Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DAN REMAJA

Dosen pembimbing : Erna Handayani, S Kep., Ns., M.kep

Di susun oleh :

Anis Sulalah : 14201.10.18002


Nurun Ni’mah : 14201.10.18031

STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK
2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan kesehatan, serta
memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar ebagai dasar
keahliannya keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan kesehatan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Perawat sebagai orang pertama dalam
tatanan pelayanan kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat relevan
dengan kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehat secara
social merupakan hasil dari interaksi positif di dalam komunitas (Efendi, 2019)
Situasi kesehatan anak usia sekolah dan remaja pada saat ini berdasarkan data
Riskesdas dan GSHS pada anak usia SD kondisi kesehatan lebih terkait  pada
PHBS dan gizi,  pada PHBS dan gizi, diantaranya stunting, kurus, g diantaranya
stunting, kurus, gemuk, anemia, kecacin emuk, anemia, kecacingan, sarapan
dengan mutu rendah, kurang makan sayur dan buah, tidak menggosok gigi
minimal 2 kali sehari, gigi minimal 2 kali sehari, makan makanan berpenyed
makan makanan berpenyedap, tidak mencuci tangan ap, tidak mencuci tangan
pakai sabun dan BAB tidak di jamban. jamban. Sedangkan Sedangkan situasi
situasi kesehatan kesehatan di usia remaja di tingkat SMP sampai SMA lebih
terkait pada gizi, PHBS dan mental emosional. Data tersebut diantaranya kurus,
stunting, gemuk, anemia, konsumsi makanan siap saji, konsumsi softdrink,
terpapar rokok, masalah mental emosional remaja seperti merasa orang tua tidak
mengerti serta merasa kesepian dan khawatir (Kemenkes, 2017).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan anak usia sekolah ?
2. Apa saja Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ngan Anak Usia
Sekolah?
3. Bagaimana Perkembangan Anak Usia Sekolah?
4. Apa saja Perilaku Menyimpang pada anak Usia Sekolah?
5. Apa saja Masalah Anak Usia Sekolah?
6. Bagaimana Konsep Anak Usia Sekolah Sehat ?
7. Apa yang di maksud dengananak usia remaja ?
8. Apa saja Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan pada anak usia
Remaja?
9. Bagaimana Perkembangan k usia remaja?
10. Apa saja Perilaku Menyimpang pada anak usia remaja?
11. Apa saja Masalah pada Anak usia remaja?
12. Bagaimana Konsep pada Anak usia remaja Sehat ?
13. Bagaimana asuhan keperawatan kesehatan komunitas pada kelompok anak
dan remaja?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak usia
sekolah dan remaja
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
asuhan keperawatan pada anak usia sekolah dan remaja
D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak usia
sekolah dan remaja
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis.
2. Untuk Institusi Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar.
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian materi
tentang Keperawatan komunitas
3. Untuk Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang Keperawatan
komunitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK USIA SEKOLAH


Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode
usia pertengahan yaitu anak yang berusia yang berusia 6-12 tahun (Santrock,
2019), sedangkan sedangkan menurut (Yusuf, 2020). anak usia sekolah
merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah dapat mereaksikan rangsang
intelektual atau melaksanakan tugas-tugas  belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif. (seperti: membaca,
menulis, dan menghitung).
Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah,
dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai
berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan mulai mengenal
suasana baru di lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami oleh anak-anak
yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan mempengaruhi kebiasaan
makan mereka. Anak-anak akan merasakan kegembiraan di sekolah, rasa
takut akan terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini menyimpang
dari kebiasaan makan yang diberikan kepada mereka (Moehji, 2019).
Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa
yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya
adalah  banyak  banyak bermain bermain di luar rumah, melakukan
melakukan aktivitas aktivitas fisik yang tinggi, tinggi, serta  beresiko terpapar
sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat. Secara fisik dalam
kesehariannya anak akan sangat aktif bergerak, berlari, melompat, dan
sebagainya. Akibat dari tingginya aktivitas dan sebagainya. Akibat dari
tingginya aktivitas yang dilakukan anak, jika tidak g dilakukan anak, jika
tidak diimbangi dengan asupan zat gizi diimbangi dengan asupan zat gizi yang
seimbang dapa yang seimbang dapat menimbulkan beberapa t menimbulkan
beberapa masalah gizi yaitu di antaranya adalah malnutrisi (kurang energi dan
protein), anemia defisiensi besi, kekurangan vitamin A dan kekurangan
yodium (Supariasa & Hardiansyah, 2020).

B. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK


USIA SEKOLAH
Tahapan tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai
embrio (mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai
lahir), serta masa pascanata lahir), serta masa pascanatal mulai dari masa
neonatus (0-28 hari), masa  bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun),
dan masa prasekolah (3- 6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah (6-
12 tahun) dan masa remaja (12-18 tahun).
3. Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah
Tahapan ini dimulai sejak anak berusia 6 tahun sampai organ-organ
seksualnya masak. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antar
jenis kelamin maupun antar budaya berbeda. Berdasarkan pembagian
tahapan perkembangan anak, ada dua masa dua masa perkembangan pada
anak usia sekolah, yaitu pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-kanak tengah
dan pada usia 10-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir. Setelah menjalani
masa kanak-kanak akhir, anak akan memasuki masa remaja. Pada usia
sekolah, anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang
usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental-
intelektual, dan social emosial anak. Pertumbuhan fisik pada anak usia
sekolah tidak secepat pada masa-masa sebelumnya. Anak akan tumbuh
antara 5-6 cm setiap tahunnya. Pada masa ini, terdapat perbedaan antara
anak perempuan dan anak lakilaki. Namun, pada usia 10 tahun ke atas
pertumbuhan anak laki-laki akan menyusul ketertinggalan mereka.
Perbedaan lain yang akan terlihat pada aspek fisik antara anak laki-laki dan
perempuan adalah pada bentuk otot yang dimiliki. Anak laki-laki lebih
berotot dibandingkan anak perempuan yang memiliki otot lentur (Gunarsa,
2020).
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai
terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak
menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang
pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode
tenang” sebelum    pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja,
meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada
masa ini tidak terjadi  proses pertumbuhan fisik yang berarti.

C. PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH


1. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektuan, atau melaksnakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis
dan menghitung). Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak
masih  bersifat  bersifat imajinatif, imajinatif, berangan-angan berangan-angan
(berkhayal), (berkhayal), sedangkan sedangkan pada usia SD daya pikirnya
sudah berkembang kearah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima akal).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru,
yaitu mengklasifikasiakn (mengkelompokkan), menyusun, atau
mengasiosikan (menghubungkan atau manghitung) angka-angka atau
bilangan.  bilangan. Kemampuan Kemampuan yang berkaitan berkaitan
dengan perhitungan perhitungan (angka), (angka), seoerti menambah,
mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping samping itu, pada masa
ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
yang sedarhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjdi
dasardiberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan  pola p
pola pikir atau ikir atau daya nalarnya. Kepada nalarnya. Kepada anak sudah
dapat sudah dapat diberikan diberikan dasardasar keilmuan, seprti membaca,
menulis dan berhitung. Di sampin itu, kepada anak diberikan juga
pengetahuan-pengetahuan tentang manusian, hewan lingkungan alam sekitar
dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak
untuk mengungkapkan pendapat,gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai
hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi dilingkunganya
2. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi denagan dengan orang lain. Dalam
pewngertian ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran
dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak
menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, tuilsan. Denagan bahasa,
semua manusia, alam sekitar, ilmu  pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau
agama. Usia sekoalah dasar ini merupakan msa perkembangan pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary).
Pada awal masa ).
Pada awal masa ini, anak suadah menguasai sekitar 2.500 kata, dan
pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata.
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang
lain, anak suadah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat
kritis (tentang perjalanan /  petualagan, riwayat para pahlawan, dsb).
Pada masa ini tingkat berfikir anak suadah lebih maju, dia banyak
menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang
dipergunakan pun yang semula hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan
pertanyaan :”dimana”, “darimana”, “kemana”,”mengapa”, dan “bagaimana”.
Terdapat dua faktor penting yang mempemgaruhi perkembangan
bahasa, yaitu sebagai berikut:
a. Proses menjadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang
(organ-organ suara/bicara sudah berfungsi ) untuk berkatakata.
b. Proses belajar, yang berati bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara  berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan
mengimitasikan atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya
3. Perkembangan sosial
Maksud perkembengan sosial disni adalah pencapai kematangan
dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
(agama). Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan
adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai
membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas,
sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah tembah luas. Pada usia ini,
anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendri (egosentris)
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatiakn kepentingan orang lain).
Anak dapat  berminat terhadapat kegiatan-kegiatan teman sebayanya,
dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok
(gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat
sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan  perkembangan
sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti: membersihkan kelas
dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seperti:
merencanakan kegiatan camping, membuat rencana study tour)
4. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahawa
pengungkapan emosi secara kasar tidaklah di diterima di masyarakat. Oleh
karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi
emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan
dan latihan (pembiasan). Dalam proses  peniruan, kemampuan orang tua
dalam mengendalikan emosinya sangat  berpengaruh. Emosi-emosi yang
secara dialami pada tahap  perkembangan usia sekolah ini adalah marah,
takut, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang,
nikmat, atau  bahagia). Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi
tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi
yang  positif, seperti seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau
rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya
terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca
buku,aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar.
5. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau baik-
buruk) pertama kali  buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada
mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun
anak akan memahaminya.. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima
anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi  pedoman pada
tingkah  pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau
tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,
sosialnya, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu
peratuaran. Di samping itu , anak sudah dapat mengasosiakan satiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misal dengan konsep
benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa
perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan
suatu yang salah atau buruk. Seadangkan  perbuatan  perbuatan jujur, adil, dan
sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar/baik.
6. Perkembang Penghayatan Keagamaan
perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan k  berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama
sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan
sangat dipengaruhi oleh proses pembetukan atau pendidikan yang
diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan disekolah dasar
mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu  pendidikan agama
(pengajaran, pembiasan, (pengajaran, pembiasan, dan penanaman nilai-nilai)
di sekolah dasar harus menjadi perhatian semaua pihak yang terlibat dalam
pendidikan di SD, bukan hanya guru agama tetapi kepala sekolah dan guru-
guru yang lainnya.
7. Perkembangan Motorik
Perkembangan Motorik Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak
matang, maka  perkembangan motorik anak sudah dapat i terkodinasi dengan
baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada
masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah.
Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk  belajar
keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis,
menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg, main bola, dan
atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor  penentu
kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun
keterampilan. Oleh karaena itu, perkembangan motorik sangat menunjang
keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia sekolah dasar kematangan
perkembangan motorik ini pada umumnya dicapainya, karaena itu mereka
sudah siap menerima pelajaran keterampilan (Yusuf, 2019).
Sesuai perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas  permulaan
sangat tepat diajarkan :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.  
b. Keteramilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima,
menendang, dan memukul).
c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebagainya.
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban,
dan kedisiplinan.
8. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum
memasuki masa remaja yang pertumbuhannya sangat cepat. Masa yang
tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik.
Anak lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar  berbagai keterampilan.
berbagai keterampilan. Kenaikan tinggi dan berat badan bervariasi antara anak
satu dengan yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak.
9. Perkembang Perkembangan Bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam  berkelompok.
Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber
menyebabkan semakin banyak kata yang dimiliki. Anak mulai menyadari
bahwa komunikasi yang  bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak
mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak untuk
meningkatkan pengertiannya.
10. Kegiatan Bermain
Permainan yang disukai cenderung dilakukan secara kelompok,
kecuali anak-anak yang kurang diterima di kelompoknya dan cenderung
memilih bermain sendiri. Bermain yang sifatnya menjelajah, ketempat-tempat
yang belum pernah dikunjungi  baik dikota maupun di desa mengasikkan bagi
anak. Permainan konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu
adalah bentuk  permainan yang disukai anak serta mampu mengembang
mengembangkan kreativitas anak. Bernyayi merupakan bentuk kegiatan
kreatif lainnya. Selain itu  bentuk permainan kelompok yang disenangi
merupakan permainan oleh raga seperti sepak bola, voley dan sebagainya.
Jenis permainan ini membantu perkembangan otok dan perkembangan tubuh.
11. Usia 10-12
Pada usia 10-12 tahun, perhatian membaca puncaknya. Materi  bacaan
semakin luas. Anak-anak laki  bacaan semakin luas. Anak-anak laki
menyenangi hal-hal yang sifatnya menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah
pertualangan. Anak  perempuan menyenagi cerita kehidupan seputar rumah
tangga.. Teman sebaya umumnya dalah teman sekolah dan teman bermain di
luar sekolah. Pengaruh teman sebaya sangat besar bagi arah perkembangan
anak baik yang bersifat positf anak baik yang bersifat positf maupun negatif.
Pengaruh positif terlihat aruh positif terlihat  pada pengembanagan konsep diri
dan pertumbuhan harga diri. Hanya ditengah-tengah teman sebaya anak bisa
merasakan dan menyadari  bagaimana dan dimana   kedudukan atau posisi
dirinya.

D. PERILAKU MENYIMPANG PADA ANAK USIA SEKOLAH


Terdapat penyimpangan perilaku sederhana dan perilaku ekstrim.
Penyimpangan perilaku yang sederhana semisal: mengantuk, suka menyendiri,
kadang terlambat datang. Sedangkan penyimpangan ekstrim ialah semisal sering
membolos, memeras teman-temannya, ataupun tidak sopan kepada orang lain
juga kepada gurunya (Mustaqim dan Abdul Wahib, 2020).
 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Anak:
1. Penyimpangan Primer
Penyimpangan primer merupakan penyimpangan yang bersifat
temporer atau sementara. Penyimpangan ini hanya menguasai sebagian kecil
kehidupan seseorang. Seorang kecil kehidupan seseorang. Seorang yang
menunjukkan tindakan  penyimpangan temporer ini masih dapat ditolerir.
Misalnya seorang siswa membolos atau mencontek pekerjaan temannya
 Ciri-ciri dari penyimpangan primer antara lain:
a) Bersifat sementara
b) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
c) Kesalahannya masih dapat ditolerir
2. Penyimpangan Sekunder
Penyimpangan sekunder merupakan sebuah penyimpangan yang
dilakukan oleh seorang anak secara khas. Anak ini disebut melakukan
penyimpangan sekunder karena anak ini sudah terbiasa menunjukkan tindakan
menyimpang di sekolah.
 Ciri-ciri dari penyimpangan sekunder yaitu:
a) Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang  
b) Lingkungan sekolah tidak dapat mentolerir perilaku menyimpang
yang dilakukan siswa
3. Penyimpangan Individu
Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan secara
perorangan. Penyimpangan ini ditunjukkan seorang anak dengan melakukan
perbuatan yang menyimpang dari aturan yang sudah dibuat. Misalkan seorang
siswa mencuri uang milik temannya.
4. Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok merupakan tindakan menyimpang yang
dilakukan secara berkelompok. Siswa yang berkelompok dan melakukan
tindakan menyimpang biasanya ingin dianggap jagoan di sekolah, hanya saja
sekelompok siswa ini menunjukkan dengan cara yang salah. Biasanya
penyimpangan kelompok ini dilakukan oleh siswa yang membentuk
sebuah gank .
5. Penyimpangan Situasional
Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam
situasi yang sedang terjadi. Situasi yang dimaksud yaitu situasi atau keadaan
di luar kendali seorang siswa. Siswa terpaksa melakukan tindakan
menyimpang karena situasi yang memaksa siswa tersebut melakukan tindakan
menyimpang
 Strateg Strategi Penanganan Perilaku Menyimpang
Untuk menanggulangi kenakalan pada anak memang tidak mudah.
Kenakalan pada anak memang sangat kompleks dan banyak sekali ragam dan
penyebabnya. Menurut (Yusuf, 2019) terdapat 3 upaya dalam  penanggulangan  
kenakalan, yaitu:
a) Upaya Preventif
Upaya ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis,
berencana dan terarah. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar kenakalan itu
tidak timbul.  
b) Upaya Kuratif
Upaya kuratif dalam menanggulangi masalah kenakalan anak ialah
upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut, supaya kenakalan
tersebut tidak meluas dan merugikan masyarakat.
c) Upaya Pembinaan
Mengenai upaya pembinaan yang dimaksud ialah:
a. Pembinaan terhadap anak yang tidak melakukan kenakalan, dilaksanakan
di rumah, sekolah, dan masyarakat. Pembinaan seperti ini telah
diungkapkan pada upaya preventif yaitu upaya menjaga jangan sampai
terjadi kenakalan.

E. MASALAH ANAK USIA SEKOLAH


Masalah – masalah yang sering terjadi pada anak usia ini meliputi bahaya fisik
dan psikologi antara lain:
1) Bahaya fisik 
a. Penyakit
Penyakit infeksi pada usia ini jarang sekali terjadi, , penyakit yang
sering ditemui adalah penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri
anak.  
b. kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar
tapi akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi sehingga anak
kesulitan mengikuti kegiatan bermain, sehingga kehilangan kesempatan
untuk mencapai ketrampilan yang penting untuk keberhasilan sosial.
c. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan ketrampilan tertentu.
d. Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya
dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi
dasar untuk rendah diri.
e. Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada masa
apapun. Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang
kurang menarik, sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang
dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri pada anak.
2) Bahaya Psikologi
a. Bahaya dalam berbicara
Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan
bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak
menjadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.  
b. Bahaya emosi
Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak, cemburu sehingga
kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa
kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang
penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal
karena membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain dan bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang
kaku.
d. Bahaya konsep diri
Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa tidak
puas  pada diri sendiri sendiri dan pada perlakuan perlakuan orang lain.
Anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain.
e. Bahaya hubungan keluarga Pertentangan dengan anggota-anggota
keluarga mengakibatkan dua hal: melemahkan ikatan keluarga dan
menimbulkan kebiasaan pola    penyesuaian yang buruk, serta masalah-
masalah yang dibawa keluar rumah. (Suprajitno 2020)

F. KONSEP SEHAT ANAK USIA SEKOLAH


Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan
teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira,
makannya teratur, bersih, dan dapat makannya teratur, bersih, dan dapat
menyesuaikan di menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Ciri-ciri anak sehat adalah tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari
naiknya  berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsional; Tingkat
perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya; tampak aktif, gesit dan
gembira; Mata bersih dan bersinar; Nafsu makan baik; Bibir dan lidah tampak
segar, Pernapasan tidak berbau, Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering;
dan Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menurut (Andriyani,2012) karakteristik anak usia sekolah 9-11 tahun
dijabarkan sebagai berikut:
1. Karakteristik fisik/jasmani : anak memiliki pertumbuhan yang lambat namun
teratur, BB dan TB anak perempuan lebih besar dibandingkan anak
dibandingkan anak laki-laki pada usia yang sama, terjadi pertumbuhan tulang
yang cepat,  pertumbuhan  pertumbuhan gizi permanen, nafsu makan
mengalami peningkatan, , dan timbul haid pada anak akhir masa usia sekolah
ini.
2. Karakteristik emosi : pada masa ini anak mulai memiliki rasa ingin tahu yang
kuat, suka menambah pertemanan, dan kurang kepedulian terhadap lawan
jenis.
3. Karakteristik sosial : anak mulai suka bermain dan mempererat hubungan
pertemanan dengan teman sebayanya.
4. Karakteristik intelektual : anak mulai berani menyuarakan pendapatnya,
memiliki minat besar terhadap belajar, mulai terlihat memiliki keterampilan,
rasa ingin tahu yang kuat, dan memiliki perhatian terhadap sesuatu yang
singkat.

G. PENGERTIAN REMAJA
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun.
Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong
dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi
remaja tetapi masih tergantung  pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap
dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Remaja merupakan tahapan seseorang
dimana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan
fisik, perilaku, kognitif, biologis , dan emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari
waktu ke waktu memang berubah sesuai perkembangan zaman. Ditinjau dari segi
pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapatkan haid pertama
semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria.
Kebanyakan orang menggolongkan remaja dari usia 12-24 tahun dan beberapa
literatur yang menyebutkan 15-24 tahun. Hal yang terpenting aadalah seseorang
mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek.
H. PERKEMBANGAN REMAJA
A. Perkembangan Kognitif Remaja
1. Abstrak (teoritis) menghubungkan ide,pemikiran atau konsep pengertian
guna menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah
abstrak ; aljabar.
2. Idealistik Berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun
masalah social kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya.
3. Logika Berfikir seperti seorang ilmuwan, membuat suatu perencanaan
untuk memecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara
pemcahan secara runtut, tratur dan sistematis.
B. Perkembangan Psikososial Remaja
Tugas Perkembangan (Menurut Havighurst)
1) Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis- psikologis
2) Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
3) Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang
dewasa lain
4) Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang  bertanggung jawab
5) Memperolehkemandirian dan kepastian secara ekonomis
C. Perkembangan Identitas Diri
1) Konsep diri
2) Evaluasi diri
3) Harga diri
4) Efikasi diri
5) Kepercayaan diri
6) Tanggung  jawab
7) Komitmen
8) Ketekunan
9) Kemandirian
I. PERILAKU MENYIMPANG PADA REMAJA
Menurut (Kartini Kartono 2010 dalam Vivi Vike Mantiri 2020), Tipe-tipe
perilaku kenakalan remaja dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1) Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada
umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis.
2) Kenakalan Neurotik (Delinkuensi neurotik).
Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan
yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman,
merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya.
3) Kenakalan Psikopatik (Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal
yang paling berbahaya.
4) Kenakalan Defek Moral (Delinkuensi defek moral)
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera,
cacat, kurang. Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun
perbuatan mereka sering disertai agresivitas yang meledak. Remaja yang
defek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki.
Adapun bentuk-bentuk perilaku menyimpang di kalangan remaja
menurut (Narwako 2007 dalam vivi vike martini 2020) secara Umum dapat
digolongkan antara lain:
1) Tindakan nonconform
Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang
ada.
2) Tindakan anti sosial atau asosial
Yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan
umum.
3) Tindakan-tindakan kriminal
Tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum
tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.

J. MASALAH PADA REMAJA


1. Depresi
Depresi juga menjadi salah satu masalah remaja yang sangat rentan
terjadi. Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan
suasana hati yang terus mengalami tekanan dan kehilangan semangat untuk
menjalani aktivitas sehari-hari. Selain itu, seseorang yang
mengalami depresi juga tidak bisa membina hubungan baik dengan
lingkungan sekitar.
Depresi bisa dialami oleh semua kalangan, tak terkecuali pada usia
remaja. Depresi pada remaja umumnya bersumber pada rasa tertekan yang
menuntut mereka agar mendapatkan nilai yang bagus, masalah dalam
keluarga, atau tidak merasa bahagia dengan kehidupan yang dimiliki.
2. Bullying
Masalah remaja yang akhir-akhir ini menjadi sorotan
adalah bullying atau perundungan. Saat ini, tidak sedikit remaja yang
mendapat ejekan, intimidasi, ancaman, hingga kekerasan. Masalah ini sangat
mengganggu kesehatan mental remaja, seperti merasa tertekan, stres, hingga
depresi.
Tak hanya di dunia nyata, bullying juga bisa terjadi di media sosial,
seperti Facebook, Twitter, atau Instagram. Biasanya, para pelaku bullying
akan mengolok-olok, menyebarkan berita bohong, dan lainnya. Untuk itu,
sudah menjadi kewajiban bersama untuk menggunakan media sosial dengan
bijak.
3. Penampilan
Seperti yang sudah diketahui, kebanyakan remaja mulai
memperhatikan penampilannya. Namun, perubahan hormon yang terjadi pada
usia remaja dapat membuatnya memiliki kulit berjerawat dan menjalani
berbagai perubahan lain pada tubuhnya.
Selain berjerawat, masalah berat badan juga bisa menyebabkan remaja
merasa tidak tidak percaya diri. Tak heran, jika banyak remaja yang sudah
melakukan program diet untuk menghindari kelebihan berat badan. Meski
begitu, diet yang salah bisa menyebabkan terjadinya gangguan makan, seperti
bulimia atau anoreksia.
4. Masalah dengan Orang Terdekat
Tidak sedikit remaja yang memiliki masalah dengan orang terdekat.
Hal ini terjadi karena perasaan seorang remaja cenderung lebih sensitif dan
labil, sehingga sangat sulit dikendalikan. Tak heran jika ketika dinasihati
orang tua, ia tidak terima dan justru melawannya.
Selain itu, ketika tersinggung dengan perkataan orang terdekatnya, ia
mungkin jadi memusuhi orang tersebut. Sebaliknya, ia juga dimusuhi
sehingga membuatnya merasa stres dan depresi.

K. KONSEP SEHAT PADA USIA REMAJA


Sehat adalah keadaan sejahtera seutuhnya baik secara fisis, jiwa maupun
sosial, bukan hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Remaja merupakan
kelompok masyarakat yang hampir selalu diasumsikan dalam keadaan sehat.
Padahal banyak remaja yang meninggal sebelum waktunya akibat kecelakaan,
percobaan bunuh diri, kekerasan, kehamilan yang mengalami komplikasi dan
penyakit lainnya yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati. Banyak juga
penyakit serius akibat perilaku yang dimulai sejak masa remaja contohnya
merokok, penyakit menular seksual, penyalahgunaan narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), Human Immunodeficiency Virus
- Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), kurang gizi, dan kurang
berolahraga. Semua ini, yang akan mencetuskan penyakit atau kematian pada
usia muda.
Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisik maupun psikis yang
menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Masa ini merupakan masa terjadinya proses awal pematangan
organ reproduksi dan perubahan hormonal yang nyata. Remaja menghadapi
berbagai masalah yang kompleks terkait dengan perubahan fisis, kecukupan gizi,
perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan yang akhirnya menimbulkan
konflik dalam dirinya yang kemudian memengaruhi kesehatannya. Remaja yang
mengalami gangguan kesehatan berupaya untuk melakukan reaksi menarik diri
karena alasan-alasan tersebut. Pencegahan terhadap terjadinya gangguan
kesehatan pada remaja memerlukan pengertian dan perhatian dari lingkungan
baik orangtua, guru, teman sebayanya, dan juga pihak terkait agar mereka dapat
melalui masa transisi dari kanak menjadi dewasa dengan baik.

L. TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA


Tahapan perkembangan manusia menurut sigmund freud :
1. Masa Oral (0-2 Tahun)
Bayi merasa rasa senang, rangsangan benda, dll.
2. Masa Anal (2-4 Tahun)
Bayi merasakan kesenangan ketika buang air besar
3. Masa Falik (4-6 Tahun)
Anak merasa senang jika ada rangsangan atau sentuhan pada kelaminnya
4. Masa Latensi (6-12 Tahun)
Dorongan seksual anak masih belum Nampak
5. Masa Genital (12 tahun sampai dewasa)
Merupakan masa kanak menjadi dewasa, puncak perkembangan jiwa itu
ditandai dengan adanya proses perunahan dari kondisi “entropy” ke kondisi
“negen-tropy”
M. PERMASALAHAN YANG MUNCUL
A. Balita
Bayi dan anak-anak di bawah lima tahun (balita) adalah kelompok yang
rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka
belum terbangun sempurna. Pada usia ini, anak rawan dengan berbagai
gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
1. Gizi kurang dan Gizi buruk
Hampir lebih dari 2 juta anak anak balita mengalami gizi buruk
(Atmaria, 2005). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi
kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk dari 5,4 menjadi 4,9. (Atmaria,
2019).
Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk
yang banyak dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah
penghambatan pertumbuhan intra-uterin, malnutrisi protein energi,
defisiensi yodium, defisiensi vitamin A, anemia defisiensi zat besi dan
obesitas (Atmaria, 2019). Anak-anak yang mengalami defisiensi gizi,
berat badan lahir rendah dan penghambatan pertumbuhan akan tumbuh
menjadi remaja dan juga orang dewasa yang mengalami malnutrisi.
Masalah malnutrisi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada anak anak dan remaja. Penyebab gizi kurang dan
gizi buruk dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu: pengetahuan dan
perilaku serta kebiasaan makan, penyakit infeksi, ketersediaan pangan.
(Atmaria, 2019).
Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani
sejak awal dengan cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, risiko kematian bayi bisa
berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI ekslusif dan
menyusui sampai 2 tahun. Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh
dari pemberian ASI adalah hemat dan mudah dalam pemberiannya
serta manfaat jangka panjang adalah meningkatkan kualitas generasi
penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan
emosional anak (Atmaria, 2019).
2. Diare
Diare masih merupakan problema kesehatan utama pada anak
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data World
Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab
kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Penyakit diare sering
menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Sekitar lima
juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia
pada tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400
per 1000 penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70-80%
menyerang anak dibawah lima tahun. (Assiddiqi, 2019).
Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di
Indonesia 100.000 balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya
setiap hari ada 273 balita yang meninggal dunia dengan sia-sia, sama
dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap
5,5 menit akibat diare (Depkes RI, 2011).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari
disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita.
Dikenal diare akut yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung
beberapahari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari tiga minggu
bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh makanan tercemar
atau penyebab lainnya (Winardi, 2020).
Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat
dicegah dan ditangani. Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari
peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman, terutama
yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak
dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor perilaku yang
menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan resiko terjadinya
diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan
pertama kehidupan, tidak menjaga hygiene alat makan dan minum
anak. (Assiddiqi, 2019).
3. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan sekelompok
penyakit kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai
penyakit dan dapat mengenai setiap lokasi de sepanjang saluran nafas.
ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka
kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di
Indonesia(Atmaria, 2019).
Berbagai laporan menyatakan ISPA anak merupakan penyakit
yang paling sering terjadi pada anak, mencapai kira-kira 50% dari
semua penyakit balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya
infeksi biasanya mengenai saluran nafas bagian atas, hanya kurang
dari 5% yang mengenai saluran pernapasan bawah. Kejadian ISPA
pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada
balita di daerah pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah
perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8 periode setahun,
sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode (Assiddiqi,
2019).
Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernapasan dan
berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Adapun yang termasuk ISPA
adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis, bronkitis akut,
brokhiolitis dan pneumonia. Angka kematian yang tinggi karena ISPA
khususnya adalah pneumonia. Menurut beberapa faktor yang telah
mempengaruhi pneumonia dan kematian akibat ISPA adalah
malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak lengkap,
defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara
dingin, jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi
udara oleh asap rokok, gas beracun dan lain-lain (WHO, 1992 dalam
Winardi, 2020).
4. Demam
Suhu tubuh bayi pada umumnya berkisar antara 36,5-37,5
derajat celsius. Sebenarnya, suhu hangat sendiri diperlukan tubuh bayi
untuk membasmi kuman penyebab penyakit, lho, Moms. Jika Anda
melihat bayi Anda hangat, itu tandanya tubuhnya sedang bereaksi
untuk melawan penyakit atau infeksi.
5. Kejang demam
Kondisi ini biasanya dipicu demam tinggi atau demam yang
tidak tinggi tetapi ada kenaikan suhu yang tiba-tiba semakin
meningkat. Gejalanya pun dapat dilihat dari gerakan-gerakan seperti
hentakan di seluruh tangan dan kaki dalam waktu singkat. Umumnya,
hal ini terjadi pada usia 6 bulan - 5 tahun.
6. Batuk
Ketika bayi batuk, sebenarnya ia sedang membersihkan saluran
pernapasannya dari benda asing atau iritan yang masuk. Batuk sendiri
sering dialami bayi dan anak balita akibat infeksi virus, bakteri, asma,
radang paru-paru, atau alergi.
7. Flu
Selain batuk, ini adalah masalah kesehatan yang kerap dialami
bayi dan anak balita. Hingga anak berusia 2 tahun bahkan, biasanya ia
mengalami 8-10 kali flu dalam setahun. Gejala ini biasanya ditandai
dengan bersin, batuk, demam, atau tanpa demam, nafsu makan
menurun, dan sakit saat menelan.
B. Anak Usia Sekolah
1. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
Batuk dan pilek – disertai demam atau tidak – merupakan
keluhan kesehatan yang sering dialami oleh anak. Kebanyakan
penyebarannya melalui droplet yang keluar dari hidung atau mulut
anak lain yang sedang sakit melalui batuk atau bersin.
2. Diare
Diare yang dialami anak ditandai dengan meningkatnya
frekuensi buang air besar, atau buang air besar yang konsistensinya
cair. Penyakit anak ini dapat disertai dengan muntah, demam, sakit
perut, dan terkadang tidak terkendali, sehingga menyebabkan
dehidrasi.
Diare paling sering terjadi pada anak, apalagi jika setelah
bermain dan bereksplorasi, anak tidak mencuci tangan sebelum makan.
Atau, pada anak yang lebih kecil, diare dapat terjadi karena anak
senang memasukkan mainan atau berbagai benda ke dalam mulut. Jika
terkena diare, anak biasanya tidak ingin makan atau minum, sehingga
dapat membuat kondisinya semakin lemah.
3. Konstipasi
Gangguan pencernaan merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami anak selain gangguan pernapasan. Selain diare dan
muntah, anak juga sering mengalami konstipasi atau sulit buang air
besar.
Hal ini biasanya sering terjadi karena anak tidak mau makan
sayur, buah atau makanan berserat lainnya. Konstipasi ini pada
akhirnya dapat membuat anak gelisah karena rasa tidak nyaman pada
perut dan kembung.
4. Ruam pada kulit
Kemerahan pada kulit juga merupakan masalah yang sering
muncul pada anak. Tanda-tanda kemerahan pada kulit anak bisa
muncul karena masalah popok, biang keringat, hingga infeksi virus.
5. Trauma
Trauma merupakan masalah psikis yang bisa dialami anak-anak
yang sedang gemar mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Terjatuh
dan luka, benjol, dan memar merupakan contoh trauma yang bisa
membuat orang tua khawatir membiarkan anak-anaknya
mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.
C. Remaja
1. Masalah penampilan
Kebanyakan remaja mulai memerhatikan penampilannya. Pada
periode ini mereka juga mulai tertarik dengan lawan jenis. Namun,
perubahan hormon bisa membuat remaja menjadi berjerawat dan
menjalani berbagai perubahan lainnya pada tubuhnya. Masalah berat
badan juga dapat menyebabkan remaja merasa rendah diri. Ia mungkin
menyadari jika tubuhnya terlalu gemuk sehingga berusaha untuk diet.
Diet yang salah dapat memicu terjadinya gangguan makan, seperti
bulimia atau anoreksia
2. Masalah akademis
Masalah akademis termasuk salah satu masalah remaja klasik.
Tidak sedikit anak remaja yang merasa kesulitan untuk mengikuti
pelajaran, sering mendapat nilai jelek, prestasi menurun, tidak betah di
sekolah, hingga melakukan bolos sekolah. Belum lagi tekanan dari
orangtua yang menuntut anak remajanya untuk berprestasi, seperti
selalu mendapat ranking 1 atau diterima di sekolah favorit. Tidak
sedikit juga anak-anak yang putus sekolah di usia remaja.
3. Depresi
Depresi menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi
remaja. Analisis dari Pew Research Centre melaporkan bahwa tingkat
depresi di kalangan remaja mengalami peningkatan dari dekade
sebelumnya.
Depresi pada remaja utamanya bersumber dari rasa tertekan
yang menuntut mereka untuk mendapat nilai bagus, masalah dalam
keluarga, atau ketidakbahagiaan dengan kehidupan yang dimiliki. Hal
ini bisa berujung pada menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri.
4. Masalah dengan orang terdekat
Karena perasaannya yang lebih sensitif dan labil, remaja juga
bisa mengalami masalah dengan orang terdekat. Misalnya, ketika
dinasehati orangtua, ia tidak terima dan malah melawan atau bahkan
pergi dari rumah. Selain itu, ketika tersinggung dengan perkataan
sahabatnya, ia mungkin jadi memusuhi sahabatnya. Sebaliknya, ia juga
bisa dimusuhi sehingga membuatnya merasa sedih dan depresi.
5. Bullying atau perundungan
Bullying merupakan permasalahan remaja yang marak terjadi.
Tidak sedikit anak remaja yang mendapat ejekan, intimidasi, ancaman,
hingga kekerasan dari para pelaku bullying, terutama di sekolah.
Masalah remaja ini bisa membuat mereka merasa tertekan, stres, atau
bahkan depresi. Di era digital ini, cyberbullying (perundungan di dunia
maya) juga harus menjadi perhatian orangtua. Para pelaku bullying
dapat mengolok-olok, menyebarkan kebohongan, mengucilkan anak
Anda, atau menghasut orang lain untuk menjauhinya melalui berbagai
platform media sosial.
6. Masalah percintaan dan aktivitas seksual
Masalah remaja lainnya yang umumnya terjadi adalah masalah
percintaan. Memasuki masa remaja, anak-anak biasanya mulai suka
terhadap lawan jenis dan mencoba menjalin hubungan romantis.
Pertengkaran dengan kekasih atau mendapat larangan dari orangtua
bisa membuat anak remaja merasa sedih dan galau. Karena rasa ingin
tahunya yang besar, remaja juga mungkin mencoba melakukan
aktivitas seksual. Sebagai orangtua, Anda perlu menjelaskan seputar
pendidikan seks dan memberikan batasan-batasan dalam hal ini.
Remaja perlu diberikan pemahaman bahwa hubungan seks bebas di
masa remaja bisa meningkatkan risiko penyakit menular seksual atau
kehamilan usia dini yang menyebabkan putus sekolah.
7. Kecanduan gawai
Kecanduan gawai membuat remaja menghabiskan lebih banyak
waktunya untuk bermain gawai. Tak jarang, ia bermain game atau
media sosial sambil makan. Selain mengurangi aktivitas fisiknya,
kecanduan gawai bisa menyebabkan remaja lebih senang menyendiri,
memiliki lebih sedikit teman, dan berdampak buruk pada akademisnya.
8. Tekanan dari teman sebaya
Masalah remaja juga bisa ditimbulkan oleh tekanan dari
teman sebaya. Anak remaja mungkin diharuskan berperilaku sesuai
aturan yang telah disepakati dengan teman-temannya. Namun, tekanan
ini dapat menyebabkan remaja melakukan hal yang seharusnya tidak
boleh dilakukan. Misalnya, bolos sekolah atau tawuran. Jika tidak
mengikutinya, mereka bisa dikucilkan atau dijauhi teman-temannya.
9. Rokok dan minuman keras
Merokok dan minuman beralkohol merupakan salah satu
masalah remaja yang cukup mengkhawatirkan. Anda mungkin pernah
menjumpai remaja yang merokok, atau pernah membaca berita
mengenai pesta miras yang dilakukan oleh remaja. Rokok dan alkohol
bisa berdampak serius pada kesehatan remaja. Selain itu, penggunaan
obat-obatan terlarang di kalangan remaja juga harus diwaspadai
orangtua. Hal ini bisa dipicu oleh pergaulan anak yang salah.
10. Obesitas
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika
Serikat memperikirakan bahwa sekitar 20 persen remaja berusia 12-19
tahun mengalami obesitas. Selain lebih rentan terkena bullying, remaja
obesitas memiliki risiko masalah kesehatan yang jauh lebih besar,
seperti diabetes, radang sendi, penyakit jantung, dan kanker. Selain itu,
mungkin juga mengalami gangguan makan untuk mengubah
penampilannya tersebut.

N. PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG BALITA


ANAK DAN REMAJA
A. Balita Dan Anak
Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi
persoalan kesehatan anak, khususnya untuk menurunkan angka kematian
anak, di antaranya sebagai berikut:
1. Meningktakan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat telah dilakukan berbagai upaya, salah
satunya adalah dengan meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada sektor
pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di puskesmas induk,
puskesmas pembantu, posyandu, serta unit-unit terkait di masyarakat.
Cakupan pelayanan diperluas dengan pemerataan pelayanan kesehatan
untuk segala aspek atau lapisan masyarakat. Bentuk pelayanan tersebut
dilakukan dalam rangka jangkauan pemerataan pelayanan kesehatan.
Upaya pemerataan tersebut dapat dilakukan dengan penyebaran bidan
desa, perawat komunitas, fasilitas balai kesehatan, pos kesehatan desa,
dan puskesmas keliling.
2. Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya
untuk mendorong terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan
pemberian gizi yang baik untuk mendorong terciptanya perbaikan status
kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik diharapkan pertumbuhan
dan perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki
status kesehatan anak. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui upaya
perbaikan gizi keluarga atau dikenal dengan nama UPGK. Kegiatan
UPGK tersebut didorong dan diarahkan pada peningkatan status gizi,
khususnya pada masyarakat yang rawna memiliki resiko tinggi terhadap
kematian atau kesakitan. Kelompok beresiko tinggi terdiri atas anak
balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia yang golongan ekonominya
rendah.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status
kesehatan ini penting, sebab upaya pemerintahan dalam rangka
menurunkan kematian bayi dan anak tidak dapat dilakukan hanya oleh
pemerintah, melainkan peran serta masyarakat dengan keterlibatan atau
partisipasi secara langsung. Melalui peran serta masyarakat diharapkan
mampu pula bersifat efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan.
Upaya atau program pelayanan kesehatan yang membutuhkan peran serta
masyarakat antara lain pelaksanaan imunisasi, penyediaan air bersih,
sanitasi lingkungan, pebaikan gizi, dan lainlain.
4. Meningktakan manajemen kesehatan
Upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan
dan berhasil dengan baik bila didukung dengan perbaikan dalam
pengelolahan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini adalah peningkatan
manajemen pelayanan kesehatan melalui pendayagunaan tenaga
kesehatan professional yang mampu secara langsung mengatasi masalah
kesehatan anak.
Adapun kegiatan-kegiatan yang menunjang kebijakan tersebut antara lain:
1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan
teknis dan petugas Puskesmas. Posyandu adalah pusat kegiatan
masyarakat yang merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan, tempat mayarakat memperoleh
pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, Imunisasi dan
Penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang sama. Kegiatan di
posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi
masyarakat dan untuk masyarakat, yang dlaksanakan oleh kaderkader
kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari
Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar dengan tujuan
tertentu.
2. BKB (Bina Keluarga Balita)
Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola
tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang
benar berdasarkan kelompok umurm yang dilaksanakan oleh sejumlah
kader dan berada di tingkat RW. (Pedoman Pembinaan Kelompok
Bina Keluarga Balita Tahun 2006). Program ini merupakan suatu
program yang melengkapi programprogram pengembangan sumber
daya menusia yang telah dilaksanakan seerti program-program
perbaikan kesehatan dan gizi ibu dan anak.
B. Remaja
PKPR Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait
dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan
tersebut.Singkatnya, PKPR adalah  pelayanan keseh  pelayanan kesehatan
kepada remaja yang mengakses yang mengakses semua golongan remaja,
golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Strategi pelaksanaan dan pengembangan PKPR di Puskesmas.
Mempertimbangkan berbagai keterbatasan Puskesmas dalam menghadapi
hambatan untuk dapat memenuhi elemen karakteristik tersebut diatas,
maka perlu digunakan strategi demi keberhasilan dalam pengembangan
PKPR di puskesmas, sebagai berikut:
1. Penggalangan kemitraan, dengan membangun kerjasama atau jejaring
kerja. Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan
publik, sehingga adanya PKPR di puskesmas dapat pula dipromosikan
oleh pihak lain, dan selanjutnya dikenal dan didukung oleh
masyarakat. Selain itu, kegiatan di luar gedung, yang menjadi bagian
dari kegiatan PKPR, amat memerlukan kemitraan dengan pihak di luar
kesehatan. Kegiatan berupa KIE, serta Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat/PKHS
2. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
Strategi penahapan ini penting, memperhatikan urgensi
dilaksanakannya PKPR dan keterbatasan kemampuan pemerintah,
hingga PKPR dapat segera dilaksanakan, sambil dilakukan
penyempurnaan dalam memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana.
3. Penyertaan remaja secara aktif. Dalam semua aspek pelayanan mulai
perencanaan, pelaksanaan  pelayanan  pelayanan dan evaluasi,
evaluasi, remaja secara aktif diikut-sertakan. diikut-sertakan. Dalam
menyertakan remaja dianjurkan dipilih kelompok remaja laki-laki dan
perempuan  perempuan yang dapat “bersuara“ “bersuara“ mewakili
mewakili Puskesmas Puskesmas untuk informasi informasi
penyediaan  penyediaan pelayanan pelayanan kepada sebayanya
sebayanya dan sebaliknya sebaliknya mewakili mewakili sebayanya
meneruskan keinginan, kebutuhan, dan harapannya berkaitan dengan
penyediaan pelayanan. Selain itu dengan keterlibatan remaja ini,
informasi pelayanan dapat cepat meluas, menjangkau baik remaja laki-
laki maupun perempuan, serta memperkenalkan lebih awal konsep
keadilan dan kesetaraan gender.
4. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin. Pada awal pelaksanaan
diupayakan biaya pelayanan serendah mungkin, bahkan kalau mungkin
gratis.
5. Dilaksanakannya kegiatan minimal. Pemberian KIE, pelaksanaan
konseling serta pelayanan klinis medis termasuk laboratorium dan
rujukan, harus lengkap dilaksanaan secara  bersamaan  bersamaan dari
sejak awal dilaksanakannya dilaksanakannya PKPR. Tanpa konseling,
konseling,    pelayanan tidak akan disebut disebut PKPR, melainkan
pelayanan kesehatan remaja seperti sebelum dikenalnya PKPR.
6. Ketepatan penentuan prioritas sasaran Keberhasilan pelayanan
ditentukan antara lain oleh ketepatan  penetapan  penetapan sasaran,
sasaran, sesuai dengan hasil kajian sederhana sederhana sebelum
sebelum  pelayanan  pelayanan dimulai. dimulai. Sasaran Sasaran ini
misalnya misalnya remaja sekolah, sekolah, anak jalanan, jalanan,
karang taruna, buruh pabrik, pekerja seks komersial remaja dan
sebagainya.
7. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan. Perluasan kegiatan minimal
PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta
sesuai dengan kemampuan Puskesmas, misalnya pelaksanaan PKHS
dengan pilihan kegiatan mengadakan FGD (Focus Group
Discussion/diskusi kelompok terarah diantara remaja tentang seks pra-
nikah didukung dengan penyebarluasan slogan dan keterampilan
“bagaimana bilang tidak” untuk seks- pranikah.
8. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal. Monitoring dan
evaluasi secara periodik yang dilakukan oleh tim Jaminan Mutu
Puskesmas merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan
kualitas PKPR.
O. RUANG LINGKUP ASKEP AGREGAT
Ruang lingkup kegiatan keperawatan kelompok khusus balita
mencakup upaya-upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
resosilitatif melalui berbagai kegiatan yang terorganisisasi sebagai berikut:
A. Balita
1. Upaya Promotif :
a. Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama
ibu tentang pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita sesuai usia
tumbuh kembangnya. Bayi usia 1 sampai 6 bulan hanya boleh
diberikan ASI, lebih dari 6 bulan diperbolehkan untuk diberikan
makanan pendamping ASI.
b. Memberikan informasi tentang kebersihan diri bayi meliputi cara
memandikan bayi yang benar, cara perawatan tali pusat, cara
mengganti popok bayi, dsb.
c. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi yang meliputi jenis-jenis
imunisasi, usia pada saat dilakukan imunisasi, manfaat, efek samping,
dan akibat yang akan timbul jika tidak dilakukan imunisasi.
d. Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan bayi dan
balita yang sakit ke petugas kesehatan
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang bayi dan
balita.
2. Upaya Preventif :
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan balita
sejak dini.
3. Upaya Kuratif :
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan
penyakit tertentu perlu diberikan perawatan lebih lanjut.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh orangtua tetapi
masih dalam pengawasan petugas kesehatan untuk memulihkan kondisi
kesehatan bayi atau balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya
pemulihan yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan fisioterapi.
5. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal:
kelompok balita yang diasingkan karena autis, ADHD
B. Remaja
Anak-anak tumbuh dan berkembang pesat antara masa bayi dan
remaja; Oleh karena itu mereka sangat rentan terhadap efek dari penyakit dan
faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan fisik dan emosional. Upaya
preventif dan perawatan gigi menawarkan anak-anak dan orang tua untuk
bertemu secara berkala dengan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan
hal berikut:
1) Mendiskusikan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan emosional anak
2) Mempelajari tentang gizi yang baik.
3) Masalah keselamatan, seperti penggunaan kursi mobil dan sabuk
pengaman.
4) Menerima imunisasi, dan skrining pendengaran dan penglihatan
5) Mempelajari tentang ancaman lingkungan yang berisiko untuk kesehatan
anak dan remaja.
P. PERAN PERAWAT KOMUNITAS AGREGAT
Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan,
penemu kasus, penghubung dan koordinator, pelaksana konseling keperawatan,
dan model peran.
Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada kelompok khusus balita
merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. Berdasarkan peran
tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung kelompok
khusus balita mencapai derajat kesehatan yang optimal.
A. Anak dan balita
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider)
Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan kepada balita, baik itu balita dalam kondisi sehat maupun
yang sedang sakit.
2. Pendidik (health educator)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau
informasi kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita.
Diperlukan pengkajian tentang kebutuhan klien untuk menentukan
kegiatan yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan
kesehatan balita. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat
pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua
yang mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar
berbagai permasalahan kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu,
puskesmas, atau kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna mengetahui
dinamika kesehatan balita terutama pertumbuhan dan perkembangannya,
sehingga jika terjadi masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan
diatasi secara tepat dengan segera.
5. Koordinator
Pelayanan Kesehatan (coordinator of service) Pelayanan kesehatan
merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dan tidak terpisah-pisah.
Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir berbagai
kegiatan pelayanan di masyarakat terutama kesehatan balita dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan
lainnya.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan
mengenai kesehatan balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan
juga dapat menjadi pembaharu untuk merubah perilaku atau pola asuh
orangtua terhadap balita di suatu wilayah, misalnya budaya yang tidak
sesuai dengan perilaku sehat.
7. Panutan (role model)
Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu
kesehatan yang lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh
sebab itu akan lebih mulia bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan contoh baik,
misalnya memberi contoh tata cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit
pelayanan kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.
B. Remaja
1. program komunitas luas yang melibatkan orangtua, teman sebaya, media
cetak, dan organisasi masyarakat
2. Perawat dapat menganjurkan kepada orangtua untuk melakukan
pengawasan terhadap perilaku anak dengan menanyakan aktivitas harian
remaja
3. Tanggung jawab keperawatan meliputi semua aspek pendidikan,
kerahasiaan, pencegahan, dan penanganan PMS. Pendidikan seks pada
remaja harus terdiri atas informasi tentang PMS, termasuk gejala, dan
penanganannya.
4. Mengidentifikasi keluarga keluarga dengan masalah penyalahgunaan zat.
Identifikasi awal pada keluarga dengan masalah  penyalahgunaan
penyalahgunaan zat adalah hal penting penting untuk mencegah
mencegah penyalahgunaan penyalahgunaan zat pada anak-anak dan
remaja

Q. ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS PADA


KELOMPOK ANAK DAN REMAJA
A. Pengkajian
a. Data Komunitas
1) Demografi : Jumlah anak usia sekolah dan remaja keseluruhan,
jumlah anaksia sekolah dan remaja menurut jenis kelamin, golongan
umur.
2) Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga
3) Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang an yang
dianut oleh anak usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama
yang dianut, fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi keagamaan,
kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia
sekolah.  
b. Data Subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1) Lingkungan Fisik
 Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah dan remaja,
kebersihan lingkungan, aktifitas anak usia sekolah dan remaja di
lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan
observasi.
 Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia
sekolah dari guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui
wawancara. Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak
usia sekolah dan remaja yang kurang baik bagi perkembangan
anak usia sekolah atau remaja yang kurang baik bagi
perkembangan anak usia sekolah.
2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah
atau remaja  bentuk  bentuk pelayanan pelayanan kesehatan
kesehatan bila ada, apakah terdapat terdapat pelayanan pelayanan
konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara.
3) Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua
siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui wawancara dan melihat
data di staff tata usaha sekolah.
4) Keamanan dan transportasi.
a. Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang  jalan.
b. Transportasi Jenis transportasi yang dapat digunakan usia sekolah
atau remaja, adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa
5) Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah atau remaja,
dan tata tertib sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa.

6) Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah atau
remaja untuk memperoleh informasi anak usia sekolah atau
remaja untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang
kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah atau
remaja dengan guru dan orang tua, peran guru dan orang tua
dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak usia sekolah
atau remaja, keterlibatan guru dan orang tua anak usia sekolah
atau remaja, dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak
usia sekolah.
7) Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum
yang digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di
sekolah.
8) Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat
sarana penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni,
pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan
c. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1) Identitas anak.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan.
3) Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4) Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
5) Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan
kemampuan yang telah dicapai). telah dicapai).
6) Pemeriksaan fisik.
7) Lengkapi dengan pengkajian fokus
a. Bagaimana karakteristik teman bermain.
b. Bagaimana lingkungan bermain.
c. Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah.
d. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan
adakah sarana yang dimilikinya. dimilikinya.
e. Bagaimana temperamen anak saat ini.
f. Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang.
g. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
h. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
i. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di s Kegiatan apa yang
diikuti anak selain di sekolah. ekolah.
j. Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah.
k. Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah
saat bermain.
l. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa
ini.
m. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa
jenisnya.
n. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya.
o. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga.
B. Diagnosa dan Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1) Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai usia anak.
2) Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada
lima tugas keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan
memfasilitasi perkembangan anak
b. Rencana Asuhan
Rencana Asuhan Keperawatan Keperawatan

1) Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit Tujuan:
Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan
dukungan yang adekuat.
 Intervensi:
1) Diskusikan tentang tugas keluarga.
2) Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis
saat anggota keluarga sakit.
3) Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar
keluarga.
4) Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap
upaya  pertolongan yang telah dilakukan  pertolongan yang
telah dilakukan.
5) Ajarkan cara merawat anak dirumah.
6) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan
keluarga  
2) Resiko/resiko tinggi
Resiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi
pada anaknya. Tujuan: ketidakharmonisan keluarga menurun
 Intervensi:
1) Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.
2) Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga.
3) Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus
dijalani.
4) Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada
anak.
5) Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau
menyelesaikan masalah.
6) Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
7) Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau
mampu membaut alternatif.
c. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.
eluarga. Tujuan: dipertahankanya hubungan yang harmonis.
DAFTAR PUSTAKA

Arie Aulia Nur Affandi.2019. The Study of Personal Hygiene and The Existence of
Sarcoptes Scabiei in The Sleeping Mats Dust and Its Effects on Scabiesis
Incidence Amongst Prisoners at IIB Class Penitentiary, Jombang District.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 11 No. 3. Page 165 – 174
Hanna Mutiara, Firza Syailindra.2016. Skabies. Majority.Vol 5. No 2
Kharisma Wibawa Nurdin Putra.2014. Treatment Of Secondary Infection Scabies On
8 Years Old Girl With Family Medicine Approach. J Medula Unila. Vol 3
Lalu Husnul Hidayat, Siti Rahmatul Aini, Dedianto Hidajat, Iman Surya
Pratama.2020. Peningkatan Pengetahuan Dan Pemeriksaan Skabies Santri
Pondok Pesantren Nurul Islam Sekarbela. Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol
16. No 2
Loretta Wijaya, Ricky Fernando, Stefanus Lembar.2019. Pemeriksaan penunjang
dan laboratorium pada penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Peneribit
Unversitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Marsha Kurniawan, Michael Sie Shun Ling, Franklind.2020. Diagnosis dan Terapi
Skabies. CDK-283. Vol 47. No 2
Niken Rahmatia, Tutik Ernawati. Penatalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan
Kedokteran Keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Satelit. Majority. Vol 9. No1

Anda mungkin juga menyukai