Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Iptek Pendidikan Jilid 3 Nomor 3 Desember 2017

Hal. 178-184
p-ISSN:2460-1497 dan-ISSN: 2477-3840
DOI: http://dx.doi.org/10.26858/est.v3i3.4212

Penyelenggaraan Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan


Sosial Emosional Anak Usia Dini
1
Putu Indah Lestari, 2Elizabeth Prima
1,2
Pendidikan Guru Program Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Dhyana Pura
Email: indahlestari@undhirabali.ac.id

(Diterima: Oktober-2017; Diulas: Oktober-2017; Diterima: November-2017; Diterbitkan: November-2017)


©2017 –EST Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Ini adalah artikel dengan akses
terbuka di bawah lisensi CC BY-NC-4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ).

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sosial emosional anak usia dini melalui
permainan tradisional. Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B TK Pradnyandari
III Kerobokan tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian
Tindakan Kelas dengan metode observasi. Subjek penelitian ini adalah 22 anak kelompok
B1 TK Pradnyandari III Kerobokan yang terdiri dari 11 putra dan 11 putri. Objek
penelitian adalah penerapan permainan tradisional anak untuk meningkatkan sosial
emosional anak usia dini. Hasil penelitian ini seperti pada Siklus I, 14 anak (63,64%)
mencapai ketuntasan belajar, 8 anak (36,36%) belum tercapai. Pada Siklus II, 20 anak
(90,91%) mencapai ketuntasan belajar, hanya tersisa 2 anak (9,09%) yang belum
mencapai ketuntasan. Pelaksanaan permainan tradisional dapat meningkatkan
keterampilan sosial emosional anak. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan
ketuntasan belajar anak sebesar 27,27% dari Siklus I ke Siklus II. Artinya penerapan
permainan tradisional dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak.
Permainan tradisional dapat diujicobakan pada bidang pengembangan keterampilan
lainnya di PAUD.

Kata kunci: sosial emosional;anak usia dini; permainan tradisional

PENDAHULUAN 178
aspek. Aspek perkembangan emosi dan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah pada sosialisasi pada anak menjadi sangat penting
dasarnya pendidikan yang diselenggarakan dalam membentuk perilaku pada anak. Salah
dengan bertujuan untuk memfasilitasi satu bentuk permainan yang dapat digunakan
pertumbuhan dan perkembangan anak secara untuk meningkatkan keterampilan sosial dan
keseluruhan yang menekankan pengembangan emosional anak usia dini adalah permainan
semua aspek kepribadian anak. Setiap anak tradisional. Permainan tradisional bisa ciptakan
memiliki sejumlah potensi, baik fisik, biologis, keluwesan dalam bermain agar anak dapat lebih
kognitif, atau emosional sosial (Desmita, 2009). fleksibel dalam bermain. Salah satu alasan
Pendidikan anak usia dini harus menyediakan peneliti untuk menggunakan permainan
berbagai kegiatan yang dapat berkembang tradisional adalah perkembangan teknologi
berbagai aspek pembangunan termasuk kognitif, gadget atau game yang lebih menyenangkan
bahasa, sosial, dan emosional untuk bermain dibandingkan dengan tradisional
permainan. Anak-anak lebih fokus bermain game
daripada permainan tradisional. Selain itu,
tradisional game sudah jarang dimainkan di
sekolah. permainan tradisional di TK Bruder Nusa Indah
179 | Vol 3 No 3, Desember 2017 Pontianak tahun ajaran 2013- 2014 sudah bisa
dikatakan "baik" dengan meningkat rata-rata
80%. Dibuktikan dengan rata-rata kemampuan
Bermain akan merangsang emosi anak sosial anak siklus I adalah
perkembangan untuk belajar menerima,
mengekspresikan dan memecahkan masalah
dengan cara yang positif. Bermain adalah sarana
yang paling penting untuk pembangunan 47% dan pada siklus II mendapat rata-rata 82%.
keterampilan sosial dan memperluas empati Kedua, menurut Handayani (2013) menyatakan
terhadap orang lain dan mengurangi sikap bahwa terjadi peningkatan sosial sikap anak
egosentrisme (Harli, 2014). Permainan Kelompok B TK Astiti Dharma Penatih
tradisional merupakan salah satu bentuk Denpasar setelah menerapkan adat permainan
permainan atau aktivitas olahraga yang Meong-meongan dengan rata-rata awal nilai
berkembang dari kebiasaan masyarakat tertentu. 48.221 (25%) dengan cukup baik klasifikasi,
Kurniawati (2014) dalam penelitiannya meningkat menjadi 76.088 (90%) pada akhir
menunjukkan bahwa anak-anak tradisional siklus II dengan klasifikasi sangat baik. Ketiga,
permainan dapat merangsang anak untuk Perdani (2014) menyimpulkan bahwa sosial
berkembang kerjasama, membantu anak keterampilan anak kelompok B TK Nurul Ain,
menyesuaikan diri, berinteraksi dalam positif, Desa Gue Gajah, Aceh Besar secara tradisional
dapat mengkondisikan anak dalam pengendalian metode bermain game bisa meningkat 42,13%
diri, mengembangkan sikap empati terhadap dari rata-rata kelas pra-intervensi dan 54,13%
teman-teman, patuhi aturan, dan bisa menghargai pada hasil post test.
yang lain. Di Kecamatan Kuta Utara terdapat 52
Cahyono (2011) mengemukakan TK. Salah satu TK tersebut adalah TK
beberapa karakter yang dimiliki oleh permainan Pradnyandari III Kerobokan. TK Pradnyandari III
tradisional yang mampu membentuk karakter Kerobokan berdiri sejak tahun 2004. Pada tahun
positif yaitu: permainan tradisional cenderung ajaran 2016-2017 terdapat 44 siswa kelompok B.
menggunakan fasilitas di lingkungan tanpa Model pembelajaran yang digunakan di TK
membelinya sehingga anak-anak membutuhkan Pradnyandari III masih klasikal. Masalah yang
imajinasi dan kreativitas tinggi untuk membuat ditemukan selama observasi di Kelompok B1
game alat, permainan tradisional anak-anak yang terdiri dari 22 orang; 11 anak perempuan
melibatkan begitu banyak pemain menuntut dan 11 anak laki-laki merupakan 63,647% dari
keterampilan interaksi di antara pemain di total siswa yang perkembangan sosial
dalamnya, permainan tradisional memiliki pesan emosionalnya masih rendah. Apalagi anak-anak
moral tertentu seperti nilai-nilai bersama, di TK Pradnyandari III belum pernah
kejujuran, tanggung jawab, sikap dada, dorongan mendapatkan model pembelajaran dengan
untuk berprestasi, dan ketaatan pada aturan. menerapkan permainan tradisional dalam
Bagian dari bentuk perilaku sosial yang pembelajaran. Selama pengamatan terhadap
dikembangkan pada anak usia dini, adalah kemampuan sosial emosional anak, masih banyak
perilaku dibentuk atas dasar pondasi yang anak yang menunjukkan kemampuan
ditempatkan di masa bayi. Fondasi diletakkan penyesuaian diri yang rendah. Selain itu tanggung
pada anak usia dini akan menentukan bagaimana jawab anak juga masih rendah. Guru pada
anak beradaptasi dengan orang lain. Anak dapat kelompok B1 mengajar siswa dengan metode
mengungkapkan semua perasaan dan harapan ceramah sehingga suasana belajar menjadi kurang
melalui permainan (Mutiah, 2012). Melalui aktif.
bermain anak-anak memperoleh dan memproses Berdasarkan hasil observasi pada anak Kelompok
informasi tentang hal-hal baru dan berlatih B 1 TK Prandnyandari III Kerobokan maka
melalui keterampilan yang ada, anak juga belajar penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
untuk menjadi egois, memahami hidup, dan peningkatan perkembangan sosial emosional
memahami Dunia. Bermain untuk anak TK anak usia dini melalui permainan tradisional.
adalah kegiatan menyenangkan yang membawa Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
harapan dan antisipasi tentang dunia yang kelas dengan 2 siklus menggunakan metode
menyenangkan (Handayani, 2013). Sosial observasi dan wawancara. Penerapan permainan
perkembangan emosi meliputi a) Kesadaran diri, tradisional diharapkan dapat meningkatkan
b). Rasa tanggung jawab untuk lainnya, dan c). perkembangan sosial emosional anak, menjadi
Perilaku proporsional. acuan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
Penelitian relevan yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, dan juga melestarikan
penelitian ini adalah yang pertama oleh Harly jenis permainan tradisional.
(2014) yang menyatakan bahwa peningkatan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
sosial emosional anak usia 5-6 tahun setelah Untuk mengetahui upaya meningkatkan sosial
emosional anak usia dini melalui permainan dihadapi dalam meningkatkan perkembangan
tradisional. 2) untuk mengetahui kendala yang sosial emosional anak usia dini
Lestari., Prima. Penerapan Tradisional I 180

melalui permainan tradisional. 3) Untuk Sedangkan dalam melakukan observasi tidak


mengetahui sosial peningkatan emosional anak terstruktur, pengamatan tidak memberikan daftar
usia dini setelah pelaksanaan permainan muka aspek yang diamati. Pada kasus ini
tradisional setelah 2 siklus.
observasi mencatat semua perilaku yang
dianggap penting dalam suatu periode
METODE
pengamatan.

Penelitian ini menggunakan tindakan TEMUAN DAN PEMBAHASAN


kelas desain penelitian yang umumnya bertujuan
untuk meningkatkan perkembangan sosial anak Temuan
usia dini. Itu penelitian ini dirancang dalam dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap: Siklus I
perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan Siklus I bertema Tanah Airku
refleksi. Itu Subyek penelitian ini adalah 22 anak direncanakan untuk 4 pertemuan, setiap
B1 TK Rombongan Prandnyandari III pertemuan adalah dilaksanakan berdasarkan
skenario pembelajaran. Proses penelitian
Kerobokan yang terdiri dari dari 11 anak menggunakan observasional metode pada setiap
perempuan dan 11 anak laki-laki. Alasan untuk pertemuan untuk menilai sosial perkembangan
mengambil subjek karena kurangnya penerapan emosi anak. Secara rinci nilai rata-rata sosial
permainan anak tradisional sehingga kegairahan emosional anak perkembangan dalam mengikuti
siswa dalam bersosialisasi kurang dan kegiatan pembelajaran melalui permainan
berdampak pada rendahnya emosi anak. Ini tradisional anak pada Siklus I ditetapkan pada
diperoleh dari hasil pendahuluan observasi, pada Tabel 1 di bawah ini
kelompok B1, 65,7% dari total siswa masih
Tabel 1 Data Siklus I
rendah dalam hal sosial emosional
Sosial Emosional
perkembangan. Objek kelas ini penelitian Usia Dini
tindakan yang dilakukan dengan topik penelitian Anak
di tingkat Taman Kanak-kanak adalah N 22
pelaksanaan permainan tradisional di proses Rata-rata 8,05
pembelajaran anak usia dini untuk meningkatkan Median 8,38
perkembangan sosial emosional anak. Metode Modus 9
pengumpulan data yang digunakan dalam Std Deviasi 2,18
penelitian ini adalah melalui observasi dan Minimal 4,5
wawancara. Proses mengumpulkan data melalui Maksimal 10,5
observasi ini teknik menggunakan rubrik
pedoman untuk merekam data tentang
Skor pengukuran responden diperoleh
perkembangan sosial emosional yang
skor tertinggi adalah 10,5 dari skor tertinggi
ditunjukkan anak usia dini. Proses dari observasi mencapai 12. terendah skor responden adalah 4,5
dibantu oleh instrumen dalam bentuk angket dari serendah mungkin skor 4. Hasil observasi
observasi dengan indikator penelitian adalah: a) perkembangan sosial emosional anak adalah
Bermain dengan teman sebaya; b) Menghormati dikonversi dengan menggunakan Referensi
hak/pendapat/karya yang lain; dan c) Benchmark Assessment (PAP) dengan skala
Mengekspresikan emosi dengan tepat dengan lima. Hasil dari hasil perkembangan sosial
emosional dalam Siklus I dapat dilihat pada
kondisi yang ada (senang-sedih-antusias).
Tabel 2 sebagai berikut:
181 | Vol 3 No 3, Desember 2017

Tabel 2 Hasil Perkembangan Sosial Emosional Anak Siklus I

Tidak Ada Persentase Penguasaan total Persentase Keterangan


Ketuntasan 1 0 - 54 2 9,09 Sangat Rendah
Tidak Lengkap 2 55 - 64 6 27,27 Rendah 3 67 -
79 13 59,09 Rata-rata lengkap 4 80 - 89 1 4,55 Tinggi 5 90 - 100 0 0 Sangat Tinggi

Dari Tabel 2 diatas dapat diamati bahwa Pelaksanaan Siklus II adalah tidak
dari 22 anak, 2 anak (9,09%) mendapat kategori jauh berbeda dengan implementasinya di Siklus
sangat rendah, 6 anak (27,27%) mencapai I. Hal-hal yang disiapkan pada Siklus II meliputi:
kategori rendah, 13 anak (59,09%) sosial Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Kegiatan
emosional mendapat kategori rata-rata, sebagai Harian Rencana (RKH), skenario pembelajaran,
sebanyak 1 anak (4,55%) dengan kategori tinggi, instruksional media, dan perkembangan emosi
dan tidak ada anak yang tingkat sosial sosial rubrik penilaian. Siklus II dirancang untuk
emosionalnya perkembangan mencapai kategori 4 pertemuan dengan tema ”Tanah Airku”,
sangat tinggi. Dari 22 anak, 14 anak (63,64%) masing-masing pertemuan dilaksanakan
telah mencapai ketuntasan belajar, 8 anak berdasarkan pembelajaran skenario. Secara rinci
(36,36%) belum mencapai ketuntasan belajar. nilai rata-rata anak perkembangan sosial
Untuk lebih detail dapat digambar pada grafik emosional dalam mengikuti kegiatan belajar
poligon di bawah: melalui anak-anak tradisional permainan pada
Siklus II disajikan pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3 Siklus II

Sosial Emosional
Usia Dini
Anak
N 22
Rata-rata 9,68
Median 9,75
Modus 9,50
Std Deviasi 1,19
Minimal 7
Gambar 1 Grafik Hasil Perkembangan Sosial Maksimum 12
Emosi Siklus I
Skor pengukuran responden diperoleh
Secara umum tingkat sosial emosional skor tertinggi adalah 12 dari tertinggi
pembangunan TK Pradnyandari III Kerobokan kemungkinan skornya adalah 12. Responden
telah mencapai rata-rata sukses dengan rata-rata terendah skor adalah 7 dari kemungkinan skor
dan kategori tinggi. Di akhir Siklus saya memiliki terendah adalah 4. Hasil observasi sosial
mencapai ketuntasan sebesar 63,64%. Hasil emosional perkembangan anak diubah oleh
perkembangan sosial anak pada Siklus I belum menggunakan panduan konversi Tolok ukur.
mencapai penguasaan minimal 80% jadi bahwa Skala Penilaian Referensi (PAP) lima. Hasil
penelitian dilanjutkan pada Siklus II. sosial emosional anak Perkembangan pada
Siklus II dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai
Siklus II berikut:
Lestari., Prima. Penerapan Adat I 182

Tabel 4 Hasil Perkembangan Sosial Emosional Anak Pada Siklus II

No Persentase Ketuntasan Total Persentase Keterangan Ketuntasan

1 0 - 54 0 0 Sangat Rendah Tidak


2 55 - 64 2 9,09 Rendah 3 67 - 79 8 36,36 Rata-rata
tuntas 4 80 - 89 9 40,91 Tinggi 5 90 - 100 3 13,64 Sangat Tinggi

Dari Tabel 4 di atas, terlihat bahwa dari (9,09%) kategori rendah, 8 anak (36,36%)
22 anak, tidak ada satu pun anak yang mendapat pencapaian perkembangan sosial emosional
kategori sangat rendah. Masih terdapat 2 anak kategori sedang, 9 anak (40,91%) kategori tinggi,
dan 3 anak (13,64%) tingkat sosial emosionalnya. karena tidak ada keengganan atau malu bertanya,
perkembangan mencapai kategori sangat tinggi. guru boleh bertanya untuk bantuan kepada anak-
Dari 22 anak, 20 anak (90,91%) telah mencapai anak yang menjelaskan kepadanya teman-teman.
ketuntasan. Hanya ada 2 anak (9,09%) yang Jadi seiring waktu, anak bersedia menjadi
belum mencapai ketuntasan belajar. Untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran.
jelasnya dapat diilustrasikan pada Gambar 2 Temuan empiris pada Siklus II untuk
dibawah ini aspek sosial emosional anak, dalam umum
tingkat sosial emosional pembangunan TK
Pradnyandari III Kerobokan telah mencapai
keberhasilan rata-rata dengan sedang, kategori
tinggi, dan sangat tinggi. Ini berarti bahwa
aplikasi permainan anak tradisional dapat
meningkatkan perkembangan sosial emosional
anak karena pada akhir Siklus II telah mencapai
ketuntasan 90,91% dengan sebagian besar anak
mendapat kategori tinggi dan sangat tinggi. Hasil
perkembangan sosial anak di Siklus II telah
mencapai penguasaan minimal
183 | Vol 3 No 3, Desember 2017
Gambar 2 Grafik Hasil Perkembangan Sosial
Emosi Siklus II

Hasil monitoring seperti yang 80%. Peningkatan emosi sosial perkembangan


dijelaskan di atas menunjukkan bahwa secara anak sebesar 27,27%. Setiap aspek dalam
umum tingkat sosial perkembangan emosi TK perkembangan sosial emosional anak pada
Pradnyandari III Kerobokan telah mencapai rata- Siklus II juga meningkat dibandingkan dengan
rata keberhasilan dalam kategori sedang, tinggi, bahwa pada Siklus I. Artinya terdapat
dan sangat tinggi. Ini berarti bahwa penerapan peningkatan sosial emosional di TK anak
tradisional permainan anak-anak dapat kelompok B, melalui aplikasi permainan
meningkatkan sosial perkembangan emosi anak tradisional anak (deduplak, tangga, bakiak, dan
karena pada akhir Siklus II mencapai congklak) setelah 2 siklus. ini di sejalan dengan
kelengkapan 90,91% dengan sebagian besar penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2011),
anak mengalami tinggi dan kategori sangat yang menyatakan bahwa permainan anak
tinggi tradisional dapat merangsang anak-anak untuk
Diskusi mengembangkan kerjasama, membantu anak
Temuan empiris diperoleh dengan menyesuaikan diri, dan berinteraksi secara
peneliti di bidang sosial emosional aspek TK positif. Permainan tradisional dapat memperbaiki
Pradnyandari III Kelompok B1 di Siklus I masalah kemampuan memecahkan pada anak-
menunjukkan bahwa dari 22 anak, 14 anak anak, merangsang perkembangan bahasa,
(63,64%) sudah mencapai ketuntasan belajar, 8 keterampilan verbal, sosial, keterampilan, wadah
anak (36,36%) belum mencapai ketuntasan ekspresi emosional itu bagus untuk anak-anak,
mempelajari. Banyak anak mengalami kesulitan dan meningkatkan motivasi belajar anak-anak.
dengan indikator penghormatan terhadap hak / Menurut Harly (2014) sosial peningkatan
karya / pendapat orang lain. Anak-anak jarang emosional anak usia 5-6 tahun setelah permainan
menghargai pendapat orang lain. Selain itu, tradisional termasuk anak memiliki kemampuan
masih ada beberapa anak yang malu-malu bekerjasama dengan teman, kemampuan anak
mengungkapkan emosinya di sesuai dengan untuk menunjukkan toleransi, kemampuan anak-
kondisi yang ada. Dan apakah tidak mau terlibat anak untuk memahami aturan dan disiplin dalam
dalam aktivitas bermain. Upaya untuk permainan tradisional, kemampuan anak-anak
mengatasinya adalah guru pendekatan pribadi, untuk menunjukkan sikap gigih (tidak mudah
melibatkan teman sebaya untuk bermain. Belajar menyerah).
bersama dalam kelompok dengan teman sebaya
adalah satu ciri-ciri berbasis kompetensi belajar,
melalui interaksi dan komunikasi kegiatan, siswa KESIMPULAN DAN SARAN
menjadi aktif belajar, mereka menjadi efektif.
Kerjasama dalam kelompok dengan tutor sebaya Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
dapat dikaitkan dengan nilai-nilai sehingga ini adalah:
kerjasama menjadi lebih intensif dan siswa dapat 1. Penerapan permainan tradisional dapat
mencapai kompetensinya. Menurut Arikunto meningkatkan sosial emosional anak
(2002) terkadang a siswa lebih mudah menerima Kelompok B1 TK Pradnyandari III
informasi diberikan oleh teman atau teman Kerobokan dengan masing-masing anak
telah mencapai KKM minimal 20 anak nusantara.blogspot.com. Diakses pada
(90,91 %) dengan kategori keberhasilan tanggal 25 September 2013.
sedang, tinggi dan sangat tinggi pada akhir Handayani, KD, Dantes, N., & Lasmawan, W.
Siklus II. (2013). Penerapan permainan tradisional
2. Kendala yang dihadapi pada saat penelitian meong-meongan Untuk perkembangan
antara lain: masih ada anak yang jarang sikap sosial anak Kelompok B Taman
menghargai pendapat/karya orang lain. Kanak-kanak Astiti Dharma Penatih
Selain itu masih ada beberapa anak yang Denpasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 3(1).
malu-malu mengungkapkan emosinya sesuai Harly, SLC, Syukri, M., & Yuniarni, D. (2014).
dengan kondisi yang ada. dan tidak mau Peningkatan Perkembangan Sosial
terlibat dalam kegiatan belajar. Upaya Emosional Melalui Metode Bermain
mengatasinya adalah dengan pendekatan Permainan Tradisional Pada Anak Usia 5-
personal guru, dengan melibatkan teman 6 Tahun. Jurnal Pendidikan Dan
sebaya untuk bermain. Pembelajaran, 3(8).
3. Terdapat peningkatan perkembangan sosial Kurniawati, MW, & Dwijiastuti, MG (2014).
emosional anak usia dini melalui Peningkatan Keterampilan Sosial Melalui
pelaksanaan permainan tradisional setelah 2 Permainan Tradisional Pada Anak
siklus yaitu sebesar 27,27% Kelompok A TK Cemara Dua Surakarta
Tahun Ajaran 2013/2014. Kumara
Cendekia, 2(1).
Madya, S. (2006). Teori dan Praktik Penelitian
Saran yang dapat ditanyakan dalam Tindakan (Action Research). Bandung:
kelanjutan penelitian ini adalah: Alfabeta.
1. Implementasi permainan tradisional anak Mutia, Diana. (2012). Psikologi Bermain Anak
menjadi lebih efektif, sebaiknya pendidik Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media
terlebih dahulu mengidentifikasi Grup.
karakteristik peserta didik dan karakteristik Permendikbud. (2014). Standar Nasional
bahan ajar, hal tersebut dapat dilakukan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
dengan cara observasi awal peserta didik Departemen Pendidikan Nasional.
2. Penerapan permainan tradisional anak dapat Pribadi, BA (2009). Model Desain Sistem
diujicobakan pada bidang Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat. Rahayu,
pengembangan lainnya pada PAUD. D., Ichas, S., & Sutini, A. (2016). Peningkatan
Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui
Permainan Tradisional. Jurnal PGPAUD
DAFTAR PUSTAKA
Kampus Cibiru, 4(2).
Seriati, NN, & Hayati, N. (2012). Permainan
Cahyono, N. (2011) .Transformasi Permainan Tradisional Jawa Gerak dan Lagu Untuk
Anak Indonesia. artikel. http://permata
Lestari., Prima. Pelaksanaan I 184

Menstimulasi Keterampilan Sosial Anak


Usia Dini Naskah Publikasi.
Suhardjono (2009). Penelitian Tindakan Kelas
& Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala
Indonesia.
Sujiono, Yuliani N. (2009). Konsep Dasar
Pendidikan Dasar Anak Usia Dini.Jakarta
: PT Indeks
Uno, HB (2006). Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta : Bumi Aksara.
UU RI No. 20 (2003) Sistem Pendidikan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai