Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL (GOWOKAN) TERHADAP PERILAKU

SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ASISI MEDAN T.A 2014/2015


Jasper Simanjuntak(1), Tialin Barutu(2)
(1)
Dosen Program Studi Pendidikan Guru PAUD
(2)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru PAUD
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional gowokan
terhadap perilaku sosial anak usia 5-6 tahun di TK Asisi TA 2014/2015. Hasil pengamatan
menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan pada tahapan perkembangan
sosial anak, dimana kemampuan sosial anak masih belum berkembang secara maksimal.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen, yaitu only-post test control grup
design. Populasi dari penelitian ini berjumlah 100 orang anak yang terdiri dari kelas A, kelas
B1, B2, B3, dan B4. Sampel diambil secara random sebanyak 40 anak, yaitu 20 anak di B3
sebagai kelas eksperimen dan 20 anak di B4 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian ini
menggunakan lembar tes informal yang berisi sebuah daftar jenis kegiatan atau perilaku yang
akan diamati (observasi).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai pada kelas eksperimen sebesar 61,4
dengan nilai tertinggi 64 dan nilai terendah 52. Keterampilan sosial anak pada kelas
eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol yang mempunyai nilai rata-rata 42,3 dengan
nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 32. Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa pembelajaran
menggunakan permainan tradisional (gowokan) berpengaruh secara signifikan terhadap
perilaku sosial anak, dilihat dari uji thitung > ttabel (31,11 >2,021) dengan taraf α = 0.05.
Dengan demikian, hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa permainan tradisional (gowokan) berpengaruh positif terhadap perilaku sosial anak
usia 5-6 tahun di TK Asisi pada tahun ajaran 2014/2015.

Kata Kunci : Permainan Tradisional, Perilaku Sosial

PENDAHULUAN Salah satu aspek yang dikembangkan


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di PAUD adalah aspek perilaku sosial
adalah pendidikan yang berorientasi pada anak. Perilaku sosial adalah kegiatan yang
aspek perkembangan anak, yang berhubungan dengan orang lain dan
mencakup perkembangan fisik, motorik bertingkah laku yang dapat diterima oleh
kasar, motorik halus, bahasa dan kognitif, orang lain, belajar memainkan peran sosial
emosi, sosial, moral, dan agama. Oleh yang dapat diterima oleh orang lain, serta
karena itu pembelajaran yang diterapkan upaya mengembangakan sikap sosial yang
adalah usaha dalam mengembangkan layak diterima oleh orang lain (Susanto
setiap aspek perkembangan anak secara 2011: 137).
maksimal, yang disesuaikan dengan minat, Anak usia 5-6 tahun merupakan masa
kepekaan, dan usia anak. dimana keinginan untuk berhubungan

1
dengan orang lain semakin meningkat. puas dan senang bagi pelaku (Departemen
Seperti yang tercatat di dalam PERMEN Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
58, capaian perkembangan perilaku social- Jenderal Kebudayaan Direktorat
emosional anak usia 5-6 tahun adalah Permuseuman, 1998:1). Permainan
sebagai berikut: bersikap kooperatif tradisional gowokan banyak menyimpan
dengan teman, menunjukkan sikap toleran, nilai-nilai moral seperti kerjasama, tolong-
mengekspresikan emosi yang sesuai menolong, berbagi, simpati, empati, dan
dengan kondisi yang ada (senang, sedih, saling membutuhkan satu dengan yang
antusias, dan sebagainya), mengenal tata lain. Keterampilan perilaku sosial ini
krama dan sopan santun sesuai dengan adalah ciri khas masyarakat Indonesia
nilai sosial budaya setempat, memahami yang apabila diterapkan kepada anak-anak
peraturan, menunjukkan rasa empati, pada usia dini akan mempersiapkan anak
memiliki sikap gigih (tidak mudah untuk menjadi manusia yang mampu
menyerah), bangga terhadap hasil bersosialisasi.
karyanya sendiri, dan menghargai Berdasarkan hasil penelitian yang
keunggulan orang lain. dimuat di dalam Jurnal Handayani, dkk
Pengembangan perilaku sosial terjadi tentang “Penerapan Permainan Tradisional
saat sesama anak belajar bersama, bermain Meong-meongan (Gowokan) untuk
bersama, makan bersama, dan juga saat perkembangan sikap sosial anak
berkomunikasi dengan guru, saat di kelas Kelompok B Taman Kanak-Kanak Astiti
maupun di luar kelas. Anak akan belajar Dharma Penatih DENPASAR” pada tahun
bagaimana menghormati orang yang lebih 2013, terdapat peningkatan sikap sosial
tua (guru, kepala sekolah, maupun anak (aspek percaya diri, disiplin, dan
pegawai). Hal tersebut akan semakin sikap kooperatif anak) setelah
maksimal jika dipantau dan diarahkan oleh dilakukannya permainan meong-meongan
guru. (gowokan) kepada anak-anak. Saat
Metode bermain menjadi salah satu permainan tradisional meong-meongan
metode dalam mengembangkan perilaku (gowokan) dimainkan, hal-hal yang
sosial anak. Salah satu permainan tampak adalah anak akan bermain
tradisional yang disebut gowokan bersama-sama dan mempunyai tujuan yang
merupakan suatu permainan yang sama, anak akan belajar untuk
dilakukan dengan berpegang teguh pada mendiskusikan permainan, dan mencari
norma dan adat kebiasaan yang ada secara solusi bersama saat ada masalah dan
turun-temurun yang dapat memberi rasa membuat peraturan bersama. Dalam
2
kesempatan ini anak akan mengalami Secara umum faktor-faktor yang
sendiri proses belajar secara alami mempengaruhi lambatnya perkembangan
sehingga sikap tolong menolong dan perilaku sosial anak adalah pemahaman
kerjasama dapat terbangun di antara anak. umum baik guru maupun orang tua yang
Pada kenyataannya permainan menganggap bahwa anak yang pintar
tradisional sudah jarang dimainkan oleh adalah anak yang hanya bisa Ca-Lis-Tung,
anak-anak secara khusus di PAUD. minimnya fasilitas lingkungan sekolah,
Pengembangan perilaku sosial anak kurang dan minimnya metode pembelajaran yang
mendapat perhatian secara serius. Masalah dilakukan guru secara spesifik mengenai
ini terjadi dikarenakan aktivitas belajar metode permainan tradisional yang mampu
hanya berfokus kepada guru saja. Aktivitas mengembangkan aspek sosial.
sosial hanya terjadi oleh karena anak-anak Alangkah baiknya jika semua aspek
harus bermain di taman sekolah dan itupun perkembangan secara bersamaan
tidak ada perhatian yang serius oleh guru. dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan
Seharusnya perkembangan perilaku sosial anak. Hal inilah yang mendorong penulis
anak bisa diukur dan dievalusi sesuai untuk melakukan penelitian Pengaruh
dengan tahapan perkembangannya. Permainan Tradisional (Gowokan)
Beberapa aktivitas yang penulis sering Terhadap Perilaku Sosial Anak Usia 5-6
amati dilakukan adalah anak-anak disuruh Tahun di TK Asisi Medan TA
mengerjakan tugas (mewarnai dan menulis 2014/2015.
huruf/angka), mendengar ceramah guru,
dan bermain bebas di taman. Sebenarnya LANDASAN TEORI
tidak ada yang salah dengan aktivitas Perilaku Sosial
diatas, namun yang penulis maksudkan Perilaku sosial adalah perilaku yang
adalah pencapaian perkembangan perilaku memerlukan sosialisasi berkenaan dengan
sosial seharusnya mendapat perlakuan hubungan dengan orang lain dan dilakukan
yang sama dengan aspek perkembangan dengan sikap tulus agar dapat memainkan
lainya. Hal negatif yang bisa terjadi adalah peranan sosial dengan baik di
apabila ada anak yang tidak memiliki lingkungannya. Kemampuan anak untuk
motivasi untuk bermain dan memilih untuk berperilaku sosial akan terus berkembang
duduk-duduk saja, maka kemungkinan sejauh anak terus berlatih bersosialisasi
perilaku sosial anak tersebut tidak akan sehingga pola-pola perilaku sosial akan
berkembang sesuai harapan. terbentuk di dalam diri anak.

3
Karakteristik Perilaku Sosial Anak Usia perempuan. Kesadaran ini tampak pada
Dini pilihan alat permainan dan aktivitas
Patmonodewo (2008: 33-35) bermain. Anak lelaki umumnya lebih
menjelaskan tentang ciri perilaku sosial menyukai bermain di luar, bermain
anak prasekolah atau anak TK adalah kasar, dan bertingkah laku agresif.
sebagai berikut: Sedangkan anak perempuan lebih suka
a) Memiliki satu atau dua sahabat, tetapi permainan yang bersifat kesenian,
sahabat ini cepat berganti. Mereka bermain boneka, dan menari.
umumnya cepat menyesuaikan diri
secara sosial, mereka mau bermain Permainan Tradisional Gowokan
dengan teman. Sahabat yang dipilih Permainan Tradisional Gowokan
biasanya yang sama jenis kelaminnya, sebenarnya memiliki nama yang berbeda-
kemudian berkembang ke jenis kelamin beda di berbagai tempat di Indonesia,
yang berbeda tergantung masyarakat memberi nama
b) Kelompok bermainnya cenderung kecil kepada permainan tersebut. Berdasarkan
dan tidak terlalu terorganisir secara sejarahnya, permainan ini berasal, dari
baik, oleh karena itu kelompok tersebut daerah Jawa. Di Sumatera Utara nama
cepat berganti-ganti permainan ini adalah permainan kucing-
c) Anak yang lebih muda sering kali kucingan, karena menggambarkan tentang
bermain bersebelahan dengan anak usaha kucing menangkap tikus. Sedangkan
yang lebih besar di daerah Bali permainan ini disebut
d) Pola bermain anak prasekolah sangat dengan meong-meongan. Permainan ini
bervariasi fungsinya sesuai dengan sangat diminati oleh anak-anak pada jaman
kelas sosial dan ‘gender’ dulu karena memberikan rasa senang dan
e) Perselisihan sering terjadi tetapi dalam puas bagi pemain.
waktu singkat untuk kemudian Kata gowokan berasal dari kata
berbaikan kembali. Anak lelaki lebih kuwukan. yang berarti kucing tua. Kata
banyak melakukan tingkah laku agresif kuwukan kemudian berubah menjadi kata
dan bermusuhan kowokan, dan akhirnya berubah menjadi
f) Telah menyadari peran jenis kelamin gowokan. Di daerah lain permainan ini
dan sex typing. Setelah anak masuk TK, dikenal dengan nama kuwukan atau
umumnya telah berkembang kesadaran wulungan. Disebut kuwukan karena
terhadap perbedaan jenis kelamin dan menggambarkan seekor kuwuk (kucing
peran sebagai anak lelaki atau anak tua) yang akan memakan seekor ayam di
4
dalam sangkar, dan disebut wulungan a) Semua pemain berkumpul dan
karena menggambarkan seekor wulung melakukan ‘hompimpah’ hingga tersisa
(elang) yang hendak menyambar seekor dua anak saja yang kalah
ayam jago dalam sebuah sangkar. b) Sekelompok anak yang menang
hompimpah tadi berdiri membentuk
Manfaat Permainan Tradisional lingkaran besar dengan tangan saling
(Gowokan) Terhadap Perilaku Sosial berpegangan erat
Anak c) Dua anak yang kalah hompimpah
Jika dilihat pengaruhnya terhadap melakukan ‘sut’. Yang menang menjadi
perilaku sosial AUD, Misbach (2006:7) kucing atau elang, sedangkan yang
menambahkan bahwa permainan kalah menjadi tikus atau ayam
tradisional mampu menstimulasi aspek d) Anak yang berperan menjadi tikus atau
perkembangan anak usia dini, yaitu ayam berada di tengah lingkaran,
kemampuan menjalin relasi, kerjasama, sedangkan yang berperan sebagai elang/
melatih kematangan sosial dengan teman kucing berada di luar lingkaran.
sebaya, meletakkan pondasi untuk melatih Lingkaran anak berfungsi sebagai
keterampilan sosialisasi, dan berlatih peran kurungan (sangkar) yang melindungi
dengan orang yang lebih tikus/ayam dari kejaran kucing/elang
dewasa/masyarakat. e) Dimulailah kejar-kejaran antara kucing
Bermain sebagai media bagi anak untuk dan tikus. Lingkaran berjalan berputar
mempelajari budaya setempat. Anak akan melindungi tikus/ayam yang dikejar
mewarisi permainan yang khas sesuai kucing. Ketika kucing berusaha
dengan budaya masyarakat tempat ia menerobos tangan-tangan pada
hidup. Dari sini ia akan belajar tentang lingkaran, pemain lingkaran serentak
sistem nilai, kebiasaan-kebiasaan, dan berjongkok untuk menghalangi kucing
standar moral yang dianut oleh f) Tikus/ayam leluasa bebas berlari tanpa
masyarakatnya. dihalangi lingkaran. Ia boleh menerobos
dan lari di luar lingkaran untuk
Cara Bermain Permainan Tradisional menyelamatkan diri dari kejaran kucing
Gowokan g) Jika pada akhirnya tikus/ayam
Mulyani (2013:60) menjelaskan tertangkap kucing/elang, maka giliran si
langkah-langkah permainan tradisional tikus/ayam berperan menjadi
gowokan adalah sebagai berikut: kucing/elang

5
METODE PENELITIAN dibuat. Dari hasil observasi yang dilakukan
Jenis Penelitian maka diperoleh data tentang perilaku
Penelitian ini menggunakan desain true sosial anak pada saat menerapkan
eksperimental design, dengan bentuk permaianan tradisional gowokan.
posttes-only control design, yaitu terdapat
kelompok eksperimen dan kelompok Teknik Analisis Data
kontrol yang dipilih secara random. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji dua pihak dengan
Populasi dan Sampel menggunakan rumus uji t (t-test).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh anak di TK Asisi yang terdiri dari HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas B3 dan B4 dengan jumlah total 40 Uji T dilakukan untuk mengetahui
anak. perbedaan nilai observasi antara kelas
Seluruh anak dijadikan sampel dalam eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji
penelitian ini. Penentuan kelas eksperimen beda nilai observasi akhir kelas
dan kelas kontrol yaitu secara acak. Kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu
B3 dan B4 diberi kode dalam bentuk diperoleh thitung sebesar 31,11, sedangkan
gulungan kertas, kemudian di kocok. ttabel = 2,021 dengan kriteria pengujian:
Setelah itu pengambilan pertama (I) tolak Ho jika thitung>ttabel, N=20 dan taraf
dinyatakan sebagai kelas eksperimen dan nyata α=0,05.
pengambilan kedua (II) sebagai kelas Berdasarkan hasil pengolahan data
kontrol. deskriptif untuk melihat pengaruh
permainan tradisional gowokan terhadap
Teknik Pengumpulan Data perilaku sosial anak usia 5- 6 tahun,
Teknik pengumpulan data yang digunakan diperoleh skor perilaku sosial pada kelas
dalam penelitian ini adalah nontest, yaitu eksperimen sebesar 64 dan skor pada kelas
observasi terstruktur tentang perilaku kontrol sebesar 52, dengan selisih 12. Hal
sosial anak dengan menggunakan pedoman tersebut menunjukkan adanya perbedaan
observasi. Pedoman observasi berisi yang signifikan antara kelas eksperimen
sebuah daftar perilaku yang mungkin dan kelas kontrol. Seting permainan
timbul dan akan diamati. Dalam proses tradisional gowokan mampu memberikan
observasi, pengamat hanya akan kesempatan kepada anak untuk belajar
memberikan tanda centang pada skor yang bekerja sama dalam melakukan permainan,
didapat melalui pedoman observasi yang secara alami anak akan memberikan
6
dorongan kepada anak lain untuk 3. Permainan tradisional gowokan
melakukan permainan dengan sportif, dan (kucing-kucingan) mampu menciptakan
munculnya rasa saling bertanggung jawab. kekompakan dan kerjasama, yaitu anak
Suasana bermain membuat anak menjadi terlihat saling mendukung dalam
pembelajar yang mandiri sehingga perilaku melakukan permainan.
sosial akan muncul dengan sendirinya
sesuai dengan pengalaman anak dalam Saran
bermain. Dengan demikian, peneliti Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan
menemukan adanya pengaruh permainan yang telah dikemukakan di atas maka
tradisional gowokan (kucing-kucingan) peneliti menawarkan saran sebagai berikut:
terhadap perilaku sosial anak di TK Asisi 1. Bagi guru dan calon guru hendaknya
Medan. dapat memanfaatkan permainan
tradisional Gowokan (kucing-kucingan)
KESIMPULAN DAN SARAN untuk mengembangkan perilaku sosial
Kesimpulan anak
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 2. Bagi sekolah yaitu sebagai bahan
dilakukan, maka diambil kesimpulan yaitu: masukan untuk meningkatkan perilaku
1. Penggunaan pembelajaran dengan sosial anak
permainan tradisional gowokan 3. Bagi anak didik hendaknya permainan
(kucing-kucingan) mampu gowokan dapat digunakan sebagai salah
mengembangkan perilaku sosial yang satu permainan yang mengembangan
lebih baik daripada pembelajaran tanpa perilaku sosial anak
permainan tradisional gowokan. Hal 4. Bagi peneliti yaitu dapat menambah
tersebut sesuai dengan hasil uji wawasan serta pengetahuan dalam
hipotesis yang diperoleh thitung>ttabel upaya mengembangkan perilaku sosial
yaitu 31,11>2,021 pada taraf nyata α anak
0,05. Dengan demikian, Ho ditolak dan
Ha diterima. Maka dapat disimpulkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa permainan tradisional gowokan Dharmamulya, Sukirman & dkk. 2004.
Permainan Tradisional Jawa.
(kucing-kucingan) sangat berpengaruh
Purwanggan: Kepel Press.
terhadap perilaku sosial anak
Direktorat Permuseuman. 1998.
2. Permainan tradisional gowokan
Permainan Tradisional Indonesia.
(kucing-kucingan) dapat Jakarta: Departement Pendidikan dan
mengembangkan perilaku sosial anak
7
Kebudayaan Direktorat Jenderal Meongan Untuk Perkembangan Sikap
Kebudayaan Direktorat Permuseuman. Sosial Anak Kelompok B Taman
Kanak-Kanak Astiti Dharma Penatih
Hurlock, Elizabeth B. 1993. Denpasar: Program Studi Pendidikan
Perkembangan Anak Edisi Keenam. Dasar, Program Pascasarjana,
Jakarta: Erlangga. Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja, Indonesia (diakses pada 06
Jahja,Yudrik. 2011. Psikologi Desember 2014).
Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Misbach. 2006. Peran Permaianan
Kamtini, Husdi Wardi Tanjung. 2012. Tradisional Yang Bermuatan Edukatif
Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Dalam menyumbang Pembentukan
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Karakter dan Identitas Bangsa:
Departemen Pendidikan Nasional Jurusan Psikologi Universitas
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pendidikan Indonesia (diakses pada
Direktorat Pembinanaan Pendidikan 20 November 2014)
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain


Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Patmonodewo, Soemiarti. 1995.


Pendidikan Anak Pra Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika.


Bandung: Tarasito.

Sugyono. 2006. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan


Anak usia Dini. Jakarta: Kencana.

Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain,


Mainan, dan Permainan. Jakarta:
Grasindo.

Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil


Belajar Sains. Jakarta: Indeks.

Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi


Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Online

Handayani, Dewi dkk. 2013. Penerapan


Permainan Tradisional Meong-

8
9

Anda mungkin juga menyukai