ABSTRAK
Latar belakang: Perkembangan prasekolah merupakan tahapan dasar yang berpengaruh untuk perkembangan selanjutnya.
Orang tua dan saudara kandung memiliki peran penting bagi perkembangan anak. Pengasuhan mungkin merupakan
alat terbaik untuk pengembangan kepribadian masa kanak-kanak yang lengkap dan terintegrasi. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh faktor psiko-sosio-ekonomi, pola asuh, dan sibling rivalry terhadap perkembangan mental dan
emosional anak usia prasekolah.
Subyek dan Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di
4 Puskesmas Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, dari bulan Maret sampai Mei 2017. Sampel sebanyak 120 anak
prasekolah dipilih untuk penelitian ini dengan multistage random sampling. Variabel dependen adalah perkembangan
mental dan emosional. Variabel bebas adalah pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, keyakinan nilai anak,
pola asuh, dan persaingan antar saudara. Data dikumpulkan dengan seperangkat kuesioner. Analisis jalur digunakan
untuk analisis data.
Hasil: Perkembangan mental dan emosional secara langsung dipengaruhi oleh pola asuh authoritative (b=4.81; 95%
CI= 3.05 hingga 6.56; p=<0.001) dan sibling rivalry (b=2.45; 95% CI= 0.92 hingga 3.99; p=0.002 ). Pola asuh otoritatif
dipengaruhi secara positif oleh pendidikan ibu ÿSMA (b=2.14; CI 95%= 0.03 hingga 4.24; p=0.046), pendapatan keluarga
ÿ UMK (b=1.41; CI 95%= 0.07 hingga 2.75; p=0.038), dan keyakinan positif terhadap nilai anak (b=1.34; CI 95%= 0.01
hingga 2.68; p=0.049). Pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pendidikan ibu ÿ SMA (b=2.84; CI 95%= 1.85 hingga
3.83; p<0.001). Sibling rivalry dipengaruhi oleh jumlah anak ÿ2 (b=1.85; CI 95%= 1.06 hingga 2.65; p<0.001). Jumlah
anak ÿ2 dipengaruhi oleh keyakinan positif terhadap nilai anak (b= 3.77; CI 95%= 2.27 hingga 5.27; p<0.001).
Kesimpulan: Perkembangan mental dan emosional secara langsung dipengaruhi oleh pola asuh dan persaingan antar
saudara. Hal ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pendapatan keluarga, kepercayaan terhadap
nilai anak, dan jumlah anak.
Kata Kunci: pola asuh, sibling rivalry, perkembangan mental, perkembangan emosi, anak prasekolah
Correspondence:
Rahma Fauziyah. Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126,
Central Java, Indonesia. Email: rahma2niez@yahoo.com. Mobile: +6281230701- 591
Selain orang tua, orang terdekat yang pematangan karakter anak (Restiti, 2012).
dilihat anak adalah saudara kandung. Hubungan
dengan saudara kandung merupakan hubungan Usia prasekolah merupakan masa emas
yang paling mendasar sebelum kita memasuki perkembangan anak (Hurlock, 1995). Kajian yang
dunia masyarakat. Ini akan menjadi pijakan yang dilakukan oleh Nurmalitasari (2015) menjelaskan
kokoh ketika interaksi antar saudara berjalan bahwa perkembangan mental emosional pada
dengan baik, dan akan menjadi keruntuhan besar usia pra sekolah merupakan perkembangan
ketika hubungan antara saudara tidak baik. Hal dasar karena potensi otak anak pada masa ini
ini karena pengaruh saudara kandung itu sendiri akan mempengaruhi psikologis anak.
sangat kuat. Jumlah saudara kandung memiliki Perkembangan mental berhubungan
pengaruh tersendiri terhadap perkembangan dengan kesehatan mental pada anak. Kesehatan
anak. Anak dengan jumlah saudara yang sedikit mental adalah kondisi yang memungkinkan
cenderung lebih sering bertengkar dibandingkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal.
dengan anak yang memiliki banyak saudara Masalah mental emosional yang tidak teratasi
(Putri, 2013). Pendidikan ibu sangat mempengaruhi akan berdampak negatif pada perkembangan
ibu dalam memberikan perhatian yang sama anak terutama pada pematangan karakternya,
kepada anak. Anak yang merasa tidak mendapat hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan mental
perhatian, disiplin, respon, dan perlakuan yang emosional yang dapat berupa perilaku berisiko
sama seperti saudaranya akan menjadi marah tinggi. Penanganan dan analisa kebutuhan
dan cemburu terhadap saudaranya, dan inilah emosional anak prasekolah memerlukan deteksi
yang disebut Sibling Rivalry. dini tumbuh kembang.
Persaingan saudara dapat ditunjukkan
dengan perilaku agresi dan regresi. Selain itu, Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan
ketika orang tua tidak dapat meminimalkan tumbuh kembang anak sejak dini, sehingga dapat
persaingan antar saudara, dampak yang lebih diberikan upaya pencegahan, stimulasi,
serius dan kompleks dapat terjadi. penyembuhan dan pemulihan dengan indikasi
Pola asuh yang diterapkan orang tua di rumah yang jelas pada masa-masa kritis tumbuh kembang.
mempengaruhi kecenderungan anak untuk bersaing proses.
dengan saudara-saudaranya (Kurniani, 2012). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
Setahun belakangan ini, gangguan mental faktor psikososial ekonomi, pola asuh orang tua
emosional menjadi sorotan dan perhatian utama dan sibling rivalry terhadap perkembangan mental
di kalangan medis maupun masyarakat umum. emosional anak prasekolah.
Studi dari Weitzman (2011) menyebutkan bahwa
angka kejadian gangguan mental emosional di
Jerman sekitar 3-10%, di Amerika Serikat sekitar SUBJEK DAN METODE
17-20%, sedangkan di Negara Selandia Baru dan 1. Rancangan
Selandia Baru sekitar 5-10%. Di Indonesia angka Penelitian Jenis penelitian ini adalah
kejadiannya masih belum pasti, meskipun observasional analitik dengan pendekatan desain cross section
gangguan ini cukup umum terjadi. Studi yang Waktu pelaksanaan pembelajaran pada bulan
dilakukan di Sragen menemukan prevalensi Maret sampai Mei 2017 di 4 sekolah TK di
gangguan mental emosional pada anak usia 3-5 Kabupaten Sidoarjo.
tahun sebesar 74,2%. Jika masalah ini tidak dapat 2. Populasi dan Sampel Populasi
diselesaikan maka akan berdampak pada dalam penelitian ini adalah seluruh anak pra
sekolah di Kabupaten Sidoarjo. A
sampel 120 anak dipilih dengan multistage dianggap paling tepat oleh orang tua, agar
random sampling. anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang
3. Variabel secara sehat dan optimal. Sibling rivalry
Pembelajaran Variabel dependen adalah merupakan persaingan antar saudara dalam
perkembangan mental emosional. Variabel satu keluarga, dimana dalam kondisi tersebut
bebasnya adalah pendidikan, pendapatan, terdapat anak-anak yang secara khusus untuk
jumlah anak, keyakinan nilai anak, pola asuh, mendapatkan kasih sayang atau cinta dari
dan kejadian sibling rivalry. orang tua. Perkembangan mental emosional
merupakan sesuatu yang berkaitan dengan
4. Definisi Operasional Variabel Definisi proses perkembangan mood anak yang
operasional variabel pendapatan keluarga mempengaruhi penyesuaian diri dengan
adalah pendapatan yang digunakan sebagai lingkungan sekitarnya.
sumber ekonomi keluarga selama 1 bulan. 5. Instrumen Studi
Pendidikan merupakan jenjang pendidikan Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan
formal terakhir yang telah diselesaikan oleh data kuantitatif. Analisis data kuantitatif
ibu seorang anak. Jumlah anak adalah jumlah menggunakan analisis jalur yang dijalankan pada Stata 13
anak yang mereka miliki. Berdasarkan hasil uji korelasi item total
Keyakinan nilai anak adalah fungsi yang diketahui bahwa pengukuran keyakinan nilai
dilakukan atau dipenuhinya kebutuhan orang anak, pola asuh, dan kejadian sibling rivalry
tua oleh anak. Gaya pengasuhan merupakan dengan r hitung ÿ0,20 dan Cronbach’s Alpha
keseluruhan interaksi antara orang tua dan ÿ0,70, sehingga semua pertanyaan dinyatakan
anak, dimana orang tua memiliki tujuan untuk reliabel. .
merangsang hal-hal tertentu kepada anaknya Hasil uji reliabilitas kuesioner dapat dilihat
dengan mengubah perilaku, pengetahuan, pada Tabel 1.
dan nilai-nilai yang Tabel 1. Hasil
Uji Reliabilitas Variabel Item Jumlah Korelasi (r) Alfa Cronbach
Keyakinan akan nilai anak ÿ0,25 0,74
Gaya pengasuhan ÿ0,35 0,91
Insiden sibling rivalry ÿ0,32 0,85
Karakteristik N %
Pendidikan
< SMA ÿ SMA 35 29,2
85 70,8
Penghasilan
< Upah Minimum Regional (Rp 3.290.800) ÿ Upah 44 36,7
Minimum Regional (Rp 3.290.800) 76 63,3
Jumlah anak
<2 60 50,0
ÿ2 60 50,0
Keyakinan akan nilai anak
Negatif 38 31,7
Positif 82 68,3
Gaya pengasuhan
Otoriter, permisif 87 72,5
Otoriter 33 27,5
Insiden sibling rivalry
Insiden persaingan saudara kandung 58 48,3
Sibling rivalry tidak terjadi 62 51,7
Perkembangan mental emosional
Miskin 77 64,2
Bagus 43 35,8
2 e-ISSN: 2549-0257
Machine Translated by Google
Machine Translated by Google
Gambar 1 menunjukkan model struktural dengan yang berpendidikan tinggi memiliki logodd pola asuh
estimasi. Indikator yang menunjukkan kesesuaian authoritative 2.14 lebih tinggi dibandingkan orangtua
model analisis jalur adalah jumlah variabel terukur yang berpendidikan rendah (b= 2.14; CI 95%= 0.03
yang teridentifikasi beserta jumlah variabel endogen, hingga 4.24; p= 0.046).
variabel eksogen, dan parameter yang akan diestimasi. Orang tua yang berpendapat tinggi memiliki log
Tahap ini menghitung degree of freedom (df) yang odd pola asuh otoritatif 1,41 lebih tinggi daripada orang
menunjukkan apakah analisis jalur dapat dilakukan tua berpendapatan rendah (b=1,41; CI 95%= 0,07
atau tidak. Analisis jalur dapat dilakukan jika df > 0, hingga 2,75; p=0,038).
sedangkan identifikasi model analisis jalur kali ini Orang tua yang memiliki keyakinan terhadap nilai anak
diperoleh df sebesar 14 dan disebut overidentified positif memiliki logodd pola asuh otoritatif 1,34 lebih
yang berarti analisis jalur dapat dilakukan. tinggi dibandingkan orang tua dengan keyakinan anak
negatif (b= 1,34; CI 95% < 0,01 hingga 2,68; p= 0,049).
Efek langsung
Perkembangan mental dan ÿ Gaya pengasuhan otoriter ÿ 4.81 3.05 6.56 <0,001
emosional
Persaingan saudara kandung yang kuat 2.45 0,92 3.99 0,002
Efek tidak langsung
Gaya pengasuhan ÿ Pendidikan tinggi ÿ 2,14 0,03 4,24 0,046
Pendapatan tinggi ÿ 1,41 0,07 2,75 0,038
Nilai anak positif ÿ Pendidikan 1,34 <0,01 2,68 0,049
Penghasilan tinggi 2,84 1.85 3,83 <0,001
Peristiwa persaingan saudara dipengaruhi cenderung membiarkan anak mereka melakukan apapun yang
oleh jumlah anak. Anak yang memiliki jumlah mereka inginkan (Baumrind, 1991).
saudara kandung ÿ2 memiliki sibling rivalry dengan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
log odd 1,85 lebih tinggi dibandingkan anak dilakukan oleh Restiti (2012) bahwa perkembangan
dengan 1 saudara kandung (b = 1,85; CI 95%= anak sangat dipengaruhi oleh agen sosial. Hal
1,06 hingga 2,65; p<0,001). terpenting dalam proses perkembangan sosial
Jumlah anak dipengaruhi oleh keyakinan adalah keluarga, orang tua dan saudara kandung.
akan nilai anak. Orang tua yang memiliki keyakinan Anak sebagai bagian dari anggota keluarga, dalam
positif terhadap nilai anak memiliki jumlah log anak pertumbuhan dan perkembangannya tidak lepas
ganjil ÿ 2 sebesar 3,77 lebih tinggi daripada orang dari lingkungan yang diasuh dan diasuhnya.
tua yang memiliki keyakinan negatif terhadap nilai
anak (b = 3,77; CI 95% = 2,27 hingga 5,27; p<0,001). mereka. Pola asuh tentang pertumbuhan dan
perkembangan, sangat membantu anak mencapai
PEMBAHASAN dan melewati pertumbuhan dan perkembangan
1. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan sesuai dengan tingkat usia normalnya. Dengan
Mental Emosional Hasil analisis lebih mengenal tumbuh kembang anak diharapkan
menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung tumbuh kembang anaknya lebih optimal sehingga
antara pola asuh terhadap perkembangan mental kedepannya menghasilkan generasi yang lebih
emosional anak dan secara statistik signifikan. baik lagi.
penerus.
Parenting adalah peran aktif orang tua dalam
perkembangan anaknya, terutama saat masih Studi lain yang cocok dilakukan oleh Kustanti
dalam tahap prasekolah, untuk meningkatkan (2014) yang menyatakan bahwa perawatan keras
kecerdasan moral anak sejak dini (karma, sopan memprediksi perilaku agresif atau eksternalisasi.
santun, kaidah agama dan norma moral, etika). Ini akan menghasilkan hubungan orangtua-anak.
Pola asuh akan membentuk karakter dan
kepribadian dalam perkembangan anak itu sendiri.
Salah satu aspek penting dalam hubungan Pengasuhan yang baik dengan selalu
orang tua dan anak adalah pola asuh yang mengekpresikan kasih sayang (memeluk, mencium,
diterapkan oleh orang tua. Gaya pengasuhan memberi pujian), melatih emosi dan mengendalikan
otoritatif adalah responsif, apresiatif dan melibatkan anak akan menghasilkan anak merasa peduli dan
anak dalam mengambil keputusan. Orang tua yang akan lebih percaya diri, sehingga akan membentuk
menerapkan pola asuh otoritatif cenderung lebih anak yang baik.
percaya diri dan mampu bergaul dengan teman 2. Pengaruh Kejadian Sibling Rivalry terhadap
sebayanya. Pola asuh otoriter menuntut anak Perkembangan Mental Emosional Hasil
untuk mengikuti arahan orang tua, memberikan analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
batasan yang tegas dan tidak memberi kesempatan langsung antara kejadian sibling rivalry terhadap
anak untuk membantah. Orang tua yang perkembangan mental emosional anak. Hasil ini
menerapkan pola pengasuhan ini membuat anak signifikan secara statistik.
curiga, anak tidak merasa senang, dan canggung
saat berhadapan dengan teman sebaya. Gaya Sibling rivalry pada anak memiliki pengaruh
pengasuhan permisif terhadap anak, pengaruh atau dampak sibling
rivalry pada anak terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu dampak pada diri sendiri, 3. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Perkembangan
pada saudara kandung dan pada orang lain. Dampak Mental Emosional Berdasarkan hasil analisis jalur
sibling rivalry pada diri sendiri adalah adanya perilaku pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
regresi, efikasi diri yang rendah. pengaruh tidak langsung pendidikan ibu terhadap
Dampak sibling rivalry terhadap saudara kandung perkembangan mental emosional anak dan secara
adalah anak menjadi agresif, tidak mau berbagi dengan statistik signifikan.
saudara, tidak mau membantu dan mengadukan
saudara. Selain dampaknya terhadap diri sendiri dan Orang terpelajar menentukan tingkah laku
dampak terhadap saudara kandung, sibling rivalry juga yang tampak dalam sikap, tutur kata dan pergaulan,
berdampak pada orang lain. Ketika pola hubungan sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi
antara anak dan saudara kandung kurang baik, maka perkembangan diri seorang anak. Pendidikan orang
sering terjadi pola hubungan yang buruk tersebut akan tua yang tinggi memudahkan untuk menanamkan minat
dibawa anak ke pola hubungan sosial di luar rumah belajar pada anak. Sedangkan orang tua yang
(A yu, 2013). berpendidikan rendah cenderung mempercayakan
pendidikan anaknya kepada sekolah. Penerapan
pendidikan dalam keluarga memberikan dampak yang
Insiden sibling rivalry mengakibatkan persaingan sangat positif bagi perkembangan anak baik di rumah
antar saudara kandung. Dengan adanya masalah ini, maupun di luar rumah. Oleh karena itu, orang tua
anak akan berusaha mengatasi konflik tersebut. Belajar harus memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan
merupakan faktor dasar dalam penyesuaian sosial yang sesuai dengan perubahan zaman.
karena melalui belajar akan terbentuk pola respon Pendidikan yang lebih baik yang dimiliki oleh orang tua
yang akan membentuk kepribadian anak. Belajar dalam diharapkan dapat mengarahkan anak-anak mereka
proses penyesuaian sosial merupakan modifikasi menuju masa depan yang lebih baik.
perilaku sejak tahap awal dan berlanjut sepanjang Hal ini sejalan dengan penelitian Az-mi ta
hidup serta diperkuat oleh kematangan pribadi. Jika (2011) bahwa ibu yang berpendidikan tinggi akan
individu mampu mengatasi konflik, individu akan mudah menyerap informasi tentang perkembangan
membuat penyesuaian sosial dalam situasi yang pada anak usia pra sekolah, sehingga pengetahuan
berbeda dengan lebih mudah. tentang perkembangan pada anak usia pra sekolah
lebih baik. lebih baik. Namun sebaliknya ibu yang
berpendidikan rendah akan mengalami hambatan
Menghadapi kejadian sibling rivalry, anak tidak dalam penyerapan informasi tentang perkembangan
selalu dapat menyesuaikan diri, karena terkadang ada pada anak usia pra sekolah sehingga pengetahuan
kendala tertentu yang menyebabkan penyesuaian tidak tentang perkembangan anak usia pra sekolah juga
berhasil (Hanum, 2015). Penyesuaian yang tidak rendah. Pengetahuan ibu ini tentunya akan
berhasil biasanya disebut sebagai penyesuaian yang mempengaruhi ibu dalam memberikan pola asuh pada
salah. Kegagalan dalam melakukan penyesuaian anaknya. Ibu yang berpengetahuan baik akan
tersebut akan menimbulkan ketegangan, perilaku memberikan pengasuhan yang baik kepada anak
salah, tidak terarah, emosi, tidak realistis, sikap sehingga tumbuh kembang anak menjadi baik.
agresif, dan sebagainya. Anak yang dapat melakukan
penyesuaian sosial dengan benar akan menunjukkan
tidak ada ketegangan emosional, tidak ada perpecahan, 4. Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap
kemampuan belajar, menghargai pengalaman, bersikap Perkembangan Mental Emosional Anak
realistis dan objektif. Prasekolah
Berdasarkan hasil analisis jalur, penelitian ini
menunjukkan adanya ketidaklangsungan
jumlah anak memberikan kesempatan kepada anak benda, menyusun informasi dalam memori anak, dan
untuk belajar berbagi dan mendapat perhatian dari melakukan evaluasi.
orang tua. Orang tua yang memiliki keyakinan positif
6. Pengaruh Nilai Keyakinan Anak terhadap terhadap nilai anak dalam melihat perkembangan
Perkembangan Mental Emosional Anak anaknya akan lebih menekankan pada proses interaksi
Prasekolah antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan
Berdasarkan hasil analisis jalur, penelitian ini pengolahan informasi dalam diri individu. Implementasi
menunjukkan bahwa ada pengaruh tidak langsung keyakinan orang tua terhadap perkembangan
keyakinan nilai anak yang dimiliki orang tua terhadap anaknya adalah banyaknya kesempatan yang
perkembangan mental emosional anak dan secara diberikan orang tua kepada anaknya untuk
statistik signifikan. mengeksplorasi lingkungannya. Orang tua perlu
berperan aktif dalam memaknai pengalaman baru
Ibarat dititipkan Tuhan kepada orang tua, yang diperoleh anak dalam proses mengeksplorasi
seorang anak memiliki nilai tertentu dan menuntut lingkungan sekitarnya.
dipenuhinya beberapa konsekuensi atas kehadirannya.
Latar belakang sosial dengan perbedaan tingkat Orang tua yang memiliki keyakinan dalam
pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau budaya melihat perkembangan anak, lebih mengutamakan
suatu kelompok sosial serta pendapatan atau mata proses perkembangan dari dalam diri individu. Orang
pencaharian yang berbeda, menyebabkan perbedaan tua yang beriman, menempatkan anak sebagai subjek
pandangan tentang anak. pengorganisasian pengetahuan baru dan sebagai
Anak memiliki nilai universal, namun nilai anak penemu kecil dari hasil eksplorasi yang dilakukan
tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya terhadap lingkungan di sekitarnya. Orang tua yang
dan lain-lain. memiliki keyakinan positif terhadap nilai-nilai anak
Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang lebih memberikan kebebasan kepada anak untuk
tua adalah tanggapan dalam memahami keberadaan mengeksplorasi lingkungannya. Orang tua bertindak
anak, yaitu pendapat untuk memiliki diantara pilihan- sebagai pengendali dan
pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada fasilitator. Sebagai pengontrol, orang tua tidak terlibat
dasarnya terbuka dalam situasi yang datang dari luar. langsung dengan kegiatan anak.
Hal ini merupakan salah satu ciri keterlibatan orang
Pandangan orang tua tentang nilai anak dapat tua dalam pola asuh otoritatif. Eka (2014) mengatakan
mempengaruhi orang tua dalam memberikan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh
pengasuhan kepada anak. otoritatif memiliki keterlibatan dimana orang tua
Pola asuh orang tua dapat dipengaruhi oleh memasuki kehidupan anak tetapi tidak memberikan
keyakinan orang tua terhadap nilai anaknya, harapan bantuan secara langsung.
orang tua terhadap anaknya, pendidikan orang tua, Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh
perilaku asertif orang tua, iklim keluarga dan agen sosial. Hal terpenting dalam proses perkembangan
komitmen keagamaan. Latifah (2011) dalam sosial adalah keluarga, orang tua dan saudara
penelitiannya menginterpretasikan keyakinan orang kandung. Persaingan saudara terutama merupakan
tua tentang perkembangan anak sebagai kepercayaan masalah yang sensitif karena anak tidak hanya
orang tua terhadap perubahan kemampuan yang membandingkan dirinya dengan saudara-saudaranya
diperoleh anak dari proses pembelajaran. Dimana yang lain tetapi juga menilai bagaimana orang tuanya
dalam pembelajarannya, anak menggunakan membandingkan dengan saudara-saudaranya yang
imajinasinya, menggambarkan sesuatu sesuai pola lain. Pola asuh akan membentuk karakter dan
pikirnya, membandingkan kepribadian dalam perkembangan anak itu sendiri.
Pengasuhan yang baik
Gaya dengan selalu mengungkapkan kasih Eka N (2014). Pola Asuh Orang Tua Dalam
sayang (memeluk, mencium, memberi pujian), Membentuk Kecerdasan Emosional
melatih emosi dan mengendalikan anak akan Anak. Yogyakarta.
mengakibatkan anak merasa diperhatikan dan Hanum AL, Aziz A, Hidayat A (2015).
akan lebih percaya diri, sehingga akan Faktor Dominan Pada Kejadian Sibling
membentuk kepribadian anak yang baik. Rivalry Pada Anak Usia Pra sekolah.
Program Studi S1 Kepera watan
REFERENSI Fakultas Ilmu Kesehatan 1 Universitas
Anonim (2012). Peran Keluarga Mengen Muhammadiyah Sura baya. THE SUN
dalikan Kenakalan Anak. http://www. 2(2).
sekolahdasar.net/2012/09/peran-ke Hariyanti M (2016). Sibling Rivalry Pada Anak
luarga-dalam mengendalikan-kena yang Kesundulan. Skripsi. UIN Maulana
kalan-anak.html. Diakses tanggal 10 Malik Ibrahim : Malang Hakvoort,
Desember 2016. Esther M, Bos HMW, Balen F, Hermanns JMA
Ayu SR (2013). Dampak Sibling Rivalry (2010). Family Rela tionships and the
(Persaingan Saudara Kandung) Pada Psychosocial Ad justment of School-
Anak Usia Dini. Journal. unnes. ac.id. Aged Children in Intact Families. The
Azmita N (2011). Faktor Dominan Karak Journal of Gene tic Psychology 171 (2):
teristik Ibu yang Berhubungan dengan 182-201.
Pertumbuhan dan Perkem bangan Howe & Rechia (2012). Hubungan Saudara
Balita Usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja dan Pengaruhnya Terhadap
Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Perkembangan Anak. Pusat Penelitian
Fakultas Keperawatan, Universitas Pembangunan Manusia, Universitas
Andalas. Concordia, Kanada. http://www.child
Baumrind D (1991). Pengaruh Gaya Asuh encyclopedia.com/documents/Howe
terhadap Kompetensi Remaja dan recchiaANGxp.pdf. Diakses 29 No
Penggunaan Zat. Jurnal Remaja Awal vember 2016.
11(1): 56-95. Hurlock EB (1995). Psikologi Perkembang
Baumrind D (2004). Pola Asuh Otoritas Orang an. Penerjemah: Istiwidiyanti dan
Tua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Briggs R Hurlock EB (2013). Psikologi Perkembang
(2012). The Importance of Social Emotional an: Suatu Pendekatan Sepanjang
Development in Early Childhood. Rentang Kehidupan, Edisi 5. Alih bahasa:
Pediatrics For Parent. Istiwidayanti dan Soedjarwo.
Damayanti M (2011). Masalah Mental dan Jakarta: Erlangga
Emosional pada Remaja, Deteksi dan Ika F, Luthfatul L, Dewi N (2010). Hubung an
Intervensi. Sari Pediatri 13 (1): 45-51. Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan
Desy W (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Emotional Quotient (EQ) Pada Anak
Orang Tua, Motivasi Belajar, Ke Usia Prasekolah (3-5 Tahun) di Tk Islam
dewasaan Dan Kedisiplinan Siswa Al-Fattah Sumampir Purwoker to Utara.
Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Jurnal keperawatan Soedir man 5(1).
di Wonogiri. Skripsi.Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Uni versitas Isfandari S (2012). Gejala Gangguan Men tal
Sebelas Maret Surakarta. Emosional pada Anak. Buletin Pe
nelitian Kesehatan 25 (3): 53-60.
Ita L (2011). Penyebab Terjadinya Sibling Rivalry litatif di Bidang Kesehatan. Yogyakar ta:
Pada Anak Usia Sekolah di Kelurahan Gajah Mada University Press.
Jomblang Kota Semarang. http:// Nisa, Zuhrotun, Maghfuroh, Lilis, dan Su panik
digilib.unimus.ac.id. Diakses pada tanggal (2011). Hubungan Sikap Orang Tua Dengan
29 November 2016. Kejadian Sibling Rivalry Pada Anak Usia
Junaidi W (2010). Macam-macam Pola As uh Toddler di Desa Gen dong Kulon Babat
Orang Tua. http:www.blogspot. co m. Lamongan. SURYA 03(VII).
Diunduh pada 22 November 2016.
Kementrian Kesehatan (2012). Pedoman Nurmalitasari F (2015). Perkembangan So sial
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, Inter Emosi pada Anak Usia Praseko lah.
vensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Program Magister Psikologi Fa kultas
Pelayanan Kesehatan Das ar. Jakarta. Psikologi Universitas Gadjah Mada; Buletin
Psikologi (23) 2.
Khalid H, Khawar K, Fawad M, Farhat M, Imran Papalia E (2014). Menyelami Perkembang an
M, Shanawaz M, Shahid M, Yousaf P, Manusia (Experience Human De
Saleem Q, Ahmed S, Sarwar R, Ali KH, velopment). Jakarta: Salemba Huma nika
Humayun A (2015). Usia Menarche Dikaitkan
dengan Status Sosial Ekonomi BMI, Putri A (2013). Dampak sibling rivalry (per
Aktivitas Fisik dan Stres pada Remaja Putri. saingan saudara kandung) pada anak usia
dini. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Prosiding SZPGMI 29: 35-40. Restiti M
Kurniani D (2012). Hubungan Pola Asuh Orang (2012). Peranan Orang Tua Ter hadap
Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada Perkembangan Sosial Emosi onal Anak
Anak Usia 3-5 Tahun Di Puskesmas Tirto I. Kelompok B Di Tk Pertiwi 1 Sragen Tahun
Sekolah Tinggi Il mu Kesehatan Ajaran 2011/ 2012.
Muhammadiyah. Peka longan. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah.
Kustanti (2014). Pengaruh Pola Asuh Oto riter Thompson J (2012). Keyakinan Tersirat tentang
Orang Tua terhadap Konsep Diri Anak. Hubungan Mempengaruhi Pengalaman
Jurnal Motivasi 2 (1) http:/ jos.unsoed.ac.id/ Sibling Jea yang Buruk. http://www.lib. ns
index.php/keperawa tan/article/view/206. cu.edu. Diakses 1 Desember 2016
Diakses 10 Sep tember 2016 Weitzman M, Roshenthal DG, and Liu YH (2011).
Gejala Depresif Ayah dan Masalah Perilaku
Latifah, Melly, Mulyani, dan Sri Rahayu (2011). atau Emosional Anak di Amerika Serikat.
Studi Nilai Anak, Jumlah An ak Yang Trik Pedia 128(6): 1126ÿ34.
Diinginkan, Dan Keikutserta an Orang Tua
Dalam Program KB. Fa kultas Ekologi Yuliati (2012). Hubungan Tingkat Penge tahuan
Manusia, Institut Per tanian Bogor. Jur. Ibu dengan Reaksi Sibling Ri valry pada
Ilm. Kel. & Kons., Januari 4(1): 37-45. Anak Usia Prasekolah di TK Mranggen I
Srumbung Magelang.
Murti B (2013). Desain dan Ukuran Sampel untuk Skripsi. Semarang. FIK Universitas
Penelitian Kuantitatif dan Kua Muhammadiyah Semarang.