Anda di halaman 1dari 10

6

TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

REGULASI EMOSI DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN


PADA REMAJA

Maslichah Raichatul Janah

Program studi Psikologi, Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Sahid Surakarta
iin_13n@yahoo.co.id

Abstract
Emotion regulation are well entrenched in vocational students gave a positive
significance . From the research that see that future development of adolescents in this
age emotions greatly affect its development . So it appears that both the juvenile form of
aggression and bullying behavior influenced of low emotion regulation.

The importance of emotion regulation that are embedded in the vocational


students , at an early stage will help in increasing achievement motivation . Emotion
regulation are embedded with both the need for help from parents in doing good
parenting and the existence of a supportive environment

To be able to develop the analysis it is necessary to study the effect of free


school policy as a management strategy in the development of vocational schools in
Sukoharjo in order to create the hyuman resources Excellence

Key word:Emotional Regulation, Problem Solving, adolescents


7
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

Abstrak

Regulasi emosi yang baik, yang tertanam pada siswa SMK memberikan
signifikasi yang positif. Dari beberapa hasil penelitian yang sudah-sudah mebuktikan
bahwa masa perkembangan remaja di usia ini gejolak emosi sangat mempengaruhi
perkembangannya. Sehingga nampak bahwa kenakalan remaja baik itu berupa agresifitas
dan perilaku bullying dipengearuhi dari regulasi emosi yang rendah.

Pentingnya regulasi emosi yang tertanam pada siswa SMK, secara dini akan
membantu dalam meningkatkan motivasi berprestasi. Regulasi emosi yang tertanam
dengan baik perlu adanya bantuan dari orangtua dalam melakukan pola asuh yang baik
serta adanya lingkungan yang mendukung.

Kata kunci: Regulasi Emosi, Penyelesaian masalah, remaja


8
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

PENDAHULUAN juga karena adanya tekanan/masalah.

Masa remaja merupakan satu Oleh karenanya, kemampuan mengelola

periode perkembangan manusia yang emosi perlu dilakukan agar seseorang

ditandai oleh pertumbuhan fisik, dapat terhindar dari perilaku – perilaku

pengembangan kepribadian, kebutuhan antisosial, terutama bagi remaja yang

untuk pencapaian kedewasaan, sedang mengalami konflik yang

kemandirian, serta adaptasi antara peran beragam dan kompleks. Kemampuan

dan fungsi dalam kebudayaan dimana ia mengelola emosi ini disebut juga dengan

berada. Masa remaja merupakan masa regulasi emosi.

yang penuh dengan stress dan tekanan, Hurlock (Faridh, 2008)

karena perubahan fisik dan hormon. berpendapat bahwa remaja cenderung

Salah satu kebutuhan remaja yang memiliki emosi yang bergejolak. Di usia

paling penting namun juga kerap remaja, kemampuan untuk mengelola

menimbulkan ketegangan adalah emosi belum berkembang secara

kemampuannya dalam mengelola emosi. matang. Hal ini membuat remaja

Thornburg (Faridh, 2008) cenderung untuk mengikuti emosinya

mengatakan bahwa seorang remaja dalam berbagai tindakan.

dikatakan terlibat dalam kenakalan Emosimerupakanhalyangsangat

apabila ia memiliki problem – problem pentingdalam kehidupan sehari-hari.

emosional atau problem – problem Emosi sangat membantu menyediakan

kepribadian yang mencetuskan perilaku informasi yang penting mengenai status

anti sosial. Banyak perilaku interaksi individu dengan orang lain,

menyimpang yang dilakukan oleh akan tetapi seringkali pengalaman emosi

remaja tidak hanya dikarenakan oleh yang kuat membutuhkan untuk dikelola.

ketidak mampuan mengontrol diri, tetapi Orang melakukan regulasi emosi dengan
9
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

cara yang berbeda-beda, dan dengan Indonesia mencapai30 % dari jumlah

kemampuan yang berbeda pula. Strategi penduduk, jadi sekitar 1,2 juta

yang dipilih dalam melakukan regulasi jiwa.Potensi ini merupakan sumber daya

emosi bisa lebih sehat dibanding yang besar bagi bangsa Indonesia. Remaja

lain merupakan salah satu tonggak

Thompson (Kostiuk & Gregory, keberhasilan dan harapan bangsa

2002) menggambarkan regulasi emosi Indonesia dimasa depan. Namun

sebagai kemampuan merespon proses – kenyataan yang ditunjukkan oleh para

proses ekstrinsik dan intrinsik untuk remaja bangsa ini begitu jauh dari

memonitor, mengevaluasi, dan harapan. Hampir setiap hari terdapat

memodifikasi reaksi emosi yang intensif pemberitaan mengenai agresivitasyang

dan menetap untuk mencapai suatu dilakukan oleh remaja, dimana jumlah

tujuan. Ini berarti apabila seseorang serta bentuknya menjadi semakin

mampu mengelola emosi – emosinya meningkat dan bervariasi. Hal ini

secara efektif, maka ia akan memiliki terbukti dan sesuai dengan penelitian

daya tahan yang baik dalam menghadapi yang dilakukan oleh (Janah, Rifa dan

masalah. Ernawati, 2014) yang menyatakan

Fenomena akibat kurangnya bahwa ada hubungan yang signifikan

regulasi emosi diantarana berdampak antara regulasi dengan perilaku agresif

sebagai berikut agresivitas yang dalam menyelesaikan konflik

ditunjukkan oleh remaja akhir-akhir ini interpersonal pada siswa SMK.

semakin marak dan sudah sangat Beberapa penelitian lain yang

memprihatinkan. Hasil Survey memiliki kaitan dengan regulasi emosi

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI diantaranya sebagai berikut : Adapun

2007) menunjukkan jumlah remaja di penelitian yang dilakukan Faridh, 2008


10
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

kaitannya regulasi emosi pada remaja ini lah yang nantinya akan

menunjukan hasil yang signifikan antara memepengaruhi regulasi emosi. Tak

regulasi emosi dengan kecenderungan dipungkiri peran orangtua memberi

kenakalan remaja. Adapun penelitian kontribusi yang dominan, sehingga

sejenis dilakukan oleh Umasugi, 2013 ketika pola asuh dan pendidikan yang

menyatakan bahwa regulasi emosi orangtua berikan berlangsung dengan

memiliki hubungan yang signifikan baik maka hal ini memberikan korelasi

dengan kecendrungan perilaku bullying yang baik terhadap regulasi emosi yang

pada remaja. Penelitian yang dilakukan tertanam.

oleh Wahyuni, 2013 dengan hasil Hubungan antara orang tua dan

regulasi memiliki hubungan yang remaja sangat penting, masa-masa ini

signifikan dengan motifasi berprestasi peran orang tua dibutuhkan karena

pada siswa SMK di samarinda. remaja mengingikan kondisi yang saling

Penelitian diatas bagaian dalah bertukar pikiran sebagai tempat

salah satu akibat atau dampak meluapkan emosinya. Berhubungan

menurunnya regulasi emosi pada siswa dengan emosi atau perasaan yang ada di

SMK atau remaja, sehingga dari sini antara anggota keluarga bisa bersifat

nampak pentingnya meningkatkan positif ataupun negatif. Affect yang

regulasi bagi siswa SMK. positif antara anggota keluarga

menunjuk pada hubungan yang

PEMBAHASAN digolongkan pada emosi seperti


Pembentukan Regulasi Emosi
kehangatan, kasih sayang, cinta, dan
Keluarga merupakan sumber
sensitivitas. Dalam hal ini anggota
utama yang memepengaruhi perilaku
menunjukkan bahwa masing-masing
pada diri remaja. Dari adanya konsep-
dari mereka mau mendengarkan
konsep yang tertanam pada diri remaja,
11
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

perasaan dan mengerti kebutuhan satu pada perkembangan emosi anak.

sama lain. Sedangkan affect yang Goleman memaparkan bahwa pada gaya

negatif digolongkan pada emosi yang mendidik orang tua yang mengabaikan

“dingin”, penolakan, dan permusuhan. perasaan anak, yang tercermin pada

Kombinasi dari kelekatan yang persepsi negatif orang tua terhadap

tidak kuat dan perilaku-perilaku pola emosi, emosi anak dilihat sebagai

asuh orangtua dapat menyebabkan anak gangguan atau sesuatu yang selalu

mengalami ketidakmampuan meregulasi direspon orang tua dengan penolakan.

emosi serta terlibat dalam perilaku- Pada masa dewasa, anak tersebut tidak

perilaku mengganggu, pada akhirnya akan menghargai emosinya sendiri yang

mendorong strategi pola asuh yang salah menimbulkan keterbatasan dalam

dimana hal ini memperburuk perilaku mengungkapkan emosinya. Sebaliknya,

mengganggu pada anak, yang kemudian pada kelurga yang menghargai emosi

memperburuk perilaku-perilaku anak- anak yang dibuktikan dengan

anak (Kostiuk & Gregory, 2002). penerimaan orang tua terhadap

Keterkaitan secara teoritik ungkapan emosi anak, pada masa

antara keberfungsian keluarga dengan dewasa nanti anak akan menghargai

pengungkapan emosi juga dijelaskan emosinya sendiri sehingga ia mampu

oleh Goleman (2000), yang meninjau mengungkapkan emosinya pada orang

terjadinya proses pengungkapan emosi lain.

sejak awal yaitu pada masa anak-anak. Selain itu juga ada umur dan

Goleman (2000) menjelaskan bahwa jenis kelamin. Seorang gadis yang

cara-cara yang digunakan orang tua berumur 7-17 tahun lebih dapat

untuk menangani masalah anaknya melupakan tentang emosi yang

memberikan pelajaran yang membekas menyakitkan daripada anak laki-laki


12
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

yang juga seumur dengannya Salovey & Biasanya emosi positif meningkat bila

Sluyter (Wahyuni, 2013). Salovey dan individu mencapai tujuannya dan emosi

Sluyter (Wahyuni, 2013) menyimpulkan negatif meningkat bila individu

bahwa anak perempuan lebih banyak kesulitan dalam mencapai tujuannya.

mencari dukungan dan perlindungan Masa-masa remaja sering

dari orang lain untuk meregulasi emosi dikatakan masa-masa mencari jatidiri

negatif mereka sedangkan anak laki-laki dan melakukan eksplorasi sesuai dengan

menggunakan latihan fisik untuk apa yang diinginkan, dari apa yang

meregulasi emosi negatif mereka. diinginkan tersebu prilaku yang nampak

Sesuai dengan pendapat di atas terwujud berkaitan dengan emosi atau

sehingga dari faktor-faktor itulah persaan yang dialami remaja tersebut.

nampak laki-laki terlihat memiliki emosi Sesuai dengan pendapat faktor diatas

yang lebih meledak- ledak dan deven itulah salah satu yang menentukan

mekanisme pada permaslahannya lebih remaja itu mampu melakukan regulasi

dengan fisik, terlihat laki-laki lebih emosinya. Jd dari sinilah dibutuhkan

agresif dalam melakukan penyelesaian bimbingan dan pendampingan orang-

masalah yang dihadapinya. orang yang berada disekitarnya guna

Adapun hal lain nampak dari membantu dalam mengarahkan ketika

hubungan interpersonal dan individual remaja itu menyelesaikan problematika

juga mempengaruhi regulasi emosi. dalam hidupnya.

Keduanya berhubungan dan saling Faktor lain yang mempengaruhi

mempengaruhi, sehingga emosi regulasi emosi tidak hanya faktor-faktor

meningkat bila individu yang ingin di atas melainkan ada faktor lainnya

mencapai suatu tujuan berinteraksi menurut Salovey dan Sluyter (Wahyuni,

dengan lingkungan dan individu lainnya. 2013) yaitu berkaitan dengan permainan
13
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

yang mereka mainkan, program televisi melonjak tajam emosi yang meledak-

yang mereka tonton, dan teman bermain ledak rasa ingin hidup bebas tanpa

mereka dapat mempengaruhi aturan.

perkembangan regulasi mereka. Sehinga Banyaknya perilaku tawuran

sejak dini setidaknya para remaja dan agresifitas yang dilakukan oleh

dikenalkan dengan tontonan program remaja itu bagian dari terwujudanya

televisi yang mendidik dan nampak dari pengelolaan emosi yang gagal,

sini pembentukan regulasi emosi tidak meskipun Hurlock (Faridh, 2008)

hanya dari kluarga saja yang berpendapat bahwa remaja cenderung

mendukung, akan tetapi perlu memiliki emosi yang bergejolak. Di usia

bimbingan dari pihak-pihak lain guna remaja, kemampuan untuk mengelola

menjadikan remaja yang mampu emosi belum berkembang secara

mengelola emosinya. matang. Bentuk pola asuh tidak hanya

Peranan Regulasi Emosi dalam berfungsi untuk mengembangkan


Menyelesaikan permasalahan remaja
kemampuan regulasi emosi seseorang,
Mengingat labilnya emosi pada
tapi juga sekaligus berguna untuk
saat remaja, maka salah satu aspek
mengembangkan kemampuan seseorang
penting dalam perkembangan emosi
dalam mengontrol diri.
adalah kemampuan remaja untuk
Adanya kemampuan mengelola
mengatur emosi. Menurut Gross (dalam
emosi yang baik dapat membantu
Manz, 2007) respon emosional dapat
seseorang dalam mengontrol dirinya
menuntun individu ke arah yang benar
untuk tidak terlibat dalam perilaku yang
dan salah faktor yang menjadikan
negatif terutama ketika sedang
seringnya terjadi pelanggaran
mengalami masalah dan tekanan. Ini
melibatkan para siswa sekarang ini
berarti, kemampuan dalam meregulasi
merupakan bentuk emosi mereka yang
14
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

emosi mempengaruhi kemampuan lingkungannya. Dalam penelitian lain

seseorang dalam mengontrol dirinya juga menemukan bahwa ada kontribusi

sehingga dengan adanya kemampuan kontrol diri terhadap kecenderungan

mengontrol diri yang baik dapat kenakalan remaja (agrsifitas). Dengan

membuat seseorang mengarahkan kata lain, kontrol diri juga dapat

perilakunya dengan baik dan terhindar mempengaruhi kecenderungan seorang

dari kenakalan remaja. remaja untuk terlibat dalam perilaku

Hal ini senada dengan temuan kenakalan.

peneliti yang dilakukan penulis dalam Peranan pengelolaan emosi

penelitiannya menemukan bahwa dalam penyelesaian permaslahan remaja

terdapat korelasi positif anatar regulasi tak jauh dari adanya beberapa hal yang

emosi dengan kurangnya perilaku tertanam dalam diri remaja tersebut

agresifitas dalam menyelesaikan konflik diantaranya adala: penerimaan akan

interpersonal, dimana semakin baik permasalahan yang terjadi dan berserah

regulasi emosi remaja maka semakin serta pasrah akan problem yang sedang

rendah perilaku agresif dalam dialaminya, mencari jalan keluar dengan

menyelesaikan konflik interpersonal. memikirkan hal terburuk yang

Sejalan dengan Hetherington & Parke menimpanya dengan jalan keluar yang

Desviyanti (Faridh, 2008) yang positif dengan tidak melibatkan

mengatakan bahwa seorang anak yang agresifitas, menyalahkan diri sendiri

mampu meregulasi dirinya dalam hal terlebih dahulu atau mengoreksi diri

ini terkait dengan regulasi emosi, maka sendiri sebelum menyalahkan orang

ia akan dapat memahami dan lain, berpikir positif sehinga adanya rasa

mengetahui periku seperti apa yang syukur dan menerima kondisinya

dapat diterima oleh orangtua dan dibanding orang lain yang bisa jadi
15
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. IV, No. 1, Februari 2015

memiliki probel permasalahan yang jauh Disinilah pentingnya regulasi yang baik

lebih rumit dan parah, dan yang terakhir yang tertanam sejak dini. Diharapkan

adanya keyakinan dalam diri individu dengan adanya regulasi emosi yang

untuk mampu menyelesaikan problem- tertanam pada siswa SMK, tingkat

problem yang sedang dihadapi. kenakalan remaja dan agresifitas akan

SIMPULAN menurun.
Terbentuknya regulasi emosi
DAFTAR PUSTAKA
sejak dini yang dimiliki oleh remaja baik
Faridh, R. 2008. Hubungan Antara
Regulasi Emosi Dengan
itu siswa SMK memberikan dampak
Kecendrungan Kenakalan
Remaja. Sekripsi. Tidak
yang sangat siknifikan bagi
diterbitkan. Fakultas Psikologi.
Universitas Islam Indonesia.
perkembangannya kelak. Pada usia
Goleman , D. 2000. Emotional
remaja umumnya terjadi perkembangan Intelligence (terj). Jakarta:
Gramedia
yang sengat pesat pada kognitif, fisik,
Kostiuk, L.M., dan Fouts. G.T. 2002
kematangan seksual dan emosional. Understending Of Emotions and
Emotion Regulation In Adolescent
Diusia ini seorang remaja umumnya Females With Conduct Problem.
The Qualitativereport.
mengalami konflik yang kompleks, http//.www.nova.edu/ssss.ar/kosti
uk.html. Diakses 20 Oktober
sehingga masa remaja sering dikenal 2014.
Manz, C.C.2007. Emotional Disiplines
dengan masa “strom and stress”. Pada Langkah Menata Emosi Untuk
Merasa Lebih Baik Setiap Hari.
masa remaja seseorang sangat rentan Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Utama.
untuk terkena pengaruh dari
Wahyuni, S. 2013. Hubungan Efikasi
lingkungannya dan hal ini merupakan
Diri dan Regulasi Emosi dengan
akibat karena adanya perubahan –
Motivasi Berprestasi pada Siswa SMK
perubahan secara fisik maupun mental
Negri 1 Samarinda.E Journal Psikologi.
sehingga menyebabkan munculnya
Vol. 1 No.1 : 88-95.
tuntutan lingkungan terhadap perannya.

Anda mungkin juga menyukai