Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Perkembangan sosial emosional merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan bagi kehidupan manusia. Permen Dikbud Nomor 137 Pasal 10 ayat 6
Tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini menyatakan bahwa
aspek perkembangan sosial emosional anak usia lima sampai enam tahun antara
lain: memiliki kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri,
mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu menyesuaikan diri
dengan orang lain, rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup
kemampuan mengetahui hak-hak nya, menaati aturan, mengatur diri sendiri, serta
bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama dan perilaku prososial,
mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya, memahami perasaan,
merespon, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat orang lain, bersikap
kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan.
Emosi merupakan suatu hal yang bersifat alami yang terjadi dari perkembangan
setiap individu. Lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada perkembangan emosi
seseorang. Cara mengetahui emosi seorang anak adalah dengan melihat ekspresi,
gerakan, ataupun tulisannya. Anak usia empat sampai lima tahun sudah mengenali
macam-macam ekspresi emosi, ia menyadari dan belajar mengekspresikan
emosinya melalui sikap yang dapat memenuhi standar sosial. Anak belajar
membangun rasa percaya diri, belajar mempersepsikan sesuatu dan mengontrol diri
saat bermain. Pakar psikolog anak meyakini bahwa program pokok untuk anak pra
sekolah seharusnya adalah perkembangan emosi karena merupakan senter
kehidupannya. Aspek emosi sangat penting dilibatkan dalam kegiatan belajar
mengajar anak. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi emosi anak yaitu
kompetensi pengenalan diri, perbedaan gender, lingkungan internal maupun
eksternal. Emosi berkaitan dengan perasaan. Kedua emosi, positif dan negatif akan
membuat anak menjadi terbantu dalam menemukan jalan untuk memecahkan
masalah. (Sari, 2016:57-59).
Prayitno (Miranda, dkk., 2019:139) menyatakan bimbingan kelompok adalah
aktivitas yang memiliki tujuan bimbingan dan konseling dan diselenggarakan
dengan cara melibatkan dinamika kelompok untuk memenuhi tujuannya.
Bimbingan kelompok merupakan bantuan yang diberikan kepada konselee yang
dilaksanakan lewat sebuah kelompok. Dalam strategi bimbingan kelompok terdapat
beberapa teknik sebagaimana yang diungkapan oleh Thompson dan William
(Hanim, Badrujaman & Pratiwi, 2017:118) mengatakan terdapat berbagai contoh
aktivitas yang dapat diterapkan dalam strategi bimbingan kelompok, yaitu diskusi
dalam kelas, brainstorming, melakukan permainan, menyelesaikan latihan, tugas
dan atau lembar kerja, deskripsi diri, role playing dan mengarang kreatif. Salah satu
pendekatan bimbingan yang selaras dengan perkembangan anak usia dini adalah
teknik yang bersifat permainan (Afiati, 2019:122).
Jenis bermain yang dapat digunakan oleh anak-anak adalah kegiatan yang
disebut permainan yaitu suatu aktivitas yang disebut bermain. Seperti yang
dijelaskan Bettelheim (Hanrianto, 2015:11) bermain merupakan aktivitas yang
peraturannya ditetapkan oleh pemain itu sendiri sedangkan hasil akhirnya tetap
tidak keluar dari tujuan permainan itu sendiri. Adapun pandangan Schaefer & Reid
(Eliyasa, 2011:2) bermain adalah aktivitas yang biasa ditemukan dalam kehidupan.
Terkadang bermain menjadi kegiatan yang terbentuk dengan sendirinya dan tidak
memiliki titik akhir atau tujuan tertentu.
Hasil penelitian yang dilakukan Afrianti (2014) menjelaskan bahwa sosial
emosi dapat berkembang melalui salah satu caranya yaitu permainan tradisional.
Ada beberapa permainan yang dapat disesuaikan dengan anak. ada banyak makna
dalam permainan tradisional disamping rasa senang yang didapatkan Ketika
bermain, diantaranya mengembangkan sikap membantu teman, mentaati peraturan,
menunjukkan rasa percaya diri, kooperatif, tidak menyerah dan mengembangkan
jiwa sportivitas. Permainan tradisional yang diterapkan antara lain permainan
congklak, oray-orayan, bebentengan, dan permainan boy-boyan.
Kenyataan di lapangan TKQ MALNU, kondisi perkembangan sosial emosional
anak berbeda-beda masih ada beberapa anak di tingkat 0 kecil yang berusia lima
sampai enam tahun memiliki perkembangan sosial emosional yang belum optimal.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di sekolah dengan menggunakan instrumen
observasi menggunakan metode ceklis menggunakan skala semantik differensial
yang dikembangkan sendiri berdasarkan teori taksonomi bloom, mengamati
perkembangan sosial emosional yang rendah terlihat dari perilaku yang ditunjukkan
anak saat mengikuti kegiatan belajar, yaitu masih mengganggu teman yang sedang
menghafal, belum menaati aturan, tidak membalas senyuman peneliti, tidak
membalas sapaan peneliti, dan belum berpartisipasi dalam permainan kooperatif.
Permasalahan perkembangan sosial emosional merupakan permasalahan yang bisa
dialami oleh siapa saja di sekolah maupun di luar sekolah.
Berdasarkan paparan, Peneliti merasa tertarik untuk mengangkat judul
Permainan kelompok untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak,
karena ketika anak usia dini perkembangan sosial emosionalnya optimal, maka
anak menjadi memiliki bekal untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan
di masa depannya.
B. Kajian dan temuan penelitian yang relevan
Penelitian yang berjudul “Permainan kelompok untuk meningkatkan
perkembangan sosial emosional anak di TKQ Malnu” memiliki referensi dari
berbagai sumber karena itu peneliti menuliskan kajian penelitian yang relevan
untuk menghindari Plagiarisme.
1. Penelitian Dewi Melianasari (2016) yang berjudul “Penerapan layanan
bimbingan kelompok melalui Teknik permainan simulasi dan untuk
meningkatkan Kecerdasan emosi siswa” menyimpulkan tentang efektivitas
teknik permainan simulasi yang berperan sebagai peningkatan kecerdasan
emosi siswa. Pemanfaatan mimic wajah yang digunakan sebagai salah satu
gambaran dari emosi siswa yang dilihat guru sebagai sangat membantu proses
timbal balik terhadap siswa yang ditujudemi tercapainya tujuan dan
berjalannya belajar yang interaktif.
2. Penelitian Nurul Qoyyimah, I Mede Tegeh dan Mutiara Magta (2016) yang
berjudul “Penerapan permainan tradisional untuk meningkatkan
Perkembangan sosial emosional anak kelompok A Di RA. Baitul muta'allim”
menyimpulkan Penelitian Penerapan permainan tradisional dapat
meningkatkan perkembangan sosial emosional anak kelompok A semester II
tahun pelajaran 2015/2016 di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah.
Dibuktikan melalui hasil pada siklus I sebesar 51 % berada pada katagori
rendah menjadi 71% dengan kategori sedang pada siklus II. Artinya,
meningkatnya sosial emosional anak terjadi setelah anak diberikan treatment
berupa permainan tradisional megoak-goakan sebesar 15%.
3. Penelitian Rizki Ananda dan Fadhilaturrahmi (2018) yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional Melalui Permainan Kolaboratif
pada Anak KB” menjelaskan bahwa di KB Tuanku Tambusai menerapkan
layanan permainan kolaboratif yang memberikan perbedaan hasil
perkembangan sosial emosional anak pada siklus I dan II. Dimana pada siklus
II sosial emosional anak menjadi lebih baik.
4. Hasil penelitian Minaty Putri Wardany, M. Thona B.S Jaya dan Gian Fitria
Anggraini pada anak usia 5-6 tahun di TK Pertiwi Kalibening Tahun Ajaran
2016/2017 (2017) yang berjudul “Aktivitas Bermain Kooperatif
Meningkatkan Perkembangan Sosial-Emosional Anak” menyimpulkan
menyimpulkan ada pengaruh permainan kooperatif terhadap sosial
emosional anak. hal ini dilihat dari perbedaan hasil yang diperoleh. Jika
dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan permainan kerjasama,
maka anak yang diberikan permainan tersebut memiliki perkembangan
sosial emosional yang lebih baik.
5. Penelitian Muthmainnah, Budi Astuti, Arumi Savitri Fatiamaningrum (2016)
yang berjudul “Pengembangan panduan permainan untuk mengoptimalkan
perkembangan sosial emosional anak usia dini” menjelaskan bahwa aktivitas
pengembangan yang dicoba mencakup pengembangan prototipe panduan
game. Prototipe panduan game berjumlah 60 game yang diiringi dengan tiap-
tiap nama game, tujuan game, media yang digunakan, langkah- langkah
game, refleksi, serta alterasi game dan diiringi dengan cerminan foto game.
Secara totalitas, apabila informasi kuantitatif diuubah ke informasi kualitatif
maka didapatkan hasil pengujian modul 84, 37% (Baik) serta hasil uji media
87, 5% (sangat baik).
Berdasarkan paparan, teknik permainan kelompok cukup efektif jika
diterapkan untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia lima
sampai enam tahun dan dapat diujikan di TKQ Mathlaul Anwar Linahdlatil ‘Ulama
(Malnu).

C. Identifikasi masalah
Berdasarkan paparan, dapat diketahui bahwa meningkatkan perkembangan
sosial emosional pada anak usia dini itu penting, karena itu judul di atas menarik
perhatian peneliti. Permainan kelompok merupakan cara yang unik untuk
meningkatkan perkembangan sosial emosional dan belum diketahui apakah teknik
permainan kelompok dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak
usia lima sampai enam tahun atau tidak.

D. Pembatasan masalah
Batasan masalah penelitian hanya berfokus pada teknik permainan kelompok,
perkembangan sosial emosional dan anak usia lima sampai enam tahun yang ada di
TKQ MALNU kelompok A atau nol kecil.

E. Rumusan masalah
Ada satu rumusan masalah penelitian, yaitu apakah dengan menerapkan
teknik permainan kelompok dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional
pada anak TKQ MALNU kelompok A?

F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hasil dari penerapan teknik
permainan kelompok untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak di
TKQ MALNU.

G. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan diri
baik bagi tenaga pengajar, orang tua, maupun siswa-siswi yang bersangkutan.
Selain itu pula, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu nilai tambah ilmu
pengetahuan bagi nusantara.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, penelitian ini berguna karena dapat menjadi salah satu
penunjang untuk meningkatkan salah satu aspek dari kecerdasan
emosional siswa
b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman
mengenai pentingnya meningkatkan Perkembangan sosial emosional anak
c. Bagi orang tua, penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk mendidik anak
dirumah dalam meningkatkan perkembangan sosial emosional anak.
d. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dan proses pengembangan diri baik dari
siswa ataupun guru.
e. Bagi jurusan bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini bermanfaat
dan dapat dijadikan rujukan untuk melanjutkan penelitian pada aspek
sosial maupun emosi lainnya
f. Bagi peneliti, tentu dapat menjadikan pembelajaran komprehensif
kedepannya melalui pemahaman serta keinginan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai