Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

KELOMPOK USIA ANAK SD

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Adib hanafi (1807001)


2. Ade anggara pradana (1807002)
3. Agustina lawa (1807003)
4. Ahmad khoirudin (1807004)
5. Andik rochyati (1807005)
6. Andik sulistiyanto (1807006)
7. Budi santoso (1807007)
8. Dela intan nugraheni (1807008)
9. Devi mandasari (1807009)

PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN TRANSFER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari
latar belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor
yang terjadi dan berhubungan dengan masalah kesehatan.
Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan berdasarkan
kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi kesehatan terganggu adalah
kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah
meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan kegiatan
keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat
kelompok khusus anak sekolah.
Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik
dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Menurut UU No. 4 tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak, yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah. Saat ini yang disebut anak
bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun, seperti yang ditulis
Hurlock (1980) masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun. Meskipun demikian, anak
masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan kelompok usia, yaitu: usia
2-5 tahun disebut usia prasekolah; usia 6-12 tahun sisebut usia sekolah; dan usia
13-18 tahun disebut usia remaja. Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir dari
masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai
oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial anak.
Selama pertengahan tahun masa kanak-kanak ini, dasar-dasar untuk peran dewasa
dalam pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial terbentuk. Langkah perkembangan
selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan
psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baiak dalam berbagai hal;
misalnya, mereka dapat berlari lebih cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan
kecakapan dan daya tahannya. Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak harus
belajar menghadapi peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan teman
sebaya. Orang tua harus membiarkan anak-anak membuat keputusan menerima
tanggung jawab dan belajar dari pengalaman kehidupan.
Saat anak melalui penyesuaian ini, perawat membantu meningkatkan
kesehatannya. Hal ini dilakukan dengan membantu orang tua dan anak
mengidentifikasi stresor potensial dan merancang intervensi untuk meminimalkan
stres dan respons stres anak. Intervensi melibatkan orang tua, anak dan guru untuk
mencapai keberhasilan yang maksimal.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian Anak Usia Sekolah.
2. Untuk mengetahui Tahap – tahap Anak SD.
3. Untuk mengetahui karakteristik anak sekolah dasar
4. Untuk mengetahui Parameter dan Cara Penilaian Pertumbuhan Anak Usia
Sekolah.
5. Untuk mengetahui Perkembangan usia sekolah.
6. Untuk mengetahui Tugas-tugas.
7. Untuk mengetahui Kebutuhan dan Masalah Gizi pada Periode Tersebut
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian anak usia sekolah


Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik
lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun
2010, sekolah dasar adalah salah satu pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. Suharjo (2006) menyatakan
bahwa sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak- anak usia 6-12
tahun. Hal ini juga diungkapkan Fuad Ihsan (2008) bahwa sekolah dasar ditempuh
selama 6 tahun. Suharjo menyatakan sekolah dasar lebih ditujukan pada anak yang
berusia 6-12 tahun, maka Harmon dan Jones menyatakan sekolah dasar biasanya
terdiri atas anak- anak antara usia 5-11 tahun dan usia tingkatan sekolah menengah.
Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12
tahun. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai
kelas 6.

B. Tahap – tahap Anak SD


Tahapan tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai embrio
(mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai lahir), serta masa
pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29 hari-1 tahun),
masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah (6-12
tahun) dan masa remaja (12-18 tahun).
3. Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah
Tahapan ini dimulai sejak anak berusia 6 tahun sampai organ-organ
seksualnya masak. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antar jenis
kelamin maupun antar budaya berbeda. Berdasarkan pembagian tahapan
perkembangan anak, ada dua masa perkembangan pada anak usia sekolah, 19 yaitu
pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan pada usia 10-12 tahun atau
masa kanak-kanak akhir. Setelah menjalani masa kanak-kanak akhir, anak akan
memasuki masa remaja. Pada usia sekolah, anak memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari
aspek fisik, mental-intelektual, dan sosial-emosial anak. Pertumbuhan fisik pada
anak usia sekolah tidak secepat pada masamasa sebelumnya. Anak akan tumbuh
antara 5-6 cm setiap tahunnya. Pada masa ini, terdapat perbedaan antara anak
perempuan dan anak laki-laki. Namun, pada usia 10 tahun ke atas pertumbuhan
anak laki-laki akan menyusul ketertinggalan mereka. Perbedaan lain yang akan
terlihat pada aspek fisik antara anak laki-laki dan perempuan adalah pada bentuk
otot yang dimiliki. Anak laki-laki lebih berotot dibandingkan anak perempuan yang
memiliki otot lentur (Gunarsa 2006).
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-
perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara
seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini
sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat
menjelang masa remaja, meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak
berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.

C. karakteristik anak sekolah dasar


Sekolah memainkan peran yang sangat penting sebagai dasar pembentukan
sumber daya manusia yang bermutu. Melalui sekolah dasar, anak untuk pertama
kalinya belajar untuk berinteraksi dan menjalin hubungan yang lebih luas dengan
orang lain yang baru dikenalinya.

Pada masa usia sekolah dasar ini terdapat dua fase yang terjadi,yaitu :
a) Masa kelas rendah sekolah dasar (usia 6 tahun sampai usia sekitar 8 tahun). Pada
usia ini dikategorikan mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 3.
b) Masa kelas tinggi sekolah dasar (usia 9 tahun sampai kira-kira usia 12 tahun) Pada
usia ini dikategorikan mulai dari kelas 4 sampai dengan kelas 6.
Pada masing-masing fase tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing. Masa-
masa kelas rendah siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut :
1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani
dengan prestasi sekolah
2. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan permainan
yang tradisional
3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
5. Kalau tidak dapat menyelesaikan masalah, maka masalah itu dianggapnya tidak
penting.
6. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak memperhatikan nilai (angka
rapor).
7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami daripada hal yang abstrak
8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah hal yang
menyenangkan. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara jelas perbedaan
bermain dengan belajar
9. Kemampuan mengingat (memori) dan berbahasa berkembang sangat cepat.

Ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di sekolah dasar yaitu :
a. Adanya minat terhadap kehidupan sehari-hari.
b. Sangat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini terdapat minat terhadap hal- hal atau mata pelajaran
khusus. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang
dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya.
Setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya
dengan baik dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
d. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai hal yang baik mengenai
prestasi sekolah.
e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk
bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat
kepada aturan permainan yang tradisional melainkan mereka membuat peraturan
sendiri.
f. Mengidolakan seseorang yang sempurna (Anonim, 2013).

D. Parameter dan Cara Penilaian Pertumbuhan Anak Usia Sekolah


Status Gizi Anak Umur 5-18 Tahun Dikelompokkan Menjadi Tiga Kelompok Umur
Yaitu 5-12 Tahun, 13-15 Tahun Dan 16-18 Tahun. Indikator Status Gizi Yang
Digunakan Untuk Kelompok Umur Ini Didasarkan Pada Hasil Pengukuran
Antropometri Berat Badan (BB) Dan Tinggi Badan (TB) Yang Disajikan Dalam
Bentuk Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Dan Indeks Massa Tubuh Menurut
Umur (IMT/U)10.
Berdasarkan Baku Antropometri WHO, 2007 Untuk Anak Umur 5-18 Tahun,
Status Gizi Ditentukan Berdasarkan Nilai Zscore TB/U Dan IMT/U. Selanjutnya
Berdasarkan Nilai Zscore Ini Status Gizi Anak Dikategorikan Sebagai Berikut10:
Klasifikasi Indikator TB/U:
Sangat Pendek :Zscore< -3,
Pendek : Zscore≥ -3,0 S/D < -2,0
Normal : Zscore≥ -2,0
Klasifikasi Indikator IMT/U:
Sangat Kurus : Zscore< -3,0
Kurus : Zscore≥ -3,0 S/D < -2,0
Normal : Zscore≥-2,0 S/D ≤1,0
Gemuk : Zscore> 1,0 S/D ≤ 2,0
Obesitas : Zscore> 2,0
Penilaian Pertumbuhan Anak Usia Sekolah dengan menggunakan WHO anthro
Plus (6-18 tahun) lalu hasilnya diinterpretasikan dengan menggunakan grafik WHO
200511
1. Parameter Pertumbuhan Anak Usia Sekolah
Indikator penilaian pertumbuhan anak erat kaitannya dengan penilaian status gizi anak
secara Antropometri mengacu kepada standar pertumbuhan anak WHO 2005. Indikator
pertumbuhan anak digunakan untuk menilai pertumbuhan anak dengan
mempertimbangkan faktor umur dan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan adalah
dijabarkan sebagai berikut:
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.
Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur)
atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,
hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.

c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks
TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut
Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status
gizi, dan merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh.

IMT/BMI (Indeks Massa Tubuh)

Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Pada anak-anak dan remaja pengukruan IMT sangat terkait dengan umurnya, karena
dengan perubahan umur, terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu,
pada anak-anak dan remaj digunakan indikator IMT menurut umur, yang biasa
disumbolkan dengan IMT/U.

IMT adalah perbandingan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cara
pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi badannya. Selanjutnya
dihitung IMT-nya yaitu:

IMT = BB (kg)/tinggibadan2(meter)

Pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan
referensi WHO/NCHS 2007 (WHO, 2007). Pada saat ini, yang paling sering dilakukan
untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan Z-score /persentil.

- Z-score ; deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi dengan
simpangan baku populasi refernsi.
- Persentil ; tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi (WHO/NChS), yang
dijelaskan dengan nilai seseorang sama atau lebih besar daripada nilai persentase
kelompok populasi.

Z-skor paling sering digunakan. Secara teoritis, cara menghitung Z-score adalah sebagai
berikut:

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑀𝑇 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟 − 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑀𝑇 (𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖)


𝑍𝑆𝑘𝑜𝑟 =
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟/𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖

Berikut tabel klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI, 2010 untuk anak usia 5-18 tahun:

Nilai Z-score Klasifikasi


Z-skor ≥+2 Obesitas
+1≤ z-skor <+2 Gemuk
-2≤ Z-skor<+1 Normal
-3 ≤ Z-skor <-2 Kurus
z-skor <-3 Sangat kurus
Sumber: Kemenkes RI, 2010

2. Parameter dan cara Penilaian Perkembangan Anak Usia sekolah


Adapun parameter perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun) yakni dari
aspek kognitif (intelegensi) anak. Aspek perkembangan intelegensi pada anak usia
sekolah mendapat perhatian yang banyak di kalangan psikolog sebab intelegensi
dianggap sebagai suatu norma yang menentukan perkembangan kemampuan dan
pencapaian optimal hasil belajar anak di sekolah. Dengan mengetahui
intelegensinya, seorang anak dapat dikategorikan sebagai anak yang
pandai/cerdas/genius, sedang, atau bodoh (idiot). Intelegensi merupakan suatu
konsep abstrak yang sulit didefenisikan secara memuaskan. Sejumlah psikolog
memperluas pengertian intelegensi dengan memasukkan berbagai macam dimensi
bakat dan keterampilan jasmani. Namun, hal ini masih didiskusikan dan lebih
berorientasi pada dimensi pemikiran dan pemecahan masalah, sehingga banyak
standar test yang digunakan untuk mengukur bentuk intelegensi ini14.
Pengukuran intelegensi
Intelegensi setiap anak berbeda-beda. Untuk mengukur perbedaan kemampuan
tersebut, maka para psikolog mengembangkan sejumlah tes intelegensi. Salah satu
ahli psikolog, Alfret Binet (1857-1911) seorang dokter psikolog Prancis sebagai
seorang yang berjasa dalam mempelopori tes intelegensi ini14.
Hal ini berwal dari penugasannya dari Kementerian Pendidikan Prancis untuk
mengembangkan suatu metode yang dapat menentukan murid-murid mana yang
memperoleh keuntungan dari sistem pembelajaran di sekolah umum. Tahun 1904
Binet bersama dengan mahasiswanya Theophile Simon mulai merancang sebuah
tes intelegensi yang diberi nama “Chelle Matrique de I’intelegence” (Skala
pengukur intelegensi), yang dimaksudkan untuk membedakan anatara anak yang
dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik dan anak yang tidak mampu
menangkap pelajaran. Tes ini dirancang berangkat dari konsep usia mental (mental
age/MA) yang dikembangkannya yang menganggap bahwa anak-anak yang
terbelakang secara mental akan bertingkah laku dan berkinerja seperti anak-anak
normal yang berusia lebih muda. Ia mengembangkan norma-norma intelegensi
dengan menguji 50 orang anak dari usia 3-11 tahun yang tidak terbelakang mental.
Anak yang diduga keterbelakangan mental diuji , perforam mereka dibandingkan
dengan anak-anak yang suai kronologisnya sama di dalam sampel yang normal.
Perbedaan antara usia mental (MA) dengan usai kronologis (CA) – usia sejak lahir-
inilah yang digunakan sebagai ukuran intelegensi. Anak yang cerdas memiliki MA
di atas CA, sedangkan anak yang bodoh memiliki MA di bawah CA14.
Wilian Stern (1871-1938) seorang psikolog Jerman yang menyempurnakan
tes intelegensi Binet yang kemudian mengembangkan dengan istilah Intelegence
quotient (IQ). IQ menggambarkan intelegensi sebagai rasio antara mental (MA)
sdan usia kronologis (CA) dengan rumus14:
𝑀𝐴
𝐼𝑄 = ( 𝐶𝐴 ) 𝑥 100

Angka 100 digunakan sebagai bilangan pengali supaya IQ bernilai 100 bila
MA = CA. bila MA<CA maka IQ kurang dari 100. Sebaliknya jiak MA > CA maka
IQ lebih dari 100. Berdasarkan hasil tes intelegensi yang disebarkan ke anak remaja,
orang dewasa, anak-anak, ditemukan bahwa intelegensi diukur dengan perkiraan
distribusi normal Piaget. Distribusi normal dalah simetris dengan kasus mayoritas
yang berada di tengah-tengah rentang skor tertinggi dan terendah yang tampak pada
kedua titik ekstrim skor. Berikut adalah Tabel tentang klasifikasi IQ14:
IQ Klasifikasi Tingkat sekolah
Di atas 139 Sangat superior Orang yang sangat pandai
120-139 Superior Dapat menyelesaikan
studi di Universitas tanpa
banyak kesulitan
110-119 Di atas rata-rata Dapat menyelesaikan
sekolah lanjutan tanpa
kesulitan.
90-109 Rata-rata Dapat menyelesaikan
sekolah lanjutan tanpa
kesulitan
80-89 Di bawah rata- Dapat menyelesaikan
rata sekolah lanjutan
70-79 Borderline Dapat mempelajari
sesuatu tapi lambat
Di bawah 70 Terbelakang Tidak bisa mengikuti
secara mental pendidikan di sekolah
Sumber: Diadapasi dari Davindoff (1988)
F. PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH
1. Perkembangan biologis

Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm pertahun untuk tinggi badan
dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-
laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung
kurus dan tinggi, anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan
jaringan lebih cepat perkembangannya daripada otot.

2. Perkembangan psikososial

Menurut freud, perkembangan psikoseksualnya digolongkan dalam fase laten,


yaitu ketika anak berada dalam fase Oedipus yang terjadi pada masa prasekolah
dan mencintai seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung membina hubungan
yang erat dan akrap dengan teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar
seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media.

Menurut Erickson, perkembangan psikoseksualnya berada dalam tahap


industri vs inverior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai
keterampilan yang bersifst teknologi dan social, memiliki keinginan untuk
mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas, inilah yang merupakan tahap
industri. Bla tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior.
Tahap ini sangat dipengaruhi factor intrinsik (motivasi, kemampuan,
tanggungjawab yang dimiliki, kebebasan yang dimiliki, interaksi dengan
lingkungan, dan teman sebaya ) dan factor ekstrinsik (penghargaan yang didapat,
stimulus, dan keterlibatan orang lain).

3. Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan factor
terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak
muda bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada usia ini, sifat temperamental ini
sering muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat besar untuk
mengendalikannnya. Yang perlu dilakukan orang tua dan guru adalah bersabar,
menciptakan situasi baru agar tidak bosan, menjadi figure dalam sehari-hari,
selalu memberikan harapan, dan mengurangi ketergantungannya dengan cara
memberikan pengertian.

4. Perkembangan kognitif

Menurut peaget, usian ini berada dalam tahap operasional konkrit, yaitu
anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama
periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat
dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang
dijumpai. Kemampuan anak yang dimiliki dalam tahap opersional konkrit :

a. Konservasi, menyukai sesuatu yang didapat dipelajari secara konkrit bukan


magis.

b. Klasifikasi, mulai belajar mengelompokkan, menyusun, dan


menguruntukan.

c. Kombinasi, mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan
keinginannya yang dihubungkan dengan pengalaman yang diperoleh
sebelumnya.

5. Perkembangan moral

Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikatagorikan


oleh kohlbherg berda dalam tahap konvesional. Pada tahap ini, anak mulai belajar
peraturan-peraturan yang berlaku, menerim peraturan, dan merasa bersalah bila
tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya. Anak mencoba bersikap
konsekuen. Ornag tua perlu memberikan suatu imbalan atau hukuman terhadap
perilaku anak.
6. Perkembangan spiritual

Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkrit atau


nyata dari pada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap surag dan
neraka sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila
masuk neraka. Anak mulai belajar tentang alam nyata dan sulit memahami
simbol-simbol supranatural sehingga konsep-konsep religius perlu disajiakan
secara konkrit atau nyata dan juga mencoba menghubungkan fenomena yang
terjadi dengan logika.

7. Perkembangan bahasa

Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari
berbagai pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan
pengucapan mengalami penurunan karena selama mencari pengalaman anak telah
mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu
mengucapkannya dengan benar. Pembentukan kalimatnya teratur dan tidak
terpotong-potong setelah usia 9 tahun. Untuk meningkatkan pengertian terhadap
bahasa, anak perlu diberi kesempatan mendengarkan radio dan menonton televise
untuk meningkatkan konsentrasi dan pengertian. Juga perlu dilibatkan dalam
pembicaraan sosial sehingga egosenrisnya sedikit hilang. Pembicaraan yang
dilakukan dalam tahap ini lebih terkendalai dan terseleksi, karena anak
menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi.

8. Perkembangan sosial

Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yanag ditandai


dengan adanya minat terahadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya
keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok. Wujud dari
aktivitas ini banyak orang menyebut sebagai geng anak, tetapi berbeda tujuannya
dengan geng remaja. Tujuan dari geng anak-anak diantaranya memperoleh
kesenangan dalam bermain.
9. Perkembangan seksual

Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-taman telebih
guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan,
pakaian,l dan bahkan gerk gerik sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan
pada usia ini, anak mengembangkan minat-mionat yang sesuai denga dirinya.
Disini, peran orang tua sangat penting untukl mempersiapkan anak menjelang
pubertas.

10. Perkembangan konsep diri

Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan


orang tua, saudara dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-
anak membentuk konsep diri ideal, seperti dalm tokoh-tokoh sejarah, cerita
khayalan, sandiwara, film, dan tokoh nasional atau dunia yang dikagumi, untuk
membangun ego idea, yang menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar
perilaku umum yang diinternalisasi. Pada usia ini pula, anak pada umumnya
mencari identitas diri agar diterima kelompoknya karena takut kehilangan
dukungan dari kelompok.

11. Bermain

Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis


karena serlama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan social
sehingga memungkinkannya untuk meniokmati keanggotaan kelompok dalam
masyarakat anak-anak.Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini :

1. Bermain konstruktif membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa


memikirkan manfaatnya, seperti menggambar, melukis, dan membentuk sesuatu.

2. Menjelajah : ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.

3. mengumpulkan : benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa


benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya
dalam laci.
4. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar (
bola basket dan sepak bola ) dan senang pada permainan yang bersaing.

5. Hiburan : anak ingin maluangkan waktu untuk membaca, mendengar radio,


menonton, atau melamun.

Keluarga dengan usia sekolah merupakan salah satu tahap yang mesti dilalui dan
merupakan masa-masa yang sibuk bagi orang tuanya dan banyaknya keinginan yang
dilakukan oleh anak-anak. Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga, yaitu :

1. Mensosialisasikan anak dengan lingkungannya, termasuk keberhasilan dalam


belajar dan kebutuhan kelompok dengan teman sebayanya.

2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis.

3. memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga (Friedman. 1998).

Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
psikologis.

· Bahaya fisik

1. Penyakit

2. Kegemukan

3. Kecelakaan

4. Kecanggungan

5. Kesederhanaan

· Bahaya Psikologis

1. Bahaya dalam berbicara

2. Bahaya emosi

3. Bahaya bermain

4. Bahaya dalam konsep diri

5. Bahaya moral

6. Bahaya yang menyangkut minat


7. Bahaya dalam penggolongan peran seks

8. Bahaya dalam perkembangan kepribadian

9. Bahaya hubungan keluarga

G. TUGAS-TUGAS
Menurut Syamsu Yusuf, perkebembangan pada masa ini meliputi (Yusuf 2010):
1. Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan.
2. Belajar membentuk sikap yang seaht terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4. Belajar memainkan peranan sesuai jenis kelaminnya.
5. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari (Yuliani 2005).
Tahap Siklus Kehidupan Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga Keluarga
Keluarga dengan anak usia Mensosialisasikan anak-anak,
sekolah termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
Mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan
Memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarga

2. Kebutuhan dan Masalah Gizi pada Periode Tersebut

1. Kebutuhan Gizi pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)


Awal usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak
mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan
dengan orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana
dan lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak
mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru,
kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan
anak-anak ini sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah
diberikan kepada mereka.
Kebutuhan Zat Gizi menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75 TAHUN 2013 2013):
Zat Gizi Makro Kelompok umur
dan Mikro 4-6 tahun 7-9 tahun 10-12 tahun
BB = 19 kg BB= 27 kg Laki-Laki Perempuan
TB =112 TB= 130 cm BB= 34 kg BB = 36 kg
cm TB= 142 cm TB = 145 cm

Energi (Kkal) 1.600 1.850 2.100 2.000


Protein (gr) 35 49 56 60
Lemak (gr) 62 72 70 67
Karbohidrat (gr) 220 254 289 275
Vitamin A (mcg) 450 500 600
Vitamin C (mg) 45 45 50
Yodium (mcg) 120 120 120
Zink/seng (mg) 5 11 14 13
Kalsium (mg) 1.000 1.000 1.200 1.200
Zat besi (mg) 9 10 13 20
Folat (mcg) 200 300 400
Sumber: Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia, 2013
Masalah Gizi Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun
a. Gizi Kurang
b. Kegemukan
c. Anemia gizi besi
Selain masalah kurus dan gemuk, masalah gizi yang juga banyak terjadi pada
anak usia sekolah adalah anemia gizi, terutama karena kekurangan zat besi.
Kekurangan zat besi berpengaruh pada perkembangan mental; anak memiliki
perkembangan psikomotor lebih rendah daripada anak sehat, prestasi belajarnya
lebih rendah dibandingkan dengan anak normal. Anemia gizi juga bisa terjadi
karena kekurangan vitamin B12 (makanan hewani), folat, dan vitamin C (sayur
dan buah) (Yayasan Institut Danone 2010).
d. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
Masalah gizi lainnya adalah kurangnya asupan mineral yodium, baik yang
diperoleh dari air maupun makanan seperti ikan, makanan hasil laut dan garam
beryodium. Hal ini akan memperngaruhi tingkat kecerdasan dan pertumbuhan
anak (Kementerian Kesehatan 2013). Dari berbagai penelitian di berbagai negara
tentang stunting menunjukkan angka yang masih tinggi sehingga ini merupakan
tantangan tersendiri bagi masing-masing negara untuk mengatasi hal tersebut.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi
dan berat badan dari anak-anak Indonesia di bawah standar pertumbuhan WHO.
Semakin tua anak, semakin besar perbedaan dibandingkan dengan standar
pertumbuhan WHO, yang berarti bahwa goyahnya pertumbuhan dimulai dari awal
kehidupan seorang anak Indonesia hingga akhir usia SD.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

1. Data Umum

Kepala Keluarga (KK)

Alamat dan telepon

Pekerjaan KK

Pendidikan KK

Komposisi keluarga

Genogram

Tipe keluarga

Suku bangsa

Agama

Status sosial ekonomi keluarga

Aktivitas rekreasi keluarga

2. Riwayat

Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Riwayat kesehatan keluarga inti

Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

3. Data lingkungan

Karakteristik rumah
Karakteristik tetangga dan komunitasnya

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Sistem pendukung keluarga

4. Struktur keluarga

Struktur peran

Nilai atau norma keluarga

Pola komunikasi keluarga

Struktur kekuatan keluarga

5. Fungsi keluarga

Fungsi ekonomi

Fungsi mendapatkan status sosial

Fungsi pendidikan

Fungsi sosialisasi

Fungsi pemenuhan (perawatan atau pemeliharaan) kesehatan

Fungsi religius

Fungsi rekreasi

Fungsi reproduksi

Fungsi afeksi

6. Stres dan koping keluarga

Stressor jangka pendek dan panjang

Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Strategi koping yang digunakan

Strategi adaptasi disfungsional

7. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga


8. Harapan keluarga

B. Diagnosis keperawatan

1. Ketidakberdayaaan anak menegerjakan tugas sekolah berhubungan dengan kurangnya


keterlibatan orang tua

2. Resiko hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya interaksi dengan


lingkungan

C. intervensi keperawatan

1. Ketidakberdayaaan anak menegerjakan tugas sekolah berhubungan dengan


kurangnya keterlibatan orang tua

Tujuan : Anak mampu mengerjakan tugas sekolah

Orang tua ikut terlibat dalam pembelajaran anak

Intervensi :

a. Diskusikan dengan orang tua dan anak tentang masing-masing peran anggota
keluarga

b. Diskusikan cara belajar yang menarik

c. Beri penjelasan pada anak tentang tugasnya sebagai pelajar.

d. Anjurkan orang tua untuk menemani anak belajar.

e. Anjurkan kepada orang tua untuk memberi penghargaan jika anak mampu
mengerjakan tugasnya

2. Resiko hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya interaksi


dengan lingkungan

Tujuan : Tidak terjadi hambatan komunikasi verbal pada anak.


Intervensi :

a. Kaji kemampuan anak dalam berkomunikasi.

b. Kaji interaksi anak dengan lingkungan

c. Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang pentingnya komunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan

d. Ajari anak berinteraksi dengan lingkungan dan teman.

e. Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering mengajak anak berkomunikasi.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir dari masa kanak-kanak sejak usia 6
tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini ialah mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga. Adapun pengkajian yang dilakukan pada keluarga
dengan anak usia sekolah adalah meliputi: Identitas, riwayat dan tahap perkembangan
keluarga, lingkungan, Struktur keluarga, fungsi keluarga, penyebab masalah keluarga
dan koping yang dilakukan keluarga, identitas anak, riwayat kehamilan sampai
kelahiran, riwayat kesehatan bayi sampai saat ini, kebiasaan saat ini (pola perilaku dan
kegiatan sehari-hari), pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk
kemampuan yang telah dicapai), dan pemeriksaan fisik. Periode dan Tahapan Tumbuh
kembang anak usia sekolah dilihat dari berbagai aspek baik dari aspek fisik/biologis,
kognitif, fan sosial emosi. Aspek perkembangan pada masa sekolah meliputi
perkembangan intelektual, perkemankembangan bahasa perkembangan sosial,
perkembangan emosi, perkembangan moral, perkembangan penghayatan keagamaan,
perkembagan motorik, perkembangan fisik, perkembangan bicara, kegiatan
bermain,dan usia 10-12. Parameter pertumbuhan anak sekolah mengggunakan BB, TB,
dan IMT/BMI menurut umur, yang diukur atau dinilai dengan menggunakan standar
baku WHO anthro.
b. Saran
Bagi mahasiswa, diharapkan sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu ini
atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan baik dan
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012, 20 February 2012 ). "Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun."
23 September 2016, from http://pondokibu.com/pertumbuhan-dan-perkembangan-
anak-usia-6-12-tahun.html.
arianti, e. (2015). "Tumbuh Kembang Anak (6-12 tahun)." 23 September 2016, from
http://kdkep.blogspot.co.id/2015/05/tumbuh-kembang-anak-6-12-tahun.html.
Hidayat, A. A. (2005). "Pengantar ilmu keperawatan anak." Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock, E. B. (1980). "Psikologi perkembangan." Jakarta: Erlangga.
Kementerian Kesehatan, R. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013,
Jakarta: Kementerian Kesehatan RIDinKes Jateng.
Maryanto, L. (2012). "TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR." 23 September
2016, from http://li2kmaryanto.blogspot.co.id/2012/06/tingkat-perkembangan-anak-
usia-sekolah.html.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 (2013).
ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA. M. K. R.
INDONESIA. Jakarta, MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai