Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR PADA NY.I DENGAN POST


OPERASI Ca MAMAE

di RUANG CEMPAKA

RSUD TEMANGGUNG

Disusun Oleh :

Nama : Imaningtyas Ridar

Kelas : A.12.1

Nim : 22020112120001

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014
A. PENGERTIAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar mutlak yang harus
dipenuhi oleh semua orang. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang
berbeda. Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan
emosional dan bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas, melainkan juga
berhenti sejenak. Kondisi tersebut membutuhkan ketenangan. Kata istirahat
berate menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras. Atau dapat
pula dikatakan bahwa istirahat merupakan suatu keadaan melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan. Status
aktifitas tubuh dalam keadaan menurun, keadaan tenang, rileks, bebas dari
cemas dan takut (Alimul, 2008).
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan
aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan
proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal
(Alimul, 2008). Hampir sepertiga dari waktu individu digunakan untuk tidur.
Beberapa ahli menyatakan tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur
memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk
periode keterjagaan berikutnya. Tercukupinya kebutuhan tidur ini akan
membuat seseorang aktif dan lebih segar dalam menjalankan aktivitasnya.

B. FUNGSI TIDUR
Tidur mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Menyegarkan kembali aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal pada
jaringan otak.
2. Tidur sangat penting untuk kesehatan dan pemulihan dari kondisi sakit.
3. Selama tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung
4. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV) tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak.
5. Tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju metabolik basal
menyimpan persediaan energi tubuh.
6. Tidur memang sangat penting bagi tubuh manusia untuk jaringan otak dan
fungsi organ-organ tubuh manusia karena dapat memulihkan tenaga dan
berpengaruh terhadap metabolisme tubuh.

C. TAHAP-TAHAP SIKLUS TIDUR


Ada dua tahapan tidur, yaitu tahap non-rapid eye movement (NREM) dan
rapid eye movement (REM). Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang
terdiri dari 4 tahap lalu diikuti fase REM. Keadaan tidur normal antara fase
NREM dan REM terjadi bergantian antara 4-7 siklus semalam. Fase tidur
NREM ini berlangsung 70-100 menit setelah itu akan masuk ke fase REM .
1. Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement)
Tidur NREM atau disebut juga tidur gelombang pendek merupakan
tidur yang nyaman. NREM lebih lambat dari pada gelombang alpha dan
beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda tidur
NREM adalah mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah dan
kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakkan mata lambat
(Potter, 2009).
Tidur NREM sendiri terdiri dari 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut
sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur
dalam (deep sleep) atau (delta sleep).
a) Tahap satu
Tahap satu NREM ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur.
Pada tahap ini berlangsung selama 3-5 menit saat seseorang merasa
rileks, kelopak mata tertutup, bola mata bergerak ke kanan dan kiri, tonus
otot berkurang, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Pada
tahap ini gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan
gelombang beta yang lebih lambat dan dapat dibangunkan dengan
mudah.
b) Tahap dua
Bola mata masih bergerak, tonus otot masih berkurang, kecepatan
jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme
menurun. Gelombang otak ditandai dengan sleep spindles dan gelombang
K komplek yang berlangsung pendek dalam waktu 10-15 menit.
c) Tahap tiga
Pada tahap ini merupakan awal tidur nyenyak yang berlangsung 15-30
menit. dengan kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut
mengalami penurunan dan sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi
lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta simetris antara
25-50% serta tampak gelombang sleep spindle.
d) Tahap 4 (tahap tidur yang dalam)
Tahap dimana predominasi gelombang delta sampai 50% dan tampak
gelombang sleep spindles. Kecepatan jantung dan pernafasan turun,
rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan (Kozier, 2004).
2. Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur
paradoksial yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot-otot
yang meregang, kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur (sering lebih
cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakkan mata
cepat, pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat dan ereksi penis
pada pria. Saraf-saraf simpatik bekerja selama tidur REM, diperkirakan
terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai
pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Potter, 2005). Pada tidur REM,
otak bekerja sangat aktif dan metabolisme otak meningkat sampai 20 %.
Pada fase ini orang yang tidur agak susah dibangunkan dan tahap ini
dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai. (Kozier, 2004).
Gambar 1. Tahapan tidur pada orang normal

Individu melewati tahap tidur NREM dan REM selama tidur. Siklus
tidur yang komplit normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang
biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus
tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap
NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV
selama ± 20 menit. Individu kemudian kembali melalui tahap III dan II
selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama
10 menit.

D. Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang
otak,yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi
stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses
berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat
tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah,2004).
Aktivitas RAS sangat dipengaruhi oleh :
1. Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam
amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah
serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan
mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya,
maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi
yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis
di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus
raphe dorsalis dengan tidur REM.
2. Sistem norepineprin
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di
badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus
cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-
obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik
akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan
keadaan jaga.
3. Sistem Kholinergik
Sitaram membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat
mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini,
mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga.
Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan
tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi
tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat
pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada
fase awal dan penurunan REM.
4. Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur
5. Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon
seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing
disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus
patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran
neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur
mekanisme tidur dan bangun.
E. POLA TIDUR NORMAL
Secara umum, durasi atau waktu lama tidur mengikuti pola sesuai dengan
tumbuh kembang manusia. Penjelasannya akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Bayi
Pada bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14-18 jam sehari,
pernafasan teratur, gerakan tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi
dalam 7 periode. Pada bayi tidur selama 12-14 jam sehari, sekitar 20-30%
tidur REM, tidurnya lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun
sebentar (Asmadi, 2008).
2. Toodler
Kebutuhan tidur pada toodler 10-12 jam sehari dengan 20-30% tidur REM
(Asmadi, 2008).
3. Preschool
Pada usia preschool memerlukan waktu tidur 11-12 jam semalam dengan
20% tidur REM (Asmadi, 2008).
4. Anak usia sekolah
Anak usia sekolah tidur antara 8-12 jam semalam tanpa tidur siang. Pada
anak usia 8 tahun membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam setiap malam.
5. Remaja
Kebanyakan remaja membutuhkan waktu tidur sekitar 8-10 jam tiap
malamnya untuk mencegah terjadinya kelemahan dan kerentaan terhadap
infeksi. Tidur pada usia ini 20% merupakan tidur REM (Potter, 2005).
6. Dewasa tengah
Pada usia ini mungkin akan mengalami insomnia atau sulit tidur disebabkan
perubahan atau stres usia menengah. Mereka biasanya tidur selama 6-8 jam
semalam (Asmadi, 2008).
7. Dewasa akhir
Pada usia ini kebutuhan tidurnya kurang dari 6 jam per malam. Periode tidur
REM akan memendek sekitar 20-25% dan tidur tahap IV mengalami
penurunan (Asmadi, 2008).
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA TIDUR
Kualitas tidur adalah kemampuan seseorang untuk dapat tidur. kuantitas
tidur adalah jumlah total waktu tidur seseorang. Faktor yang mempengaruhi
kualitas dan kuantitas tidur, yaitu (Kozier, 2004):
1. Penyakit
Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur.
Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari pada
keadaan normal, sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan
terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeri yang ditimbulkan oleh luka,
tumor atau kanker pada stadium lanjut.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat mendukung atau menghambat tidur.Temperatur,
ventilasi, penerangan ruangan, dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh
terhadap tidur seseorang.
3. Kelelahan
Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang. Semakin lelah
seseorang maka akan semakin pendek tidur REMnya.
4. Gaya hidup
Orang yang berkerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur
kegiatannya agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum
istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang untuk dapat bisa tidur.
5. Stres emosi
Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu tidur. Seseorang yang
dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur.
Kecemasan akan meningkatkan kadar norepinephrin dalam darah yang akan
merangsang sistem saraf simpatik. Perubahan ini menyebabkan
berkurangnya tahap IV NREM dan tidur REM.
6. Obat-obatan dan alkohol
Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-obatan
yang mengandung diuretik menyebabkan Insomnia, anti depresan akan
memsupresi REM. Orang yang minum alkohol terlalu banyak seringkali
mengalami gangguan tidur.
7. Merokok
Nicotin mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali
mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan
yang tidak perokok. Dengan menahan untuk tidak merokok setelah makan
malam orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan
pola tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok.
8. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga seringkali berpengaruh terhadap tidur
seseorang. Contoh adalah saat dimana seorang ingin tetap terjaga ketika
melihat pertunjukkan musik, maka orang tersebut akan tetap terjaga
meskipun dalam keadaan lelah.

G. GANGGUAN POLA TIDUR


1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia
inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa
mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau
bangun secara dini dan tidak tidak dapat tidur kembali (Potter, 2009). Untuk
menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali
penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk
mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu
(Aman, 2005).
2. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia
merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan biasanya
berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau kegelisahan,
kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau gangguan
metabolisme.
3. Parasomnia
Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang
mempengaruhi tidur anak-anak seperti somnabulisme (tidur berjalan),
ketakutan dan enuresis (mengompol). Gangguan ini sering dialami anak
secara bersama, diturunkan dalam keluarga atau genetis dan cenderung
terjadi pada tahap III dan IV tidur NREM.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak pada siang
hari. Sering disebut sebagai serangan tidur. Penyebabnya tidak diketahui
tetapi tidak diperkirakan akibat kerusakan genetik sistem saraf pusat.
5. Apnue saat tidur
Apnue saat tidur adalah periode henti nafas saat tidur. Tanda-tanda
yang dapat diamati adalah mengorok dan rasa kantuk berlebihan.
6. Sudden infant death syndrom
Gangguan ini dapat terjadi pada bayi usia 12 bulan
pertama.Penyebabnya tidak diketahui. Beberapa ahli berpendapat gangguan
ini disebabkan oleh sistem saraf tidak matang atau apne saat tidur.
Gangguan tidur lainnya adalah mengigau atau sering disebut ngelindur,
biasanya terbangun pada tengah malam, kemudian melakukanbeberapa hal
dari sekadar bicara sendiri atau berjalan menuju ke suatu tempat.

H. Penatalaksanaan
1. Konseling dan Psikotherapi
Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri
seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan
psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan
tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.
2. Sleep hygiene, yang terdiri dari:
a. Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
b. Hindari tidur pada siang hari/sambilan
c. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
d. Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
e. Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
f. Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
g. Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
h. Hindari rasa cemas atau frustasi
i. Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
3. Pendekatan farmakologi
Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan
secara kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada
dasarnya semua obat yang mempunyai kemampuan hipnotik merupakan
penekanan aktifitas dari reticular activating system (RAS) diotak. Hal
tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan saraf pusat,
mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres.
Obat hipnotik selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang
dipaksakan dari proses fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang
dirasakan efeknya pada hari berikutnya (long acting) sehingga
mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu pula bila pemakain obat jangka
panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat. Sebelum
mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis
gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase latensi panjang
(NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang hari,
kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan
atau akibat gangguan penyakit primernya.
Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan
gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara,
sambil dicari penyebab yang mendasari. Dengan pemakaian obat yang
rasional, oba hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema gangguan
tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-
hati pada pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan
menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan
berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi dari problem gangguan tidur sedini mungkin dan berhati-
hati pada pemakain obat hipnotik untuk jangka panjang. Lamanya
pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dan tidak
lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk long term insomnia
dapat dilakukan evaluasi kembali untuk mencari latar belakang penyebab
gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan jangka panjang
sebaiknya obat tersebut dihentikan secara berlahan-lahan untuk
menghindarkan withdraw terapi
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A. Perry. 2009. Fundamental of Nursing 7th edition. Jakarta: EGC
Kedokteran.

Tarwoto & Wartonah. 2004. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Kozier B., Erb G., Berman A., & Synder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing
Concept, Process and Practice 7th Ed., New Jersey : Pearson Education
Line.

Aman, Ruli N. 2005. Penuhi Kebutuhan Tidur. Diambil Pada Tanggal 26


November 2014 di www.republika.co.id.

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik untuk Kebidanan, Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai