Anda di halaman 1dari 11

Journal Healthcare Education

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN


EMOSIONAL PADA REMAJA : LITERATURE REVIEW
1
Prayoga Firman Pangestu, 2 Ibrahim N. Bolla, 3Andria Pragholapati
1,2
Program Studi S1 Keperawatan, Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
3
Program Studi S1 Keperawatan, Universitas Pendidikan Indonesia
prayogafirman044@yahoo.com

ABSTRAK
Remaja umumnya sering mengalami perubahan emosi yang dinamai dengan kondisi storm
and stress, oleh karenanya dituntut untuk tidak hanya cerdas intelektual atau kognitif saja,
namun juga cerdas emosionalnya dalam mengenal dan mengontrol emosi diri sendiri. Baik
atau buruknya kecerdasan emosional remaja ini terkait dengan beberapa faktor penting yang
mempengaruhinya, salah satunya lingkungan keluarga yang didalamnya gaya pengasuhan
yang orang tua berikan pada anak mereka yang menginjak masa remaja. Tujuan: Penelitian
ini untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional
pada remaja. Metode: Penelitian menggunakan studi kepustakaan atau literature review. Alat
pencarian menggunakan GoogleScholar Garuda, PubMed, Science direct dan perpustakaan
berbasis online. Kata kunci yang digunakan yaitu pola asuh, remaja, dan kecerdasan
emosional. Kriteria pemilihan sumber antara lain artikel jurnal atau buku yang membahas
tentang pola asuh orang tua dan kecerdasan emosional pada remaja, jurnal terindeks Sinta dan
ScimagoJr, jurnal full text terbitan tahun 2010 – 2020 dengan data primer. Hasil pencarian
diperoleh 10 jurnal yang memenuhi kriteria, lalu data dianalisis dengan metode deskriptif.
Hasil: Pola asuh orang tua memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan
kecerdasan emosional anak di usianya yang menginjak remaja. Diperlukan perlakukan yang
seimbang antara dimensi kehangatan serta controlling dalam membimbing mereka. Hal ini
dapat membantu meningkatkan perkembangan kecerdasan emosional kea rah yang baik.
Kata Kunci : Pola Asuh, Remaja, Kecerdasan Emosional

ABSTRACT
Generally adolescents often experience emotional changes call is storm and stress
conditions, therefore, demanding not only intellectual or cognitive intelligence, but also
emotional intelligence for recognizing and controlling emotion. adolescent have bad or good
emotional intelligence is relate to several important factors that influence it, one of theme is
family environment in which the parenting style that parents give to their children to step on
adolescent. Objective: this study puspose to find out corelation pattern of parenting with
emotional intelligence to adolescent Method: This study used a literature review with
sistematic review design. Search tool uses GoogleScholar Garuda, PubMed, Science direct
and online library. The keywords use are parenting, adolescent,and emotional intelligence.
Criteria for selecting sources include journal articles or books about parenting and
emotional intelligence to adolescents, journals indexed in Sinta and ScimagoJr, open access
journal or journal full text, year of publication from 2010 up to 2020 with primary data. The
search results obtained 10 journals that qualify of criteria, then the data were analyzed using
descriptive methods. Result: Parenting patterns have a significant impact on the development
of adolescent emotional intelligence. It is necessary to treat a balance between the
dimensions of warmth and controlling in guiding them. This can help improve the
development of emotional intelligence for the better.
Keywords: Parenting, Adolescent, Emotional intelligence

1|Page
Journal Healthcare Education

PENDAHULUAN Word Health Organization (WHO)


Remaja sebagai suatu fase perkembangan mengungkapkan bahwa 1 dari 5 anak
dan transisi anak menuju fase dewasa yang kurang dari 16 tahun mengalami masalah
ditandai dengan periode pubertas. Menurut mental emosional. Sebanyak 104 dari 1000
World Health Organization (WHO) remaja anak-remaja yang berusia 4-15 tahun
adalah penduduk dalam rentang usia 10 – mengalami masalah mental emosional
19 tahun, menurut menteri Kesehatan RI (Devita, 2019). Analisis lanjut data Global
Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah School-Based Student Health Survey
penduduk rentang usia 10 – 18 tahun. (GSHS, 2015), menggambarkan
Menurut UNICEF, (2019) remaja dengan permasalahan yang terjadi di lingkungan
rentang usia 10 – 19 tahun terdapat sekitar remaja yang menempuh pendidikan di
1,2 miliar atau 16% dari populasi dunia. SMP-SMA, dimana permasalahan yang
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia terjadi akan beresiko pada kesehatan
(2019), diperkirakan saat ini ada 64,19 juta psikologi remaja. Survey ini mencakup
jiwa pemuda atau remaja yang tersebar di tiga region di Indonesia, yaitu Jawa,
Indonesia dan mengisi hampir seperempat Sumatra, dan luar Jawa dan Sumatra.
jumlah penduduk (24,01%), di daerah Hasih menunjukkan sebesar 60,17%
Pulau jawa tahun 2019 sekitar 55,28%. pelajar SMP-SMA mengalami gejala
Masa remaja adalah peralihan dari masa gangguan mental emosional, 44,54%
pubertas menuju masa dewasa. Selama merasa kesepian, 40,75% merasa cemas,
periode ini anak remaja banyak mengalami dan 7,33% pernah ingin bunuh diri
perubahan – perubahan yang erat (Mubasyiroh, Putri, & Tjandrarini, 2017).
kaitannya pada pertumbuhan dan Salah satu penyebab remaja mengalami
perkembangannya seperti pada perubahan gangguan mental omosional yaitu adanya
keadaan prikologisnya. Pada masa remaja permasalahan hubungan antara anak dan
ini khususnya di masa awal remaja orang tuanya, seperti kurangnya pengertian
tindakan mereka masih terbilang kekanak dari orang tua kepada remaja terhadap
– kanakan yang akibat dari ketidakstabilan masalah yang dihadapi remaja (33,69%),
emosi mereka , sikap dan moralitasnya kurangnya komunikasi secara terbuka
masih bersifat egosentris, dalam cara antara remaja dan orang tuanya (33,37%
berpikir cenderung berkembang dan adalah terkadang, 3,28% adalah tidak
banyak perubahan dalam kecerdasan pernah sama sekali), dan 20,21% orang tua
maupun kemampuan mentalnya, periode terkadang merendahkan dan menjatuhkan
ini adalah yang paling sulit dan kritis pada remaja (Kusumawardani, dkk. 2015).
masa remaja awal. (Pieter dan Lubis, Gambaran hasil survey diatas
2012) menunjukkan remaja sering kali
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami perubahan emosi, dan
psikologis pada remaja jika tidak akibatnya remaja kurang baik dalam hal
mendapat perhatian khusus pada usianya menguasai dan mengontrol emosi. Kondisi
akan terancam mendapati beberapa ini membuat remaja selalu mengalami
masalah gangguan kesehatan pada storm and stress (Pieter dan Lubis, 2012).
psikologisnya yang umumnya adalah Perubahan emosi remaja merupakan akibat
gagap, gangguan tidur, gangguan tingkah perubahan hormonal, dan perubahan
laku agresif tak berkelompok, kecemasan, tersebut akan terhenti seiring
retardasi mental ringan, fungsi intelektual bertambahnya usia. Istilah emosi dimaknai
ambang, problem hubungan orang tua anak sebagai setiap kegiatan atau pergolakan
dan problem dalam keluarga pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan
(Kusumawardani, dkk. 2015). mental yang hebat dan meluap – luap.
2|Page
Journal Healthcare Education

Sesungguhnya ada ratusan emosi dengan mengelola emosi orang lain. (Mayer &
variasi, campuran, mutasi, dan nuansanya Salovey,1997)
sehingga makna yang dikandungnya lebih Mengembangkan kecerdasan emosional
banyak, kompleks, dan halus. Meskipun akan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
emosi itu sedemikian kompleks, Goleman faktor internal dan eksternal. Faktor
mengidentifikasi sejumlah kelompok internal, yaitu segi jasmani yang
emosi, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, merupakan kesehatan daripada individu
kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan sendiri dan psikologi anak remaja,
malu (Goleman dalam Ali dan Asrori, sedangkan faktor eksternal yaitu,
2014). lingkungan sekitar individu sendiri yang
Seiring dengan remaja yang mengalami termasuk didalamnya adalah pengaruh
perubahan emosi, remaja dituntut tidak pola asuh orang tua di lingkungan
hanya cerdas intelektual atau kognitif rumahnya, bagaimanapun juga dalam
namun juga cerdas emosional dalam keluarga, orang tua adalah pendidik
mengenal dan mengontrol emosinya. pertama dan memiliki peran penting bagi
Kecerdasan emosional menurut Mayer & perkembangan anak remaja, serta faktor
Salovey (1997) adalah kemampuan untuk yang mempengaruhi lainnya di sekolah
memahami, menilai, dan mengekspresikan dan masyarakat. (Franc, 2014)
emosi secara akurat, kemampuan untuk Pola asuh orang tua di lingkungan keluarga
mengakses dan menghasilkan perasaan merupakan salah satu faktor penting dalam
untuk memfasilitasi kegiatan kognitif, perkembangan kecerdasan emosi remaja,
kemampuan untuk memahami konsep dan pola asuh orang tua juga salah satu
yang relevan dengan emosi dan upaya dalam mengembangkan kecerdasan
menggunakan bahasa relevan dengan emosional pada remaja. Pola asuh adalah
emosi, kemampuan untuk mengelola suatu cara bagaimana orang tua mengasuh
emosi sendiri dan emosi orang lain untuk dan mendidik anak remaja, pola asuh
meningkatkan pertumbuhan, orang tua juga merupakan bentuk dan
kesejahteraan, dan hubungan sosial proses interaksi yang terjadi antara orang
fungsional. tua dan anak remaja dalam keluarga yang
Daniel Goleman dalam Ruswandi (2013), akan memberi pengaruh terhadap
mempunyai pendapat bahwa keberhasilan perkembangan kepribadiannya, yang
seseorang di masyarakat sebagian besar didalamnya termasuk juga perkembangan
ditentukan oleh kecerdasan emosional emosi (Baumrind, 1991).
sekitar 80% dan 20% ditentukan oleh Hurlock dalam Tridonanto (2014), bahwa
faktor kecerdasan kognitif. Hal tersebut perlakuan orang tua terhadap anak akan
akan perlunya dibangun suatu mekanisme mempengaruhi sikap anak dan
yang efektif dalam menciptakan perilakunya. Adapun salah satu upaya
kecerdasan emosional, alasan memicu yang dilakukan untuk membentuk karakter
timbulnya perilaku menyimpang seperti yang baik yakni dengan pendampingan
sikap pesimis dan konsep diri yang negatif, orang tua yang berbentuk pola asuh.
dikarenakan tidak memiliki kematangan Hendaknya orang tua mempersiapkan
kepribadian atau kurangnya kecerdasan dengan baik, untuk menemukan pola asuh
emosional (Ruswandi, 2013). Kecerdasan yang tepat dalam mendidik anak.
emosional emosi sendiri dikelompokkan Baumrind (1991) mengklasifikasikan pola
ke dalam lima karakter kemampuan, yaitu asuh orang tua menjadi tiga jenis, yaitu
mengenali emosi diri, mengelola emosi, pola asuh otoritatif, pola asuh otoriter, dan
memotivasi diri, mengenali emosi orang pola asuh permisif.
lain, dan membina hubungan yang Berdasarkan penelitian Ni Putu Ayu
menuntut kecerdasan seseorang dalam Werdhiatmi, Ni Ketut Sri Diniari, dan Ni
3|Page
Journal Healthcare Education

Ketut Putri Ariani (2019), tentang sejak bulan April – Juli 2020. Alat
hubungan pola asuh orang tua dengan pencarian atau data base yang peneliti
kecerdasan emosional remaja di sekolah gunakan yaitu, Garuda, Google scholar,
menengah pertama (SMP) Negeri 3 PubMed, dan Science direct. Peneliti
Negara. Remaja yang menjadi responden mencari literature tersebut mengacu pada
berjumlah 60 orang, diminta mengisi kriteria inklusi dan eklusi. Peneliti dalam
kuesioner berupa Pola Asuh dan mencari literature atau jurnal dalam kata
Kecerdasan Emosional. Skor kedua skala kuncinya menggunakan Boolean operator
tersebut kemudian dianalisis untuk (AND, OR NOT or AND NOT)
korelasi. Hasil penelitian menunjukkan ada penggunaan seperti ini akan
hubungan signifikan antara pola asuh mempermudah peneliti dalam mencari
orang tua dengan kecerdasan emosional literature yang sesuai, karena pencarian
remaja dengan (p = 0,000; p < 0,05). Hasil yang didapat akan lebih spesifik dan
ini mengindikasikan bahwa semakin bagus menentukan. Peneliti mengevaluasi
pola asuh orang tua maka semakin baik kelayakan jurnal yang
juga kecerdasan emosional remaja. didapat,menggunakan The Joanna Briggs
Penelitian pada responden remaja yang Institute Critical Appraisal Tools (JBI).
diberi pola asuh demokratis menunjukkan
hasil yang tingkat kecerdasan emosional HASIL
yang baik dibanding pola asuh permisif
dan otoriter. Untuk itu peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang Hubungan
Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan
Emosional pada Remaja: Literature
Review.

METODE
Peneliti menerapkan rancangan penelitian
literature review atau kajian pustaka,
menurut Randolf (dalam Setyosari, 2016)
literatur review yaitu suatu analisis
informasi yang pusat perhatiannya pada
temuan dan mengambil kesimpulan dari
suatu isi literatur tersebut. Sumber yang
peneliti gunakan yaitu, jurnal, buku, dan
lainnya yang peneliti peroleh secara
online yang berkaitan dengan variabel
penelitian. Peneliti akan menggunakan
Joanna Briggs Institute (JBI) Critical
Appraisal Tools untuk mengevaluasi jurnal
dalam menentukan penyeleksian studi
yang telah ditemukan dan telah sesuai
dengan tujuan penelitian ini. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui Hubungan
antara variabel independen Pola Asuh
Orang Tua dengan variabel dependen
Kecerdasan Emosional pada Remaja Awal.
Pencarian kepustakaan atau literature ini Bagan 1 Prisma Literature Review
menggunakan alur bagan prisma dimulai
4|Page
Journal Healthcare Education

Peneliti menemukan data penelitian yang 20 tahun (Soetjiningsih, 2004).


terkait dengan judul peneliti dari tahun Karakteristik gender pada responden atau
1964 – 2020 sebesar 1.935 penelitian partisipan sebagian besar sama antara laki-
berupa literatur jurnal. Data tersebut oleh laki dan perempuan karena sifatnya
peneliti dipersempit dengan merubah menyeluruh dan tingkat pendidikan
tahun publikasi ke 2010 – 2020 dan responden diantara level sekolah
mencentang full text di kolom pencarian, menengah. Teknik pengambilan jumlah
sebanyak 1.767 artikel jurnal dikeluarkan sampel yang akan diambil menjadi
peneliti karena jurnal tidak dapat diakses responden dalam literatur jurnal tersebut,
dan ditemukan 168 artikel jurnal yang untuk jurnal international sebagian besar
dapat diakses. lalu jurnal tersebut menggunakan cluster random sampling
dipersempit kembali dengan mengeluarkan dan multistage random sampling (Asghari
158 artikel jurnal karena tidak terindeks dan Besharat, 2011; Gugliandolo, at al.,
Sinta untuk artikel jurnal yang nasional 2019; Nguyen et al., 2020). Teknik
dan untuk artikel jurnal internasional tidak pengambilan sampel dalam jurnal nasional
ada di ScimagoJr, menyisakan 10 jurnal sebagian besar menggunakan purposive
yang terindeks diantaranya 5 jurnal sampling dan totally sampling
internasional dan 5 jurnal nasional. Tidak (Werdhiatmi, Diniari, dan Ariani, 2019;
hanya artikel jurnal yang dipilih terindeks, Novianty, 2016; Putri dan Rustika, 2019;
tetapi artikel jurnal yang dipilih masuk Lestari, Artanti, dan Riska, 2014).
pada kriteria inklusi peneliti, dimana Hasil Analisis Studi
artikel jurnal yang ada didalamnya Analisis dari jurnal yang peneliti peroleh
meneliti tentang hubungan pola asuh orang semua menunjukkan 9 jurnal hasilnya
tua dengan kecerdasan emosional remaja, positif yaitu adanya hubungan atau
data yang didapat merupan data primer dan korelasi dari pola asuh yang orang tua
metode berupa korelasi. berikan dengan tingkat kecerdasan
Analisis untuk kualitas dalam setiap jurnal emosional pada remaja. Hal ini didukung
dengan menggunakan Joanna Briggs oleh ulasan dari hasil masing – masing
Institute (JBI) Critical Appraisal Tools. jurnal yang menggambarkan bukti adanya
Penilaian dilakukan dengan memberikan keterkaitan dengan gaya pengasuhan yang
checklist pada daftar penilaian yang diberikan orang tua mempengaruhi
didalamnya terdapat 8 pertanyaan. Kriteria perkembangan emosi anak di masa remaja.
penilaiannya, yaitu ‘ya’, ‘tidak’, ‘tidak Kecerdasan emosi dapat dipengaruhi oleh
jelas’, dan ‘tidak berlaku’. Setiap penilaian hubungan yang hangat dan kepedulian
dengan skor ‘ya’ diberi satu poin dan yang orang tua pada anak, hal ini memainkan
lainnya nol, kemudian skor setiap peran yang penting seperti kehangatan
pertanyaan dijumlahkan. Skor penilaian yang diberikan merupakan kemampuan
jurnal setidaknya 50% memenuhi kriteria. orang tua dalam memuaskan,
Analisis terakhir ditemukan 10 jurnal menghasilkan motivasi dan peraturan
mencapai skor lebih tinggi 50% dan siap internal di keluarga. Kemampuan ini
untuk sintesis data. membantu anak dalam menilai, mengatur,
dan mengekspresikan emosi (Asghari dan
PEMBAHASAN Besharat, 2011; Gugliandolo, at al., 2019;
Jumlah sampel yang diteliti dari literatur Nguyen et al., 2020).
jurnal tersebut sangat beragam dengan Sifat dari kehangatan dan kontrol yang
jumlah antara 60 – 1.593 responden, dan diberikan orang tua pada anak yaitu orang
target responden dari semua literatur jurnal tua yang menginginkan anak
dalam tabel merupakan remaja, dimana mempertanggungjawabkan perbuatannya,
untuk rentan usia masa remaja antara 11 – tidak menghukum bila anak melakukan
5|Page
Journal Healthcare Education

kesalahan melainkan bertanya terlebih pendidikan dari orang tuanya (Wiyani,


dahulu. Sikap pada kehangatan orang tua 2014). Perlakuan orang tua terhadap anak
yaitu orang tua membimbing anak akan mempengaruhi sikap anak dan
mengerjakan tugas, memberikan perilakunya. Adapun salah satu upaya
penghargaan kepada anak apabila memiliki yang dilakukan untuk membentuk karakter
prestasi (Lestari, Artanti, dan Riska, 2014). yang baik yakni dengan pendampingan
Hasil dari 5 jurnal yang didalamnya terkait orang tua yang berbentuk pola asuh
dengan gaya pengasuhan demokratis atau (Hurlock dalam Tridonanto, 2014). Orang
otoritatif, otoriter, dan permisif (Baumrind, tua dengan menerapkan pola asuh
1991). Orang tua yang menerapkan gaya demokratis serta memiliki hubungan yang
pengasuhan demokratis atau otoritatif hangat dan rasa kepedulian pada anak
menghasilkan remaja dengan kecerdasan diusia remaja, menghasilkan remaja
emosi lebih baik, seperti dapat dengan perkembangan kecerdasan
mengidentifikasi dan mengekspresikan emosional yang baik. Hal ini ditandai
emosi mereka, mengelola emosi mereka dengan sikap remaja yang dapat
sendiri, menjadi lebih fleksibel, mengidentifikasi dan mengekspresikan
menyalurkan keinginan dan usaha mereka emosi mereka, mengelola emosi, lebih
untuk mencapai tujuan yang telah fleksibel, mengidentifikasi dan menerima
ditetapkan, mengidentifikasi dan menerima perasaan orang lain, mengembangkan dan
perasaan orang lain, mengembangkan dan memelihara hubungan interpersonal. Sikap
memelihara hubungan interpersonal yang ditampilkan mereka yang menjadi
(Nastasa dan Sala, 2012; Argyriou, pembeda, remaja mana yang mempunyai
Bakoyannis, dan Tantaros, 2016; kecerdasan emosional lebih baik
Werdhiatmi, Diniari, dan Ariani, 2019; dikalangan mereka, dan sikap yang
Novianty, 2016; Putri dan Rustika, 2019). ditunjukkan tersebut terkait dengan 4
Orang tua yang lebih suka menerapkan komponen indikator kecerdasan emosional
gaya otoriter dan diktator memberikan yang dicetustkan oleh Mayer dan Salovey
hasil negatif atau rendahnya tingkat (1997). Hasil ini mengindikasikan bahwa
perkembangan kecerdasan emosi remaja, semakin bagus pola asuh orang tua maka
dan cenderung membentuk remaja yang semakin baik juga kecerdasan emosional
kaku dan tidak fleksibel, yang remaja.
membutuhkan aturan yang jelas untuk Walaupun fokus utama yang ditinjau dari
merasa aman, yang tidak bertanggung penelitian ini merupakan gaya pengasuhan
jawab atas perasaan mereka sendiri tetapi orang tua yang diberikan pada anak di
menyalahkan yang lain untuk mereka masa remaja, selain masalah itu peneliti
(Argyriou, Bakoyannis, dan Tantaros, menemukan adanya dampak lain yang
2016;Nastasa dan Sala, 2012; Novianty, merugikan perkembangan kecerdasan
2016). emosional remaja. Temuan di sini terkait
Berdasarkan hasil temuan literatur jurnal dimana penelitian oleh Asyik, Ismanto dan
diatas, 9 jurnal penilitian menunjukkan Babakal. (2015), penelitian dilakukan
hasil yang menunjukkan bahwa dalam kepada 88 remaja di Tidore, hasil daripada
tingkat perkembangan kecerdasan penelitian disini tidak terdapat hubungan
emosional remaja dipengaruhi oleh peran pola asuh orang tua dengan kecerdasan
orang tua. Maka dari itu, peran dari orang emosional pada remaja di Tidore, tetapi
tua untuk anak sangatlah penting dalam temuan ini menyoroti masalah penting
suatu keluarga. Keluarga menjadi lainnya yang adanya faktor lain yaitu
lingkungan pendidikan yang pertama dan kurangnya kesadaran diri. Peneliti
utama, dalam lingkungan keluarga inilah menambahkan remaja di Soasio
anak akan pertama kali menerima mempunyai pola asuh orang tua yang baik,
6|Page
Journal Healthcare Education

tetapi kecerdasan emosi remaja masih 2016; Werdhiatmi, Diniari, dan Ariani,
kurang. 2019).
Pola Asuh Orang Tua terhadap Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang
Kecerdasan Emosional Remaja tua yang lebih mengutamakan membentuk
Pola Asuh Orang Tua kepribadian anak dengan cara menetapkan
Studi ini menegaskan tentang pentingnya standar mutlak yang harus dituruti,
peran orang tua didalam lingkungan biasanya dibarengi dengan ancaman. Pola
keluarga. Salah satu peran penting orang asuh otoriter memiliki ciri-ciri, sebagai
tua adalah dalam pemberian pola asuh berikut: anak harus tunduk dan patuh pada
pada anak. Orang tua harus lebih berhati – kehendak orang tua; pengontrolan orang
hati tentang gaya pola asuh mereka untuk tua terhadap perilaku anak sangat ketat;
memberikan manfaat dan kesejahteraan orang tua hampir tidak pernah memberi
pada anak. Pola asuh sendiri merupakan pujian; orang tua yang tidak mengenal
suatu cara atau sikap orang tua kompromi dan dalam komu¬nikasi
mengekspresikan keyakinan mereka biasanya bersifat satu arah. Sama halnya
tentang apa artinya menjadi orang tua yang dengan pola asuh permisif yang sifatnya
baik atau orang tua yang buruk. Orang tua mengabaikan perilaku anak. Dampak yang
mencoba untuk mengadopsi pola asuh ditimbulkan dari kedua pola asuh ini, anak
yang disesuaikan dengan kebutuhan putra memiliki sifat dan sikap, seperti:
dan putri mereka sendiri, beberapa dari cenderung membentuk remaja yang kaku
mereka mempertimbangkan kesempatan dan tidak fleksibel, yang membutuhkan
mendidik remaja seperti mereka pernah aturan yang jelas untuk merasa aman, yang
dididik, dan yang lain ingin bertindak tidak bertanggung jawab atas perasaan
berbeda dari pendidikan orang tua mereka mereka sendiri tetapi menyalahkan yang
(Nguyen et al., 2020; Asghari dan lain untuk mereka; mudah tersinggung;
Besharat, 2011; Nastasa dan Sala, 2012). pena¬kut; pemurung dan merasa tidak
Orang tua cenderung mengadopsi suatu bahagia; mudah terpengaruh; mudah
gaya pola asuh dan dengan mudah dan stress; tidak mempunyai arah masa depan
cepat pindah ke gaya lain (ketika mereka yang jelas; dan tidak bersahabat
marah dan frustrasi mereka menjadi (Werdhiatmi, Diniari, dan Ariani, 2019;
otoriter, mereka menjadi permisif ketika Nastasa dan Sala, 2012
lelah dan mencoba untuk mengimbangi Orang tua dengan pola asuh ototritatif atau
melalui pendekatan demokratis), yang demokrasi menunjukkan bahwa orang tua
secara negatif mempengaruhi memandang anak di usianya remaja
perkembangan psikologis anak dan remaja. sebagai orang yang pendapatnya atau
Peneliti telah mengidentifikasi empat gaya perilaku dapat dipercaya. Pola asuh ini
pengasuhan: otoriter, demokratis atau didalamnya menunjukkan sikap yang
ototritatif, dan Peneliti telah hangat serta penyayang dan controlling
mengidentifikasi tiga gaya pengasuhan: yang seimbang. Kehangatan yang
otoriter, permisif, demokratis diberikan orang tua membuat anak
atauototritatif, dan menolak-mengabaikan. menjadi merasa tidak kekurangan
pola asuh berkaitan dengan kemampuan perhatian, karenanya dalam diri anak akan
beradaptasi, pengaturan emosi, dan timbul perasaan peka, diusianya yang
impulsive atau menolak-mengabaikan. menginjak remaja akan membuat dirinya
pola asuh berkaitan dengan kemampuan lebih mempunyai sifat atau sikap
beradaptasi, pengaturan emosi, dan kepedulian, empati, serta rasa sosial yang
impulsif. (Nastasa dan Sala, 2012; baik. Sehingga anak tersebut berkembang
Argyriou, Bakoyannis, dan Tantaros, menjadi individu yang memiliki perilaku,
seperti; Dapat mengidentifikasi dan
7|Page
Journal Healthcare Education

mengekspresikan emosi mereka, dalam membina hubungan (Mayer dan


mengadopsi sikap positif, jujur dengan diri Salovey, 1997; Nguyen et al., 2020;
mereka sendiri; Mengelola emosi mereka Lestari, Artanti, dan Riska, 2014). Remaja
sendiri, menjadi lebih fleksibel, dan yang memiliki kecerdasan emosional yang
mengekspresikan emosi dengan cara tegas; kurang baik atau rendah tidak
Menyalurkan keinginan dan usaha mereka memungkinkan mereka dapat
untuk mencapai tujuan yang telah mengeluarkan kemampuan juga potensi
ditetapkan; Mengidentifikasi dan secara maksimal (Putri dan Rustika, 2019).
menerima perasaan orang lain; dan dapat Pada saat mereka akan merencanakan dan
mengembangkan dan memelihara mengambil keputusan pada suatu hal, diri
hubungan interpersonal, berkomunikasi mereka cenderung terkuasai oleh gejolak
dan berkolaborasi secara efektif dalam emosi dikarenakan rendahnya kemampuan
kegiatan kelompok (Putri dan Rustika, kecerdasan emosional yang dimiliki. Lain
2019; Asghari dan Besharat, 2011; halnya seorang remaja dengan cerdas
Nguyen et al., 2020;Nastasa dan Sala, emosionalnya, mereka memiliki
2012). kemampuan dalam menilai dan memahami
Kecerdasan Emosional Remaja perasaan emosinya dengan baik sehingga
Remaja adalah masa peralihan atau transisi tidak dikendalikan oleh emos.
antara masa anak – anak dengan masa Kemampuan mengekspresikan dan
dewasa. Remaja saat mengatasi semua membina hubungan dengan orang lain
permasalahannya membutuhkan suatu sehingga mempunyai teman yang dapat
pemahaman tentang mengenali emosi berbagi juga mengekspresikan emosinya.
dengan baik dengan melalui kecerdasan remaja yang cerdas secara emosional
emosional (Werdhiatmi, Diniari, dan mampu menghadapi dan mengelola emosi
Ariani, 2019). Kecerdasan emosional (EI) yang timbul, sehingga tidak mengalami
menurut merupakan kemampuan untuk gangguan atau masalah seperti, stress.
memahami, menilai, dan mengekspresikan (Novianty, 2016; Putri dan Rustika, 2019;
emosi secara akurat (Mayer & Salovey, Nguyen et al., 2020; Lestari, Artanti, dan
1997). Kecerdasan emosional ini memiliki Riska, 2014)
peran penting dalam kesejahteraan Keterbatasan Studi
psikologis dan dalam tingakat Ada berbagai keterbatasan yang terkait
perkembangannya sendiri dapat pengaruhi dengan ulasan ini yang mengurangi
oleh beberapa hal, seperti oleh gaya kemampuan peneliti untuk menarik
pengasuhan orang tua di lingkungan kesimpulan yang kuat dari artikel jurnal
keluarga (Nguyen et al., 2020). yang telah ditinjau. Keterbatasan ini
Kecerdasan emosional sendiri menuntun termasuk pada masalah seperti ukuran
anak di usianya remaja agar menjadi sampel yang kecil, studi dilakukan hanya
seorang yang bersikap kritis, diusianya dibeberapa daerah, dan ada jurnal
menginjak remaja mereka akan menujukkan hasil uji statistik yang
menghadapai persoalan atau masalah yang menunjukkan ketidakpastian dalam
berkaitan dengan emosi mereka (Lestari, pengukuran tingkat kecerdasan emosional.
Artanti, dan Riska, 2014). Kecerdasan Tinjauan kedepannya dibidang ini, untuk
emosi memiliki beberapa aspek penting meninjau lebih luas lagi dalam pencarian
untuk menilai apakah kecerdasan literatur yang terkait, untuk
emosional seorang remaja dapat dikatakan mengumpulkan lebih banyak bukti yang
baik atau tidak. Aspek tersebut berupa tersedia dalam memperkuat penarikan
kemampuan remaja untuk menilai, sebuah kesimpulan. Hasil dari setiap studi
mengelola atau memahami, harus dipertimbangkan dalam kaitannya
mengekspresikan dan menggunakan emosi dengan penilaian kualitasnya.
8|Page
Journal Healthcare Education

SIMPULAN Pendidikan Anak: Studi pada


Berdasarkan ulasan dari 10 jurnal yang Masyarakat Dayak di kecamatan
telah dianalisis, orang tua dalam Halong Kabupaten Balangan. Jurnal
melakukan pengasuhannya (pola asuh) Pendidikan Kewarganegaraan, 33-
pada anak diusianya yang menginjak 48.
remaja, itu sangat berdampak pada Ali, M., & Asrori, M. (2014). Psikologi
perkembangan kecerdasan emosional Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
remaja tersebut. Remaja pada usianya Aprilia, N., & Indrijati, H. (2014).
masih membutuhkan bimbingan dalam Hubungan Antara Kecerdasan Emosi
perkembangannya, khususnya pada dengan Perilaku Tawuran pada
perkembangan kecerdasan emosional Remaja Laki - Laki yang Pernah
remaja. Bimbingan tersebut berupa pola Terlibat Tawuran di SMK 'B'
asuh yang hendaknya bersifat Jakarta. Jurnal Psikologi, Vol. 3 No.
mengarahkan, mendorong pada kebebasan 01.
tetapi tetap memberikan batasan berupa Argyriou, E., Bakoyannis , G., & Tantaros,
sedikit kontrol pada perilaku atau S. (2016). Parenting styles and trait
tindakannya. Pola asuh yang memiliki emotional intelligence in
aspek – aspek tersebut adalah pola asuh adolescence. Scandinavian Journal
otoritatif atau demokrasi, didalam pola of Psychology, 42-49.
asuh otoritatif adanya keseimbangan antara Asghari, M. S., & Besharat, M. A. (2011).
dimensi kehangatan dan kontrol dalam The Relation of Perceived Parenting
pemberian pengasuhan. Sehingga remaja With Emotional Intelligence.
tersebut memiliki kebebasan dalam Procedia - Social and Behavioral
berprilaku atau bertindak tetapi orang tua Sciences 30, 231-325.
dapat sedikit memberi batasan atau Asyik, F., Ismanto, A., & Babakal, A.
controlling dalam tindakannya, untuk (2015). HUBUNGAN POLA ASUH
mencegah melakukan tindakan yang ORANG TUA DENGAN
kurang baik atau diluar norma yang ada di KECERDASAN EMOSIONAL.
lingkungan keluarga juga masyarakat. ejournal keperawatan, 1-6.
Lain halnya jika kita memberikan Azmi, N. (2019). Potensi EMosi Remaja
pengasuhan yang memiliki high dan Perkembangannya. Jurnal
controlling yang mendesak remaja agar Keperawatan Priority, 33-43.
selalu mengikuti setiap hal yang kita Baumrind, D. (1966). Effects of
inginkan, dan membentak juga Authoritative Parental Control on
menghukum jika remaja tersebut tidak Child. Child Development, 887-907.
menurutinya. Remaja akan merasa Baumrind, D. (1967). Child care practices
dikekang, dan emosinya tidak stabil. Jika anteceding three patterns of
dibiarkan akan membuat remaja menjadi preschool. Genetic Psychology
kaku, dan tidak fleksibel. Karena tidak Monographs,, 43-88.
memiliki kesempatan untuk mengeluarkan Baumrind, D. (1991). The Influence of
pendapat dan keinginannya, mereka akan Parenting Style on Adolescent
mengalami kecemasan, stress, depresi, dan Competence and Substance Use. The
mencoba bertindak agresif. Hal ini Journal of Early Adoscence, 11, 56 -
membuat perkembangan kecerdasan 95.
emosionalnya akan terganggu. Buri, J. R. (1991). Parental Authority
Questionnaire . Journal of
REFERENSI Personality Assessment, 57, 110-
Adawiah, R. (2017). Pola Asuh Orang Tua 119.
dan Implikasinya terhadap
9|Page
Journal Healthcare Education

Devita, Y. (2019). Prevalensi Masalah Mayer , J. D., & Salovey , P. (1997). What
Mental Emosional Remaja Di Kota is emotional intelligence? In P.
Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Salovey, & D. J. Sluyter, Emotional
Priority, 33-43. development and emotional
Franc, A. Y. (2014). Rahasia Otak & intelligence (pp. 3-34). New York:
Kecerdasan anak. Yogyakarta: Basic Book.
Teranova Books. Mubasyiroh, R., Putri, I. Y., & Tjandrarini,
Gugliandolo, M. C., Mavroveli, S., Costa, D. H. (2017). Determinan Gejala
S., Cuzzocrea, F., & Larcan, R. Mental Emosional Pelajar SMP-
(2019). The relative contribution of SMA di Indonesia Tahun 2015.
parenting practices in predicting trait Buletin Penelitian Kesehatan, 103-
emotional intelligence in an Italian 112.
adolescent sample. British Journal of Nastasa, L. E., & Sala, K. (2010).
Developmental Psychology, 585- Adolescents emotional intelligence
599. and parental styles. Social and
Haryani, N. D. (2015). Hubungan Pola Behavioral Scince, 472-482.
Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Nguyen, Q. A., Tran, T., Tran, T.-A.,
Emosi Anak Usia Pra-Sekolah (4-6 Nguyen, T., & Fisher, J. (2020).
tahun) di TK Sejahtera II Ganda Soli Perceived Parenting Styles and
Purwakarta. Skripsi. Emotional. The Family Journal:
Hidayah, R., Yunita, E., & Utami, Y. W. Counseling and therapy for Couples
(2013). Hubungan Pola Asuh Orang and Families, 1-14.
Tua dengan Kecerdasan Emosional Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Di TK SENAPUTRA Kota Malang. Rineka Cipta.
Jurnal Keperawatan, 131 - 135. Novianty, A. (2016). PENGARUH POLA
Hurlock, E. B. (2004). Psikologi ASUH OTORITER TERHADAP
Perkembangan. Jakarta: Erlangga. KECERDASAN EMOSI PADA
Husaini, A. N. (2013). Hubungan antara REMAJA MADYA. Jurnal Ilmiah
Persepsi Jenis Pola Asuh Orang Tua Psikologi, 17-26.
terhadap Resiko Perilaku Bullying Papalia, D. E. (2008). Psikologi
Siswa di SMA Triguna Utama Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Ciputat Jakarta. Skripsi. Pieter, H. Z., & Lubis, N. L. (2012).
Kuncoro, M. (2013). Metode Riset untuk Pengantar Psikologi dalam
Bisnis dan Ekonomi . Jakarta: Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Erlangga. Prabowo, A. (2016). Kesejahteraan
Kusumawardani, N., Rachmalina, S., Psikologis Remaja di Sekolah. Jurnal
Wiryawan, Y., Anwar, A., Ilmiah Psikologi Terapan, 246-260.
Handayani, K., Mubasyiroh, R., . . . Putri, N., & Rustika, I. (2019). Peran pola
Permana, M. (2015). Perilaku asuh otoritatif dan internal locus of
Berisiko Kesehatan Pada Pelajar control terhadap kecerdasan
SMP dan SMA di Indonesia. Jakarta: emosional. Jurnal Psikologi
Badan Litbangkes Kementerian Udayana, 56-66.
Kesehatan RI. Riduwan. (2012). Metode & Teknik
Lestari, R. K., Artanti, G., & Riska T, N. Menyusun Proposal Penelitian.
(214). Hubungan antara Pola Asuh Bandung: Alfabeta.
Orang Tua yang Bekerja dengan Ruswandi. (2013). Psikologi
Kecerdasan. Jurnal Kesejahteraan Pembelajaran. Bandung: Cipta
Keluarga dan Pendidikan, 95-100. Pesona Sejahtera.
10 | P a g e
Journal Healthcare Education

Salovey, P., & Mayer, J. (1990).


Emotional Intelligence. Imagination,
Cognition, and Personality, 9(3).
185-205.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan
anak . Jakarta: Salemba Humanika.
Schutte, N. S., Malouff, J. M., & Bhullar,
N. (2009). The Assessing Emotions
Scale. Assessing Emotional
Intelligence, 119-134.
Schutte, N. S., Malouff, J. M., & Bhullar,
N. (2009). The Assessing Emotions
Scale. In C. Stough, D. H. Saklofske,
& J. D. Parker, Assessing Emotional
Intelligence (p. 119). New York:
Spinger.
Setyosari, P. (2016). Metode Penelitian
dan Pengembangan . Jakarta:
Prenadamedia Group.
Siswanto, Susila, & Suyanto. (2014).
Metode Penelitian Kesehatan dan
Kodokteran. Yogyakarta: Bursa
Ilmu.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Kuatitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tridhonanto, A., & Beranda Agency.
(2014). Mengembangkan Pola Asuh
Demokratis. Jakarta: PT Alex Media
Komputindo.
Wiyani, N. A. (2014). Mengelola dan
Mengembangkan Kecerdasan Sosial
dan Emosional Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Werdhiatmi, N., Diniari, N., & Ariani, N.
(2019). Hubungan pola asuh orang
tua dengan kecerdasan emosional
remaja di sekolah menengah pertama
(SMP) Negeri 3 Negara.
MEDICINA, 234-238.

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai