JUMIARNI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PERBANDINGAN KUALITAS TIDUR MENGGUNAKAN SKALA
PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX (PSQI) PADA PASIEN GANGGUAN
CEMAS YANG MENDAPAT TERAPI BENZODIAZEPIN
JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK
Tesis
Program Studi
JUMIARNI
Kepada
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Nama : Jumiarni
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia
Yang Menyatakan,
Jumiarni
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan berkah-
Kualitas Tidur Menggunakan Skala Pittsburgh Sleep Quality Index (Psqi) pada Pasien
Gangguan Cemas yang Mendapat Terapi Benzodiazepin Jangka Panjang dan Jangka
Pendek”.
Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, olehnya itu dengan rasa hormat yang mendalam penulis
2. Bapak Dr. dr. H. M. Faisal Idrus, Sp.KJ (K) sebagai Ketua Komisi
Penasehat dan bapak Dr. dr. Sonny Teddy Lisal, Sp.KJ sebagai Anggota
Komisi Penasehat, yang telah meluangkan waktu dan pikiran tanpa kenal
tesis ini.
3. Bapak Dr. dr. Idham Jaya Ganda, Sp.A (K), Bapak Prof. dr. A.
Jayalangkara Tanra, Ph.D.,Sp.KJ(K) dan Bapak Dr. dr. Irfan Idris, M.Kes.
sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan bimbingan demi
Prof. dr. A. Jayalangkara Tanra, Ph.D, Sp.KJ (K), Ketua Program Studi
Bapak Dr. dr. Sonny Teddy Lisal, Sp.KJ dan Sekertaris Program Studi Ibu
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ yang telah sabar membimbing penulis,
pendidikan.
Kedokteran Jiwa yaitu dr. Agustine Mahardika, dr. Kristanty Randa Arung,
dr. Veronika Suwono, dr. Hilmi Umasangadji dan seluruh teman sejawat
penelitian ini.
7. Kedua orang tua penulis ayahanda H.Umar Hasany dan ibunda Hj. Siti
Aisyah yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang tidak
ini. Anak tercinta Aufa Ahda Shibghatan dan saudara tercinta Koesmarjaya
dan dr. Ovi Rusmariza atas setiap pengertian, semangat serta doa yang
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis mohon maaf bila terdapat hal-hal yang tidak
berkenan dalam penulisan ini, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
Jumiarni
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 3
C. Tujuan umum 4
D. Tujuan khusus 4
E. Hipotesis penelitian 5
F. Manfaat penelitian 5
i
IV. METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian 30
B. Tempat dan waktu penelitian 30
C. Populasi penelitian 30
D. Sampel dan cara pengambilan sampel 30
E. Perkiraan Besar Sampel 31
F. Kriteria inklusi dan ekslusi 31
G. Izin penelitian dan ethical clearance 32
H. Cara kerja 32
I. Identifikasi dan klasifikasi variabel 34
J. Definisi operasional dan kriteria objektif 34
K. Alur penelitian 36
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Keterangan
LC : Locus Coeruleus
iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebanyakan obat golongan ini digunakan 80% oleh dokter umum dan
2011)
obat penenang merupakan obat yang paling populer di dunia. Lebih dari
utama untuk mengatasi gangguan tidur, baik primer yaitu pada gangguan
tidur murni maupun sekunder yaitu ganguan tidur akibat gangguan cemas
1
harus dibatasi karena pemakaian jangka panjang yaitu lebih dari 6 bulan
fisiologis dasar manusia, disini terjadi proses pemulihan bagi tubuh dan
dasar bagi kelangsungan hidup manusia dan ini bergantung pada kualitas
versi bahasa Indonesia ini karena cukup praktis dan mudah dipahami,
2008)
2
Beberapa penelitian tentang pemakaian benzodiazepin jangka
minggu) yaitu nilai p<0,05. Penelitian lain oleh Celyne et al tahun 2003
Namun ada juga penelitian oleh Colin et al pada tahun 2012 menyatakan
B. Rumusan Masalah
Sleep Quality Index (PSQI) pada pasien gangguan cemas yang mendapat
3
C. Tujuan Umum
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) pada pasien gangguan cemas yang
D. Tujuan Khusus
4
E. Hipotesis Penelitian
F. Manfaat Penelitian
pasien.
benzodiazepin.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Cemas
teori psikologis, disini termasuk tiga hal utama yaitu psikoanalitik, perilaku,
dan eksistansial. (2) Teori biologis, teori ini dikembangkan dari penelitian
yang dilakukan awalnya pada hewan coba dan dikembangkan untuk kerja
obat psikotropik itu sendiri. Disini yang terlibat adalah sistem saraf otonom
6
gastrointestinal, dan pernapasan. Berikutnya melibatkan neurotransmiter
cemas sering disertai dengan gangguan tidur, maka disini gangguan tidur
10 detik saat tertidur, dikenal tiga apnea tidur patologis yaitu apnea
7
B. Benzodiazepin
tidur sehingga obat ini sebagai pilihan utama untuk gangguan tidur, jika
keadaan ini terjadi terus menerus, maka pola penggunaanya akan menjadi
sedatif dengan waktu paruh lama akan dieliminasi lama untuk mencapai
dengan waktu paruh singkat akan dieliminasi dengan cepat sehingga sisa
8
metabolitnya tidak cukup adekuat untuk memberikan efek hipnotik yang
lama. Oleh karena itu, penggunaan obat dengan waktu paruh singkat
kualitas tidur atau dapat menutupi penyakit yang mendasari masalah tidur,
dalam tiga kelompok yaitu long acting, short acting dan ultra short acting.
9
tidur walaupun efek induknya yang paling menonjol adalah sedatif-hipnotik
acting memiliki lama kerja yang lebih pendek dari short acting hanya
kurang dari 5.5 jam (contoh midazolam dan triazolam). Semakin kuat zat
(Arana, 2000)
paruh obat <10 jam: misalnya triazolam; kerja menengah/ masa paruh
mengatasi gangguan tidur karena terbangun lebih awal/ dini hari, obat
10
aminobutyric acid) merupakan inhibitor utama neurotransmiter di susunan
efek GABA dan menghasilkan efek sedasi, tidur dan berbagai macam efek
densitas rendah pada medula spinalis. (Kaplan dan Sadock, 2006; Arana,
2000)
B.3. Farmakodinamik
dengan penurunan dalam aktivitas dan ide spontan. Perubahan ini terjadi
hipnotik jika diberikan dalam dosis besar. Efeknya pada pola tidur normal
11
penurunan lamanya tidur gelombang lambat. Efek dalam dosis tinggi
dapat menekan susunan saraf pusat ke titik yang dikenal sebagai stadium
III anestesi umum. Efek ini tergantung pada sifat fisikokimia yang
refleks polisinaptik dan transmisi internunsius, dan pada dosis tinggi bisa
2000)
12
obstruktif. Dan pada penyakit yang melemahkan sistem kardiovaskular
oleh kerja pada pusat vasomotor pada medula oblongata. Pada dosis
B.4. Farmakokinetik
tercapai pada 1-4 jam. Distribusi terutama di otak, hati dan jantung.
cepat. Oleh karena itu bentuk ini sangat sering diberikan pada keadaan
darurat seperti pada kejang demam. Karena zat-zat ini bersifat lipofilik,
maka sawar plasenta mampu ditembus dan zat-zat ini dapat mencapai
13
sistem saraf pusat. Akan tetapi, jika zat ini diberikan saat sebelum lahir,
Sadock, 2006)
golongan long acting adalah dalam bentuk aktif yang mempunyai waktu
paruh yang lebih lama dari induknya. Sehingga lebih dapat menyebabkan
efek hangover dari pada golongan short acting pada penggunaan dosis
acting lebih dapat menyebabkan efek abstinens. Efek ini timbul karena
dalam waktu cepat. Sehingga terjadilah gejala abstinens yang lebih parah
FKUI, 2010)
tersebut antara lain adalah rasa kantuk, pusing, nyeri kepala, mulut kering,
dan rasa pahit di mulut. Adapun efek samping lainnya seperti hang over
yaitu efek sisa yang disebabkan adanya akumulasi dari sisa metabolit
14
aktif. Jika ini terjadi pada pengendara kendaraan bermotor, resiko
Retrograde yaitu efek samping ini bisa dimanfaatkan oleh bagian bedah
merasa lebih nyaman jika menggunakan zat ini. Jika terjadi menahun, hal
Masalah tidur dimana gejala yang timbul merupakan gejala yang mirip
Alprazolam
sifat umum yang juga hampir mirip dengan diazepam dan memiliki
efek sedatif yang cukup kuat. Mekanisme kerja sama dengan kerja
15
GABA-A di susunan saraf pusat terutama untuk mengatasi
subtitusi 1,5 bukan subtitusi biasa yaitu 1,4 diazepin seperti pada
16
yang digunakan antara 5-30 mg/ hari. Dosis clobazam diberikan
12-24 jam. Efek samping dapat dijumpai kurang lebih sama dengan
C. Tidur Fisiologis
(NREM) dan rapid eye movement (REM). Pada tidur NREM, yang terdiri
Walaupun tidur tahap ini sering disebut “tidur tanpa mimpi“ namun
sebenarnya pada tahap ini sering timbul mimpi namun biasanya tidak
dapat diingat. Tahap Tidur Non REM adalah : (Guyton dan Hall, 2014)
17
tenang, seringkali otot-otot tersebut menyentak dan bergerak secara
Keadaan ini disebut "myoclonic jerk" dan ini sama sekali tidak
menyakitkan.
2. Tahap II dan III: Tahap ke II dan III adalah tahapan yang menuju pada
3. Tahap IV: Sekitar 40 menit setelah tahap I, tidur akan memasuki tahap
ke IV, dimana keadaan tidur yang sangat sulit/ sukar untuk bangun.
kegiatan buruk tidur yang bisa saja terjadi. Dalam tahap ini bisa saja
Karakteristik penting tidur REM adalah sebagai berikut : (Guyton dan Hall,
2014)
18
3. Frekuensi denyut jantung biasanya menjadi tidak teratur.
siaga.
siklik pada tidur adalah regular dan dapat dipercaya; periode REM terjadi
pada dua pertiga malam terakhir malam, sedangkan sebagian besar tidur
Lumbantobing, 2008)
19
Pola tidur ini berubah selama rentang hidup seseorang. Pada
tidur, dan pola EEG bergerak dari keadaan siaga ke keadaan REM tanpa
sebagai berikut: NREM (75%) Tahap 1: 5%, Tahap 2: 45%, Tahap 3: 12%,
Tahap 4: 13%, REM (25%). Distribusi ini relatif tetap konstan sampai usia
tua, walaupun pengurangan terjadi pada tidur gelombang pendek dan tidur
REM pada orang yang berusia lebih tua. (Holbrook et al. 2000;
Lumbantobing,.2008)
meningkat setelah olah raga dan kelaparan, tahap ini mungkin terkait
20
mencakup penampilan lemah, lesi kulit, meningkatnya asupan makanan,
Hall, 2014)
sistem atau pusat yang terutama terletak di batang otak dan saling
aktif diduga sebagai penyebab tidur. Ada teori lama yang menyatakan
bahwa area eksitasi pada batang otak bagian atas yang disebut sistem
menjadi tidak aktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan
penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa
kadang-kadang dua kali. Irama ini tidak terdapat saat lahir tetapi
dilakukan pada waktu yang berbeda di siang hari sangat berbeda proporsi
tidur REM dan NREM-nya. Pada tidur malam yang normal, tidur siang
yang dilakukan di pagi hari atau siang hari akan mencakup tidur REM
21
Suprachiasmatikus yang berada di Hipotalamus dan berhubungan dengan
D. Kualitas Tidur
D.1. Pengertian
Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh faktor kualitas tidur dan
kualitas tidur dan kuantitas tidur adalah faktor fisiologis, faktor psikologis,
22
Seseorang bisa tidur ataupun tidak, dipengaruhi oleh beberapa faktor
a. Status kesehatan
sehat (sakit) dan rasa nyeri , makan kebutuhan tidurnya akan tidak
nyenyak.
b. Lingkungan
tidurnya.
c. Stres psikologis
d. Diet
23
Sebaliknya minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan
mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
f. Obat-obatan
Sleep Quality Indeks (PSQI) versi bahasa Indonesia. Instrumen ini telah
baku dan banyak digunakan dalam penelitian kualitas tidur seperti dalam
penelitian Majid (2014). Skala Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) versi
tidur (sleep latency), lamanya waktu tidur (sleep duration), efisiensi tidur
24
(habitual sleep efficiency), gangguan tidur yang sering dialami pada
(using medication), dan gangguan tidur yang sering dialami pada siang
buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI ini adalah memiliki
nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun ada juga kekurangan dari
dijumlahkan menjadi 1 (satu) skor global dengan kisaran nilai 0 – 21. Ada
dua interpretasi pada PSQI versi bahasa Indonesia ini adalah kualitas tidur
baik jika skor < 5 dan kualitas tidur buruk jika skor > 5. (Curcio, 2012;
Efeknya pada pola tidur adalah dengan menurunkan masa laten mulainya
25
menimbulkan masalah tidur itu sendiri. Benzodiazepin dapat mengganggu
ventilasi pada apnea tidur serta efek samping pada fungsi kognitif dan
dapat terjadi toleransi obat, adanya efek putus zat yang menimbulkan
26
dari locus coeruleus (LC) sebagai neuron noradrenergik juga akan
preoptic nucleus (VLPO) sebagai pusat dari tidur-bangun dan sel orexin/
dari GABA, disini dapat terjadi toleransi dan akhirnya akan menurunkan
27
BAB III
A. KERANGKA TEORI
Benzodiazepin
Pembukaan inhibitory
Berikatan dengan reseptor GABA-A
Chloride Channelion
dengan Subtipe α1, α2, α3, α5
Cl - masuk dalam sel
(jangka panjang)
Berikatan dengan reseptor Efek sedasi,Mengurangi
GABA-A subtype α1
cemas, muscle relaxant
Menurunkan efektivitas
reseptor GABA-A
Locus Coeruleus
(neuron adrenergic)
VLPO (ventrolateral
preoptic nuclei)
Penurunan
Kualitas Tidur
28
B. KERANGKA KONSEP
Pekerjaan
Pendidikan
Keterangan :
: Variabel Kendali
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
C. Populasi penelitian
diperlukan terpenuhi.
30
E. Perkiraan besar sampel
tidak berpasangan:
Zα 2 + Zβ 1 1+ 2 2 2
n1 = n 2 =
P1 - P2
Zα 2 + Zβ 1 1+ 2 2 2
n1 = n 2 =
P1 - P2
n1 = n 2 = = 23.04 = 23 (dibulatkan)
0,9 - 0,3
1. Kriteria Inklusi
bulan.
2. Kriteria Eksklusi
31
Pasien dengan riwayat penyalahgunaan NAPZA lainnya.
H. Cara Kerja
1. Uji validitas
32
Dalam penelitian ini, pengujian validitas akan dilakukan dengan
2. Uji realiabilitas
33
Tabel 1. Gambaran validitas dan reliabilitas skala PSQI versi
bahasa Indonesia.
Pekerjaan, Pendidikan.
Sleep Quality Index (PSQI) versi bahasa Indonesia, yang terdiri dari
34
tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat
menjadi 1 (satu) skor global dengan kisaran nilai 0 – 21. Ada dua
5. Lama terapi adalah waktu yang diperlukan oleh suatu obat untuk
penyakit tersebut.
35
9. Kepatuhan terapi adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju pada
K. Alur Penelitian
Populasi Penelitian
Analisis Data
A. HASIL PENELITIAN
Karakteristik Penelitian
37
Pendidikan
14 29.8 3 6.4
SD
6 12.8 5 10.6
SMP
13 27.6 20 42.5
SMA
14 29.8 19 40.4
Sarjana
Pekerjaan
7 14.9 2 4.2
Tidak Bekerja
19 40.4 9 19.1
IRT
3 6.4 2 4.2
Petani
6 12.8 18 38.3
Swasta
7 14.9 16 34.1
PNS-Profesional
Jenis Benzodiazepin
Alprazolam 32 68.1 32 68.1
Clobazam 15 31.9 15 31.9
Diagnosa
pada kelompok >6 bulan jenis kelamin perempuan lebih banyak. Hal ini
perempuan lebih banyak dua kali dari laki-laki rentan dalam mengalami
38
Karakteristik sampel berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa
kelompok umur dengan rentang usia 41-50 tahun lebih banyak pada
rentang usia 30-40 dan 41-50 sama jumlahnya pada kelompok <6 bulan
sampel dibagi atas 4 jenjang pendidikan yaitu SD, SMP, SMA, dan
pendidikan SD, SMA, dan Sarjana hampir sama, tingkat pendidikan SMP
paling kecil yaitu 6 sampel (12,8%) dan pada kelompok <6 bulan tingkat
bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) lebih banyak yaitu, sebanyak 19
sampel (40,4%) dan pada kelompok <6 bulan pekerjaan swasta lebih
terjadi pada semua tingkat usia dan semua status sosial dan pendidikan.
pada usia dewasa yaitu 25 tahun keatas. (Kaplan dan Saddock, 2010).
39
clobazam sebanyak 30 orang yaitu 15 orang pada kelompok yang
mendapatkan terapi >6 bulan dan 15 orang yang mendapatkan terapi <6
orang.
sampel penelitian >50 dan dilakukan pula uji normalitas pada sampel yang
penelitian <50. Uji normalitas ini dikatakan kriteria sebaran normal jika nilai
p>0,05, uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
telah terdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat menentukan jenis uji
hasil data terdistribusi tidak normal, maka uji analitik yang dipilih adalah Uji
40
Skala kualitas tidur (PSQI) pada pemakaian alprazolam >6 bulan
Lama Terapi (Tahun)
18
16
Skala PSQI
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Lama Terapi (Tahun) 5 1 1 3 10 7 3 3 8 2 2 1 14 7 7 4 10 8 1 4 7 2 1 8 4 7 10 9 7 17 15 12
Skala PSQI 7 5 7 5 10 9 6 5 7 7 6 5 13 9 13 8 11 12 11 9 11 7 7 13 10 14 15 6 9 17 9 16
Gambar 2: Grafik skala kualitas tidur (PSQI) pada kelompok yang memakai alprazolam
>6 bulan
Gambar 3: Grafik skala kualitas tidur (PSQI) pada kelompok yang memakai alprazolam <6
bulan
skala kualitas tidur yang diukur dengan menggunakan skala PSQI versi
41
bahasa Indonesia pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi
alprazolam >6 bulan dan <6 bulan. Namun terdapat pula beberapa orang
sampel yang skala kualitas tidur PSQI tidak sesuai dengan trend yang
ada, yaitu mengalami kenaikan pada waktu yang lebih pendek dan
sampel lainnya. Hal ini menunjukkan adanya respons yang bervariasi tiap
42
kelompok, yaitu pada kelompok yang menggunakan terapi benzodiazepin
alprazolam jangka panjang >6 bulan didapatkan nilai median untuk skala
kualitas tidur yang diukur dengan menggunakan skala PSQI versi bahasa
alprazolam <6 bulan nilai median kualitas tidur 4. Nilai signifikansi untuk
10
LAMA TERAPI (TAHUN)
8
SKALA PSQI
6
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LAMA TERAPI (TAHUN) 1 1 1 11 2 3 9 4 4 2 6 6 2 1 6
SKALA PSQI 4 4 5 7 5 6 7 6 3 4 3 3 3 3 3
Gambar 4: Grafik skala kualitas tidur (PSQI) pada kelompok yang memakai clobazam >6
bulan
43
Skala kualitas tidur (PSQI) pada pemakaian clobazam <6 bulan
7
LAMA TERAPI (BLN) 6
SKALA PSQI 5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LAMA TERAPI (BLN) 6 3 1 2 1 2 1 3 4 1 2 1 3 4 1
SKALA PSQI 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 5 3
Gambar 5: Grafik skala kualitas tidur (PSQI) pada kelompok yang memakai clobazam <6
bulan
clobazam >6 bulan dan <6 bulan. Namun skala kualitas tidur yang tampak
panjang yaitu >6 bulan. Hal ini dapat disebabkan karena clobazam adalah
44
Tabel 4: Perbandingan skala kualitas tidur pada pemakaian benzodiazepin
(clobazam)
jangka panjang yaitu >6 bulan didapatkan nilai median untuk skala kualitas
<6 bulan nilai median kualitas tidur adalah 3. Nilai signifikansi kualitas tidur
45
Tabel 5: Perbandingan skala kualitas tidur pada pemakaian benzodiazepin
p=0.01 atau nilai p<0.05, sedangkan kualitas tidur pada kelompok yang
46
tidak bermakna dengan nilai signifikansi p=0.09 atau dikatakan nilai
p>0.05.
gangguan cemas
Uji Kruskal-Wallis. Keterangan N: jumlah sampel, SD: Standar Deviasi, nilai p: significancy
Kruskal-Wallis yaitu uji komparatif numerik pada >2 kelompok yang tidak
perbedaan kualitas tidur yang tidak bermakna dengan p=0.64 atau nilai
tidak hanya dipengaruhi oleh jenis penyakit namun banyak faktor lain yang
2016)
47
B. PEMBAHASAN
perempuan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan teori pada gangguan
cemas yaitu secara epidemiologi perempuan lebih banyak dua kali dari
terjadi pada semua tingkat usia dan semua status sosial dan pendidikan.
48
Walaupun diketahui paling sering gangguan kecemasan ini berkembang
pada usia dewasa yaitu 25 tahun keatas. (Kaplan dan Saddock, 2010)
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diuji secara statistik dengan
dengan data nilai median dan rerata yang diperoleh yaitu kualitas tidur
pada kelompok > 6 bulan yang memakai alprazolam nilai median= 9.00,
rerata= 9,34 dan standar deviasi (SD)= 3,395 dimana nilai ini lebih tinggi
dibandingkan nilai median dan rerata pada kelompok < 6 bulan yaitu
yang bermakna antara kelompok > 6 bulan dan kelompok < 6 bulan
dengan nilai p= 0,021 atau nilai signifikansi p< 0,05. Untuk nilai kualitas
tidur pada kelompok > 6 bulan nilai median= 4.00, rerata= 4,40 dan
standar deviasi (SD)= 1,502 nilai ini lebih tinggi dibandingkan nilai pada
kelompok < 6 bulan dengan nilai median= 3.00, rerata= 3,33 dan standar
deviasi (SD)= 0,724. Hasil ini sesuai dengan hipotesa awal yaitu kualitas
tidur yang diukur dengan skala Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI)
pada pasien yang memakai terapi benzodiazepin jangka panjang yaitu >6
benzodiazepine jangka pendek yaitu <6 bulan. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Holbrook et. al. tahun 2000, dan Celyne et.
49
al. pada tahun 2003 yang menyatakan pemakaian jangka panjang
2003)
terapi >6 bulan dan <6 bulan. Namun terdapat pula beberapa orang
sampel yang skala kualitas tidur PSQI tidak sesuai dengan trend yang
ada, yaitu mengalami kenaikan pada waktu yang lebih pendek dan
sampel lainnya. Hal ini menunjukkan adanya respons yang bervariasi tiap
p>0.05. Hal ini dapat disebabkan karena bayak faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur itu sendiri, bukan hanya dari jenis penyakit
yang dialami namun ada beberapa faktor lain seperti faktor biologis yaitu
mengatasi stressor dan juga faktor lingkungan. Hal tersebut juga dapat
50
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang antara lain
terutama untuk ansiolitik dan anti konvulsi yang lebih spesifik memiliki
subtitusi 1,5 diazepin bukan subtitusi biasa yaitu 1,4 diazepin, serta
51
Diagnostik Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Namun dari hasil tersebut
oleh jenis penyakit namun banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi
penelitian dapat diterima jika nilai loading dari setiap itemnya adalah ≥ 0,4.
Kuesioner PSQI pada penelitian ini didapatkan loading dari setiap itemnya
adalah ≥0,6, sehingga skala Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI) versi
atau kuesioner. Instrumen yang dikatakan reliable jika instrumen yang jika
52
Indonesia yang digunakan di penelitian ini dapat dikatakan reliable.
mendapat terapi.
PSQI.
53
BAB VI
A. KESIMPULAN
bermakna.
B. SARAN
54
DAFTAR PUSTAKA
Bastien, C.H., Le Blanc, M., Carrier, J. 2003. Sleep EEG Power Spectra,
Insomnia, and Chronic Use of Benzodiazepines. Canada.
Contreras F.H., Lopez E.M., Roman P.A.L., Garrido F., Santos M.A., Amat
A.M., 2014. Reliability and validity of the Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI). Int.34 929-936.
Curcio G., Tempesta D., Scarlanta S., Marzano C., Moroni F., Rossini P.,
et al. 2012. validity of the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Neuronal Sci. Pubmed US National Library of Medicine.
55
Departemen Farmakologi FKUI. 2010. Benzodiazepin. Farmakologi dan
Terapi, FKUI-Edisi V, Jakarta.
Kramer M., Ruth M., 2011. Long Term Use of Hypnotic Agents in The
Treatment Insomnia. (online)
http://ps.psychiatryonline.org/vol.56/no.6, diakses 6 Juni 2017.
Lu, J., Greco, M.A. 2006. Sleep Circuit and The Hypnotic Mechanisme of
GABA-A Drugs. Journal of Clinical Sleep Medicine Vol.2. No.2.
Menlo Park. CA.
56
Stahl, S.M., 2008. Disorder of Sleep and Wakefulness and Their
Treatment. Stahl’l Essential Psychopharmacology – Neuroscietific
Basis and practical Applications. Third Edition. Cambridge
University Press. 732-741.
Wildin, JD; Pleuvry, BJ. Mawer, GE; Millington, L. 2009. Respiratory and
Sedative effects of Clobazam and Clonazepam in Volunteers.
British Journal of Clinical Pharmacology.
57
Lampiran 1
No penelitian :
PERSETUJUAN PENELITIAN
(Informed Consent)
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Setelah diberi penjelasan mengenai penelitian ini, maka dengan ini saya menyatakan
bersedia menjadi peserta penelitan dengan judul: PERBANDINGAN KUALITAS TIDUR
MENGGUNAKAN SKALA PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX (PSQI) PADA
PASIEN GANGGUAN CEMAS YANG MENDAPAT TERAPI BENZODIAZEPIN JANGKA
PANJANG DAN JANGKA PENDEK
Makassar, 2017
( )
Lampiran 2
h) Mimpi buruk
i) Terasa nyeri
Nama:
Umur:
Pendidikan:
Pekerjaan:
Lama Pemakaian BZ:
Tanggal :