Anda di halaman 1dari 7

OPTIMALISASI PERMAINAN TRADISIONAL JAMURAN UNTUK

MENINGKATKAN PENGENDALIAN INTERAKSI SOSIAL ANAK HIPERAKTIF


PADA SISWA KELOMPOK B DI TK ’AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 5
UTERAN

DENI ASRI RAHAYU


TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 5 UTERAN
 Email : deniarirahayu@gmail.com

Abstrak

Interaksi sosial bagi anak hiperaktif mempunyai peranan penting, karena dalam
keberadaanya anak hiperaktif memiliki pola dan tingkah laku yang berbeda
dengan anak seusianya. Hal tersebut dapat dikendalikan dengan sebuah
permainan yang menarik bagi anak seperti permaina tradisonal jamuran.
Dengan sebuah permainan tradisional dapat melatih konsentrasi anak,
mengendalikan tingkah laku dan juga mengeksplor pengetahuan anak tentang
permainan tradisional. Selain itu Tujuan penggunaan permainan tradisional
Jamuran ini adalah untuk meningkatkan Interaksi Sosial anak Hiperaktif untuk
mengkondusifkan proses belajar mengajar di TK ‘Aisyiyah BA.5 Uteran serta
mengenalkan sebuah permainan tradisional yang nyaris punah kepada anak usia
dini. Interaksi sosial anak Hiperaktif disini difokuskan pada aspek kerjasama,
keberanian dan pengendalian emosi. Ketiga aspek tersebut mengalami
perubahan yang signifikan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan Permainan Tradisional Jamuran dapat
meningkatkan Interaksi Sosial anak Hiperaktif pada siswa kelompok B di TK
‘aisyiyah BA.5 Uteran.
Kata Kunci : Permainan Tradisional Jamuran, Interaksi Sosial, Anak
Hiperaktif

Pendahuluan
Lembaga pendidikan taman kanak-kanak, merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.
Pembelajaran di taman kanak-kanak bersifat spesifik didasarkan pada tugas-tugas
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan mengembangkan aspek-aspek
perkembangan yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional,
kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni”. “Kemandirian anak sebagai
salah satu aspek perkembangan Bidang Pengembangan Pembiasaan Program
Pembelajaran Taman Kanak-kanak Kurikulum 2013 mempunyai peran penting, karena
aspek kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat menolong dirinya
sendiri dalam rangka kecakapan hidup (life skill), serta memperoleh keterampilan dasar
yang berguna untuk kelangsungan hidup anak.” “Melalui pemberian rangsangan,
stimulasi dan bimbingan, diharapkan akan meningkatakan perkembangan perilaku dan
sikap melalui pembiasaan yang baik, sehingga akan menjadi dasar utama dalam
pembentukan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dimasyarakat.”Pembelajaran kemandirian anak yang diarahkan untuk mengembangkan
kecakapan hidup melalui kegiatan-kegiatan konkrit yang dekat dengan kehidupan anak
sehari-hari mempunyai peranan penting.” Namun keberhasilan kegiatan belajar
mengajar yang mengembangkan aspek kemandirian anak kurang maksimal terutama
pada anak anak di Kelompok B di TK ‘Aisyiyah BA 5 Uteran.
Berdasarkan pengamatan mulai awal masuk sekolah sampai pertengahan
semester I Tahun Pelajaran 2021/2022 yang dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat
awal menunjukkan bahwa kemandirian dan interaksi sosial murid Kelompok B masih
sangat rendah karena mayoritas anak-anak berprilaku hiperaktif. Anak cenderung tidak
bisa diam atau banyak bergerak, suka usil terhadap temannya, Kondisi ini diindikasikan
dengan anak tidak mau menerima tugas dari guru, dalam mengerjakan tugas tidak
tuntas, anak kurang percaya diri mampu mengerjakan tugas sendiri dan selalu meminta
bantuan guru, kurang antusias dalam bermain bersama teman, serta interaksi social anak
dalam masyarakat dan pergaulan di sekolah, begitu juga dengan pengembangan
kreatifitas siswa ketika di dalam kelas masih kurang, kondisi yang kurang memberikan
tantangan ketika anak belajar di dalam kelas sehingga memicu anak-anak untuk
beraktifitas lebih banyak, jahil dan membuat masalah dengan teman serta benderung
membantah perintah guru. Berdasarkan kendala yang di telah diamati, maka Penulis
perlu mengatasi masalah tersebut dengan melakukan bimbingan kelompok yang di
aplikasikan secara langsung yaitu dengan terapi bermain.
Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas anak hiperaktif yang berada pada
lingkungan kelas sangat mengganggu aktivitas belajar siswa yang lainnya.” Maka dari
itu, perlu adanya pengendalian dan pengawasan interaksi social anak hiperaktif agar
pembelajaran dapat berjalan kondusif, akan tetapi juga tidak mengekang tingkah laku
dan kreatifitas anak yang cenderung usil dan mengganggu. Disini kegiatan
pembelajaran lebih diefektifkan di luar kelas dengan bimbingan kelompok yang
membutuhkan pengawasan maksimal, sehingga tidak terkesan membeda-bedakan antara
anak hiperaktif dengan siswa yang lainnya.
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan interaksi social anak yaitu dengan
terapi bermain. Terapi bermain ini sering digunakan untuk mengatasi anak hiperaktif,
karena melalui proses bermain mereka akan belajar banyak hal, diantaranya belajar
mengenal aturan, mengendalikan emosi, menunggu giliran, dan belajar cara untuk
mencapai tujuan melalui proses bermain bersama kelompoknya. Maka penerapan
permainan tradisional jamuran sangat tepat dilaksanakan untuk meningkatkan interaksi
sosial anak hiperaktif dengan bimbingan kelompok di TK ‘Aisyiyah BA 5 Uteran
kelompok B dengan jumlah siswa 20 anak .

Kemampuan Interaksi Sosial Anak


“Awalnya manusia dilahirkan belum bersifat sosial, karena pada saat
kelahirannya anak manusia tampak tak berdaya bila dibandingkaan dengan hewan
Yusuf (2010).””Namun individu manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling
sempurna bila dibandingkan dengan makhluk - makhluk lainnya.” “Sebenarnya anak
manusia terlahir sudah memiliki potensi yang sangat besar dengan potensi itu anak
manusia bias berkembang dan mengalami perubahaan dalam kehidupannya baik secara
fisik maupun psikis.” ”perkembangan interaksi sosial merupakan tingkat pencapaian
seseorang dalam hubungan sosial antara manusia satu dengan manusia yang lainnya, hal
tersebut sesuai dengan pendapat dari Yusuf (2010) yang menyatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial.””Dapat pula diartikan proses belajar terhadap norma - norma, moral, tradisi yang
menjadi satu kesatuan saling berkomunikasi dan kerjasama.”
Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan
tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial, hal tersebut
disampaikan oleh Yusuf (2010). “Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti
serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi
ini.”“Menurut Soerjono (2010) Interaksi sosial juga diartikan sebagai dasar proses sosial
yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup
hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok.”
Sedangkan menurut Kathryn and Geldard (2011) Interaksi sosial adalah
hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara
individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok
lainnya.“Interaksi sosial secara umum dapat disimpulkan merupakan hubungan antar
manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.”

Kondisi Siswa Hiperaktif dalam Pembelajaran (Attention Deficit Hiperactivity


Disorder)
Kondisi Anak yang cenderung tidak bisa diam atau banyak bergerak, suka usil
terhadap temannya, Kondisi ini diindikasikan dengan anak Hiperaktif. Ada beberapa ciri
lain dari anak hiperaktif yaitu tidak mau menerima tugas dari guru, dalam mengerjakan
tugas tidak tuntas, anak kurang percaya diri mampu mengerjakan tugas sendiri dan
selalu meminta bantuan guru, kurang antusias dalam bermain bersama teman, serta
interaksi social anak dalam masyarakat dan pergaulan di sekolah, begitu juga dengan
pengembangan kreatifitas siswa ketika di dalam kelas masih kurang, kondisi yang
kurang memberikan tantangan ketika anak belajar di dalam kelas sehingga memicu
anak-anak untuk beraktifitas lebih banyak, jahil dan membuat masalah dengan teman
serta benderung membantah perintah guru.
Hiperaktif adalah suatu ketidakmampuan untuk ‘stop, look, listen and think’
yang menyebabkan gangguan prilaku dan aktifitas yang biasa diderita oleh anak-anak
Mash & barkley (2009 ).” Hiperaktif merupakan faktor penghambat bagi perkembangan
sosial emosional anak. Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention Deficit
Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD).” “James Le
Fanu (2006) Hiperaktifitas (ADHD) adalah suatu gangguan dalam mentransmisikan
pesan-pesan ke otak, antara bagian otak satu dengan otak lainnya dihubungkan oleh
kontrol motor, kontrol motor itulah yang berfungsi untuk mengukur konsekuensi-
konsekuensi atas suatu tindakan sebelum bertindak dsn untuk memutuskan situasi
lingkungan yang harus diperhatikan/ diabaikan dan seterusnya.”
“Hiperaktifitas merupakan suatu aktifitas motorik yang berlebih yang
menyebabkan kegaduhan pada keadaan tertentu, begitu juga sesuai dengan yang
disampaikan oleh Judarwanto (2010) Hiperaktifitas adalah suatu peningkatan aktifitas
motorik hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang
terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda.” “Sehingga secara
harfiah anak Hiperaktif dapat diartikan sebagai pola perilaku anak yang menetap yang
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak
sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks;
gejalanya berbeda-beda.” Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
anak Hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi awal Interaksi Sosial anak Hiperaktif di TK ABA 5 Uteran dapat dilihat dalam
diagram dibawah ini :
Pra Pembelajaran Grafik
1:
36%
35%
34%
33%
32% Pra Pembelajaran
31%
30%
29%
28%
27%
kerjasama keberanian penegndalian
emosi
Kondisi Pra Pembelajaran Interaksi Sosial Anak Hiperaktif

Dari Grafik 1 dapat dilihat kondisi awal pra pembelajaran interaksi sosial anak
hiperaktif menunjukkan bahwa aspek kerjasama, keberanian dan pengendalian emosi
masih sangat rendah.

Pembelajaran
95.00%
90.00%
85.00% Pembelajaran
80.00%
75.00%
70.00%
kerjasama keberanian pengendalian
emosi
Grafik 2 : Kondisi Pembelajaran Interaksi Sosial Anak Hiperaktif

Dari Grafik 2 tersebut menunjukkan peningkatan interaksi sosial anak


hiperaktif yang sangat signifikan dari kondisi pra pembelajaran dengan kondisi setelah
menerapkan permainan tradisional jamuran.

Permainan Tradisional Jamuran


Permaianan tradisional merupakan sebuah permainan jaman dahulu kala yang
saat ini keberadaannya sudah sangat langka dan jarang dimainkan oleh anak – anak
milenial seperti saat ini. Permainan tradisional tidak bisa dianggap remeh keberadaanya
sangat mendukung dan mengurangi penggunaan Gadget pada anak.. Banyak sekali
macam permainan tradisional yang seharusnya kita kenalkan dan kita praktikan bersama
anak- anak usia dini bahkan bisa menjadi sebuah media untuk meningkatkan aspek
perkembangan anak usia dini. Seperti hal nya dengan permainan tradisional jamuran.
Menurut Pamungkas (2009) Permainan anak tradisional merupakan wujud kebudayaan
yang tidak dapat dianggap remeh, karena Permainan ini memberikan pengaruh yang
tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di
kemudian hari.” “Selain itu, Permainan anak-anak ini juga dianggap sebagai salah satu
unsur kebudayaan yang memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu
kebudayaan.”Oleh karena itu dolanan anak tradisional juga dapat dianggap sebagai aset
budaya, sebagai modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan keberadaannya
dan identitasnya.”
Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun
temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada
prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak, Joan dan Munandar
(2010).” Sehingga bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan
anak karena tujuannya sebagai media permainan.””Aktivitas permainan yang dapat
mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai
persiapan menuju dunia orang dewasa.”
Berdasarkan segi istilah nama Jamuran diambil dari nama tumbuhan jamur.
Pamungkas (2009), Jamur yang berbentuk seperti payung bulat itulah yang menjadi
inspirasi nama Permainan jamuran.” Berarti jamuran adalah sebuah nama dolanan, yang
permainannya membentuk lingkaran seperti jamur, Maka anak-anak menyebutnya
dengan Permainan jamuran.” Biasanya yang memainkan Permainan jamuran ini adalah
anak-anak perempuan. Namun tidak menutup kemungkinan juga dimainkan oleh anak-
anak laki-laki atau campuran. Sementara umur anak-anak yang bermain Permainan ini
setingkat usia TK sampai SD, sekitar 5-13 tahun. Jika ada anak di bawah usia 6 tahun
ikut, biasanya dianggap pupuk bawang atau bawang kothong alias dianggap cuma ikut-
ikutan, karena dianggap belum paham tentang cara bermain yang sesungguhnya.
“Permainan jamuran adalah suatu permainan tradisonal yang namanya diambil
dari nama tumbuhan yang berkembang biak pada musim hujan yaitu tumbuhan jamur.”
Cara permainannya dengan membentuk lingkaran seperti jamur dan biasa dilakukan
secara beramai-ramai, Sungkono (2009).” Permainan ini sangat membantu dalam
perkembangan psikologi anak karena dapat menumbuhkan keberanian dan interaksi
sosial anak. “Berdasarkan pendapat di atas maka dapat di simpulkan bahwa permainan
jamuran adalah permainan tradisional anak- anak yang namanya di ambil dari kata
“Jamur” dan dilakukan siang/malam hari dengan berkelompok membentuk lingkaran.”

Optimalisasi Permainan Tradisional Jamuran Untuk Meningkatkan Pengendalian


Interaksi Sosial Anak Hiperaktif
“Berdasarkan hasil penelitian tentang anak – anak tidaklah berlebihan apabila
para ahli menyebutkan bahwa periode perkembangan anak pada masa emas hanya
terjadi satu kali dalam kehidupan manusia dan tidak bisa ditunda waktunya.” “Diyakini
oleh Hidayat (2018) bahwa masa kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi
keberhasilan di masa datang, dan sebaliknya.” “Untuk itu, agar pertumbuhan dan
perkembangan anak tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang
kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan anak yaitu dengan belajar sambil bermain bahkan tidak ada halangan dengan
keadaan anak yang hiperaktif ataupun pendiam sekalipun.”
Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti menggunakan permainan
jamuran agar interaksi social anak dapat diamati dengan baik. Adapun peningkatan
interaksi sosial tersebut antara lain : Waktu luang yang dimiliki, yang biasanya
digunakan untuk bersikap usil terhadap temannya, kali ini akan mereka gunakan untuk
melakukan permainan jamuran, Dalam permainan tersebut anak hiperaktif akan merasa
punya tantangan untuk melakukan sesuatu agar dia tidak tertangkap atau tidak “jadi”,
sehingga tindakan- tindakan yang luar biasa yang dilakukanya ketika pembelajaran di
dalam kelas seperti usil/ mengganggu temanya, membantah, dan mudah marah (tidak
dapat mengendalikan emosi) seketika itu juga dapat ditinggalkanya karena terpengaruh
oleh aktifitas yang lain yang menurutnya lebih menantang dan lebih membuatnya
termotivasi, Anak yang ikut bermain jamuran secara otomatis bisa bersosialisi dengan
teman, tidak egois, harus cekatan, banyak akal, dan tidak boleh cengeng. Jika anak tidak
bisa memenuhi kriteria itu tentu akan mudah ditinggalkan teman-teman bermain
lainnya.
Tabel 3 : Ketercapaian Interaksi sosial Anak Hiperaktif
No Aspek yang di Ketercapaian siswa Hiperaktif Prosentase
amati peningkatan
Pra Pembelajaran
Pembelajaran
1 Kerjasama 30% 87.5% 57.5%
2 Keberanian 32.5% 80% 73.5%
3 Pengendalian 35% 92.5% 57.5%
emosi
Jumlah (%) 97.5% 260%

Dalam tabel tersebut dituliskan bahwa interaksi sosial anak hiperaktif dengan
permainan tradisional jamuran yang di implementasikan dengan mengambil nilai
kerjasama meningkat sebanyak 57.5 %, keberanian meningkat sebanyak 73.5%
sedangkan pengendalian emosi meningkat sebanyak 57.5%. hal tersebut menunjukkan
bahwa Interaksi sosial anak hiperaktif dengan permainan tradisional jamuran di TK
ABA 5 Uteran berjalan dengan lancar dan berhasil karena mengalami peningkatan
secara signifikan dari hasil pra pembelajaran.

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat Disimpulkan bahwa Melalui Permainan
tradisional Jamuran dapat meningkatkan Interaksi sosial anak hiperaktif di TK
‘Aisyiyah BA.V Uteran. Hal tersebut dapat diketahui dari meningkatnya prosentase
obyek berdasarkan keberanian, kerjasama dan pengendalian Emosi saat melakukan
permainan Jamuran, Sehingga mereka lebih dapat mengatur dirinya sendiri, lebih
disiplin dan mampu berkomunikasi baik lisan maupun tindakan serta mampu
bersosialisasi dengan sangat baik.

Daftar Pustaka
Barkley, R. A.. (2009). Assessment of Childhood Disorders. The Guilford Press: New
York, NY.
Dahlia Novarianing A. 2008. Psikologi Abnormal. Diktat mata kuliah BK. IKIP PGRI
Madiun
Geldard dan Geldard. 2011. Konseling Anak- Anak Praktis. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar
Hidayat, S., & Nur, L. (2018). Nilai Karakter, Berpikir Kritis dan Psikomotorik Anak
Usia Dini. Jurnal Ilmiah Visi, 13(1), 29-35.
James Le Fanu. 2006. Deteksi Dini Masalah Psikologi Anak. Yogyakarta. Think
Joko Pamungkas. 2009. permainan Tradisional. (http://maztrie.blogspot.com
/2009/06/jamuran.html,di akses 18 november 2011)
Syamsu Yusuf. 2010. Ilmu psikologi. (http://ilmupsikologianak.wordpress.com, diakses
2010/01/14)
Vitalis Djarot s. 2007. layanan konseling diperluas. Diktat BK. IKIP PGRI Madiun.
Widodo Judarwanto.2010. Anak Hiperaktif. (http://maztrie.blogspot.com /2010/06/anak
hiperaktif.html,di akses 5 november 2011)

Anda mungkin juga menyukai