Anda di halaman 1dari 14

MODIFIKASI PERILAKU PADA

ANAK USIA DINI YANG AGRESIF

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Penulisan Ilmiah

Dosen Pengampu : Itsna Iftayani, S. Pd. I., MA.

Oleh :

Nama : Nadhila Berlian Assabilia


NIM : 203080015

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, inayah, berkah dan nikmat, sehingga tugas mata kuliah Penulisan
Ilmiah dengan judul “Modifikasi Perilaku pada Anak Usia Dini yang Agresif”
dapat terselesaikan tepat waktu. Penulisan tugas ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dan kerjasama berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat Ibu Itsna Iftayani, S. Pd. I., MA. atas bantuan dan bimbingan dalam
penyusunan tugas.

Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan
mendapatkan balasan dari Alloh SWT. Penulis menyadari penulisan ilmiah ini
masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kesalahan. Mengingat
keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis, maka dari itu penulis mengharapkan
saran serta kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya hasil karya dimasa
yang akan datang. Semoga bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan.

Penulis

Nadhila Berlian Assabilia


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan berusaha untuk mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya.
Sistem pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah
berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan, sehingga pendidikan
nasional diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia (E. Mulyasa, 2007). Sejalan dengan tujuan Pendidikan
Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan untuk membentuk anak
Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di
dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa
dewasa. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan, sesuai dengan keunikan dan tahap-
tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini
seperti yang tercantum dalam Permendiknas no. 58 tahun 2009.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan


tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara
menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan dengan memberikan
stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal. Pendidikan Anak Usia Dini menjadi fondasi
pendidikan bagi anak dalam menapaki jalur pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan anak usia dini akan menjadi penentu dalam penanaman nilai
agama dan moral pada anak, pengembangan kognitif, pengembangan bahasa,
pengembangan fisik dan pengembangan sosial emosional (Sudarna, 2014).
Akhlak mulia merupakan aspek penting dalam mendidik anak. Bahkan suatu
bangsa yang berkarakter juga ditentukan oleh tingkat akhlak bangsanya.
Tanpa karakter seseorang mudah melakukan sesuatu yang dapat merugikan
orang lain. Oleh karena itu sangat penting untuk membentuk insan yang
berkarakter sejak dini, karena kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti
individu merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu
lain.

Hurlock (2019) menjelaskan bahwa pengendalian emosi sangat


penting untuk dilakukan jika kita menginginkan anak berkembang secara
normal. Selain menghindari penolakan sosial hal ini dikarenakan apabila
ekspresi emosi tidak ditangani sejak dini maka ke depan akan lebih sulit untuk
menghilangkannya. Semakin dini anak - anak belajar untuk mengendalikan
emosi pada diri mereka, akan semakin mudah bagi mereka untuk
mengendalikan emosi. Perkembangan sosial-emosional mempunyai peranan
penting dalam individu dan mempunyai kaitan dengan aturan tentang apa yang
seharusnya dilakukan saat berinteraksi dengan orang lain. Bentuk dari
perkembangan sosial anak dapat dilihat bagaimana mereka bergaul dengan
teman sebaya. Semakin anak dapat bergaul dan berkomunikasi dengan
temannya, semakin bagus perkembangannya. Berkat perkembangan sosial,
anak dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya maupun
lingkungan disekitarnya. Pada awal masuk sekolah, anak ceria menyambut
dunia barunya. Setelah itu anak akan semakin mandiri dan dapat
menyesuaikan diri dengan teman - temannya melalui berbagai cara. Anak
mulai menyesuaikan perilakunya agar diterima dalam pergaulannya.
Keterlibatan anak terhadap teman sebaya yang menunjukan peningkatan pesat
kemampuannya untuk bersosialisasi.

Sekarang ini sering sekali kita jumpai anak yang berperilaku agresif,
bahkan dalam jenjang pendidikan anak usia dini. Ketika anak memasuki usia
3-7 tahun perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka
dan sering kali menimbulkan masalah tidak hanya di rumah tetapi juga di
sekolah. Perilaku agresivitas yang dimunculkan oleh anak saat berinteraksi
dengan teman sebayanya yaitu seperti perilaku memukul, mencubit, selalu
membenarkan diri sendiri, berkuasa dalam setiap situasi, menunjukan sikap
permusuhan dan keras kepala dalam perbuatannya. Istilah agresif digunakan
untuk menggambarkan perilaku siswa, bentuk dari luka fisik terhadap
makhluk lain yang secara otomatis terdapat di dalam fikiran (Zirpoli, 2008).
Agresif merupakan perilaku serius yang tidak seharusnya dan menimbulkan
konsekuensi yang serius baik untuk siswa maupun untuk orang lain yang ada
di lingkungannya. Salah satu bentuk emosi anak adalah marah yang
diekspresikan melalui prilaku agresif. Hal tersebut merupakan tindakan yang
biasa dilakukan oleh anak sebagai hasil dari kemarahan atau frustasi.

Perilaku agresif anak tidak hanya sebatas perilaku yang bersifat fisik,
tapi juga mencakup lisan, seperti: ucapan kasar untuk mengintimdasi orang
lain termasuk berdusta. Perilaku agresivitas yang dimunculkan oleh anak saat
berinteraksi dengan teman sebayanya yaitu seperti perilaku memukul,
mencubit, selalu membenarkan diri sendiri, berkuasa dalam setiap situasi,
menunjukan sikap permusuhan, keras kepala dalam perbuatannya. Perilaku
Agresivitas yang dimunculkan oleh anak disebabkan oleh peniruan dari
tontonan film dan peniruan dari kawannya yang menunjukan perilaku agresif,
selain itu karena tekanan lingkungan, frustasi atau kecewa karena
keinginannya tidak terpenuhi. Pada anak usia dini tidak jarang tingkah laku
agresif muncul pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Tingkah laku
agresif ini dapat mengganggu kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Misalnya memukul teman, mendorong, berkelahi, merusak hasil
kerja ataupun alat permainan teman, dan membuang barang milik teman.
Tingkah laku agresif yang jika dibiarkan terus menerus akan membuat anak
mengalami penolakan dari teman-temannya bahkan orang dewasa. Rita Eka
Izzaty (2005) menjelaskan bahwa tingkah laku agresif harus segera ditangani
dan mendapatkan perhatian baik dari orangtua maupun pendidiknya, karena
jika dibiarkan mempunyai peluang besar menjadi sebuah perilaku yang
menetap. Selain itu di lingkungan sekolah, anak cenderung ditakuti dan
dijauhi temannya yang berakibat menimbulkan suatu masalah baru bagi anak
karena terisolir. Tingkah laku ini jika dibiarkan begitu saja, pada saat remaja
akan menjadi tingkah laku khas kenakalan remaja.

Modifikasi perilaku pada Anak Usia Dini didefinisikan sebagai metode


atau teknik mengubah dan memperbaiki perilaku guna mendapatkan perilaku
anak ke arah yang lebih positif dan lebih baik, dengan cara menambah
perilaku yang sudah ada atau mengurangi perilaku yang kurang baik. Tujuan
dari modifikasi perilaku pada anak usia dini adalah membuat perilaku anak
sesuai dengan masa dan umur mereka sehingga perkembangan anak lebih
stabil dan baik. Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun, anak dapat
mengendalikan diri untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku
agresif, akan tetapi apabila keadaan ini menetap maka ada indikasi anak
mengalami gangguan psikologis. Dampak utama dari perilaku agresif ini
adalah mengganggu proses tumbuhkembang anak tersebut. Hal inilah yang
memberi motivasi penulis untuk mempunyai gagasan agar anak dapat
mengendalikan prilaku agresifnya dengan cara memodifikasi perilaku agresif
tersebut. Diharapkan dengan pengendalian diri tersebut anak dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan perkembangannya,
mampu bersosialisasi dengan teman sebayanya dan tidak merugikan teman
lain. Melalui “Modifikasi Perilaku pada Anak Usia Dini yang Agresif” dapat
ditemukan solusi terbaik agar terbentuk insan yang berkarakter dan berakhlaq
mulia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Modifikasi Perilaku pada
Anak Usia Dini yang Agresif ?”

C. Tujuan
Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
ditemukan tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui Modifikasi Perilaku pada
Anak Usia Dini yang Agresif.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini, yaitu sebagai
berikut :

1. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna


bagi penulis.
2. Mengembangkan bidang keilmuan khususnya berkaitan dengan Modifikasi
Perilaku pada Anak Usia Dini yang Agresif.
3. Menjadi model bagi lembaga yang berada dalam kondisi yang sama untuk
mengatasi masalah perilaku agresif pada anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modifikasi Perilaku


Dalam pandangan kaum behavioristik aliran klasik, modifikasi
perilaku dapat diartikan sebagai penggunaan secara sistematik teknik
kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku
tertentu atau mengontrol lingkungan perilaku tersebut. Jika teknik
kondisioning diterapkan secara ketat dengan stimulus, respon dan akibat
konsekuensi yang diharapkan terbentuklah perilaku lahiriah yang diharapkan.
Dalam pandangan aliran operan, modifikasi perilakuakan terbentuk ketika
penguat atau pengukuh diberikan berupa reward atau punishment.

Menurut pandangan aliran behavior analist, modifikasi perilaku


merupakan penerapan dari psikologi eksperimen seperti dalam laboratorium.
Proses, emosi, problema, prosedur, semua diukur. Pengubahan perilaku
dilaksanakan dengan rancangan eksperimen dibuat dengan cermat. Perilaku
dihitung secara cacah untuk mendaparkan data dasar. Variabel bebas
dimanipulasi, metode statistik digunakan untuk melihat perubahan perilaku,
pengulangan jika perlu dilakukan hingga terjadi perubahan perilaku secara
jelas. Sedangkan dalam pandangan para ahli, menurut Eysenk modifikasi
perilaku adalah upaya mengubah perilaku dan emosi manusia dengan cara
yang menguntungkan berdasarkan teori yang modern dalam prinsip psikologi
belajar. Menurut Wolpe, yaitu penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah
teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif,
dengan melemahkan atau menghilangkannya dan perilaku adaptif ditimbulkan
atau dikukuhkan.

Modifikasi perilaku pada Anak Usia Dini didefinisikan sebagai metode


atau teknik mengubah dan memperbaiki perilaku guna mendapatkan perilaku
anak ke arah yang lebih positif dan lebih baik, dengan cara menambah
perilaku yang sudah ada atau mengurangi perilaku yang kurang baik. Tujuan
dari modifikasi perilaku pada anak usia dini adalah membuat perilaku anak
sesuai dengan masa dan umur mereka sehingga perkembangan anak lebih
stabil dan baik. Prinsip Dasar Dalam Modifikasi Perilaku: Reinforcement,
Extinction, Punisment, Stimulus control, dan Respondent conditioning.
B. Pengertian Agresif
Istilah agresif digunakan untuk menggambarkan perilaku siswa, bentuk
dari luka fisik terhadap makhluk lain yang secara otomatis terdapat di dalam
fikiran (Zirpoli, 2008). Agresif merupakan perilaku serius yang tidak
seharusnya dan menimbulkan konsekuensi yang serius baik untuk siswa
maupun untuk orang lain yang ada di lingkungannya. Salah satu bentuk emosi
anak adalah marah yang diekspresikan melalui agresi. Hal tersebut merupakan
tindakan yang biasa dilakukan oleh anak sebagai hasil dari kemarahan atau
frustasi. Paparan di atas dapat disimpulkan agresif merupakan bentuk ekspresi
marah yang diwujudkan melalui perilaku yang dilakukan dengan sengaja
untuk menyakiti orang lain dan menimbulkan konsekuensi yang serius.

Lancelotta dan Vaughn menyatakan ada empat tipe perilaku agresif


dan reaksi anak-anak terhadap penerimaan sosial, yaitu:

1. Agresif fisik yang diprovokasi, misal: menyerang kembali mengikuti


provokasi,
2. Agresif yang meledak, misal: marah tanpa alasan yang jelas,
3. Agresif lisan, misal: mengancam dan berkata kasar,
4. Agresif secara tak langsung, misal: menceritakan pada guru bahwa siswa
lain yang melakukan kesalahan.

Sedangkan Baron dan Byrne mengklasifikasikan perilaku agresif menjadi


delapan, antara lain:

1. Agresi langsung fisik verbal,


2. Agresi langsung aktif non verbal,
3. Agresi langsung pasif verbal,
4. Agresi langsung pasif non verbal,
5. Agresi tidak langsung aktif verbal,
6. Agresi tidak langsung aktif non verbal,
7. Agresi tidak langsung pasif verbal,
8. Agresi tidak langsung pasif non verbal.

Beberapa klasifikasi perilaku agresif di atas dapat disimpulkan bahwa


perilaku agresif anak tidak hanya sebatas perilaku yang bersifat fisik, tapi juga
mencakup lisan, seperti: ucapan kasar untuk mengintimdasi orang lain
termasuk berdusta. Perilaku agresivitas yang dimunculkan oleh anak saat
berinteraksi dengan teman sebayanya yaitu seperti perilaku memukul,
mencubit, selalu membenarkan diri sendiri, berkuasa dalam setiap situasi,
menunjukan sikap permusuhan, keras kepala dalam perbuatannya. Perilaku
Agresivitas yang dimunculkan oleh anak disebabkan oleh peniruan dari
tontonan film dan peniruan dari kawannya yang menunjukan perilaku agresif,
selain itu karena tekanan lingkungan, frustasi atau kecewa karena
keinginannya tidak terpenuhi. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak
berperilaku agresif yaitu :

a. Faktor Orang Tua


1. Pola asuh orang tua yang keras dan memanjakan.
2. Sikap permisif atau cuek orang terhadap perilaku agresif anak.
3. Sikap keras dan penuh tuntutan.
4. Pemberian punishment dan reward yang tidak tepat.
5. Gagal dalam menjalin komunikasi yang baik dan gagal menjadi teladan.
6. Orang Tua mudah marah
b. Faktor Sekolah
1. Pengaruh Teman yang juga berperilaku agresif
2. Anak bosan atau anak yang tidak menyukai kegiatan di sekolah
3. Kurangnya pendekatan guru kepada anak
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan bisa didapat  dari teman-teman  bermain di lingkungan
rumahnya

C. Modifikasi Perilaku pada Anak Usia Dini yang Agresif


Ada beberapa cara atau perlakuan positif untuk menghadapi anak yang
suka agresif Ari (2018),  antara lain sebagai berikut :

1. Perlu adanya pengertian dan kesabaran orang tua.


2. Tidak perlu dengan cara kekerasan fisik. Tenangkanlah anak dengan
pelukan. Tanyakan kepadanya apa yang ia inginkan dan pastikan
kepadanya bahwa orangtua akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Jika agresifitas itu ke hal yang positif, cara mengatasinya, biarkan saja si
anak melakukan apa yang diinginkannya tapi perlu pengarahan,
pengawasan dan jangan terlalu banyak melarang kemauannya yang positif,
takutnya justru “membunuh” kreatifitas dan daya imajinasinya karena anak
seusia ini lagi dalam proses penjajakan lingkungan, penyesuain diri,
mungkin bisa dibilang masa “puber anak balita”, yang bisa kita lakukan
hanya meminimalkan efeknya.

Serba salah  memang saat  kita menghadapi anak seperti ini. Bila kita
menggunakan “kekerasan”, hati nurani kita mengatakan “TIDAK”. Tapi  kalau
“dilembutin”,  malah tambah keterlaluan dan mengganggu  atau   memberikan
pengaruh  buruk pada  anak yang lain. Perilaku agresif anak terlihat tidak
mempengaruhi kemampuan sosialisasinya. Terbukti anak yang memilki
perilaku agresif tetap dapat bersosialisasi dengan baik. Anak juga terlihat
mampu menjalin relasi yang baik dengan guru. Meskipun tidak
memperhatikan, namun saat ditanya sering sekali jawaban yang mereka
sampaikan benar. Dica Ajeng Permata (2018) menyatakan bahwa ada cara
yang dapat guru lakukan untuk memodifikasi perilaku anak usia dini yang
agresif, yaitu :

1. Menggunakan keteladanan melalui bermain peran atau saat aktivitas di


sekolah.
2. Pembiasaan hal baik, bisa melalui lagu, contoh :
Nada : Balonku
Tanganku ada dua
Yang kanan dan yang kiri
Ku pakai untuk makan juga untuk menulis
Bolehkah pukul teman (tidak boleh)
Bolehkah cubit teman (tidak boleh)
Bolehkah dorong teman (tidak boleh)
Teman harus disayang
Kakiku ada dua
Yang kanan dan yang kiri
Ku pakai untuk jalan juga untuk berlari
Bolehkah tendang teman (tidak boleh)
Bolehkah injak teman (tidak boleh)
Bolehkah lompati teman (tidak boleh)
Teman harus disayang
3. Punishment dan reward.
4. Mengajarkan anak untuk bersosialisasi dan tetap menegakan kedisiplinan.
5. Menenangkan dan menanyakan pada anak mengenai perasaannya.
6. Larangan bermain bersama. Anak yang sudah terlihat gejala agresif
mereka kita kelompokkan tersendiri.

Mengacu pada tindakan-tindakan di atas, penanganan anak dengan


perilaku agresif harus diperhatikan juga penanganan atas anak yang menjadi
korban perilaku tersebut. Tidak jarang, ada sekelompok anak yang selalu
menjadi korban dari para jagoan, karena ketidakmampuannya untuk
mempertahankan atau membela diri dari perilaku agresif teman yang lain.
Penanganan terhadap anak yang berperilaku agresif harus dilaksanakan secara
menyeluruh, artinya semua pihak harus terlibat, termasuk orang tua, guru dan
lingkungan sekitarnya.

Perkembangan pembentukan emosi adalah suatu perjalanan dalam


mengembangkan kesadaran dan penerimaan terhadap kehadiran diri.
Perjalanan itu melibatkan pencarian jati diri, membentuk pemberian penuh
kasih kepada orang lain, menjadi individu yang mandiri dan otonomi, serta
mengembangkan kemampuan dan kekuatan emosi.  Yeni Rachmawati (2004),
Tugas perkembangan emosi yang utama dihadapi oleh anak-anak pada usia 5
tahun dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Membangun jiwa sebagai orang yang mandiri


2. Pembentukan perilaku positif dan percaya terhadap benda dan orang
dewasa
3. Membangun hubungan timbal balik yang penuh kasih dengan orang lain
4. Mengembangkan otonomi dan kemandirian sebagai individu yang kreatif
5. Mengambil inisiative untuk menyelidiki, bermain, belajar, tumbuh dan
berkembang sesuai tahapan usiannya.
6. Membangun suatu identitas unik dengan kemampuan untuk menyatakan
emosi, berhubungan dengan orang lain, mengatasi perubahan, dan
mengembangkan penghargaan diri.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Perilaku agresivitas yang dimunculkan oleh anak saat berinteraksi


dengan teman sebayanya yaitu seperti perilaku memukul, mencubit, selalu
membenarkan diri sendiri, berkuasa dalam setiap situasi, menunjukan sikap
permusuhan, keras kepala dalam perbuatannya. Perilaku Agresivitas yang
dimunculkan oleh anak disebabkan oleh peniruan dari tontonan film dan
peniruan dari kawannya yang menunjukan perilaku agresif, selain itu karena
tekanan lingkungan, frustasi atau kecewa karena keinginannya tidak terpenuhi.
Bentuk perilaku agresif terlihat saat anak belajar maupun saat bermain.
Perilaku agresif anak terlihat tidak mempengaruhi kemampuan sosialisasinya.
Anak yang memilki perilaku agresif tetap dapat bersosialisasi dengan baik dan
mampu menjalin relasi yang baik dengan guru.

Penanganan terhadap masalah perilaku agresif harus dilakukan secara


menyeluruh, artinya semua pihak harus terlibat termasuk guru, orang tua dan
lingkungan sekitarnya. Penerapan hukuman dalam berbagai bentuk tidak akan
menyelesaikan masalah, justru akan meningkatkan perilaku agresif. Termasuk
jika hukuman tersebut diterapkan secara tidak konsisten atau tertunda. Dengan
demikian sangat diperlukan penanganan yang tepat untuk mendampingi anak
dengan perilaku agresif sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik sesuai tahapan usianya selain itu perlu menanaman karakter pada
anak sejak usia dini.

B. Saran
1. Orang Tua lebih sabar dan memberiakan perhatian kepada anaknya, tidak
menggunakan kekerasan untuk mendisiplinkan anak dan mengarahkan anak
ke hal positif.
2. Guru bisa menjadi teladan yang baik, menjalin komunikasi yang baik
dengan peserta didik dan menyajikan proses pembelajaran yang
menyenangkan.
3. Lingkungan atau masyarakat dapat menciptakan kondisi yang nyaman dan
memfasilitasi anak dalam kegiatan yang positif
DAFTAR PUSTAKA

Ari. 2018. Sosial dan Emosional. Ruang Guru PAUD : Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. Diakses pada tanggal 11 Desember 2020.
https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/index.php/berita/index/201811221106
52/Tips-Menangani-Anak-Agresif

Dica Ajeng Permata. 2018. Modifikasi Perilaku Agresif Anak Usia Dini.
Semarang: FKIP IVET Semarang

Elizabeth B. Hurlock. 2019. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga

E. Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Permendiknas no. 58 tahun 2009.

Rita Eka Izzaty. 2005. Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.

Sudarna. 2014. PAUD Pendidikan Anak Usia Dini Berkarakter. Yogyakarta:


Genus Publisher.

Yeni Rachmawati. 2004. Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia


Taman Kanak-kanak. Medan : Universitas Terbuka

Zirpoli, T.J. 2008. Behavior Management: Application For Teacher. New York:
Pearson Allyn Bacon Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai