Anda di halaman 1dari 20

Proposal Penelitian Psikologi Perkembangan

“Pengaruh Keterlibatan Pengasuhan Ayah terhadap perkembangan Regulasi emosi


pada Perempuan Usia Dewasa Awal”

Disusun Oleh:

Nandini Luthfiya (19011169)

Dosen Pengampu:

Maya Yasmin, S.Psi., M.Psi. Psikolog.

Rahmadianti Aulia, M.A.

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada keluarga dibutuhkan peran orang tua yaitu sosok ayah dan ibu untuk
mendidik anak dalam proses perkembangan. Merawat,mendidik anak identik dengan
tugas seorang ibu yang mana hal ini adalah paradigma yang sudah tertanam dalam
pandangan masyarakat. Sosok ayah identik akan tanggung jawab untuk bekerja,
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga, hal ini membuat
paradigma bahwasanya seorang ayah tidak harus terlalu mengambil peran yang
banyak dalam menemani proses perkembangan anak.

berdasarkan KBBI, menyebutkan pengasuhan berasal dari “asuh” yaitu,


memelihara. Ayah secara tidak langsung ikut serta dan mengambil peran pada
perkembangan anak, pengalaman yang dilakukan bersama dengan ayah, akan
memengaruhi hingga beranjak usia dewasa (Hidayati, Kaloeti & Karyono, 2011).

Padahal kualitas pengasuhan dari sosok ibu maupun sosok ayah harus imbang dan
sejajar sebab,pengalaman dengan sosok ayah, mempengaruhi anak sampai ia beranjak
usia dewasa nanti. (Setyawati & Rahardjo, 2015).

Bagaimana jika salah satu dari mereka tidak hadir secara fisik maupun psikis,
ketidakhadiran salah satu sosok dalam mendidik anak kali ini dilihat dari sosok ayah
(fatherless).maknanya ketiadaan peran ayah dalam perkembangan seorang
anak ,berupa ketidakhadiran baik secara fisik maupun psikologis.Walaupun seorang
ayah hadir secara fisik maupun materi tapi tidak secara aspek emosional maka anak
tersebut bisa mengalami fatherless.

Indonesia disebut sebagai negara fatherless country yang mana anak merasakan
momen father hunger berdampak pada banyak aspek kehidupan, oleh Goleman
meneliti lalu menyatakan bahwa sosok anak yang hidup tanpa terlibat nya sosok ayah
mengalami masalah berupa segi fisik maupun psikologis nya seperti depresi,nilai
akademik yang buruk dan juga masalah terkait pergaulan (Khayati, 2012).
Seiring bertambahnya usia interaksi seorang anak dan orang tuanya akan
berkurang dan cenderung menghabiskan banyak waktu dengan lingkungan,yang mana
akan berpengaruh pada ikatan secara emosional.

Masa dewasa awal adalah salah satu tahap yang akan dilalui dalam proses kehidupan
setelah melalui fase remaja, rentang usia dewasa awal dimulai sejak usia 18-40 tahun,
pada masa dewasa awal akan terbentuk dan terlihat adanya kematangan emosi.

masa dewasa awal Hurlock (2011) dia menyatakan bahwasanya individu sudah bisa
untuk mengidentifikasi problem yang dia hadapi secara baik sehingga lebih terarah
dan tenang serta individu dapat dikatakan emosi nya matang saat memiliki self
control yang baik.bisa mengungkapkan emosi dengan cermat sesuai dengan kondisi
yang dihadapinya (Hurlock, 2002).

Piaget menyatakan kematangan emosi berarti individu tersebut mampu


mengendalikan dan mengontrol emosinya dengan baik yang mana tidak akan mudah
terpengaruh akan stimulus yang berasala dari dalam maupun luar.

Regulasi Emosi, menurut KBBI (2002) diartikan sebagai pengaturan dan


emosi sebagai suatu perasaan yang timbul saat seseorang sedang dalam keadaan
tertentu (Santrock, 2002). Sedangkan GreenBerg (2002) regulasi emosi yaitu adanya
kemampuan seseorang untuk menilai,mengatasi,mengelola,serta mengungkapkan
emosi dalam rangka agar tercapainya keseimbangan emosional.

menurut Nisfiannoor dan Yuni Kartika (2004:165-166), Hubungan antara orang tua
dan anak termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi regulasi emosi. menurut
Gross (2007) factor yang mempengaruhi kemampuan regulasi emosi seseorang salah
satunya adalah gaya pengasuhan. didukung menurut Hendrikson (2013) salah satu
sebab yang akan mempengaruhi regulasi emosi ialah pola asuh pada orang tua.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa perang orang tua , kehadiran sosok
pengasuhan orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan terutama aspek
emosional.
Regulasi emosi yang tidak tepat akan menyebabkan berbagai aspek negatif
berupa kecemasan hingga depresi. Hal ini terlihat dari penelitian oleh Amone-P'Olak,
Garnefski, Kraaij & Kashdan, 2007; Garnefski, Koopman, Kraaij & ten Cote, 2008;
bahwa regulasi emosi yang tepat dapat secara signifikan berhubungan pada
kesejahteraan subjek.

Pengaturan emosi yang baik memungkinkan seseorang imbang antara emosi positif
maupun negatif, serta merasa cukup dalam berbagai aspek kehidupan. Sebaliknya,
penelitian oleh Tortella-feliu, Balle & Sesé, 2010; jika strategi regulasi emosi yang
tidak baik dapat menyebabkan adanya depresi dan kecemasan.

Menurut World Health Organization (WHO)  , pada tahun 2019 sekitar


800.000 orang meninggal akibat bunuh diri per tahun, di dunia. depresi berada pada
urutan nomor 4 penyakit di dunia, dan diprediks  bisa menjadi masalah gangguan
kesehatan yang utama, depresi sering terjadi pada rentang usia sekitar 20-40 tahun.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 menyatakan telah terjadi
sebanyak 5.787 kasus pencobaan bunuh diri maupun kasus bunuh diri yang sudah
terjadi.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari uraian yang tercantum pada latar belakang, diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana keterlibatan sosok ayah dalam perkembangan anak ?
2. Apa pentingnya keterlibatan sosok ayah terhadap regulasi emosi ?
3. Apa saja peran sosok ayah yang membentuk proses perkembangan
4. Apakah regulasi emosi yang buruk dikarenakan kurang terlibatnya sosok ayah
dalam pengasuhan dan proses perkembangan seseorang?
5. Bagaimana regulasi emosi yang baik saat usia dewasa?

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah menurut yang tercantum pada bagian latar belakang diatas
rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh keterlibatan pengasuhan oleh ayah terhadap
perkembangan regulasi emosi seorang individu pada usia dewasa awal.
2. Apa saja dampak dari kekosongan keterlibatan sosok ayah saat masa
perkembangan pada perempuan usia dewasa awal .

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pentingnya peran ayah dalam pengasuhan pada anak.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh pengasuhan seorang ayah akan berdampak
nantinya pada usia dewasa awal, serta mengetahui kemampuan regulasi emosi
yang dibutuhkan pada usia dewasa awal.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pemikiran dan ilmu baru
bagi para pembaca.
2. Manfaat Praktis
Pada penelitian ini , bagi penulis dapat menerapkan ilmu serta sharing
terhadap masyarakat mengenai pentingnya sosok ayah terhadap perkembangan
anak.

1.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu


Penelitian tentang “pengaruh keterlibatan ayah dalam pengasuhanterhadap
regulasi emosi” telah banyak diteliti di Indonesia maupun diteliti pada negara lain.
Wijayanti & Fauziah (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Keterlibatan Ayah
dalam Pengasuhan Anak menunjukkan hasil bahwa keterlibatan sosok ayah mengasuh
anak cukup tinggi.dengan hasil pernyataan responden sebanyak 94,7% menjawab
sudah terlibat dalam pengasuhan anak. Perihal waktu yang diluangkan sosok ayah
bersama anak, sebanyak 42,7% ayah menjawab selalu meluangkan waktu luang,
disaat tidak punya kesibukan tertentu. Serta Faktor penghalang sosok Ayah terlibat
langsung dalam pengasuhan anak ialah tuntutan dari pekerjaan.

Juga terlihat pada penelitian oleh Septiani & Nasution (2017) yang berjudul
“Perkembangan Regulasi Emosi Anak dilihat dari Peran Keterlibatan Ayah dalam
Pengasuhan” penelitian ini menyatakan ada keterkaitan antara regulasi emosi anak
dengan peran keterlibatan ayah dalam pengasuhan. nilai korelasi 0,745, artinya
hubungan cukup tinggi. Serta menunjukkan angka 56% pengaruh peran keterlibatan
sosok ayah terhadap perkembangan regulasi emosi.
Dari beberapa penelitian ini, pembaharuan dari penelitian saya dengan melihat
dari aspek usia dewasa awal , saya menyatakan adanya pembeharuan atau berbeda
dikarenakan masih sedikit penelitian tentang pengaruh keterlibatan ayah pada regulasi
emosi di usia dewasa awaL.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Keterlibatan sosok ayah

2.2.1 Defini keterlibatan

Perkembangan anak sering kali dikaitkan dengan sosok ibu, keterlibatan sosok
seorang ibu cenderung jadi pusat perhatian oleh masyarakat.sedangkan keterlibatan sosok
seorang ayah sangat jarang terperhatikan oleh masyarakat sekitar, hal ini di karenakan sosok
mengasuh masih kuat dengan stigma gender yang mana hal ini sosok ibu menjadi tokok
utama dalam pengasuhan seorang anak.

Sosok ayah sering kali dilihat sebagai sosok yang hanya berfokus pada mencari
nafkah dan bertanggung jawab dalam hal kebutuhan keluarga. Hal ini karena masih besarnya
pengaruh patriarki yang beredar pada masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan dukungan yang
dipaparkan oleh Pleck (1997) yang mana pada zaman colonial pada sejarahnya bangsa
Amerika, sosok ayah itu lebih dipandang sebagai sosok yang mengajarkan berupa nilai moral.
Saat memasuki masa industrial sosok seorang ayah berubah menjadi dari yang mengajarkan
nilai moral menjadi sosok yang menyokong ekonomi dalam rumah tangga. Seiring
berkembangnya waktu sosok seorang ayah mulai terlibat dalam hal pengasuhan (Griswold,
1993).

(Hawkins,dkk 2002) menyatakan bahwa keterlibatan ayah sendiri berarti seberapa


banyak waktu yang diluangkan Bersama anak dan bagaimana kualitas interaksi yang terjadi
diantara ayah dan anaknya. Akan tetapi jumlah waktu tidak menjadi satu-satunya penentu
penting dalam hal keterlibatan sosok seorang ayah dalam hal pengasuhan. Keterlibatan
sendiri mencakupi beberapa hal seperti, afeksi, fisik maupun kognisinya yang berkaitan
dengan perkembangan emosional anak itu sendiri.

Pengasuhan seorang ayah memberikan nuansa baru yang mana sang anak akan belajar
tentang ketegasan, maskulinitas, kebijaksaan,rasa tanggung jawab, tantangan. Pengasuhan
anak bukan dihasilkan dalam waktu yang singkat yang mana pengasuhan berarti berulang.
Tidak hanya selesai dalam sehari akan tetapi berlanjut dan sambung menyambung dari waktu
ke waktu, dari perekembangan yang satu ke perkembangan berikutnya.

Menurut Sosok ayah dikatakan terlibat dalam pengasuhan anaknya Ketika ia memiliki
inisiatif untuk langsung terlibat dan akan terlihat kehangatan diantara keduanya, dengan
melibatkan dan memanfaatkan berbagai hal baik dari kedekatan secara kontak fisik, emosi
maupun kognisi. (Andayani, Koentjoro, 2004).

Dari kalimat- kalimat yang sudah dipaparkan diatas bahwa dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwasanya keterlibatan dari sosok ayah dalam pengasuhan berarti sang ayah
dari sudut pandang Hawkins yang akan dipakai dalam penelitian ini, yaitu bagaimana sosok
ayah itu jumlah waktu yang diluangkan sosok ayah atau interaksi secara langsung pada sosok
ayah dan anaknya.

2.2.2 Dimensi keterlibatan sosok ayah

Ada tiga hal yang terdapat dalam keterlibatan sosok ayah hal ini dikemukakan oleh
Lamb (2010) yang terdiri dari, Keikutsertaan (engagement), Aksesibilitas (accessibility) dan
rasa Tanggung Jawab (responsibility).

2.2.2.1 Keikutsertaan (Engagement)

Ialah adanya keterlibatan sosok seorang ayah yang berupa pengasuhan langsung yang
melibatkan interkasi secara langsung antara sang ayah dan sang anak dalam hal
menngasuh, bermain, maupun rekreasi. Pada hal ini terdapat bentuk kehangatan.

2.2.2.2 Aksebilitas (Accsessibility)

Ialah bentuk terlibatnya sosok seorang ayah berupa keberadaan dirinya serta
kemudahan komunikasi antara sang ayah dan sang anak. Dalam perihal ini walaupun
sosok sang ayah tidak ada interaksi secara langsung tapi tetap hadir secara fisik
ataupun psikologis.

2.2.2.3 Tanggung Jawab (Responsibility)

Ialah keterlibatan sosok ayah yang berupa terpenuhi nya kebutuhan-kebutuhan sang
anak, yang mencakup tanggung jawab dari segi perencanaan serta pengambilan suatu
keputusan.
Hawkin, Bradford, Palkovitz, Christiansen, Day dan Call (2002) mengembangkan tiga
dimensi keterlibatan ayah menurut Lamb menjadi 9 dimensi, yaitu :

1. Disiplin dan Tanggung Jawab Mengajar (Discipline and teaching responsibility)


2. Mendorong keberhasilan di sekolah (School encouragement)
3. Menjelaskan dukungan ibu (Mother support)
4. Menyediakan kebutuhan (Providing)
5. Nikmati waktu bersama dan bicara bersama (waktu dan bicara bersama) (Time
and talking together)

6. Pujian dan cinta (Pujian dan cinta) (Praise and affection)

7. Mengembangkan potensi dan masa depan anak (Developing talents and future
concerns)

8. Bantu anak Anda membaca dan mengerjakan PR (Reading and homework support)

9. Beri anak Anda perhatian (perhatian) (Attentiveness)

2.2.3. Dampak Keterlibatan Pengasuhan Ayah

Allen, Daly (2007) menyatakan bahwa dampak dari adanya keikutsertaan sosok ayah
akan meliputi beberapa hal seperti perkembangan kognitif ,emosional, perkembangan
sosial serta kesehatan secara fisik.

2.2.3.1. Perkembangan Kognitif

Dampak keikutsertaan sosok ayah dilihat dari perkembangan kognitif diantara nya:
1. punya keahlian berhitung serta membaca yang cukup serta nilai akademis yang baik.
2. Anak akan menyukai berada di lingkungan sekolah dan tertarik mengikuti kegiatan
mengasah minat dan bakat (ekstrakulikuler).
3. kecenderungan minim akan gagal dalam pembelajaran serta kurangnya angka bolos
bolos, serta jarang aka nada masalah perilaku di sekolah.
4 motivasi yang dimiliki leboh tinggi dan lebih bersemangat dalam hal belajar.

2.2.4.2. Perkembangan secara Emosional

Dampak keikutsertaan sosok ayah dilihat dari perkembangan emosional diantara nya:
1. terpenuhinya kebahagian hidup yang lebih tinggi serta kurangnya tingkat depresi
maupun stress ataupun distress, kurangnya gejala kecemasan,ekspersi negative.
2. mampu menoleransi lebih baik pada tingkat stress, kemampuan memecahkan suatu
masalah, dapat beradaptasi dengan baik, serta terampil dan cendrung memberi
perhatian penuh dari setiap permasalahan yang akan mucul.
3. Anak perempuan dengan kehadiran sosok ayah akan lebih terlihat ingin dan mudah
mengeksplor suatu kegiatan baru.

2.2.4.3. Perkembangan dari segi Sosial

Dampak keikutsertaan sosok ayah dilihat dari perkembangan sosial diantara nya:
1. Rendahnya tingkat konflik diantara teman sebaya.
2.Hubungan pertemanan yang terjalin cenderung lebih baik, hangat,serta
menyenangkan.
3.Memiliki kompetensi dalam dunia sosial yang lebih baik serta mampu menjalin
hubungan baru dengan lingkungan sekitar.
4. umur pertemanan akan cendrung lebih awet dan lebih lama karena mampu menjalin
hubungan sosial yang lebih stabil.

2.2.4.4. Kesehatan dari segi Fisik


Dampak keikutsertaan sosok ayah dalam kesehatan fisik diantara nya:
1. Anak yang kurang keterlibatan sosok ayah banyak didiagnosa mempuunyai
Penyakit yang berkaitan dengan asma atau sesak nafas.
2. Anak yang kurang keterlibatan sosok ayahnya akan cenderung memeiliki banyak
masalah Kesehatan.

2.3. Regulasi Emosi

2.3.1. pengertian Regulasi Emosi


Regulasi emosi yaitu salah satu kemampuan yang berhubungan dengan pengelolaan
emosi dengan tujuan agar terbentuknya emosi yang positif serta menghindarii emosi
negative yang mencakup proses bagaimana mengendalikan dan juga
mengekspresikannya (Gross, 2002).

Dari definisi yang dipaparkan di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwasanya pengertian dari regulasi emosi menuru pendapatt Gross yang akan
dipergunakan dalam penelitian , ialah regulasi emosi mengacu pada proses dimana
kita mempengaruhi emosi yang kita punya dengann menggunakan strategi-strategi,
tertentu dengan tujuan mengelola bagaimana diri mengalami serta
mengekspresikannya.

2.3.2. tahap dalam Regulasi Emosi


Tahap dalam regulasi emosi menggambarkan bagaimana strategi secara
Rinci dan tersusun pada saat emosi berlangsung (Gross, 2002).Gross menyatakan
terdapat lima strategi dari tahap saat terjadinya regulasi emosi yaitu :

2.3.2.1. Menyeleksi Situasi (Situation Selection)


Menyeleksi situasi berarti adanya proses diri individu mendekati maupun menghindari
individu lain, tempat maupun aktivitas yang terlihat akan mempengaruhi si individu
tersebut. Tahap ini juga akan membuat si individu ingin berada pada suatu emosi yang
ingin mereka munculkan dan inginkan.

2.3.2.2. Perubahan Situasi (Situational Modification)


Perubahan situasi ialah proses dalam regulasi emosi berupa upaya-upaya yang
dilakukan diri seorang individu untuk mengubah situasi yang tengah dialami.

2.3.2.3. Pengoperasian Atensi (Attentional Deployment)


Pengoperasian atensi adalah proses regulasi emosi yang mengacu pada
aktivitas individu dengan memfokuskan perhatian pada satu aspek dari banyak aspek
dalam situasi yang sedang terjadi.

2.3.2.4. Perubahan Kognitif (Cognitive Change)


Perubahan kognitif adalah proses regulasi emosi yang digunakan untuk
memilih salah satu dari beberapa makna yang mungkin akan dikenakan pada aspek
yang dipilih.

2.3.2.5. Perubahan pada Respon (Response Modification)


Perubahan akan repon yaitu proses regulasi emosi merupakan upaya-upaya
untuk mempengaruhi kecenderungan terhadap respon emosi saat sudah muncul.
2.3.3. Skema Regulasi Emosi
Gross, John (2003) menyatakan etrdapat dua skema dari regulasi emosi yaitu
cognitive reappraisal serta juga expressive suppression.

2.3.3.1. Cognitive Reappraisal


Skema cognitive reappraisal yaitu pengendalian emosi nya dengan cara merubah
cara berfikir mengenai hal-hal yang berpotensi memunculkan emosi untuk
memodifikasi dari suatu dampak emosi tersebut.

2.3.3.2. Expressive Suppresion


Skema expressive suppression yaitu pengendalian emosi dengan cara
menghambat perilaku ekspresif emosi yang sedang terjadi strategi ini membutuhkan
usaha yang terus menerus untuk memodifikasi suatu respon emosi yang akan muncul.

2.4 Dewasa Awal


2.4.1.1 Pengertian Dewasa Awal

Ialah masa peralihan dari usia remaja. Usia dewasa awal yang identic akan hal
pencarian identitas diri, Berbagai masalah-masalah yang juga muncul dengan
bertambahnya umur. Dewasa awal ialah masa beralihnya dari suatu yg
ketergantungan kemasa harus mandiri, dilihat dari segi ekonomi, kebebasan
terhadap diri sendiri serta pandangan terhadap masa depan yang harus sudah
realistis.

Dewasa awal dikenal juga dengan sebutan dewasa muda rentang usia 20- 40
tahun usia ini seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan baik dari segi
fisik, pemikiran atau kognitif serta psikologis-emosional, agar memiliki
kepribadian yang lebih matang serta juga bijaksana. Dilihat dari segi hukum
individu dinyatakan dewasa jika ia sudah memasuki umur 21 tahun walaupun
belum menikah. Ataupun sudah menikah walaupun belum berumur 21 tahun. Di
indonesia dinyatakan dewasa batasnya ialah umur 21 tahun.

(Monks, 2001) dinyatakan oleh Hurlock (1990) seseorang itu dinayatkan dewasa
bila ia memiliki kekuatan pada tubuh secara penuh ,ia siap berproduksi, kesiapn
secara kognitif serta mampu mengambil peran-peran tertentu dalam
bermasyarakat.

Berdasarkan pernyatanp-pernyataan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan


bahwa rentang umur dewasa awal ialah antara umur 20 tahun hingga 40 tahun.

2.4.2 Ciri Usia Dewasa Awal


Hurlock (2011) menguraikan secara ringkas ciri-ciri dewasa yang
menonjol dalam masa-masa dewasa awal sebagai berikut:
1. Masa dewasa dini sebagai masa pengaturan
Masa dewasa awal merupakan masa pengaturan. Pada masa ini
individu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Yang
berarti seorang pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang ditangani
sebagai karirnya, dan wanita diharapkan mulai menerima tanggung
jawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.

2. Masa dewasa dini sebagai usia produktif

Orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup
orang dewasa . orang yang kawin berperan sebagai orang tua waktu saat ia
berusia duapuluh atau tigapuluh tahun.

3. Masa dewasa dini sebagai masa bermasalah

Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus
dihadapi seseorang. Masalah-masalah baru ini dari segi utamanya berbeda
dengan dari masalah yang sudah dialami sebelumnya.

4. Masalah dewasa dini sebagai masalah ketegangan emosional.


Pada masa ini banyak individu sudah mampu memecahkan masalah-
masalah yang mereka hadapi secara baik sehingga lebih stabil dan lebih
tenang.

5. Masa dewasa sebagai masa terasingan sosial

Keterasingan diintensikan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat


kuat untuk maju dalam karir, sehingga keramah tamahan masa remaja
diganti dengan persaingan dalam masyarakat dewasa.

6. Masa dewasa dini sebagai masa komitmen

Setelah menjadi orang dewasa, individu akan mengalami perubahan,


dimana mereka akan memiliki tanggung jawab sendiri dan komitmen-
komitmen sendiri.

7. Masa dewasa dini sering merupakan masa ketergantungan

Meskipun telah mencapai status dewasa, banyak individu yang masih


tergantung pada orang-orang tertentu dalam jangka waktu yang berbeda-
beda. Ketergantungan ini mungkin pada orang yang membiayai
pendidikan.

8. Masa dewasa dini sebagai masa perubahan

nilai Perubahan nilai ini disebabkan karena beberapa alsan yaitu, individu
ingin diterima oleh anggota kelompok orang dewasa, individu menyadari
bahwa kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam
hal keyakinan dan perilaku.

9. Masa dewasa dini masa penyesuain diri dengan cara hidup baru.

Masa individu banyak mengalami perubahan dimana gaya hidup baru


paling menonjol dibidang perkawinan dan peran orang tua.

10. Masa dewasa dini sebagai masa kreatif.

Orang yang dewasa tidak terikat lagi oleh ketentuan dan aturan oang tua
maupaun guru–gurunya sehingga terbebas dari belenggu ini bebas untuk
berbuat apa yang mereka inginkan bentuk kreatifitas ini tergantung dengan
minat dan kemampuan individual.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri - ciri usia dewasa awal
yaitu: dewasa dini sebagai masa pengaturan, dewasa dini sebagai usia
produktif, dewasa dini sebagai masa bermasalah, dewasa dini sebagai
masalah ketegangan sosial, dewasa dini sebagai masa terasingan sosial,
dewasa dini sebagai masa komitmen, dewasa dini sebagai sering
merupakan masa ketergantungan, dewasa dini sebagai masa perubahan
nilai, dewasa dini sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru,
dewasa dini sebagai masa kreatif.

2.4.3 Tugas – Tugas Perkembangan Pada Dewasa Awal


Hurlock (2009) membagi tugas perkembangan dewasa awal, antara lain,
sebagai berikut:
1. mendapatkan suatu perkerjaan
2. memilih seorang teman hidup
3. belajar hidup bersama dengan suami istri membentuk suatu keluarga
4. membesarkan anak-anak
5. mengelolasebuah rumah tangga
6. menerima tanggung jawab sebagai warga negara
7. bergabung dalam suatu kelompok sosial.

Adapun tugas perkembangan orang dewasa awal meurut R. J. Havighurs, 1953

( dalam Hurlock, 1996) sebagai berikut:

1. memilih teman hidup, pada umumnya, pada masa dewasa


awal ini individu sudah mulai berfikir dan memilih
pasangan yang cocok dengan dirinya, yang dapat mengerti
pikiran dan perasaanya, untuk kemudian dilanjutkan dengan
pernikahan.
2. belajar hidup bersama suami istri, masing-masing individu
mulai menyesuaikan baik pendapat, keinginan, dan minat
dengan pasangan hidupnya. Mulai hidup dengan keluarga
atau hidup dalam keluarga atau hidup bekeluarga.
3. mulai hidup dalam keluarga atau hidup bekeluarga, dalam
hal ini masing-masing individu sudah mulai mengabaikan
keinginan atau hak-hak pribadi, yang menjadi kebutuhan
atau kepentingan yang utama adalah keluarga.
4. dituntut adanya kesamaan cara serta paham, hal ini
dilakukan agar anak tidak merasa bingung harus mengikuti
cara ayah atau ibunya. Maka dalam hal ini pasangan suami
istri harus menentukan bagaimana pola asuh dalam
mendidik anak-anaknya.
5. mengelola rumah tangga, dalam mengelola rumah tangga
harus ada keterusterangan antara suami istri, hal ini untuk
menghindari percecokan dan konflik dalam rumah tangga.
6. mulai bekerja dalam suatu jabatan, seseorang yang sudah
memasuki masa dewasa awal dituntut untuk dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri, yaitu dengan jalan
bekerja. Dalam pekerjaanya tersebut, individu dituntut
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
7. mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara
layak, seseorang yang dikatakan dewasa sudah berhak
untuk menentukan cara hidupnya sendiri, termasuk dalam
hal ini hak dan kewajibannya sebagai warga dari suatu
negara.
8. (h) memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan
nilai-nilai atau pahamnya, setiap individu mempunyai nilai-
nilai dan faham yang berbeda satu sama lain.

Pada masa ini seorang individu akan mulai mencari orang-orang atau kelompok yang
mempunyai faham yang sama atau serupa dengan dirinya. Setiap individu memliki tugas-
tugas perkembangan pada setipa fase kehidupannya, termasuk orang dewasa awal, dan setipa
tugas perkembangan tersebut akan semakin sulit sesuai tahap perkembangan indivudu
tersebut, oleh karena itu individu harus bisa menyelesaiakannya dengan sebaik mungkin.

Tugas perkembangan yang disebutkan oleh para ahli diatas harus bisa dilaksanakan
oleh orang dewasa awal , keberhasilan dalam menjalani tugas-tugas perkembangan tersebut
akan membawa dan menimbulkan kebahagiaan dan mengarahkan kepada keberhasilan dalam
melaksankan tugas-tugas perkebangan pada fase-fase selanjutnya, sebaliknya jika individu
tersebut gagal dalam melaksakan tugas perkembnagannya maka akan mengantarkannya pada
ketidakbahagiaan dan akan mengacaukan tugas perkembangan yang akan dijalani selanjutnya

2.5 Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dalam pengasuhan terhadap


Regulasi emosi perempuan di usia dewasa awal.
Usia dewasa awal disebut jugadengan dewasa muda direntang umur
20- 40 ialah tahapan yang sangat dinamis , sebab individu mengalami banyak
perubahan perubahan baik dari segi fisik, kognitif hingga segi psikologis-
emosional. Sebelum menginjak pada umur dewasa awal , individu pastinya
telah memasuki beberapa tahapan perkembangan mulai dari ia kecil sampai
menginjak usia remaja akhir ke usia dewasa awal, keterlibatan orang tua ialah
Salah satu hal yang sangat berperan dalam berkembangnya seorang individu.

Ketika individu itu berjenis kelamin perempuan maka sosok ayah yang
akan mempengaruhi regulasi emosi nya, Pemisahan sosok role model tersebut
dalam regulasi emosi secara umum antara jenis kelamin perempuan serta jenis
kelamin laki-laki (Ratnasari, Suleeman, (2018)

2.6 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir untuk penelitian ini sebagai berikut:

Keterlibatan ayah dalam


pengasuhan

Perempuan Usia Dewasa Awal

Regulasi Emosi
2.7 Hipotesis
1. Terdapat Pengaruh Antara Keterlibatan Pengasuhan seorang ayah terhadap
perkembangan regulasi emosi pada Perempuan usia dewasa awal.
2. Tidak terdapat pengaruh antara keterlibatan pengasuhan seorang ayah terhadap
perkembangan regulasi emosi pada perempua usia dewasa awal.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Pada penelitian ini memakai pendekatan Kuantitatif, guna menguji hipotesis
penelitian.penelitian kuantitatif ialah penelitian yang data dari penelitian nya
ditampilkan dalam bentuk angka yang diolah dalam bentuk Teknik statistika
(Sangadji, Sopiah, 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentikasi fenomena antara variable dependent


terhadap variable independent dengan tujuan untuk melihat arah pengaruh serta
kekuatan antara variable bebas serta terikat.

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Keterlibatan Ayah

keterlibatan ayah sendiri berarti seberapa banyak waktu yang diluangkan Bersama
anak dan bagaimana kualitas interaksi yang terjadi diantara ayah dan anaknya. Akan
tetapi jumlah waktu tidak menjadi satu-satunya penentu penting dalam hal
keterlibatan sosok seorang ayah dalam hal pengasuhan. Keterlibatan sendiri
mencakupi beberapa hal seperti, afeksi, fisik maupun kognisinya yang berkaitan
dengan perkembangan emosional anak itu sendiri. (Hawkins dkk, 2002).

3.2.2 Regulasi Emosi


Regulasi emosi yaitu salah satu kemampuan yang berhubungan dengan pengelolaan
emosi dengan tujuan agar terbentuknya emosi yang positif serta menghindarii emosi
negative yang mencakup proses bagaimana mengendalikan dan juga
mengekspresikannya (Gross, 2002).

3.3 Populasi serta Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi
berdasarkan Khandayani (2020), populasi yaitu suatu himpunan dengan krakteristiki
yang sama dari setiap unsur yang akan diteliti, bisa berupa individu dalam suatu
kelompok, fenomna apapun yang diteliti. Populasi pada penelitian kali ialah
perempuan usia dewasa awal 20-40 tahun.

3.3.2 Sampel
Berdasarkan paparan oleh Sugiyono, (2017:81) sampel yaitu suatu bagian dari
populasi dari sumber data pada penelitian, populasi sendiri ialah bagian dari jumlah
karakteristik yang terdapat dalam populasi. Sampel pada penelitian ini adalah 100
orang perempuan usia dewasa awal.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan Data kali ini menggunakan Kuesioner yang disebar dengan cara
membagikan list dafatr pertanyaan kepada para rsponden untuk mendapatkan jawaban
dari siresponden. (Sangadji, Sophiah, 2010).

Skala yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan skala likert yang mana
bertujuan untuk Mengukur sikap serta opini dan suatu persepsi seorang individu
tentang suatu fenomal sosial (Sugiyono, 2014). Skala ini memakai 5 sekala yakni
Sangat Setuju (5) hingga Sangat tidak Setuju (1).
Daftar Pustaka

Abdullah, S. M. (2009). Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak (paternal


involvement): sebuah tinjauan teoritis. Universitas Mercubuana Yogyakarta.

Agesti, P. (2019). PENGARUH KETERLIBATAN AYAH TERHADAP REGULASI


EMOSI REMAJA PUTRI (Doctoral dissertation, Universitas Widya Dharma).

Gumulya, G. (2022). Gambaran Resiliensi Remaja Perempuan Sulung Pasca


Kematian Ayah Mendadak (Doctoral dissertation, Universitas Tarumanagara).

Lestari, C. D. (2018). Hubungan Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Dengan


Konsep Diri Remaja Perempuan (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).

Maulidya, F., & Adelina, M. (2018). Periodesasi perkembangan dewasa. Periodesasi


Perkembangan Dewasa, 1-10.

Nasution, I. N., & Septiani, D. (2017). Perkembangan regulasi emosi anak dilihat dari
peran keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Psychopolytan: Jurnal Psikologi, 1(1), 23-
30.
Putri, A. F. (2019). Pentingnya orang dewasa awal menyelesaikan tugas
perkembangannya. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 3(2), 35-
40.

Anda mungkin juga menyukai