Disusun Oleh:
KELOMPOK B
Dosen Pembimbing:
Ns. Ulfa Suryani, M.Kep., Sp.Kep.J
Ns. Rizka Ausrianti, M.Kep
B. PENDAHULUAN
1. ANALISA SITUASI
Setiap individu yang hidup pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
(Hidayati, 2017). Proses pertumbuhan dan perkembangan individu ini dimulai pada masa
pranetal sampai individu tersebut mengalami kematian (Jannah et al, 2017). Pertumbuhan dan
perkembangan individu terdiri dari aspek fisik maupun aspek non fisik. Aspek fisik merupakan
pertumbuhan dan perkembangan yang dilihat dari berat badan, tinggi badan dan motorik
individu sedangkan aspek non fisik dilihat dari kemampuan bahasa, sosio-emosional dan
kognitif (Latifah, 2017). Setiap individu akan mengalami perkembangan yang berbedabeda.
Seorang individu akan ada yang mengalami perkembangan yang cepat dan bahkan juga ada
yang mengalami perkembangan yang lambat. Perbedaan perkembangan tersebut terjadi
dikarenakan beberapa faktor seperti faktor genitika, makanan, usia dan lingkungan.
Setiap orang dewasa (guru dan orang tua) diharapkan dapat mengetahui proses
perkembangan anak. Hal ini bertujuan agar guru dan orang tua dapat memahami karakter anak
dan siswanya. Termasuk karakter anak usia sekolah dasar. Anak usia sekolah dasar adalah anak
yang memiliki rentang umur 6-13 tahun . Guru dan orang tua diharuskan untuk dapat
memahami karakter anak usia sekolah dasar (Kiswanto, 2017). Hal ini selaras dengan pendapat
Hurlock yang menyatakan bahwa anak memiliki hubungan yang erat dengan orang tua, guru
serta teman sejawat (Hakim, 2018). Melaui interaksi dengan merekalah anak akan dapat
menemukan suatu hal yang bernilai positif maupun negatif. Kebutuhan perkembangan seorang
anak akan dipengaruhi oleh ketiga tokoh tersebut. Anak usia sekolah dasar merupakan anak
yang belum memiliki tingkat kematangan berpikir yang baik (Kenedi et al, 2019). Masih
terdapat keterbatasan anak dalam membedakan suatu hal yang baik dan buruk. Hal ini
dikarenakan perkembangan kognitif siswa sekolah dasar yang masih dalam proses
perkembangan menuju kematangan berpikir (Kenedi et al, 2019). Perkembangan kognitif
merupakan perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan berpikir secara komprehensif
yang meliputi proses mengingat, bernalat, menghafal, memecahkan masalah dan lain
sebagainya (Hamimah et al, 2019).
Perkembangan kognitif memiliki dampak terhadap perkembangan lainnya seperti
perkembangan bahasa, mental, sosio-emosional dan lain-lainnya (Siswanta, 2017). Sehingga
dapat dimaknai bahwa perkembangan kognitif merupakan kunci dalam proses perkembangan
lainnya. Perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar berbeda dengan perkembangan pada
anak remaja atau orang dewasa (Kenedi et al, 2019). Anak usia sekolah dasar masih memiliki
keterbatasan dalam proses kognitif dan hanya melibatkan hal-hal yang bersifat nyata dan
kongkret. Contoh anak telah mengetahui bahwa piring kaca akan pecah bila di jatuhkan ke
lantai namun anak belum dapat menjawab peryebab pecahnya piring kaca tersebut secara
ilmiah. Contoh laiinyya, ketika anak diberikan pertanyaan mengapa bulan bersinar ? . Pada anak
usia sekolah dasar akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut secara
ilmiah hal ini dikarenakan siswa sekolah dasar belum mampu berpikir kompleks dan abstrak.
Oleh sebab itu perlunya penyesuaian proses pembelajaran anak usia sekolah dasar berdasarkan
tingkat perkembangan koginitif nya.
2. PERMASALAHAN MITRA
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan psikososial anak usia
sekolah (6-12 tahun) yaitu dengan kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi
dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat
3. Solusi Permasalahan
Dalam menghadapi kecemasan yaitu menemukan solusi (coping) dengan bentuk
pertahanan diri seperti rasionalisasi. Rasionalisasi tidak dimaksudkan agar tindakan yang tidak
masuk akal dijadikan masuk akal, akan tetapi merasionalkan. Rasionalisasi tidak dimaksudkan
untuk ‘membujuk’ atau memanipulasi orang lain, melainkan ‘membujuk’ dirinya sendiri agar
dapat menerima keterbatasan diri sendiri. Sebagai contoh, seorang pegawai yang
padamasapandemicinimelakukankerjadarirumah (work from home) akan melakukan
rasionalisasi bahwa memiliki kinerja yang kurang optimal. Bekerja di rumah di masa pandemic
bukan sekedar pindah ruang kerja. Rasionalisasi ini bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya
sendiri, sebagai upaya menjaga kesehatan mental diri sehingga tidak menimbulkan frustasi, rasa
bersalah, dan perasaan tidak berdaya.
Pada dasarnya mengelola kecemasan agar tetap pada tingkatan yang proporsional,
merupakan hasil dari proses penilaian (perception of situation) yang terjadi berulang kali.
Proses penilaian dapat berubah seiring seseorang terpapar oleh informasi. Perubahan penilaian
ini kemudian berdampak pada bentuk coping. Pada awal-awal masa pandemi COVID-19,
tindakan membeli kebutuhan secara berlebihan (belipanik/panic buying) merupakan salah satu
contoh penilaian individu terhadap ancaman kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Mungkin saja
keputusan untuk belipanik ini dilakukan karena input informasi dari media digabung dengan
pengalaman masa lalu ketika ketersediaan bahan-bahan pokok menipis pada masa krisis
moneter. Namun belipanic kemudian tidak berlangsung lama karena dianggap tidak efektif lagi.
4. METODE PELAKSANAAN
Adapun metode pelaksanaan yang akan dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut :
Terdapat satu mitra yang akan mengikuti rangkaian kegiatan, rencana kegiatan sebagai
berikut :
MELAKUKAN PENYULUHAN
SECARA LANGSUNG
Kegiatan pengembangan :
- Tanya jawab
- monitoring evaluasi
Tahap 1 : kunjungan
Tahap pertama , perawat melakukan kunjungan ke rumah klien , melakukan pengkajian awal
1. sesi 1 : pembukaan
6. JADWAL
N Bulan
o Nama kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapkan penyuluhan
2 Indentifikasi klien yang akan diikutkan
3 Penyuluhan kesehatan pada anggota kelompok usia
17-60th
4 Monitoring dan evaluasi kesiapan kelompok usia
17-60th
5 Penyusun satuan acara penyuluhan
6 Seminar hasil/penyerahan laporan akhir
Lampiran Materi. 1
1. Definisi
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah kemampuan
menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri
sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau
kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri sehingga pada
mengerjakan tugas
kelompok
Diagnosis Keperawatan :
Tindakan Keperawatan :
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial pada anak usia sekolah bertujuan :
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial anak usia sekolah terdapat pada tabel
1-11.
Tabel 1-11 Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial anak usia sekolah