan, keragaman,
variasi, dan dampak yang dapat terjadi ketika berbagai
Fenomena keluarga yang terpisah jarak yang satu atau dimensi tersebut dipertemukan, misalnya dimensi
lebih anggota keluarganya tidak tinggal bersama, ekonomi, politik, budaya, fisik, pengalaman personal
khususnya yang tinggal di negara yang berbeda, bertemu dalam konteks sejarah. Hal inilah juga dapat
memunculkan tantangan baru terkait dengan ideologi ditemui pada konteks keluarga di Indonesia. Banyak
tentang keluarga, utamanya menyangkut perubahan ditemui, tulang punggung dan pencari nafkah utama
peran dari masing-masing anggota keluarga. Pada dalam keluarga bukanlah ayah maupun ibu, melainkan
transnational family, saat ibu pergi meninggalkan anak. Situasi seperti ini banyak ditemukan pada kasus
keluarganya maka ia dianggap gagal dalam memenuhi buruh migran. Para buruh migran yang telah menikah
konsep ideal perempuan untuk melayani suami, dan memiliki anak juga terpaksa bekerja ke luar negeri
menjalankan peran domestik dan mengasuh anak secara dan meninggalkan anak mereka untuk diasuh oleh
langsung (Parrenas, 2005). Selain itu, Nilan (2008) anggota keluarga lainnya, misalnya orang tua mereka.
menjelaskan bahwa UU Perkawinan Indonesia Tahun Perubahan dalam struktur keluarga, perubahan
1974 menyatakan peran suami sebagai kepala keluarga komposisi anggota keluarga, perbedaan konteks lokasi
yang bertugas menjaga istri dan memenuhi semua geografis, serta pergeseran peran dalam rumah tangga
kebutuhannya. Hal ini menjelaskan bahwa budaya dapat ditinjau melalui kacamata intersectionality.
Indonesia diterjemahkan oleh negara melalui Konsep ini melihat hubungan antara sejarah dan budaya
perundang-undangan yang mengikat semua warganya ketika bertemu dengan pengalaman personal dari
tanpa mengindahkan keragaman dan konteks individu perilakunya.
yang terjadi dalam masyarakat.

23
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 13, No. 1, Juni 2018 | 15-26
KESIMPULAN Buttenheim, A.M. & Nobles, J. (2009). Ethnic diversity,
traditional norms, and marriage behaviour in
Berdasarkan konsep imagined community dan Indonesia. Population Studies: A Journal of
intersectionality, dapat disimpulkan bahwa konsep Demography, 63(3), 277-294. doi:
10.1080/00324720903137224
keluarga di Indonesia tidak lagi dapat dibatasi oleh
struktur, lokasi, dan pembagian peran. Definisi keluarga Friedman, M & Schultermandl, S (Ed). (2011). Growing up
mesti melampaui ketiga batasan tersebut meskipun transnational: Identity and kinship in a global era.
budaya masih menjadi pengikat utama, khususnya Toronto: University of Toronto Press.
dalam kaitannya dengan perkawinan. Melihat fakta Goode, W. (1963). World revolution and family patterns.
tersebut, negara, khususnya Indonesia hendaknya New York: Free Press.
memberikan definisi keluarga yang lebih elastis
Hamdi, I. (2017, 17 Februari). Hasil survei, orang Indonesia
terhadap keragaman dan mempertimbangkan berbagai paling intoleran dengan LGBT. Tempo Online.
konteks dan pengalaman individu dari masyarakat yang Diakses dari
selama ini tidak pernah terakomodasi melalui Undang- https://nasional.tempo.co/read/news/2017/02/17/173
Undang. Pemahaman mengenai keragaman ini 847431/hasil-survei-orang-indonesia-paling-
hendaknya menjadi basis dari penyusunan Undang- intoleran-dengan-lgbt
Undang. Negara juga tidak bisa lagi menggeneralisasi Hatmadji, S.H & Utomo, I D (Ed). (2004). Empowerment of
masyarakat Indonesia menjadi satu definisi keluarga Indonesian women: Family, reproductive health,
yang bersifat homogen. Pemahaman mengenai employment and migration. Jakarta: Demographic
keragaman dalam keluarga yang banyak ditemui Institute, Faculty of Economics University of
sekarang ini akan menjadikan Indonesia sebagai salah Indonesia.
satu negara dengan masyarakat yang inklusif dan Hays, J. (2008). Marriage, polygami and divorce in
menjunjung tinggi kesetaraan pada semua lapisan Indonesia. Diakses dari
masyarakat. http://factsanddetails.com/indonesia/People_and_Lif
e/sub6_2d/entry-3989.html.
“Iklan layanan masyarakat”. (2010, 13 Januari). Jual Iklan
DAFTAR PUSTAKA Jadul. Diakses dari http://iklan-jadul.blogspot.com/
2010/01/iklan-layanan-masyarakat.html
“Analisis proses bisnis PT. Wings”. (2013). Catatan Digital.
Diakses dari http://jefryrifkiefahrezy.blogspot.co.id/ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016).
2013/11/analisis-proses-bisnis-ptwings.html Pedoman umum program Indonesia Sehat dengan
pendekatan keluarga. Jakarta: Kementerian
Anderson, B. (1991). Imagined communities: Reflections on Kesehatan RI
the origin and spread of nationalism (Revised
Edition). London and New York: Verso. Laksmiwati, I.A.A. (2003). Transformasi sosial dan perilaku
reproduksi remaja. Jurnal Studi Jender SRIKANDI,
Angelina, M. (2014). Gambaran komitmen pasangan samen 3(1), 1-11, Diakses dari
leven (kumpul kebo) (Skripsi). Universitas Indonesia http://docplayer.info/30868510-Transformasi-sosial-
Esa Unggul, Jakarta. Diakses dari dan-perilaku-reproduksi-remaja-ida-ayu-alit-
http://digilib.esaunggul.ac.id/UEU-Undergraduate- laksmiwati.html
2007-71-091/1668
Maizufri, Ratna, I.N.K.R, Cika, I.K., & Kusuma, I.N.W.
Beasley, C. (1994). Sexual economyths: Conceiving a (2014). Cultural diversity in three Motingo Busye’s
feminist economics. New South Wales, Australia: romance ‘popular’ novel, e-Journal of Linguistics.
Allen and Unwin. Diakses dari
Belandina, L. (2015). Peranan keluarga dalam budaya http://ojs.unud.ac.id/index.php/eol/article/viewFile/4
Indonesia. Diakses dari 531/3446
www.fokal.info/fokal/2015/10/peranan-keluarga- Nilan, P. (2008). Youth transitions to urban, middle-class
dalam-budaya-indonesia/ marriage in Indonesia: Faith, family and finances.
Blackburn, S. & Bessel, S. (1997). Marriageable age: Journal of Youth Studies 11(1), 65-82. doi:
Political debates on early marriage in twentieth- 10.1080/13676260701690402
century Indonesia. Indonesia, 63, 107-141. doi: Nurmila, N. (2007). Negotiating polygamy in Indonesia:
10.2307/3351513 Between Muslim discourse and women’s lived
Brah, A & Phoenix, A. (2004). Ain’t I a woman: Revisiting experiences (Unpublished Ph.D. Thesis). University
intersectionality. Journal of International Women’s of Melbourne, Melbourne.
Studies, 5(3), 75-86.

24
Menilik Ulang Arti Keluarga Pada…| Amorisa Wiratri

Oktriyanto, Puspitawati, H. & Muflikhati, I. (2015). Nilai Santoso, D. (2003, 1 Desember). Getting around the inter-
anak dan jumlah anak yang diinginkan pasangan usia religious marriage law. The Jakarta Post. Diakses dari
subur di wilayah perdesaan dan perkotaan. Jurnal http://www.thejakartapost.com/news/2003/12/01/gett
Ilmu Keluarga dan Konsumen 8(1), 1-9. doi: ing-around-interreligious-marriage- law.html
10.24156/jikk.2015.8.1.1
Soemanto, R.B. (2002). Pengertian dan ruang lingkup
Parrenas, R.S. (2005). Children of global migration: sosiologi keluarga. Diakses dari
Transnational families and gendered woes. Stanford, repository.ut.ac.id/4652/1/SOSI4413-M1.pdf.
California: Stanford University Press.
Sunaryo, A. (2010). Poligami di Indonesia (Sebuah analisis
Puspitawati, H. (2012). Gender dan keluarga: Konsep dan normatif-sosiologis). Yin Yang: Jurnal Studi Gender
realita di Indonesia. Bogor: PT IPB Press. dan Anak, 5(1), 143-167. Diakses dari
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/yinyan
Rohman, A. (2013). Reinterpret polygamy in Islam: A case
g/article/view/265
study in Indonesia. International Journal of
Humanities and Social Science Invention, 2(10), 68- Supriyantini, S. (2002). Hubungan antara pandangan peran
74. doi: 10.2319/ssrn.2258284 gender dengan keterlibatan suami dalam kegiatan
rumah tangga (Tesis). Universitas Sumatera Utara,
Rubis, A. (2011). The long-distance family: New, and made
Medan. Diakses dari
in America. Huffington Post. Diakses dari
library.usu.ac.id/download/fk/psiko-sri.pdf
http://www.huffingtonpost.com/anastasia-rubis/long-
distance-families_b_1136438.html Von Der Borch, R. (2008). Straddling worlds: Indonesian
migrant domestic workers, dalam M. Ford & L.
“Rumah masa depan”. (2006, 13 Oktober). 80-an. Diakses
Parker, Women and work in Indonesia. Oxon, UK:
dari http://lapanpuluhan.blogspot.co.id/2006/10/
Routledge.
rumah-masa-depan.html

25
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 13, No. 1, Juni 2018 | 15-26

26

Anda mungkin juga menyukai