Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENINGKATAN POTENSI ANAK USIA SEKOLAH UNTUK BERKARYA

Disusun Oleh:
KELOMPOK B

Dila Ramita, S.Kep


Dekri Alwaref, S.Kep
Febi Vebiola, S.Kep
Hirsa Nursuari Salfera, S.Kep
Indri Septia, S.Kep
Nindi Eka Wijaya, S.Kep
Nurul Huda, S.Kep
Suci Annisa Yunasdi, S.Kep
Yustika Nora, S.Kep

Dosen Pembimbing:
Ns. Ulfa Suryani, M.Kep., Sp.Kep.J
Ns. Rizka Ausrianti, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021/2022
A. RINGKASAN
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan yang dimulai pada saat pembuahan dan
terus berlangsung sepanjang masa hidup manusia. Perkembangan melibatkan pertumbuhan dan
kemunduran. Perkembangan adalah proses perubahan seumur hidup. Setiap periode rentang
kehidupan dipengaruhi oleh apa yang terjadi sebelumnya dan juga akan memengaruhi apa yang
akan datang. Setiap periode memiliki karakteristik yang unik dan bernilai. Tidak ada periode yang
lebih atau kurang penting dibandingkan dengan yang lain.
Usia sekolah (schoolage) yang berkisar antara umur 6-12 tahun disebut dengan masa
industry versus inferioritas dengan kekuatan ego dan kompetensi. Pada masa ini anak-anak mulai
mampu mengembangkan produktifitasnya yakni kemampuan menggunakan logika, beradaptasi dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar yang terlihat pada kegiatan membentuk kelompok dengan
teman sebaya dan kemampuan menguasai emosi, mampu berkompetisi dan mengerjakan tugas-
tugas sederhana yang diberikan.
Pada usia sekolah sering juga disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
bersekolah. Hal ini disebut demikian karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya
sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Anak usia sekolah juga sudah mengembangkan
kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar
rumah. Anak usia sekolah juga telah mampu menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman
sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan
kemampuan motorik halus dan ekspansi motorik kasar. Anak-anak ini dapat dikatakan telah
memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi dengan dunia luar dan juga mengadopsi beberapa
perilaku dari lingkungan. Perkembangan anak usia sekolah meliputi delapan aspek perkembangan;
yakni 1) motorik, 2) kognitif, 3) bahasa, 4) emosi, 5) kepribadian, 6) moral, 7) spiritual, 8)
psikososial.
Adapun jumlah siswa Sekolah Dasar di Kota Padang tahun ajaran 2020/2021 mencapai
183.164 siswa dari jumlah anak usia 7-12 tahun di Kota Padang yang berjumlah laki-laki 95.840
dan siswa perempuan 87.324 anak. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu
bangsa untuk menghadapi era persaingan global. Pendidikan sejak dini, seperti SD dan MI
merupakan jenjang pendidikan dasar yang berfungsi sebagai peletakan dasar-dasar keilmuan dan
membantu mengoptimalkan perkembangan anak melalui pembelajaran yang dibimbing oleh guru.
Adapun dilihat dari tujuan pendidikan sekolah dasar dimaksudkan sebagai proses pengembangan
kemampuan yang paling mendasar setiap siswa. pendidikan dasar tidak semata-mata membekali
anak didik berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung semata, tetapi harus
mengembangkan potensi pada siswa baik potensi mental, sosial, dan spiritual.
Di Indonesia terdapat dua jenis sekolah dasar, yaitu sekolah dasar negeri dan sekolah dasar
swasta. Sekolah dasar negeri diselenggarakan oleh pemerintah sedangkan sekolah dasar swasta
diselenggarakan oleh pihak swasta, contohnya seperti yayasan. Sekolah dasar swasta yang saat ini
marak di kalangan masyarakat adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu. Munculnya sekolah-sekolah
terpadu merupakan salah satu bentuk pencapaian mutu pendidikan di Indonesia. Dalam
perkembangannya, siswa diharapkan tidak hanya cerdas dalam pelajaran atau materi pelajaran,
tetapi siswa juga harus kreatif, mandiri dan berakhlak mulia. Masyarakat yang sudah merasa
khawatir terhadap keselamatan putra-putrinya meyakini bahwa dengan menyekolahkan anaknya
pada sekolah yang berbasis agama merupakan upaya preventif untuk melindungi generasi bangsa
dari ancaman penyakit masyarakat.

B. PENDAHULUAN
1. ANALISA SITUASI
Setiap individu yang hidup pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
(Hidayati, 2017). Proses pertumbuhan dan perkembangan individu ini dimulai pada masa
pranetal sampai individu tersebut mengalami kematian (Jannah et al, 2017). Pertumbuhan dan
perkembangan individu terdiri dari aspek fisik maupun aspek non fisik. Aspek fisik merupakan
pertumbuhan dan perkembangan yang dilihat dari berat badan, tinggi badan dan motorik
individu sedangkan aspek non fisik dilihat dari kemampuan bahasa, sosio-emosional dan
kognitif (Latifah, 2017). Setiap individu akan mengalami perkembangan yang berbedabeda.
Seorang individu akan ada yang mengalami perkembangan yang cepat dan bahkan juga ada
yang mengalami perkembangan yang lambat. Perbedaan perkembangan tersebut terjadi
dikarenakan beberapa faktor seperti faktor genitika, makanan, usia dan lingkungan.
Setiap orang dewasa (guru dan orang tua) diharapkan dapat mengetahui proses
perkembangan anak. Hal ini bertujuan agar guru dan orang tua dapat memahami karakter anak
dan siswanya. Termasuk karakter anak usia sekolah dasar. Anak usia sekolah dasar adalah anak
yang memiliki rentang umur 6-13 tahun . Guru dan orang tua diharuskan untuk dapat
memahami karakter anak usia sekolah dasar (Kiswanto, 2017). Hal ini selaras dengan pendapat
Hurlock yang menyatakan bahwa anak memiliki hubungan yang erat dengan orang tua, guru
serta teman sejawat (Hakim, 2018). Melaui interaksi dengan merekalah anak akan dapat
menemukan suatu hal yang bernilai positif maupun negatif. Kebutuhan perkembangan seorang
anak akan dipengaruhi oleh ketiga tokoh tersebut. Anak usia sekolah dasar merupakan anak
yang belum memiliki tingkat kematangan berpikir yang baik (Kenedi et al, 2019). Masih
terdapat keterbatasan anak dalam membedakan suatu hal yang baik dan buruk. Hal ini
dikarenakan perkembangan kognitif siswa sekolah dasar yang masih dalam proses
perkembangan menuju kematangan berpikir (Kenedi et al, 2019). Perkembangan kognitif
merupakan perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan berpikir secara komprehensif
yang meliputi proses mengingat, bernalat, menghafal, memecahkan masalah dan lain
sebagainya (Hamimah et al, 2019).
Perkembangan kognitif memiliki dampak terhadap perkembangan lainnya seperti
perkembangan bahasa, mental, sosio-emosional dan lain-lainnya (Siswanta, 2017). Sehingga
dapat dimaknai bahwa perkembangan kognitif merupakan kunci dalam proses perkembangan
lainnya. Perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar berbeda dengan perkembangan pada
anak remaja atau orang dewasa (Kenedi et al, 2019). Anak usia sekolah dasar masih memiliki
keterbatasan dalam proses kognitif dan hanya melibatkan hal-hal yang bersifat nyata dan
kongkret. Contoh anak telah mengetahui bahwa piring kaca akan pecah bila di jatuhkan ke
lantai namun anak belum dapat menjawab peryebab pecahnya piring kaca tersebut secara
ilmiah. Contoh laiinyya, ketika anak diberikan pertanyaan mengapa bulan bersinar ? . Pada anak
usia sekolah dasar akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut secara
ilmiah hal ini dikarenakan siswa sekolah dasar belum mampu berpikir kompleks dan abstrak.
Oleh sebab itu perlunya penyesuaian proses pembelajaran anak usia sekolah dasar berdasarkan
tingkat perkembangan koginitif nya.

2. PERMASALAHAN MITRA
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan psikososial anak usia

sekolah (6-12 tahun) yaitu dengan kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi

dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat

anak bangga terhadap dirinya.


Alasan kelompok mengambil responden anak usia sekolah ialah Usia sekolah
(schoolage) merupakan anak berkisar antara umur 6-12 tahun yang disebut dengan masa
industry versus inferioritas dengan kekuatan ego dan kompetensi. Pada masa ini anak-anak
mulai mampu mengembangkan produktifitasnya yakni kemampuan menggunakan logika,
beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar yang terlihat pada kegiatan
membentuk kelompok dengan teman sebaya dan kemampuan menguasai emosi, mampu
berkompetisi dan mengerjakan tugas-tugas sederhana yang diberikan.
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah
kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap
dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa
rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi.

3. Solusi Permasalahan
Dalam menghadapi kecemasan yaitu menemukan solusi (coping) dengan bentuk
pertahanan diri seperti rasionalisasi. Rasionalisasi tidak dimaksudkan agar tindakan yang tidak
masuk akal dijadikan masuk akal, akan tetapi merasionalkan. Rasionalisasi tidak dimaksudkan
untuk ‘membujuk’ atau memanipulasi orang lain, melainkan ‘membujuk’ dirinya sendiri agar
dapat menerima keterbatasan diri sendiri. Sebagai contoh, seorang pegawai yang
padamasapandemicinimelakukankerjadarirumah (work from home) akan melakukan
rasionalisasi bahwa memiliki kinerja yang kurang optimal. Bekerja di rumah di masa pandemic
bukan sekedar pindah ruang kerja. Rasionalisasi ini bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya
sendiri, sebagai upaya menjaga kesehatan mental diri sehingga tidak menimbulkan frustasi, rasa
bersalah, dan perasaan tidak berdaya.
Pada dasarnya mengelola kecemasan agar tetap pada tingkatan yang proporsional,
merupakan hasil dari proses penilaian (perception of situation) yang terjadi berulang kali.
Proses penilaian dapat berubah seiring seseorang terpapar oleh informasi. Perubahan penilaian
ini kemudian berdampak pada bentuk coping. Pada awal-awal masa pandemi COVID-19,
tindakan membeli kebutuhan secara berlebihan (belipanik/panic buying) merupakan salah satu
contoh penilaian individu terhadap ancaman kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Mungkin saja
keputusan untuk belipanik ini dilakukan karena input informasi dari media digabung dengan
pengalaman masa lalu ketika ketersediaan bahan-bahan pokok menipis pada masa krisis
moneter. Namun belipanic kemudian tidak berlangsung lama karena dianggap tidak efektif lagi.

4. METODE PELAKSANAAN
Adapun metode pelaksanaan yang akan dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut :
Terdapat satu mitra yang akan mengikuti rangkaian kegiatan, rencana kegiatan sebagai
berikut :

No Rencana Kegiatan Maksud dan Tujuan Waktu


1 Kegiatan Pelatihan Untuk meningkatkan Upaya masyarakat 1 kali
dalam Mengelola Kecemasan Di Era
New Normal Covid-19, dilakukan
kegiatan penyuluhan kesehatan bagi
mitra masyarakat total 3 sesi :
1. Sesi 1 : Pembukaan dari moderator.
2. Sesi II : Penyampaian materi I
tentang kecemasan yamg dialami
masyarakat selama masa pandemic
Covid 19.
3. Sesi III : Penyampaian materi II
tentang bagaimanan upaya masayarakat
dalam mengelola Kecemasan Di Era
New Normal Covid-19
5. SKEMA KEGIATAN

Kunjungan langsung ke pasien

MELAKUKAN PENYULUHAN
SECARA LANGSUNG

Kegiatan pengembangan :

-penyuluhan secara daring

- Tanya jawab

- monitoring evaluasi

Gambaran iptek yang akan di sampaikan ke pasien yaitu :

Tahap 1 : kunjungan

Tahap pertama , perawat melakukan kunjungan ke rumah klien , melakukan pengkajian awal

Tahap 2 : melakukan kegiatan penyuluhan secara daring ke pasien


Kegiatan kunci :

1. sesi 1 : pembukaan

2. sesi 2 : penyampaian materi penyuluhan tentang :


“ UPAYA MENGELOLA KECEMASAN DI ERA NEW NORMAL COVID -19 “
3. sesi 3 : membuka sesi tannya jawab
4. sesi 4 : melakukan monitor evalusi
Melakukan evaluasi pemahaman klien tentang materi yang di sampaikan

6. JADWAL
N Bulan
o Nama kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapkan penyuluhan
2 Indentifikasi klien yang akan diikutkan
3 Penyuluhan kesehatan pada anggota kelompok usia
17-60th
4 Monitoring dan evaluasi kesiapan kelompok usia
17-60th
5 Penyusun satuan acara penyuluhan
6 Seminar hasil/penyerahan laporan akhir
Lampiran Materi. 1

1. Definisi

Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah kemampuan

menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri

sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau

kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri sehingga pada

masa dewasa, anakdapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi.

Tabel 1-10. Karakteristik perilaku anak usia sekolah

Tugas Perkembangan Perilaku Anak Usia Sekolah

Perkembangan yang normal: industry/produktif  Menyelesaikan tugas (sekolah atau

rumah) yang diberikan

 Mempunyai rasa bersaing (kompetisi)

 Senang berkelompok dengan teman

sebaya dan mempunyai sahabat karib

 Berperan dalam kegiatan kelompok

Penyimpangan perkembangan : Harga diri  Tidak mau mengerjakan tugas sekolah

rendah  Membangkang pada orang tua untuk

mengerjakan tugas

 Tidak ada kemauan untuk bersaing dan


terkesan malas

 Tidak mau terlibat dalam kegiatan

kelompok

 Memisahkan diri dari teman

sepermainan dan teman sekolah

Diagnosis Keperawatan :

Potensial (normal) : potensial berkarya

Resiko (penyimpangan) : resiko harga diri rendah

Tindakan Keperawatan :

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial pada anak usia sekolah bertujuan :

1. Anak mengenal kemampuan dirinya


2. Anak mengikuti kegiatan sosial
3. Anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial anak usia sekolah terdapat pada tabel
1-11.
Tabel 1-11 Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial anak usia sekolah

Tugas Perkembangan Tindakan Keperawatan


Perkembangan yang normal : industri  Diskusikan kemampuan/kelebihan diri
anak dari target pencapaian tugas
 Berikan tugas sesuai dengan
kemampuan anak
 Beri pujian terhadap keberhasilan anak
di sekolah dan di keluarga atau rumah
 Fasilitasi kegiatan kelompok : bermain,
tes, kegiatan keagamaan
 Libatkan anak dalam kegiatan sehati-
hari seperti memasak, membuat kue,
membersihkan mobil dan merapikan
tempat tidur
Perkembangan penyimpangan  Diskusikan penyebab anak merasa tidak
mampu
 Berikan tugas sesuai dengan
kemampuan anak
 Beri pujian terhadap keberhasilan yang
dicapai
 Bantu anak agar berhasil
 Libatkan dalam kegiatan yang mudah
atau sederhana

Tindakan Keperawatan untuk keluarga bertujuan :


1. Keluarga mampu memahami pengertian perkembangan anak usia sekolah
2. Keluarga mampu memahami ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan
menyimpang
3. Keluarga mampu menyusun rencana stimulasi agar anak mampu berkarya
4. Keluarga mampu menstimulasi kemampuan anak berkarya
Tindakan keperawatan untuk keluarga adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan menyimpang
2. Jelaskan kepada keluarga mengenal cara menstimulasi kemampuan anak berkarya
a. Libatkan anak dalam kegiatan sehari yang sederhana dirumah seperti membuat
kue dan merapikan tempat tidur
b. Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak
c. Diskusikan dengan anak mengenai harapannya dalam berinteraksi dan belajar
d. Tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kemampuannya ( menerima anak apa adanya), membantu kemampuan belajar.
e. Tidak menyalahkan dan menghina anak
f. Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya
g. Beri kesempatan untuk mengikuti aktivitas kelompok yang terorganisasi
h. Buat/tetapkan aturan/disiplin dirumah bersama anak
3. Demonstrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk berkarya
4. Bersama keluarga susun rencana stimulasi kemampuan berkarya anak.

Anda mungkin juga menyukai