Anda di halaman 1dari 13

PELATIHAN REGULASI EMOSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DENGAN KURIKULUM 2013

Nur Fadhillah Mukarrami


Universitas Pendidikan Indonesia
Email: nurfadhillahmukarrami@upi.edu

Abstrak

Tujuan dari peneletian ini adalah untuk mengidentifikasi regulasi emosi siswa dalam proses
belajar mengajar dan mencaritahu bagaimana pengendalian emosi juga implementasinya dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
metode studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya pelatihan regulasi
emosi pada siswa berpengaruh untuk menurunkan perilaku agresif, tingkat stress, dan keluhan
kesehatan mental lainnya pada mereka. Sehingga membantu para siswa untuk mengontrol dan
menyesuaikan emosi mereka dalam belajar dan berprestasi di sekolah. Implikasi dari penelitian
ini diharapkan guru PAI dapat menyusun program kegiatan yang berkaitan dengan pengenalan
emosi, pemicu munculnya emosi, pengendalian stress, serta motivasi diri melalui berbagai jenis
kegiatan keIslaman dengan mengikuti cara Nabi mengajarkan anak didiknya dalam hal regulasi
emosi. Para pakar/ilmuwan Barat telah banyak membicarakan tentang regulasi emosi. Walaupun
demikian, aspek kerohanian kurang ditekankan dalam membincangkan tentang regulasi emosi.
Maka penelitian ini akan dibangunkan dengan mengambil pandangan/cara Nabi Muhammad
SAW, al-Quran, dan pakar Islam sejajar dengan aspek agama/keIslaman.
Kata Kunci: regulasi emosi, perspektif Islam

Abstract

The purpose of this research is based on the low student learning outcomes that are influenced by
student emotions. The purpose of this study was to describe emotion regulation, learning
outcomes, and identify the relationship between emotion regulation and student learning
outcomes in Islamic Religious Education. This study uses a qualitative approach and literature
study methods. The results of this study indicate that the existence of emotional regulation
training in students has an effect on reducing aggressive behavior, stress levels, and other mental
health complaints in them. Thus helping students to control and adjust their emotions in learning
and achieving in school. The implication of this research is that it is hoped that PAI teachers can
develop activity programs related to emotion recognition, triggering emotions, stress control, and
self-motivation through various types of Islamic activities by following the way the Prophet
taught his students in terms of emotion regulation. Western experts/scientists have talked a lot
about emotion regulation. However, the spiritual aspect is less emphasized in discussing emotion
regulation. So this research will be developed by taking the views/ways of the Prophet
Muhammad SAW, the Koran, and Islamic experts parallel to religious/Islamic aspects.

Keywords: emotion regulation, Islamic perspective

Pendahuluan

Sebagian besar orang akan menghubungkan kata emosi dengan amarah. Namun, emosi
ternyata tidak hanya berkutat pada amarah atau kemarahan semata. Beberapa bentuk emosi
antara lain sedih, gembira, marah, takut, iba atau haru, kasih sayang, iri hati, dan ingin tahu.
Anak-anak diberkati dengan semua bentuk emosi tersebut. Pendidikan emosi pada anak adalah
satu hal perlu diketahui baik bagi pendidik juga para orangtua. Namun, banyak orang tua yang
tidak menyadari hal ini. Mereka membiarkan anaknya bertumbuh dan berkembang tanpa adanya
pendidikan emosi. Apakah Anda pernah menjumpai anak yang mudah sedih, mudah marah, atau
mudah merasa iri hati? Nah, anak-anak tersebut kurang mendapatkan pendidikan emosi,
sehingga salah satu bentuk emosi yang ada pada dirinya lebih besar daripada bentuk emosi yang
lain.

Maraknya perilaku agresif pada anak saat ini banyak terjadi di Indonesia. Anak-anak
tidak mengenal arti agresif, akan tetapi mereka sering melakukannya. Bentuk-bentuk agresif
yang ditampilkan antara lain: menghina, menolak melakukan tugas, melempar barang, mencubit,
menendang, mendorong untuk mendapatkan keinginan, mengganggu teman, memukul, mudah
marah dan berkelahi serta usil (Elisabeth, 2007). Harian Kompas memberitakan bahwa anak usia
8 tahun terlibat pertengkaran dengan tetangganya saat bermain. Kedua anak tersebut akhirnya
ribut dan bertengkar yang mengakibatkan korban menangis karena kalah bertengkar dengan
pelaku (Kompas, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak
Indonesia (YKAI) juga memperlihatkan bahwa 5% dari anak-anak yang tinggal di Palu
melakukan perilaku agresif ketika terjadi suatu peristiwa konflik, misalnya anak akan marah dan
tidak mau meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Selain itu 21,6% dari anak-anak tersebut
akan membalas dengan berperilaku agresif jika ada temannya yang membuat marah karena
menganggap bahwa perilaku agresif adalah hal yang wajar dan biasa (YKAI, 2010).
Kondisi pandemi covid-19 berdampak pada ditutupnya sekolah di beberapa daerah di
Indonesia dan siswa harus belajar di rumah dengan didampingi oleh orang tua. Penelitian
sebelumnya menemukan bahwa selama enam bulan berlaku sekolah dari rumah di Indonesia
muncul permasalahan kesulitan siswa dalam belajar dari rumah disebabkan kurangnya sumber
belajar seperti tidak adanya akses internet dan kemampuan orang tua dalam mendukung
pembelajaran anaknya (Putra et al., 2020).

Teori dan penelitian tentang kesejahteraan psikologis menghasilkan gagasan konsep yang
luas termasuk stabilitas emosional, hubungan interpersonal yang positif, pengendalian diri, dan
indikator kesejahteraan psikologi terus berkembangan sesuai kebutuhan penelitian diantaranya
peran emosi terhadap kesejahteraan (Ryff, 1995; Ryff & Keyes, 1995) serta diagnosis gangguan
mood seperti kecemasan atau depresi terhadap kesejahteraan psikologis (Twenge & Campbell,
2018). Secara umum kesuksesan belajar dari rumah atau biasa disebut Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) di Indonesia ditentukan oleh kesiapan orang tua dalam mendampingi belajar anak, kesiapan
teknologi, penyesuaian kurikulum, kolaborasi guru dan orang tua, serta dukungan komunitas
(Rasmitadila et al., 2020). Pendampingan orang tua dalam pembelajaran di rumah menjadi aspek
penting keberhasilan belajar anak selama sekolah dari rumah selama pandemi, karena orang tua
dapat melakukan pendekatan berdasarkan gaya belajar anak (Ahsani, 2020; Iftitah & Anawaty,
2020), di samping itu juga memiliki fungsi membangun kedekatan antara orang tua dan anak
(Iftitah & Anawaty, 2020).

Kajian Pustaka

1. Regulasi Emosi
a. Pengertian Regulasi Emosi

Regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul
pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi yang tepat
meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan, reaksi fisiologis, kognisi yang berhubungan
dengan emosi, dan reaksi yang berhubungan dengan emosi (Shaffer, dalam Anggraeny, 2014).
Sementara itu, Gross (2007) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah strategi yang
dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau
mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku.
Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi yang
dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga dapat mengurangi emosinya
baik positif maupun negatif.

Sedangkan menurut Gottman dan Katz (dalam Anggreiny, 2014) regulasi emosi merujuk
pada kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak tepat akibat kuatnya intensitas emosi positif
atau negatif yang dirasakan, dapat menenangkan diri dari pengaruh psikologis yang timbul akibat
intensitas yang kuat dari emosi, dapat memusatkan perhatian kembali dan mengorganisir diri
sendiri untuk mengatur perilaku yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Walden dan Smith
(dalam Anggreiny, 2014) menjelaskan bahwa regulasi emosi merupakan proses menerima,
mempertahankan dan mengendalikan suatu kejadian, intensitas dan lamanya emosi dirasakan,
proses fisiologis yang berhubungan dengan emosi, ekspresi wajah serta perilaku yang dapat
diobservasi.

Al-Qarni (2016) mengatakan bahawa regulasi emosi adalah perasaan dan emosi yang
bergejolak kerana kegembiraan yang memuncak atau musibah yang berat. Individu yang mampu
mengatasi emosi dalam setiap masa samaada yang memilukan ataupun menggembirakan, maka
orang tersebut berjaya memiliki kekuatan iman. Manusia merupakan makhluk yang senang
bergembira dan berbangga diri, namam bala ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah.
Tetapi bagi orang yang mendekatkan diri kepada Allah, mereka mampu berdiri seimbang antara
kesedihan yang melampau dan kegembiraan yang tinggi.

b. Aspek Regulasi Emosi

Menurut Gross (2007) ada empat aspek yang digunakan untuk menentukan kemampuan
regulasi emosi seseorang yaitu:

a. Strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan individua untuk dapat mengatasi
suatu masalah, memiliki kemampuan untuk menemukan suatu cara yang dapat mengurangi
emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi yang
berlebihan.
b. Engaging in goal directed behavior (goals) ialah kemampuan individu untuk tidak terpengaruh
oleh emosi negatif yang dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan sesuatu
dengan baik.

c. Control emotional responses (impulse) ialah kemampuan individu untuk dapat mengontrol
emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku dan
nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan
respon emosi yang tepat.

d. Acceptance of emotional response (acceptance) ialah kemampuan individu untuk menerima


suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu merasakan emosi
tersebut.

c. Tahapan Regulasi Emosi

James J. Gross dan O.P John mengemukakan bahwa ada lima tahapan regulasi emsoi
pada individu diantaranya:

a. Pemilihan Situasi (Selection of The Situation)

Pemilihan situasi digunakan individu untuk mempertimbangkan manfaat jangka panjang


ketika memilih situasi tersebut. Pemilihan situasi melibatkan pemilihan emosi yang meningkat
atau menurun tergantung situasi yang diharapkan. Contohnya, guru BK program akselerasi lebih
memilih mengajak makan bersama walapun dengan siswa yang bermasalah daripada harus
melampiaskan emosi kepada siswa.

b. Modifikasi situasi (Modification of The Situation)

Modifikasi situasi membantu individu untuk membentuk sebuah situasi yang diinginkan
dan merupakan usaha yang secara langsung dilakukan untuk memodifikasi situasi agar efek
emosinya teralihkan Contohnya, guru BK tidak membicarakan secara langsung masalah kepada
siswa agar siswa tidak merasa takut dan malu.

c. Terbukanya perhatian (Deployment of Attention)


Situasi di mana individu mengetahui pengaruhnya terhadap emosi Contohnya, pada saat
guru BK mendapat kritikan dari rekan kerjanya maupun siswa, yang dilakukan guru BK lebih
memilih untuk fokus dalam menjalankan tugasnya dari pada harus terbawa emosi dengan adanya
kritikan dari berbagai pihak.

d. Perubahan kognitif (Change Of Cognitions)

Perubahan kognitif adalah bagaimana individu dapat menilai situasi yang dengan
mengubah emosi secara signifikan. Contohnya, ketika guru BK program akselerasi mendapat
banyak kritikan baik maupun buruk, guru BK menjadikan hal tersebut bukan sebagai suatu
kegagalan tetapi dijadikannya sebagai suatu motivasi diri.

e. Penyesuaian respon (Modulation Of Respon)

Penyesuaian respon terjadi di ujung proses bangkitnya emosi. Dalam tahapan ini individu
dapat menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya kepada orang lain. Contohnya, guru
BK tetap bersikap ramah kepada siswanya meskipun dalam kondisi tertekan. Apabila proses
regulasi emosi dilakukan oleh guru BK program akselerasi dengan baik, maka akan tercipta
suasana yang harmonis di sekolah antara guru BK dengan siswa maupun dengan guru yang lain.
Guru BK program akselerasi harus bisa mengimbangi situasi yang ada di sekolah, harus bisa
mengidentifikasi suatu masalah dan harus bisa meregulasi emosi sebelum emosi itu muncul.

2. Cara Nabi Muhammad SAW dalam Regulasi Emosi


a. Mendiamkan diri daripada berkata-kata kerana dibimbangi akan menambahkan
kemarahan orang lain.

‫َو ِإَذا َغِض َب َأَح ُد ُك ْم َفْلَيْس ُك ت‬


“Apabila salah seorang dari anda marah, dia harus diam”.( HR. Ahmad, 1: 239).
b. Bergerak/Beralih kedudukan dari berdiri ke duduk.
‫ِج‬ ‫ِل‬ ‫ِئ‬ ‫ِض‬
" ‫"ِإَذا َغ َب َأَح ُد ُك ْم َو ُه َو َقا ٌم َفْلَيْج ْس َفِإْن َذَه َب َعْنُه اْلَغَض ُب َو ِإَّال َفْلَيْض َط ْع‬
“Apabila salah seorang dari anda menjadi marah ketika berdiri, dia harus duduk. Sekiranya
kemarahan meninggalkannya, baik dan baik; jika tidak, dia harus berbaring”. (HR. Abu Daud.
Sunan Abi Daud. No. 4782(
c. Mengambil wudu’.

‫َفِإَذا َغِض ب َأَح ُد ُك ْم َفْلَيَتَو َّضْأ‬


“Jika anda menjadi marah maka ambillah wuduk dengan air”. (HR. Abu Daud. Sunan Abi
Daud- HR. Abu Daud. Sunan Abi Daud)
d. Bersabar dan berdoa

‫َفاْلَتَف َت َح َس ٌن ِإَلْيِه ُمْغَض ًبا َفَق اَل َأُبو َر اِفٍع َأْقِبْل َعَلى َص َالِتَك َو َال َتْغَض ب‬
“Tumpukan perhatian pada doamu dan jangan marah. (HR Sunan Abi Daud 646)
e. Memohon perlindungan Allah apabila perasaan marah melanda dengan (bacaan

‫َأُعوذ ِبالَّله ِم ْن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج يِم‬


Sebagaimana yang disebut di dalam hadith Rasulullah S.A.W: "

" ‫ِإيِّن ألَعلُم َك ِلَم ًة َلْو َقاَهَلا َلَذ َه َب َغَض ُبُه َأُعوُذ ِبالَله ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج يم‬
“Sesungguhnya, aku tahu satu pernyataan, bahawa jika dia mengatakannya, kemarahannya akan pergi:
"Aku berlindung kepada Allah dari Syaitan".( Jami’ Al-Tirmidhi 3452.)
f. Tidak marah melainkan dalam perkara agama sebagaimana sabda Rasulullah:

” ‫ َو ال َيْنَتِص ُر َل ه‬،‫ َو ال َيْغَض ُب ِلَنْف ِس ِه‬،‫ َح ىَّت َيْنَتِص َر َل ُه‬،‫ ْمَل َيُقْم ِلَغَض ِبِه َش ْي ٌء‬.......‫َو ال ُتْغِض ُبُه الُّد ْنَيا‬

‫ َو ِإَذا َغِض َب َأْع َر َض َو َأَش اح‬.…“


“Dia tidak pernah marah kerana sesuatu yang materialistik ... Jika seseorang melampaui batas
dalam masalah agama atau menentang kebenaran, dia menjadi sangat marah sehingga tidak
ada yang dapat menahannya, dan tidak ada yang dapat menghentikannya hingga dia
membalasnya ... .. Ketika dia menjadi marah kepada seseorang, dia memalingkan wajahnya dari
orang itu dan tidak memperhatikan orang itu atau dia memaafkan orang itu”. (Shama’il
Muhammadiyyah, Hadith 225)
g. Membalas dengan kata-kata yang baik kepada orang yang sedang marah sehingga
mereka tenang.
‫ ” َقاَل اْبَن ُأَّم ِإَّن اْلَق ْو َم اْس َتْض َعُفويِن َو َك اُدوا َيْق ُتُلوَنيِن َفاَل‬....‫َو َلَّم ا َرَجَع ُموَس ٰى ِإٰىَل َقْو ِمِه َغْض َباَن َأِس ًف ا‬

” ‫ُتْش ِم ْت َيِب اأْل ْعَد اَء َو اَل ْجَتَعْليِن َمَع اْلَق ْو ِم الَّظاِلِم َني‬
“Dan ketika Musa kembali kepada bangsanya, marah dan bersedih…. [Haron] berkata, "Wahai
anak ibuku, sesungguhnya orang-orang itu menindasku dan hendak membunuhku, jadi
janganlah musuh-musuh bersukacita atasku dan jangan meletakkan aku di antara orang yang
zalim” (Al- A’raf: 150)
h. Apabila marah, segera menenangkan diri.

‫َقاَل َغِض َب َأُبو َبْك ٍر َعَلى َرُج ٍل َغَض ًبا َش ِديًد ا َح ىَّت َتَغَّيَر َلْو ُنُه ُقْلُت َيا َخ ِليَفَة َرُس وِل َالِّله َو َالِّل ه َلِئْن َأَم ْر َتيِن‬

‫أل ْض ِر َبَّن ُعُنَق ُه َفَك َأَمَّنا ُصَّب َعَلْيِه َم اٌء َباِر ٌد َفَذ َه َب َغَض ُبُه َعِن الَّر ُج ل‬
“Abu Bakar sangat marah dengan seorang lelaki, sehingga warnanya berubah. Saya berkata:
'Wahai Khalifah Rasulullah, jika kamu menyuruhku, aku akan memukul lehernya
(membunuhnya).' Seolah-olah air sejuk telah dituangkan kepadanya dan dia menjadi tenang”.
(Sunan Al-Nasa’I 4075, Hadith 110) Kita boleh mencuba pelbagai cara untuk menenangkan diri.
Antaranya: panjangkan serta perlahankan tarikan nafas,, perlahankan atau hentikan pergerakan
supaya kadar degupan jantung dapat diturunkan, kenal pasti pemikiran yang negatif dan tidak
rasional kemudian kepada pemikiran positif dan membina, fokus kepada pemikiran yang positif,
berjenaka untuk menghilangkan perasaan marah, beralih daripada persekitaran dan sumber yang
menyumbang kepada perasaan marah.
i. Memaafkan orang lain untuk mengelakkan perkara buruk terjadi.

." ‫َك َتَب َر ُّبُك ْم َعَلى َنْف ِس ِه ِبَيِدِه َقْبَل َأْن ْخَيُلَق اَخْلْلَق َر َمْحيِت َس َبَق ْت َغَض يِب‬
“Tuhanmu menulis untuk Dia sendiri dengan Tangannya sendiri sebelum Dia menciptakan
ciptaan: "Rahmat-Ku mendahului murka-Ku." (HR Sunan Ibn Majah, Hadith 194).
j. Bertaubat di atas sikap marah dan menyesal atas perbuatan tersebut.
‫ِم‬ ‫ِه ِل‬
‫َفَلَّم ا َر َأى ُعَمُر َم ا يِف َو ْج َرُس و َالِّل ه صلى اهلل عليه وسلم َن اْلَغَض ِب َقاَل َيا َرُس وَل َالِّل ه ِإَّنا َنُت وُب‬
‫ِإىَل َالِّله‬
“Ketika 'Umar melihat tanda-tanda kemarahan di atas wajah Rasulullah shallallahu' alaihi
wasallam, dia berkata: Rasulullah, kami meminta taubat dari Allah”. (Sahih Muslim, Hadith
183).
k. Ketika emosi marah, disarankan untuk menahan kemarahan, namun jangan
meletakkan kemarahan kepada Allah sebagaimana yang berlaku kepada kaum Quraish
pada zaman Jahiliyyah yang marah apabila tidak dikurniakan anak lelaki lalu mengambil
Tindakan di luar ihsan kemanusiaan. (Surah Al-Nahl: 58)

. ‫َو ِإَذا ُب شَر َأَح ُد ُه ْم ِباُأْلْنَثٰى َظَّل َو ْجُهُه ُمْسَو ًّدا َو ُه َو َك ِظ يٌم‬
“Dan apabila salah seorang dari mereka diberitahu tentang [kelahiran] wanita, wajahnya
menjadi gelap dan dia menekan kesedihan”. (Surah Al-Nahl: 58)

3. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 sudah diberlakukan sebagai kurikulum nasional sejak tahun ajaran
2013/2014. Sebagai kurikulum nasional, Kurikulum 2013 memenuhi kedua dimensi kurikulum:
yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran; dan
yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 bertujuan
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pemenuhan beban
kerja dan penataan linieritas guru bersertifikat pendidik dalam implementasi pembelajaran pada
Kurikulum 2013 mengacu pada ketentuan perundang-undangan. (Kemdikbud)

Kurikulum 2013 dalam penyusunannya menitikberatkan pada penyederhanaan, dengan


mengintegrasikan pendidikan karakter dan budi pekerti dalam pembelajaran. Ketika
pembelajaran dengan integrasi pendidikan karakter tersebut dilakukan secara bersama dengan
baik maka akan tercapai suatu kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Tiga aspek tersebut lebih lengkap jika didukung dengan cara pembelajaran yang
agamis kepada siswa sesuai hakikat dari PAI.
4. Implikasi Pelatihan Regulasi Emosi Siswa dalam Pembelajaran PAI
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pelatihan Regulasi Emosi memiliki
pengaruh untuk mengendalikan emosi pada siswa. Dalam pelatihan regulasi emosi ini digunakan
berbagai macam teknik, salah satunya pengekspresian emosi dan relaksasi autogenic dimana
didalamnya ada pengaturan pernapasan yang dapat membantu dalam meregulasi emosi individu.
Namun, sebagaimana yang dikemukakan Kalawski (2011), penggunaan ekspresi wajah, pola
pernapasan dan postur tubuh dalam regulasi emosi dapat diimplementasikan sebagai teknik atau
metode pengaturan emosi. Akan tetapi hal ini bukanlah solusi yang lengkap dan pasti untuk
menyelesaikan masalah sehingga perlu diterapkan metode dan teknik pelengkap selain teknik ini.
Oleh karena itu dalam penelitian ini juga digunakan teknik lainnya yaitu pengidentifikasian
emosi siswa dalam penelitian ini.

Metode

Pembahasan ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi literatur. Dalam
penelitian dengan paradigma Islam, penelitian ini termasuk dalam metode tajribi, yakni metode
penelitian selain memerankan kemampuan berfikir logis juga dilanjutkan dengan tindakan
eksperimen, observasi, dan bentuk-bentuk metode yang dikenal dengan metodologi ilmiah seperti
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran antara keduanya.

Teknik pengambilan data dengan mengumpulkan literatur dari berbagai sumber data dokumen.
Dokumen merupakan catatan seseorang tentang sesuatu yang telah berlalu. Dokumen tentang
sekelompok orang, peristiwa dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian
merupakan informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen itu dapat berupa
teks tertulis, artefaks, gambar, foto. Dokumen tertulis dapat juga sejarah kehidupan, biografi, karya
tulis, dan cerita.

Kesimpulan dan Diskusi

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi ialah suatu
proses intrinsik dan ekstrinsik yang dapat mengontrol serta menyesuaikan emosi yang muncul
pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang meliputi kemampuan
mengatur perasaan, reaksi fisiologis, cara berpikir seseorang, dan respon emosi (ekspresi wajah,
tingkah laku dan nada suara) serta dapat dengan cepat menenangkan diri setelah kehilangan
kontrol atas emosi yang dirasakan.
Emosi marah adalah antara bentuk emosi yang kita semua alami dari masa ke masa.dan
emosi seperti ini boleh memberi implikasi kepada individu, jika tidak diatasi dengan cara yang
benar. Emosi marah boleh mendatangkan lebih banyak mudarat daripada mana-mana emosi yang
lain kerana kemarahan mengganggu dan memberi kesan kepada sekurang-kurangnya dua orang
individu; penyerang dan individu yang diserang. Pendekatan atau regulasi emosi marah yang
dianjurkan oleh Rasulullah SAW mampu membantu untuk menyeimbangkan emosi tersebut agar
ia lebih terkawal dan terarah pada tempat yang tepat. Ini adalah kerana emosi marah juga ada
implikasi yang positif kepada kita jika ia diarahkan kepada agama.

Kemampuan anak untuk melakukan regulasi emosi, yaitu menilai, mengatur dan
mengungkapkan emosinya secara tepat dapat mengurangi munculnya perilaku agresif pada anak.
Pelatihan regulasi emosi dapat menurunkan stres pada siswa. Hal ini dikarenakan hasil yang
diperoleh bahwa para subjek sudah lebih mampu untuk mengenali emosinya, mencoba untuk
mengekspresikannya dengan tepat, dan mengetahui cara mengatasi emosi dalam situasi menekan
sekalipun dengan mengubah emosi negatifnya menjadi emosi positif.

Adapun implikasi dalam penelitian ini ditujukan pada pendidik dan orantua siswa
mengenai kondisi para siswa dalam mengendalkan emosi. Selain itu diharapkan kepada para
pendidik dan orantua pendamping untuk lebih peka terhadap kondisi psikologis siswa agar
segera dilakukan upaya penanganan secara psikologis. Impikasi bagi siswa penelitian ini sendiri
dapat memperoleh sumbangsih pengetahuan terkait regulasi emosi yang bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun bagi peneliti selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi dan acuan dalam mengembangkan penelitian yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N. I. (2021). Pelatihan Regulasi Emosi Untuk Menurunkan Stres Pada Remaja Pondok
Pesantren. 14, 1–27.

Amalia, S., & Ediati, A. (2019). Remona: Modul Training Regulasi Emosi Anak Tingkat Sekolah
Dasar. 1–34.

Aninditha, R., & Boediman, L. M. (2021). Keterlibatan Ayah sebagai Moderator: Apakah
Regulasi Emosi Ayah Memengaruhi Regulasi Emosi Anak Prasekolah? Psikoislamika,
18(1), 228–242. https://doi.org/10.18860/psi.v18i1.12121

Blumgart, E. H. L. (1969). Clinical Progress. British Medical Journal, 4(5675), 64.


https://doi.org/10.1136/bmj.4.5675.64-a

Cook, T., Roy, A. R. K., & Welker, K. M. (2019). Music as an emotion regulation strategy: An
examination of genres of music and their roles in emotion regulation. Psychology of Music,
47(1), 144–154. https://doi.org/10.1177/0305735617734627

Fauziah, M. A., & Arjanggi, R. (2021). Kesejahteraan Psikologis Ditinjau Dari Regulasi Emosi
Pada Ibu Yang Mendampingi Anak Sekolah Dari Rumah. Jurnal Psikologi Integratif, 9(1), 62.
https://doi.org/10.14421/jpsi.v9i1.2105

Highlander, A., Zachary, C., Jenkins, K., Loiselle, R., McCall, M., Youngstrom, J., McKee, L.
G., Forehand, R., & Jones, D. J. (2022). Clinical Presentation and Treatment of Early-Onset
Behavior Disorders: The Role of Parent Emotion Regulation, Emotion Socialization, and
Family Income. Behavior Modification, 46(5), 1047–1074.
https://doi.org/10.1177/01454455211036001

Horne, M. (2017). The Impact of Father Absence on Adolescent Romantic Relationship Ideals.
1–38.

Irmayanti, R. (2017). Teknik Bermain Peran untuk Meningkatkan Regulasi Emosi Siswa.
Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 1(2), 1–9.
http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling

Saputra, S. (2017). Hubungan Regulasi Emosi dengan Hasil Belajar Siswa. Konselor, 6(3), 96.
https://doi.org/10.24036/02017637698-0-00

Sawai, R. P., Jaafar, N., Sawai, J. P., Sulaiman, M., Ahmad, R., & Mahazir, M. (2020).
Pembinaan Modul Regulasi Emosi Menurut Perspektif Islam: Analisis Keperluan. E-
Proceeding: Seminar Antarabangsa Islam Dan Sains (SAIS 2020), 643–655.
https://oarep.usim.edu.my/jspui/handle/123456789/6834%0Ahttps://oarep.usim.edu.my/
jspui/bitstream/123456789/6834/1/PEMBINAAN MODUL REGULASI EMOSI
MENURUT PERSPEKTIF ISLAM.pdf
Smyth, A., O’Donnell, M., Lamelas, P., Teo, K., Rangarajan, S., & Yusuf, S. (2016). Physical
Activity and Anger or Emotional Upset as Triggers of Acute Myocardial Infarction: The
INTERHEART Study. Circulation, 134(15), 1059–1067.
https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.116.023142

Sulaiman, M. (2021). FULL PAPER SIGMA 2020 LATEST ( Regulasi Emosi ). January.

Sutton, R. E. (2004). Emotional regulation goals and strategies of teachers. Social Psychology of
Education, 7(4), 379–398. https://doi.org/10.1007/s11218-004-4229-y

Syahadat, Y. M. (2013). Pelatihan Regulasi Emosi Untuk Menurunkan Perilaku Agresif Pada
Anak. HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal, 10(1), 19.
https://doi.org/10.26555/humanitas.v10i1.326

Tamir, M. (2021). Effortful Emotion Regulation as a Unique Form of Cybernetic Control.


Perspectives on Psychological Science, 16(1), 94–117.
https://doi.org/10.1177/1745691620922199

Anda mungkin juga menyukai