Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH KOMBINASI RELAKSASI GENGGAM JARI

DAN AROMATERAPI JASMINE TERHADAP NYERI POST


OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD TUGUREJO
SEMARANG

Proposal Penelitian
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Universitas Karya Husada Semarang

Oleh :
TRIANA DEWI UTAMININGSIH
NIM : 2007028

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021

1
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal yang disusun oleh:

Nama Triana Dewi Utaminingsih


:
NIM 2007028
:
Prodi SI Keperawatan Transfer
:
Judul
Pengaruh Kombinasi Relaksasi Genggam Jari
:
dan Aromaterapi Jasmine Terhadap Nyeri Post
Operasi Sectio Caesarea di RSUG TUGUREJO
SEMARANG

Telah disetujui oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Untuk dipertahankan dihadapan tim penguji proposal Program Studi S1

Keperawatan Universitas Karya Husada Semarang.

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Witri Hastuti, M.Kep Ns. Susi Nurhayati,


M.Kep

i
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini telah dipertahankan di hadapan


tim penguji proposal Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Pada tanggal
…. November 2021

Tim penguji :

1. Hermeksi Rahayu,S.Kep, M.Kes ……………………………...

2. Ns. Witri Hastuti, M.Kep ……………………………...

3. Ns. Susi Nurhayati, M.Kep ……………………………...

10
11

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
berkat Rahmat- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul ”Pengaruh kombinasi relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine
terhadap nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Tugurejo Semarang”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ns. Fery Agusman MM, M.Kep, Sp.Kom selaku Rektor Universitas
Karya Husada Semarang.
2. Rose Nur Hudhariani, S.Si.T, M.Kes selaku Wakil Ketua Bidang Akademik
Universitas Kesehatan Karya Husada Semarang.
3. Ns. Witri Hastuti, M.kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Karya Husada Semarang sekaligus sebagai pembimbing 1 yang
telah membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
dengan baik
4. Ns.Susi Nurhayati, M.Kep sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing
dan memberikan arahan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal peenelitian ini dengan baik
5. Hermeksi Rahayu, S.Kep, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan bimbingan
6. Segenap keluarga, suami,anak,ayah dan ibu beserta keluarga besar atas doa
dan dukungannya selama proses pembelajaran dan proses skripsi ini dibuat
7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2021
8. Semua pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu.
Dalam penyusunan ini penulis berusaha semaksimal mungkin dengan segala
kemampuan yang penulis miliki. Penulis menyadari proposal penelitian ini masih
12

sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan
penelitian. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tenaga
kesehatan pada khususnya.

Semarang, November 2021

Penulis
13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

1. Tujuan Umum 5

2. Tujuan Khusus 6

D. Manfaat Penelitian 6

1. Manfaat Bagi Pasien 6

2. Manfaat Bagi Rumah Sakit 6

3. Manfaat Bagi Institusi STIKES Karya Husada 7

E. Originalitas penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori.............................. …... 10

1. Sectio caesarea

10

2. Nyeri

16
14

3. Relaksasi Genggam Jari

26

4. Aromaterapi Jasmine

30

B. Kerangka Teori.............................. …... 33

C. Kerangka Konsep.............................. …... 34

D. Hipotesa..............................

34

BAB III METODO PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

35

B. Waktu dan Tempat Penelitian

36

C. Variabel Penellitian, Definisi Operasional dan Skala

Pengukuran

37

D. Populasi, Teknik Sampling dan Kriteria

38

1. Populasi

38

2. Teknik Sampling

38
15

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

38

E. Instrumen Penelitian

40

1. Alat Penelitian

40

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

41

F. Tehnik Pengumpulan Data

42

G. Prosedur Pengolahan Data

43

H. Analisis Data

45

I. Etika Penelitian

47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian


16

Tabel 2.1 Keuntungan Dan Kerugian Pemberian Nutrisi Enteral

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4 Kerangka Teori


17

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian


18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan dengan

masalah kesehatan ibu dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi target

yang telah ditentukan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) [1]. Salah

satu upaya untuk menekan angka morbilitas dan mortalitas ibu dan anak

adalah dengan pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas pada saat

sebelum persalinan, saat persalinan dan sesudah persalinan. Proses persalinan

kadang tidak dapat berjalan semestinya dan janin tidak dapat lahir secara

normal sehingga tindakan sectio caesarea (SC) merupakan pilihan utama bagi

tenaga medis untuk menyelamatkan ibu dan janin [2].

Persalinan dengan sectio caesarea sudah menjadi sesuatu yang umum

walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya terakhir. Setiap tahunya sectio

caesarea banyak dilakukan dan semakin tinggi tingkat keberhasilannya.

Menurut WHO prevalensi sectio caesarea meningkat 46% di Cina dan 25%
[3]
di Asia, Eropa dan Amerika Latin . Tingkat operasi sectio caesarea di

Thailand telah meningkat secara signifikan selama tiga dekade terakhir pada
[4]
tahun 1990 dari 15,2% menjadi 32,5% pada tahun 2017 . Hasil Riskesdas

tahun 2018 di Indonesia menunjukkan persalinan pada usia 10-54 tahun

mencapai 78,73% dengan angka kelahiran menggunakan metode sectio


[5]
caesarea banyak 17,6% . Data menunjukkan bahwa angka bedah caesarea
19

di RS Swasta di kota –kota di Indonesia diatas 30 % bahkan ada yang

mencapai 80 % [6].

Sectio caesarea memiliki efek samping antara lain hari pertama post

operasi akan menimbulkan nyeri atau perasaan tidak nyaman yang terjadi

disebabkan oleh luka, tindakan operasi yang menyebabkan terjadinya


[7]
perubahan kontinuitas jaringan tubuh . Rasa nyeri biasanya muncul 2 jam

setelah proses persalinan selesai.Pasien post operasi Sectio Caesarea biasanya

sudah mendapatkan drip infus yang diberikan obat yang berisi analgetik dan

ketika infus habis dilanjutkan dengan pemberian injeksi analgetik selama

1x24 jam pasca operasi.Namun terkadang setelah pemberian injeksi dan

dilanjutkan dengan pemberian obat analgetik berupa peroral pasien masih

menarsakan nyeri yang menyebabkan pasien menjadi enggan untuk

beraktifitas meskipun berupa aktifitas ringan. Durasi nyeri dapat bertahan

selama 24 sampai 48 jam, tapi bisa bertahan lebih lama tergantung pada
[8]
bagaimana klien dapat menahan dan menanggapi rasa sakit . Hasil

penelitian Subandi (2017) mengatakan ibu post sectio caesarea mayoritas

akan mengalami nyeri sedang sebanyak 53,10% dan nyeri berat terkontrol

sebanyak 46,90% [9].

Pasien dengan post operasi Sectio Caesarea mendapatkan anestesi

lumbal dengan ketentuan harus bedrest 24 jam tidur dengan bantal posisi

lebih tinggi sehingga perlu diwaspadai adanya perdarahan pervaginam yang

banyak dan pasien belum merasakan adanya perdarahan pervaginam yang

keluar.Perdarahan yang keluar terlalu banyak dan tidak diawasi menyebabkan


20

pasien menjadi shock dan terjadi peningkatan tensi yang pada akhirnya

menyebabkan pasien harus dipindah ke ruang rawat Intensive Care Unit.

Persalinan secara sectio caesareae memiliki nyeri lebih tinggi sekitar

27.3% dibandingkan dengan persalinan secara normal sekitar 9%. Biasanya,

nyeri dirasakan selama beberapa hari. Rasa nyeri akan meningkat pada hari
[10]
pertama setelah operasi . Rasa nyeri yang dirasakan ibu post sectio

caesareae akan menimbulkan berbagai masalah, diantaranya adalah masalah

mobilisasi dini dan laktasi. Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien

menunda melakukan mobilisasi dini dan pemberian ASI sejak awal pada

bayinya, karena rasa tidak nyaman atau peningkatan intensitas nyeri setelah
[11]
operasi . Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan karena nyeri, yaitu

mobilisasi fisik menjadi terbatas, terganggunya bonding attachment,

terbatasnya activity daily living (ADL), Inisiasi Menyusu Dini (IMD) tidak

terpenuhi dengan baik, berkurangnya nutrisi bayi karena ibu masih nyeri

akibat SC, menurunnya kualitas tidur, menjadi stres dan cemas atau ansietas,

dan takut apabila dilakukan pembedahan kembali [21].

Manajemen nyeri terdiri dari terapi farmakologi dan non

farmakologi. Manajemen nyeri seharusnya diberikan pada saat sebelum

pasien masuk ruang kamar operasi,sehingga harapannya setelah keluar dari

kamar operasi pasien bisa memanajemen tingkat nyerinya.Manajemen nyeri

yang berupa terapi farmakologi merupakan kolaborasi antara dokter dan

perawat dengan cara pemberian obat untuk menghilangkan nyeri (analgesik).

Obat-obatan analgetik misalnya, morphine sublimaze, stadol, demerol dan


21

[12]
lain lain . Penanganan nyeri post sectio caesarea sudah berkembang di

masyarakat baik itu terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi

non farmakologi untuk mengatasi nyeri post sectio caesarea antara lain

relaksasi nafas dalam, relaksasi benson, SEFT, stimulasi kutaneus, terapi

musik, aromaterapi dan akupresur [13].

Teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan salah

satunya relaksasi genggam jari. Menggenggam jari disertai dengan menarik

nafas dalam-dalam dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi, karena

genggaman jari akan menghangatkan titik-titik masuk dan keluarnya energi

pada meridian (saluran energi) yang berhubungan dengan organ-organ di


[14]
dalam tubuh yang terletak pada jari tangan . Metode genggam jari disertai

menggunakan minyak aromaterapi merupakan cara yang popular dalam

penggunaannya. Karena bisa bekerja dalam waktu yang sama, dimana minyak

aromaterapi akan menyerap dan masuk melalui pernapasan, ditambah terapi


[15]
genggam jari dari pijat itu sendiri . Hasil penelitian sebelumnya

mengatakan aromaterapi jasmine dan genggam jari dapat menurunkan

kecemasan pada ibu hamil [19] [20].

Penggunaan aromaterapi secara inhalasi dapat merangsang


[16]
pengeluaran endorphin sehingga dapat mengurangi nyeri . Kombinasi dua

metode pada penelitian berharap mendapat hasil yang lebih baik, dari pada

menggunakan satu metode. Jasmine atau melati yang merupakan salah satu

jenis bunga dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengurangi nyeri

persalinan. Selain tanpa efek samping, aroma melati juga merupakan


22

wewangian yang sering dirasakan dan disukai oleh wanita. Di samping itu

aroma melati merupakan terapi nonfarmakologi yang aman dan tidak

membahayakan ibu dan janin [17]. Jasmine yang memiliki kandungan senyawa

utama seperti linalool memiliki manfaat sebagai antidepresan karena efek

jasmine yang akan merangsang hormon serotonin sehingga mendorong energi

dan meningkatkan suasana hati [18].

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April

2021 di RSUD Tugurejo Semarang untuk mengetahui prevalensi post sectio

caesarea di RSUD Tugurejo Semarang pada tahun 2020 terdapat 442 kasus

post sectio caesarea, sedangkan pada Januari sampai dengan bulan Maret

2021 terdapat 84 kasus post sectio caesarea di RSUD Tugurejo Semarang..

Berdasarkan hasil wawancara pada 15 ibu post sectio caesarea 60 % ibu post

sectio caesarea mengalami nyeri sedang setelah 2 jam post operasi. Nyeri

menyebabkan ibu tidak berani bergerak karena takut semakin merasakan

nyeri. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti selama studi

pendahuluan, perawat memberikan intervensi manejemen nyeri sebagai

tindakan keperawatan mandiri dengan mengajarkan relaksasi napas dalam

namun pasien masih merasakan nyeri sedang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “pengaruh kombinasi relaksasi genggam jari dan

aromaterapi jasmine terhadap nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD

Tugurejo Semarang”.
23

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah pada penelitian ini

adalah adakah pengaruh kombinasi relaksasi genggam jari dan aromaterapi

jasmine terhadap nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Tugurejo

Semarang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh kombinasi relaksasi genggam jari dan

aromaterapi jasmine terhadap nyeri post operasi sectio caesarea di

RSUD Tugurejo Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan nyeri ibu post sectio caesarea sebelum dan

sesudah diberikan intervensi pada kelompok perlakuan (relaksasi

genggam jari dan aroma terapi jasmine) dan kelompok kontrol

(relaksasi nafas dalam) di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.

b. Mendeskripsikan perbedaan nyeri ibu post sectio caesarea sebelum

dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan (relaksasi genggam

jari dan aroma terapi jasmine) dan kelompok kontrol (relaksasi nafas

dalam) di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.

c. Menganalisa pengaruh kombinasi relaksasi genggam jari dan

aromaterapi jasmine (kelompok perlakuan) dan relaksasi nafas dalam


24

(kelompok control) terhadap nyeri post operasi sectio caesarea di

RSUD Tugurejo Semarang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Post Operasi Sectio Caesarea

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan sebagai dasar pertimbangan untuk mengurangi nyeri secara

non famakologi pada ibu post sectio caesarea.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi perawat

dalam memberikan edukasi, pelayanan atau intervensi manajemen nyeri

pada ibu post sectio caesarea secara terapi non famakologi.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan

bagi institusi pendidikan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan

ilmu keperawatan yang berkaitan manajemen nyeri pada ibu post sectio

caesarea.
25

E. Originalitas Penelitaian

Tabel 1.1 originalitas penelitian


Peneliti, Judul Metode Hasil Perbedaan
Tahun
Putri 2019 Efektivitas Desain yang Hasil penelitian 1. Penelitian
aromaterapi digunakan didapatkan uji terdahulu
sereh Quasy Wilcoxon pada menggunakan 3
(cymbopogon experiment kelompok kelompok
citratus) dengan eksperimen 1 dari sedangkan
dengan teknik pendekatan 3,17 menjadi 2,11, penelitian ini
relaksasi pre-test dan pada kelompok menggunakan 1
genggam jari post -test eksperimen 2 dari kelompok
terhadap non 3,22 menjadi 2,44, 2. Penetian
penurunan equavalen dan pada kelompok terdahulu pada
nyeri pasca control kontrol dari 3,33 variabel
sectio group menjadi 3,28. aromaterapi
caesarea design kemudian menggunakan
dilanjutkan dengan sereh sedangkan
uji Kruskal walish penelitian ini
didapatkan nilai menggunakan
16,22 nilai p value aromaterapi
0,001 (kurang dari jasmine
0,05)
Saputra, Teknik Penelitian Hasil penelitian ini 1. Penelitian
2019 relaksasi ini menunjukkan rata- terdahulu
genggam jari merupakan rata nyeri sebelum genggam jari
oleh suami quasi intervensi menggunakan jari
berpengaruh eksperimen kelompok kontrol 5 suami sedangkan
terhadap nyeri dengan skala nyeri dan penelitian ini
post operasi pretest- kelompok menggunkan jari
sectio posttest with intervensi 5,5. ibu sendiri
caesarea control Setelah intervensi 2. Penelitian
group skala nyeri pada terdahulu hanya
kelompok kontrol menggunakan
4,1 dan kelompok genggam jari
intervensi 3,4 sedangkan
penelitian ini
genggam jari
dikombinasikan
dengan
aromaterapi
jasmine
Wahyu & Terapi Penelitian Intensitas nyeri Penelitian
Lina 2019 kompres ini pasien post SC terdahulu
hangat dengan merupakan sesudah dilakukan menggunakan
aroma metode kompres hangat kombinasi
jasmine penelitian dengan jasmine aromaterapi
essential pre essential oil yaitu jasmine dengan
oilterhadap eksperimen, 12 Orang (80,0%) kompres hangat
penurunan menggunaka responden sedangkan
intensitas n rancangan mengalami nyeri penelitian ini
nyeri pada one group ringan dengan menggunkan
pasien post pre test -post rentang skala 1-3, kombinasi
26

Peneliti, Judul Metode Hasil Perbedaan


Tahun
sectio test design dan 3 Orang aromaterapi
caesarea (20,0%) responden jasmine dengan
dengan intensitas genggam jari
nyeri sedang
dengan rentang
skala 4-6
27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Sectio Caesarea

a. Definisi

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat


[19]
insisi pada dinding abdomen dan uterus . Menurut Sofian (2012)

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat


[20]
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut . Sectio

caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada


[21]
dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi) .

Dari beberapa pengertian tentang Sectio caesarea diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan

yang tujuannya untuk mengeluarkan janin dengan cara melakukan

sayatan pada dinding abdomen dan dinding uterus.

b. Etiologi

Menurut Amin & Hardi (2013) etiologi Sectio caesareaada dua yaitu

sebagai berikut [22]:

1) Berasal dariibu

Etiologi berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan

letak, primipara tua disertai kelainan letak ada, disporporsi sefalo

pelvik (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan


28

persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, placenta

previa terutama pada primigravida, solutsio placenta tingkat I - II,

komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-eklampsia, atas

permitaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM),

gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan

sebagainya).

2) Berasal dari janin

Fetal distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi

kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

c. Komplikasi

Menurut Oxorn dan Forte (2010), komplikasi yang serius pada

operasiSectio caesaria antara lain [23] :

1) Perdarahan

Perdarahan pada sectio caesaria terjadi karena adanya atonia uteri,

pelebaran insisi uterus, kesulitan mengeluarkan plasenta dan

hematoma ligamentum latum.

2) Infeksi

Infeksi sectio caesareabukan hanya terjadi daerah insisisaja, tetapi

dapat terjadi di daerah lain seperti traktus genetalia, traktus

urinaria, paru-paru dan traktus respiratoriatas.

3) Thromboplebitis
29

4) Cedera, dengan atau tanpa fistula bisa terjadi di traktus urinaria dan

usus.

5) Mengakibatkan obstruksi usus baik mekanis maupun paralitik

d. Indikasi dan Kontraindikasi

Menurut Rasjidi (2009) indikasi dan kontra indikasi dari Sectio

Caesarea sebagai berikut [24]:

1) Indikasi SectioCaesarea

a) Indikasi mutlak Indikasi Ibu : panggul sempit absolut,

kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya

stimulasi, tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan

obstruksi, stenosis serviks atau vagina, placenta previa,

disproporsi sefalo pelvik, ruptur uterimembakat.

b) Indikasi janin : Kelainan letak, gawat janin, prolapsus placenta,

perkembangan bayi yang terhambat, mencegah hipoksia janin,

misalnya karenapreeklampsia.

c) Indikasi relatif : riwayat Sectio Caesarea sebelumnya,

presentasi bokong, distosia, fetal distress, preeklampsia

berat,penyakitkardiovaskuler dan diabetes, ibu dengan HIV positif

sebelum inpartu

d) Indikasi Sosial : wanita yang takut melahirkan berdasarkan

pengalaman sebelumnya, wanita yang ingin Sectio Caesarea

elektif karena takut bayinya mengalami cedera atau asfiksia

selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar


30

panggul, wanita yang takut terjadinya perubahan pada

tubuhnya atau sexuality image setelahmelahirkan.

2) Kontraindikasi Sectio Caesarea

Kontra indikasi dari Sectio Caesarea adalah: janin mati, syok,

anemia berat, kelainan kongenital berat, infeksi piogenik pada

dinding abdomen, minimnya fasilitas operasi sectio caesarea.

e.Dampak

Dampak kesehatan pasca operasi ini cukup berat seperti infeksi,

perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius bahkan


[25]
kematian . Persalinan ini juga membutuhkan waktu penyembuhan

yang lebih lama karena efek pembiusan epidural pada tubuh bagian

bawah. Oleh karena itu, ibu perlu satu-dua hari untuk bisa bangun dan

berjalan dengan normal hal ini dapat mempengaruhi waktu pemberian

ASI selain itu persalinan dengan operasi juga lebih mahal dibandingkan

dengan persalinan normal. Kecenderungan waktu recovery yang lebih

lama membuat sebuah permulaan hubungan lekat antara ibu dan bayi

tidak maksimal. Hal itu bukanlah sebuah awal yang baik untuk

memulai hubungan dengan bayi. Efek anastesi yang menyebabkan ibu

mengantuk dalam waktu yang cukup lama serta rasa sakit pada luka

bekas operasi bisa jadi membuat perhatian ibu lebih diarahkan untuk

pemulihan diri sendiri ketimbang pada bayi mungilnya. Ada juga yang

melaporkan bahwa ASI baru akan keluar setelah tiga atau lima hari

karena adanya keterpisahan antara ibu dan bayi [26].


31

Penelitian sejalan yang dilakukan oleh Desmawati (2013)

mengemukakan bahwa ada hubungan antara rooming in dengan

kecepatan pengeluaran ASI dimana ibu yang melakukan rooming in

kontinyu pengeluaran ASI dapat keluar dalam waktu 23 jam dibanding

intermiten yang 48 jam. Luka bekas operasi juga dapat menyebabkan

ibu tidak leluasa menggendong dan menyusui bayi meskipun rasa

sakitnya berangsur akan hilang, tetapi masih diperlukan obat anti sakit

untuk itu. Ibu juga tidak diperbolehkan mengangkat benda-benda yang

terlalu berat selama periode waktu tertentu. Semakin tinggi nyeri yang

dialami ibu post partum sectio caesarea, semakin lambat pengeluaran

ASI [27].

Bayi yang disusui dengan gerakan menghisap yang berirama

akan merangsang saraf yang terdapat di dalam glandula pituitari

posterior. Rangsang refleks ini akan mengeluarkan oksitosin dari

pituitari posterior yang menyebabkan sel-sel mioepitel di sekitar alveoli

akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh

darah. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya

nyeri pada jahitan bekas operasi [26].

Efek lainnya pada ibu adalah pada proses kelahiran selanjutnya.

Ibu yang pada persalinan pertama melahirkan secara operasi harus

membatasi jumlah kelahiran, yaitu maksimum empat anak dan jarak

antar anak minimum dua tahun. Selain itu melahirkan secara normal

setelah melahirkan secara caesar pada proses persalinan yang pertama


32

dapat berbahaya bagi ibu karena dapat memicu timbulnya kerusakan di

dinding rahim ibu apabila dilakukan sebelum jangka waktu dua tahun
[26]
.

Efek bagi bayi yang lahir dengan operasi cenderung membuat

nafasnya cepat dan tidak teratur, karena bayi tidak mengalami tekanan

kompresi dada saat kelahiran, sehingga cairan dalam paru-parunya

tidak keluar berbeda dengan bayi yang lahir normal. Masalah

pernafasan ini dapat terjadi selama beberapa saat setelah lahir, sehingga

angka APGAR bayi rata-rata rendah, angka APGAR yang rendah juga

dapat disebabkanoleh efek anastesi, kondisi bayi yang stress menjelang

kelahiran, bayi yang tidak distimulasi sebagaimana bayi yang lahir

normal. Sehingga bayi yang lahir lewat operasi membutuhkan

perawatan dan alat bantu pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan

bayi yang lahir normal [28].

Pemberian ASI pada bayiakan terhambat, karena bayi tidak dapat

langsung menyusu sehingga waktu pengeluaran ASI juga dapat

terhambat. Namun, dari segi pertumbuhan dan perkembangan bayi

yang mengalami proses operasi caesar, tidak terlalu banyak berbeda

dengan bayi yang lahir dari persalinan normal. Hal tersebut lebih

banyak ditentukan oleh kondisi bayi selama dalam kandungan. Jika saat

dalam kandungan kondisi bayi sudah baik, kondisinya tidak akan jauh

berbeda pada saat dilahirkan [26].


33

2. Konsep Nyeri

a. Definisi

Nyeri adalah sebuah fenomena multidimensional dan sangat sulit

untuk didefenisikan karena nyeri adalah suatu pengalaman yang sangat


[28].
subjektif dan sangat personal Nyeri adalah sebuah sensasi subjektif

sehingga tidak ada dua orang yang berespon dengan cara yang sama
[29]
. Nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang, yang

keberadaanya diketahui hanya jika orang itu pernah mengalaminya.

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan

potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu

bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana

jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti

emosi, perasaan takut dan mual [30].

b. Teori Nyeri

1) Teori Intensitas (The Intensity Theory)

Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap

rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika

intensitasnya cukup kuat [31].

2) Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) menyatakan

bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme


34

pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana impuls nyeri

dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat

saat sebuah pertahanan ditutup [32].

3) Teori Pola (Pattern theory)

Teori pola diperkenalkan oleh Goldscheider (1989), teori ini

menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori

yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan

akibat dari stimulasi reseptor yang menghasilkan pola dari impuls


[31]
saraf .Teori pola adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar

ganglion dorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. Hal

ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang bagian yang lebih

tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot

berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi

oleh modalitas respon dari reaksi sel T [33].

4) Endogenous Opiat Theory

Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein mengemukakan

bahwa terdapat subtansi seperti opiet yang terjadi selama alami

didalam tubuh, subtansi ini disebut endorphine yang mempengaruhi

transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine

mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai

nyeri. Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmitter

maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan

nyeri [34].
35

c. Klasifikasi Nyeri

1) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

a) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat

dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan

berlangsung untuk waktu yang singkat [32]. Nyeri akut berdurasi

singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa


[35]
pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali .

Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2013) nyeri

dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut

biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cedera

spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada

penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan

penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang

berlangsung beberapa detik hingga enam bulan [36].

b) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah perasaan dan pengalaman emosional

yang tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan

yang aktual dan potensial. atau gambaran adanya kerusakan.

Hal ini dapat timbul secara tiba-tiba atau lambat, intensitasnya


36

dari ringan atau berat. Secara konstan atau hilang timbul, tanpa

prediksi waktu kesembuhan, dan lebih dari 6 bulan [36].

2) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal

a) Nyeri nosiseptif

Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh

aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan


[32]
respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious .

Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya stimulus yang

mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat [32].

b) Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau

abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun

sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

3) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

a) Supervisial atau kutaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus

kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan

berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam


[37]
. Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau

laserasi.

b) Viseral dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi


[37]
organ-organ internal . Nyeri ini bersifat difusi dan dapat
37

menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak

menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala

otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina

pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.

c) Nyeri alih (Referred pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral

karna banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik

nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber


[37]
nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik .

Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang

menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu,

yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

d) Radiasi

Nyeri radiasi merupakan nyeri yang meluas dari tempat

awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Karakteristik nyeri

terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang

kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat

diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang

meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik [37].

d. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan

neurologis yang spesifik dan sering dapat diperkirakan. Reaksi pasien

terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi


38

mencakup umur, sosial budaya, status emosional, pengalaman nyeri

masa lalu, sumber nyeri dan dasar pengetahuan pasien. Kemampuan

untuk mentoleransi nyeri dapat menurun dengan pengulangan episode

nyeri, kelemahan, marah, cemas dan gangguan tidur. Toleransi nyeri

dapat ditingkatkan dengan obat-obatan, alkohol, hipnotis, kehangatan,

distraksi dan praktek spiritual [38].

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri tersebut

antara lain:

1) Pengalaman nyeri masa lalu

Semakin sering individu mengalami nyeri , makin takut

pula individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan

diakibatkan oleh nyeri tersebut. Individu ini mungkin akan lebih

sedikit mentoleransi nyeri akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda

dan sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Individu dengan

pengalaman nyeri berulang dapat mengetahui ketakutan

peningkatan nyeri dan pengobatannva tidak adekuat [39].

2) Kecemasan

Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang

berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien

terhadap nyeri. Secara klinik, kecemasan pasien menyebabkan

menurunnya kadar serotonin. Serotonin merupakan

neurotransmitter yang memiliki andil dalam memodulasi nyeri


39

pada susunan saraf pusat. Hal inilah yang mengakibatkan

peningkatan sensasi nyeri [40].

3) Umur

Umumnya para lansia menganggap nyeri sebagai

komponen alamiah dari proses penuaan dan dapat diabaikan atau

tidak ditangani oleh petugas kesehatan. Di lain pihak, normalnya

kondisi nyeri hebat pada dewasa muda dapat dirasakan sebagai

keluhan ringan pada dewasa tua. Orang dewasa tua mengalami

perubahan neurofisiologi dan mungkin mengalami penurunan

persepsi sensori stimulus serta peningkatan ambang nyeri. Selain

itu, proses penyakit kronis yang lebih umum terjadi pada dewasa

tua seperti penyakit gangguan, kardiovaskuler atau diabetes

mellitus dapat mengganggu transmisi impuls saraf normal [40].

Cara lansia bereaksi terhadap nyeri dapat berbeda dengan

cara bereaksi orang yang lebih muda. Karena individu lansia

mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan rasio lemak tubuh

terhadap massa otot lebih besar dibanding individu berusia lebih

muda, oleh karenanya analgesik dosis kecil mungkin cukup untuk

menghilangkan nyeri pada lansia. Persepsi nyeri pada lansia

mungkin berkurang sebagai akibat dari perubahan patologis

berkaitan dengan beberapa penyakitnya (misalnya diabetes), akan


40

tetapi pada individu lansia yang sehat persepsi nyeri mungkin tidak

berubah [40].

Diperkirakan lebih dari 85% dewasa tua mempunyai

sedikitnya satu masalah kesehatan kronis yang dapat menyebabkan

nyeri. Lansia cenderung mengabaikan lama sebelum

melaporkannya atau mencari perawatan kesehatan karena sebagian

dari mereka menganggap nyeri menjadi bagian dari penuaan

normal. Sebagian lansia lainnya tidak mencari perawatan kesehatan

karena mereka takut nyeri tersebut menandakan penyakit yang

serius. Penilaian tentang nyeri dan ketepatan pengobatan harus

didasarkan pada laporan nyeri pasien dan pereda ketimbang

didasarkan pada usia [39].

4) Jenis kelamin

Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat

keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri.

Berbagai penyakit tertentu ternyata erat hubungannya dengan jenis

kelamin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang hanya

dijumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan

erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berperan

dalam perbedaan jenis kelamin [40].

Di beberapa kebudayaan menyebutkan bahwa anak laki-

laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang

anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.


41

Toleransi nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan

merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa

memperhatikan jenis kelamin. Meskipun penelitian tidak

menemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam

mengekspresikan nyerinya, pengobatan ditemukan lebih sedikit

pada perempuan. Perempuan lebih suka mengkomunikasikan rasa

sakitnya, sedangkan laki-laki menerima analgesik opioid lebih

sering sebagai pengobatan untuk nyeri [39].

5) Sosial budaya

Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang

dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai

kebudayaan lainnya dapat membantu untuk menghindari

mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan dan nilai

budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya

akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien

dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan reaksi perilaku

terhadap nyeri juga efektif dalarn menghilangkan nyeri pasien [39].

6) Nilai agama

Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan

penderitaan sebagai cara untuk membersihkan dosa. Pemahaman

ini membantu individu menghadapi nyeri dan menjadikan sebagai

sumber kekuatan. Pasien dengan kepercayaan ini mungkin


42

menolak analgetik dan metode penyembuhan lainnya, karena akan

mengurangi persembahan mereka [39].

7) Lingkungan dan dukungan orang terdekat

Lingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapat

mempengaruhi nyeri seseorang. Pada beberapa pasien yang

mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga atau

teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, perlindungan.

Walaupun nyeri tetap terasa, tetapi kehadiran orang yang

dicintainya akan dapat meminimalkan rasa kecemasan dan

ketakutan. Apabila keluarga atau teman tidak ada seringkali

membuat nyeri pasien tersebut semakin tertekan. Pada anak-anak

yang mengalami nyeri kehadiran orang tua sangat penting [39].

e. Skala Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat

subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh

dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif

yang paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh

terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan

objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu

sendiri [32].
43

Beberapa skala intensitas nyeri :

1) Skala intensitas nyeri deskriftif sederhana

Gambar 1
Andarmoyo, S. (2013)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

objektif. Pendeskripsian VDS diranking dari ”tidak nyeri” sampai

”nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala

tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru

yang di rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah

ketegori untuk mendeskripsikan nyeri [32].

2) Skala intensitas nyeri numerik

Gambar 2
Andarmoyo, S. (2013)
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal

ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala

paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan

setelah intervensi [32]. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan

meminta klien untuk memilih intensitas nyeri yang di rasakan


44

kemudian dikategorikan menjadi tidak nyeri, nyeri sedang dan nyeri

hebat.

3. Relaksasi Genggam Jari

a. Pengertian

Relaksasi adalah kebebasan fisik dan mental dari stress

dan juga ketegangan individu, karena menjadikan persepsi


[39]
kognitif serta motivasi afektif seseorang berubah . Teknik

relaksasi dapat membuat pasien mampu mengontrol diri

mereka saat merasa nyeri, stress fisik dan ketidaknyamanan

(Potter & Perry, 2012). Menurut Pinandita (2012) Relaksasi

genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi yang sangat

sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang

berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam

tubuh kita (Liana,2008). Teknik genggam jari disebut juga

finger hold (Hill, 2011). Teknik menggenggam jari adalah salah

satu teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu merupakan teknik

akupresur Jepang. Teknik ini adalah suatu seni dengan

menggunakan pernafasan dan sentuhan tangan yang

sederhana untuk membuat energi yang ada didalam tubuh

menjadi seimbang (Sasmito, 2018)..

b. Indikasi
45

Semua klien yang mengalami nyeri ringan (skala 1-3), nyeri

sedang (skala 4-6), berat (7-9) (Sofiyah, 2015).

c. Mekanisme Relaksasi Genggam Jari


46

Tangan merupakan alat sederhana dan ampuh untuk

menyelaraskan dan membawa tubuh menjadi seimbang.

Setiap jari tangan berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu

jari berhubungan dengan perasaan khawatir, jari telunjuk

berhubungan dengan ketakutan, jari tengah berhubungan

dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan

kesedihan, dan jari kelingking berhubungan dengan rendah

diri dan kecil hati. Perasaan yang tidak seimbang, seperti

khawatir, takut, marah, kecemasan, dan kesedihan dapat

menghambat aliran energi yang mengakibatkan rasa nyeri.

Relaksasi genggam jari digunakan untuk memindahkan energi

yang terhambat menjadi lancar [41].

Menurut Pinandita (2012) perlakuan relaksasi genggam

jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut

saraf aferen non nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor

mengakibatkan “pintu gerbang” tertutup sehingga stimulus


[42]
nyeri terhambat atau berkurang . Jenis relaksasi genggam

jari sangat mudah dilakukan oleh siapapun, yang

berhubungan dengan jari – jari tangan dan aliran energi yang

ada dalam tubuh kita, apabila individu mempersepsikan

tentang sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, maka akan

muncul respon relaksasi [39].


47

Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam – dalam

dapat mengurangi bahkan menyembuhkan ketegangan fisik

atau emosi, teknik relaksasi genggam jari ini nantinya akan

dapat menghangatkan titik – titik keluar dan masuknya energi

pada meridian (jalan energi dalam tubuh) yang terletak pada

jari – jari tangan, sehingga nantinya mampu memberikan

sebuah efek rangsangan secara spontan pada saat dilakukan

genggaman, kemudian rangsangan tersebut nantinya akan

mengalir menuju ke otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada

organ tubuh yang mengalami gengguan, sehingga diharapkan

sumbatan di jalur energi menjadi lancar [43].

d. Pelaksanaan Relaksasi Genggam Jari

Menurut Sasmito (2018) prosedur pelaksanaan teknik

relaksasi genggam jari adalah sebagai berikut [44]:

1) Jelaskan pada pasien tentang tindakan dan tujuan dari

tindakan yang dilakukan serta menanyakan kesediaannya.

2) Posisikan pasien pada posisi berbaring, serta anjurkan

pasien untuk mengatur nafas dan merilekskan semua otot.

3) Perawat duduk di samping pasien, relaksasi dimulai dengan

menggenggam ibu jari pasien dengan tekanan lembut,

genggam sampai nadi pasien terasa berdenyut.

4) Anjurkan pasien untuk mengatur pola nafas dengan

hitungan teratur.
48

5) Genggam ibu jari kurang lebih selama 3-5 menit dengan

tambahan nafas dalam, kemudian lanjutkan ke jari – jari

yang lain satu persatu dengan durasi yang sama.

6) Setelah kurang lebih 15 menit, lakukan relaksasi genggam

jari ke jari tangan yang lain.

7) Setelah selesai, tanyakan bagaimana respon pasien

terhadap nyeri yang dirasakan

8) Rapikan pasien dan tempat tidur kembali.

Gambar 2.1 Teknik finger hold relaxation [45]

4. Aromaterapi Jasmine

a. Pengertian
49

Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum

atau wangi dan therapy yang dapat diartikan sebagai

pengobatan atau penyembuhan, sehingga aromaterapi dapat

diartikan sebagai suatu cara perawatan tubuh dan atau

penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial


[46]
(Essential Oil atau EO) . Menurut Lua dan Zakaria (2012),

aromaterapi mengarah kepada penggunaan terapeutik

substansi wewangian untuk meningkatkan Efek aromaterapi

inhaler (aromastik) terhadap kecemasan, mual, dan gangguan

tidur [47]. 47% dari pasien mual mengatakan mual teratasi dan

55% dari pasien yang mengalami gangguan tidur mengalami

peningkatan kualitas tidur [48].

5. Teknik Pemberian

Menurut Mayden (2012), aromaterapi dapat diaplikasikan dalam

beberapa metode, antara lain [49] :

a. Topikal: Metode ini biasanya diaplikasikan dalam bentuk pijat, salep,

emulsi, dan gel.

b. Inhalasi: metode yang biasanya digunakan meliputi diffuser, lampu

aroma, semprot ruangan, uap, atau inhalasi langsung dari minyak

esensial.

c. Mandi: pencampuran EO dengan garam laut, garam Epsom, atau

minyak yang dapat digunakan untuk mandi atau berendam.


50

d. Kompres: pengenceran EO dan diaplikasikan ke kain bersih atau kain

flannel dalam keadaan dingin atau panas dan biasanya pengompresan

dilakukan selama 1 – 3 jam.

Sedangkan menurut Buckle (2014), aplikasi aromaterapi melalui

inhalasi dapat secara langsung atau direct (untuk satu pasien) atau

tidak langsung atau indirect (untuk ruangan). Pada penelitian ini

peneliti menggunakan inhalasi [50].

1) Direct inhalation (no steam)

Penggunaan aromaterapi tanpa uap (steam) yaitu dengan

menggunakan beberapa cara di bawah ini.

a. Aromasticks: dengan cara meneteskan 15 – 20 tetes EO ke

dalam wick (sumbu) dan masukkan wick ke dalam inhaler.

b. Aromapatches: dengan cara menggunakan patch yang dapat

berisi 1 jenis EO atau campuran yang diaplikasikan ke kulit

pasien.

c. Bola kapas (cotton ball): dengan cara menambahkan 1 – 5

tetes EO pada bola kapas dan menghirupnya selama 5 – 10

menit kemudian diulangi sesuai kebutuhan.

2) Direct inhalation with steam

Penggunaan aromaterapi dengan cara menambahkan 1 – 5

tetes EO ke dalam wadah steaming air kemudian meletakkan

handuk di atas kepala pasien dan memintanya untuk menghirup

selama 10 menit.
51

3) Indirect Inhalation

Aplikasi aromaterapi dalam bentuk room fresheners,

burners, fans, humidifier, diffuser, nebulizer, spritzer sprays,

aromastones. Melalui inhalasi, molekul-molekul volatile EO yang

melewati reseptor olfaktori di hidung mengenali karakteristik

molekuler tersebut dan mengirimkan sinyal ke otak melalui saraf

olfaktori. Selain itu, beberapa unsur pokok dari molekul tersebut

masuk ke dalam aliran darah melalui paru-paru dan berpengaruh

secara langsung terhadap saraf-saraf di otak setelah melewati

barier darah di otak [51].

Pada penelitian ini peneliti menggunakan inhalasi dengan

menggunakan bola kapas sebanyak 3 tetes

6. Relaksasi Napas Dalam


a. Pengertian

Relaksasi adalah teknik untuk mengurangi ketegangan nyeri

dengan merelaksasikan otot. Beberapa penelitin menyatakan bahwa teknik

relaksasi efektif dalam menurunkan skala nyeri pasca operasi[59]. Relaksasi

merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress [60].

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.


52

Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri,

meningkatkan ventilisasi paru, menurunkan kecemasan dan meningkatkan

oksigenisasi darah [61].

b. Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi

alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, mengurangi

stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas

nyeri dan menurunkan kecemasan [61].

c. Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi yang baik dan benar dapat memberi efek bagi

tubuh, yaitu : penurunan nadi, tekanan darah dan pernafasan

(hiperventilasi), penurunan ketegangan otot, penurunan konsumsi oksigen,

penurunan kecepatan metabolisme, peningkatan kesadaran global,

perasaan damai dan tenang, tidak ada perubahan posisi yang volunter, dan
[62]
periode kewaspadaan yang santai, terjaga dan dalam . Menurut Potter &

Perry (2009) menjelaskan efek relaksasi nafas dalam antara lain terjadinya

penurunan nadi, penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan

metabolisme, peningkatan kesadaran global, perasaan damai dan sejahtera

dan periode kewaspadaan yang santai[60].

d. Posisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Ada beberapa posisi relaksasi nafas dalam yang dapat dilakukan menurut

Smeltzer & Bare (2010), yaitu [61]:

1) Posisi relaksasi dengan telentang


53

Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki meregang

lurus kearah luar, letakkan lengan pada sisi tanpa menyentuh sisi

tubuh, pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang dan

gunakan bantal tipis dan kecil di bawah kepala.

2) Posisi relaksasi dengan berbaring miring

Berbaring miring, kedua lutu ditekuk, di bawah kepala diberi bantal

dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agak perut tidak

menggantung.

3) Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring terlentang

Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua

lengan disamping telinga.

4) Posisi relaksasi dengan duduk

Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi, letakkan kaki

datar pada lantai, letakkan kaki terpisah satu sama lain; gantungkan

lengan pada sisi atau letakkan lengan pada kursi dan pertahankan

kepala sejajar dengan tulang belakang.

e. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah

pernafasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma

selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas

sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Berikut langkah-

langkah teknik relaksasi nafas dalam menurut Smeltzer & Bare (2010):

1) Ciptakan lingkungan yang tenang


54

2) Usahakan tetap rileks dan tenang,

3) Atur pasien pada posisi yang nyaman, dalam hal ini posisi yang sering

diberikan adalah posisi duduk atau semifowler

4) Minta pasien untuk menempatkan tangannya ke bagian dada dan perut

5) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3,

6) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstremitas atas dan bawah rileks,

7) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali,

8) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut,

9) Lakukan latihan nafas dalam hingga 3 kali

Supaya relaksasi dapat dilakukan dengan efektif, maka diperlukan

partisipasi individu dan kerja sama. Teknik relaksasi diajarkan hanya saat

klien sedang tidak merasakan rasa tidak nyaman yang akut hal ini
55

B. Kerangka Teori

Dampak SC Managemen
Indikasi sectio nyeri untuk menurunkan
1. Recover
caesarea Sectio skala nyeri
y lama
a) Ber caesarea
asal dari ibu 2. Luka
bekas operasi Farmakologi: obat
b) Ber
nyeri analgesik seperti morpin,
asal dari janin meperidin, amitriptilin
3. ASI
terlambat
keluar
Non Farmakologi :

a. Relaksasi Nafas
Dalam

b. Distraksi

c. Biofeedback

d.
1) Massage
Aromaterapi
Jasmine
2) Relaksasi
genggam jari

Menstimulasi keluarnya
hormone endorphin

Keterangan :

: Tidak diteliti Skala nyeri


menurun
: Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori


(Price dan Wilson, 2012; Zahara, 2013)
56

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Kombinasi Relaksasi
Genggam Jari Dan
Aromaterapi
Jasmine
Nyeri pada ibu Post
Sectio Caesarea Pre
Intervensi

Relaksasi Nafas
Dalam

D. Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini yaitu

Ha : ada perbedaan nyeri pada kombinasi relaksasi genggam jari dan

aromaterapi jasmine (kelompok perlakuan) terhadap nyeri post operasi sectio

caesarea di RSUD Tugurejo Semarang

H0 : tidak ada perbedaan nyeri post Sectio Caesarea pada kombinasi

relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine (kelompok perlakuan) di

RSUD Tugurejo Semarang


57

Ha : ada perbedaan nyeri post Sectio Caesarea sebelum dan sesudah

diberikan intervensi Relaksasi Nafas Dalam (pada kelompok kontrol) di

RSUD Tugurejo Semarang

H0 : : tidak ada perbedaan nyeri post Sectio Caesarea sebelum dan

sesudah diberikan intervensi Relaksasi Nafas Dalam (kelompok kontrol) di

RSUD Tugurejo Semarang

Ha : ada pengaruh setelah diberikan intervensi kombinasi relaksasi

genggam jari dan aromaterapi jasmine (kelompok perlakuan) dan relaksasi

nafas dalam (kelompok kontrol) terhadap nyeri post operasi sectio caesarea

di RSUD Tugurejo Semarang

H0 : tidak ada pengaruh setelah diberikan intervensi kombinasi relaksasi

genggam jari dan aromaterapi jasmine (kelompok perlakuan) dan relaksasi

nafas dalam (kelompok kontrol) terhadap nyeri post operasi sectio caesarea

di RSUD Tugurejo Semarang


58
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, desain quasi experiment

adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

subyek dengan atau tanpa kelompok pembanding namun tidak dilakukan

randomisasi untuk memasukkan subyek ke dalam kelompok perlakuan atau


[52]
kontrol . Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan

pre test and post test nonequivalent control group. Kelompok perlakuan

adalah kelompok responden yang diberi terapi relaksasi genggam jari dan

aroma terapi jasmine. Kelompok kontrol adalah kelompok responden yang

diberi terapi relaksasi nafas dalam[52]. Menurut Dharma (2011), pre test and

post test nonequivalent control group dapat dilihat sebagai berikut [52].:

2
Desain penelitian yang dilakukan adalah design quasy exsperiment

KelompokKk Kelompok Kontrol


Perlakuan (Relaksasi Napas
(Relaksasi Genggam Dalam)
Jari dan Aromaterapi
Jasmine)

Pre Test
Nyeri Post Operasi Sectio
Caesarea

Intervensi Kelompok Perlakuan Intervensi Kelompok Kontrol


-Hari ke 2 Pasien Post Operasi Sectio -Hari ke 2 Pasien Post Operasi Sectio
Caesarea -> pasien aff infus diberikan Caesarea -> pasien aff infus diberikan
kombinasi relaksasi aroma terapi dan relaksasi nafas dalam dua kali sehari
genggam jari dua kali sehari pada pada pagi dan sore hari
pagi dan sore hari -Hari ke 3 Post Sectio Caesarea pasien
-Hari ke 3 Post Sectio Caesarea pasien diberikan relaksasi nafas dalam sehari
diberikan relaksasi aroma terapi dan dua kali pada pagi dan sore hari
genggam jari sehari dua kali pada pagi
dan sore hari

Post Test
Nyeri Post Operasi Sectio
Caesarea

Bagan 1 Desain Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021


C. Definisi Operasional

Tabel. 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala
Ukur
Variabel
independen
Kelompok Pemberian relaksasi genggan SOP
Perlakuan jari dengan menggenggam
(Kombinasi jari pasien satu persatu
relaksasi selama 2 menit dimulai dari
genggam jari ibu jari hingga keseluruhan
dan jari dengan jangka waktu
aromaterapi yang sama dilakukan pada
jasmine ) ibu post SC 6 jam setelah
pemberian injeksi analgetik
yang terakhir sesuai dengan
advis dokter dikombinasikan
dengan aromaterapi minyak
esensial jasmine dituang
dikapas di letakkan dibawah
hidung dengan dengan jarak
2 cm secara bersamaan yang
diberikan sekali selama 15
menit dilakukan sehari dua
kali pada pagi dan sore hari
pada pasien Post Op Sectio
Caesarea hari kedua dan
ketiga

Kelompok Pada Kelompok Kontrol SOP


Kontrol diberikan tekhnik relaksasi
(relakasasi nafas dalam sehari dua kali
nafas dalam) pada pagi dan sore hari
selama dua hari yaitu post
op section caesarea hari
kedua dan ketiga setelah 6
jam pemberian injeksi
analgetik yang terakhir
Variabel
Dependen
Nyeri post Rasa ketidaknyamanan yang Mengguna Skala Rasio
operasi timbul akibat pembedahan kan nyeri 0-
sectio operasi sectio caesarea hari kuesioner 10
caesarea ke 1 Numerical (semakin
Rating tinggi
Scale nilai
(NRS) maka
nyeri
semakin
berat)

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh


[53]
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya . Populasi

dalam penelitian ini adalah semua ibu post operasi sectio caesarea di

RSUD Tugurejo Semarang. Jumlah ibu post operasi sectio caesarea yang

mengalami nyeri sedang sampai dengan berat di dapatkan data bulan

September 2021 sebanyak 32 orang .

2. Sampel

Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
[54]
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada . Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini dilaksanakan dengan metode

purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan

sampel berdasarkan pada kriteria tertentu yang sebelumnya ditentukan


[54]
oleh peneliti . Responden pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang

ditemui saat dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi

sebagai berikut:

a. Pasien keluhan minimal nyeri sedang

b. Bersedia menjadi subjek penelitian

c. Ibu primigravida (melahirkan untuk pertama kalinya)

d. Pasien post operasi hari kedua (pasien post operasi hari kedua > 6

jam setelah pemberian injeksi analgetik yang terakhir)

2. Kriteria eksklusi

Kriteria dimana subyek penelitian tidak layak dijadikan sampel karena

tidak memenuhi syarat sampel penelitian, yaitu:

a. Tidak dapat berkomunikasi

b. Menderita penyakit jantung dan diabetes mellitus agar tidak

menjadi faktor perancu dalam menurunkan nyeri.

c. Pasien memiliki penyakit lain

d. Terdapat lupa terbuka pada tangan (amputasi jari, vulnus pada

jari)

e. Mengalami gangguan penghidu (ISPA)

3. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

rumus Slovin dalam Nursalam (2011) yaitu:

Keterangan :

N : Besar populasi
n : Besar sampel

d : Derajat kepercayaan (5%)

=29,62 Dibulatkan menjadi 30 orang.

Jadi perhitungan diatas didapatkan hasil 29,62 dan dibulatkan menjadi

30 orang. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, untuk 15 kelompok

eksperimen dan 15 kelompok kontrol.

E. Instrumen Penelitian

1. Alat Penelitian

a. Kombinasi relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine

Menggunakan Standard Operating Procedure (SOP)digunakan

untuk melakukan tahap-tahap pemberian kombinasi relaksasi

genggam jari dan aromaterapi jasmine yang terdiri dari fase orentasi,

fase kerja dan terminasi

b. Kuesioner (Skala nyeri NRS)

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner skala

nyeri Numerical Rating Scale (NRS). Alat ukur inimengunakan warna

tertentu dan kode untuk mempermudah pemahaman pasien. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

pertanyaan yang akan diajukan kepada responden. Pertanyaan tersebut

mengenai tingkat nyeri yang dirasakan oleh responden. Pasien hanya


memilih skala intensitas nyeri yang dirasakan sesuai dengan rentang

skala nyeri 0-10 berikut:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 3.1 skala nyeri NRS

Intensitas skala nyeri dikategorikan sebagai berikut:

1. 0 =tidak nyeri (hijau), tidak ada keluhan nyeri.

2. 1-3 =nyeri ringan (kuning), ada rasa nyeri, mulai terasa dan

masih dapat ditahan.

3. 4-6 =nyeri sedang (orange), ada rasa nyeri, terasa

mengganggu dengan usaha yang cukup untuk

menahannya.

4. 7-10 = nyeri berat (merah), ada nyeri, terasa sangat

mengganggu / tidak tertahankan sehingga harus

meringis, menjerit bahkan berteriak.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Apabila instrumen data sudah ada yang standar, maka bisa digunakan
[55]
oleh peneliti . Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas

karena peneliti menggunakan alat ukur NRS yang telah dilakukan uji

validitas dan reliabilitas sebelumnya.Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Widyanto (2012), penelitian ini membandingkan empat skala

nyeri yaitu NRS, Face Pain Scale Revised (FPS-R), VRS, dan VAS pada

klien pasca bedah menunjukkan bahwa keempat skala nyeri menunjukkan

validitas dan reliabilitas yang baik. Pada uji validitasnya skala nyeri NRS

menunjukkan r= 0,90 dan menunjukkan reliabilitas lebih dari 0,95 [56].


F. Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini melalui

beberapa tahap yaitu sebagai :

1. Persiapan

a. Pengajuan pengusulan proposal penelitian ke Prodi Sarjana

Keperawatan Universitas Karya Husada Semarang

b. Proposal disetujui oleh pembimbing I dan II

c. Prosedur administrasi

Pada saat prosedur administrasi, peneliti mengurus surat studi

pendahuluan penelitian di Prodi Sarjana Keperawatan Universitas

Karya Husada Semarang untuk dilanjutkan ke RSUD Telogorejo

untuk memperoleh ijin studi pendahuluan.

d. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan wawancara dan

observasi, serta mengumpulkan data awal seperti jumlah pasien

e. Peneliti melakukan sidang proposal pada dosen pembimbing dan

dosen pendamping serta melakukan revisi proposal sampai dengan

mendapatkan tanda tangan acc.

2. Pelaksanaan

a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian kepada

pasien.

b. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta

kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian.

c. Peneliti memberikan lembar persetujuan (informed concent) bagi

responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.


d. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan mengisi data

karakteristik responden.

e. Responden yang digunakan peneliti tidak dilakukan secara

randomisasi/acak, responden yang ditemui peneliti memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi dijadikan sebagai responden. Responden

dibagi menjadi 2 yaitu 15 responden kelompok eksperimen dan 21

responden kelompok kontrol

1) Kelompok kontrol merupakan ibu SC pada bulan I (Pertama),

ibu post SC > 6 jam setelah 2 jam diberikan analgesik sebelum

nya responden dilakukan penilaian nyeri menggunakan skala

NRS (pre test) selanjutnya peneliti akan memberikan

penanganan nyeri sesuai standar rumah sakit seperti yaitu

relaksasi napas dalam. Setelah 15 menit peneliti melakukan

kembali penilaian nyeri menggunakan skala NRS (post test).

2) Kelompok eksperimen merupakan responden yang melakukan

SC pada bulan kedua sebelum nya responden dilakukan

penilaian nyeri menggunakan skala NRS (pre test) selanjutnya

peneliti akan memberikan penanganan nyeri dengan kombinasi

relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine sekali dalam

durasi 15 menit setiap 1 jam selama 3 jam. Kemudian peneliti

melakukan kembali penilaian nyeri menggunakan skala NRS

(post test).

E. Peneliti mengucapkan terimakasih

F. Lembar observasi diisi oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya

kemudian dilakukan analisis.


G. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam

penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar.

Menurut Hidayat (2014) kegiatan dalam proses pengolahan data adalah [54]

1. Memeriksa data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Menyusun data (Entri data)

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master table atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontingensi.

3. Scoring

Scoring adalah memberikan evaluasi terhadap kelayakan subyek tes

dalam bentuk nilai.

4. Memberi kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori

5. Tabulasi (tabulating)

Tabulasi dilakukan dengan menyusun dan menghitung data hasil

pengkodean, kemudian dibuat table agar mudah terbaca.

6. Cleaning
Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah dientri

apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut kemungkinan

terjadi pada saat kita mengentri data ke komputer.

7. Analisa (Analiting)

Data yang telah dikumpul pada saat penelitian kemudian dilakukan

analisis univariat dan bivariat.

H. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel

dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian

data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam

bentuk tabulasi, minimum, maksimum, dan mean dengan cara

memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif

untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing

variabel [57].

Analisis univariat dalam penelitian ini adalah data karakteristik

pasien meliputi usia serta nyeri sebelum dan sesudah. Data berbentuk

numeric seperti skala nyeri, usia ditampilkan dengan mean, median,

standar deviasi, nilai min dan max.

2. Analisis Bivariat

Analisis data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari


[57]
dua variabel . Analisis ini digunakan untuk menguji adanya

pengaruh kombinasi relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine


terhadap nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Tugurejo

Semarang. Sebelum dilakukan pengujian hipotesa dilakukan

pengujian normalitas data. Uji normalitas digunakan untuk data

parametrik skala rasio. Data diuji normalitas menggunakan Shapiro-

Wilk karena penelitian mempunyai jumlah sampel yang kecil yaitu ≤

50 responden yang bertujuan mengetahui distribusi data dalam


[58]
variabel yang akan digunakan dalam penelitian . Hasil normalitas

data berpasangan jika Uji Paired t-test digunakan apabila data

terdistribusi normal dan apabila tidak berdistribusi normal atau tidak

homogen maka menggunakan Wilcoxon untuk mengetahui nyeri

sedangkan data tidak berpasangan uji independent t test digunakan

apabila data terdistribusi normal dan apabila tidak berdistribusi normal

atau tidak homogen maka menggunakan Man whitney digunakan

untuk untuk mengetahui perbedaan antara kelompok perlakuan dan


[58]
kelompok kontrol . Tingkat kepercayaan dan tingkat signifikasi (a)

5% (0,05) dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika hasil penelitian didapatkan P value> α (0,05) maka Ho

diterima & Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh kombinasi

relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine terhadap nyeri post

operasi sectio caesarea di RSUD Tugurejo Semarang. Jika hasil

penelitian didapatkan P value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak & Ha

diterima yang berarti ada pengaruh kombinasi relaksasi genggam jari

dan aromaterapi jasmine terhadap nyeri post operasi sectio caesarea

di RSUD Tugurejo Semarang.


I. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus


[54]
diperhatikan . Setiap penelitian yang menggunakan obyek manusia tidak

boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi,

kemudian kuesioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan

pada masalah etika penelitian untuk penelitian ini menekankan pada

masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent (Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

consent tersebut diberikan dengan memberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Peneliti menjelaskan tujuan peneliti kepada calon responden.

Calon responden bersedia menjadi responden maka dipersilahkkan

menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden.

2. Right to justice

Peneliti tidak memberikan atau mecantumkan nama responden pada

lembar observasi dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data dengan menggunakan kode P diikuti dengan urutan responden yang

sudah didapatkan oleh penelti. Kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian seperti usia dan

skala nyeri.
3. Right to full disclosure

Peneliti memberikan hak untuk responden dan mendapatkan jaminan dari

perlakuan yang diberikan, Peneliti memberikan penjelasan secara rinci

serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset yaitu usia dan skala nyeri yang akan dipaparkan saat sidang hasil

dan naskah publikasi

5. Beneficience

Peneliti memberikan kombinasi relaksasi genggam jari dan aromaterapi

jasmine dengan aman sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya,

dengan tidak timbulnya bahaya/cedera fisik dan psikologis pada

responden.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Statistics Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Ibu dan Anak. Badan Pusat
Statistik, 272.

[2]. Muliani R, Rumhaeni A, Nurlaelasari D.(2020). Pengaruh Foot Massage


Terhadap Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Sectio Caesarea. JNC.3(2)

[3]. Sumaryati, S., Widodo, G. G., & Purwaningsih, H. (2018). Hubungan


Mobilisasi Dini dengan Tingkat Kemandirian Pasien Post Sectio Caecarea di
Bangsal Mawar RSUD Temanggung. Indonesian Journal of Nursing
Reasearch, 1(1), 20–28.
http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/ijnr/article/view/8

[4]. Suwanrath et al.(2021). Why do pregnant women prefer cesarean birth? A


qualitative study in a tertiary care center in Southern Thailand. BMC
Pregnancy and Childbirth.22(23)

[5]. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id

[6]. Arina dkk.(2020). Hubungan Status Gizi Dengan Lama Penyembuhan Luka
Post Sectio Cesarea. Jurnal Doppler.4(2)

[7]. Amran, A., Widianingsih, W., & Anwar, S. (2019). Pengaruh Pelatihan
Manajemen Nyeri terhadap Peningkatan Kompetensi Perawat. Jurnal
Keperawatan Silampari, 2(2), 87–102. https://doi.org/10.31539/jks.v2i2.504

[8]. Solehati T, Rustina Y. (2013). The Effect of Benson Relaxation on Reduction


of Pain Level Among Post Caesarean

[9]. Subandi E.(2017). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Tingkat Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Melati Rsud Gunung Jati Kota
Cirebon Tahun 2017. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia.2(5)

[10]. Agustin dkk. (2012). Gambaran Tingkat Cemas, Mobilisasi, Dan Nyeri
Pada Ibu Post Operasi Sectio Sesarea Di Rsud Dr. Slamet Garut. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis
Kesehatan dan Farmasi.20(2)

[11]. Putri, D. (2015). Pengaruh Kompres Panas terhadap Penurunan Skala


Nyeri pada Ibu Primipara Post Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan Stikes
Prima Nusantara Bukittinggi, 6(2), 25-30
[12]. Fransiska A.(2018).Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Dukungan Suami
Dengan Kejadian Unmet Need Keluarga Berencana Di Kelurahan Gurun
Laweh Kecamatan Nanggalo. Diploma thesis, Universitas Andalas

[13]. Abasi M. (2015). A comparative study on the concept of convulsion in


traditional Iranian medicine and classic medicine. Aviceruia Journal of
Phytomedicine. 5 (1)

[14]. Tuswati, Purnawan I, Anggraeni M.(2019). The Effect of Acupressure at


Lr 3 And Sp 6 Point on The Pain Scale Among Post Sectio Caesarea Patient
at Regional Public Hospital of Banyumas. Journal of Bionursing.1(1)

[15]. Pinandita, I., Purwanti, E., & Utoyo, B. (2012). Pengaruh Teknik
Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Laparatomi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,8(1)

[16]. Asiyah, Nor & Atun, Wigati. (2015). Minyak aromaterapi lavender
sebagai media

peningkatan produksi ASI. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen.6(2)


[17]. Prasetyanto, Afif Gilang (2018) Pengaruh Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Kecemasan Ibu Hamil Trimester III. Skripsi thesis, Universitas
Jenderal Soedirman

[18]. Sharifipour F., Baigi S.S., and Mirmohammadali M. (2015). The aromatic
effect of citrus arantium on pain and vital signs after cesarean section.
International Journal of Biology, Pharmacy, and Allied Sciencies. 4 (7):
5063-5072

[19]. Wahyu H & Lina L.(2019). Terapi Kompres Hangat Dengan Aroma
Jasmine Essential Oil Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Sectio Caesarea. Journal of Telenursing (JOTING).1(2)
Lampiran 1

FORMAT PENGUMPULAN DATA


Judul: Pengaruh kombinasi relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine
terhadap nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Tugurejo Semarang
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda (√) pada jawaban yang dipilih.
Data Demografi :
1. Inisial Responden :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin :
Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan :
Tidak Sekolah Tamat SD
Tamat SLTP Tamat SLTA
Tamat Perguruan Tinggi
NUMERICAL RATING SCALE (NRS)
No. Responden:
(di isi oleh peneliti):
SKALA NYERI SEBELUM INTERVENSI DILAKUKAN
Petunjuk :
Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah responden menunjukkan angka berapa
nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik ( 0-10) yaitu :

0 = Tidak nyeri 4-6 = Nyeri sedang


1-3 = Nyeri ringan 7-10 = Nyeri berat
Tanyakan kepada responden pada angka berapa nyeri yang dirasakannya dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai untuk menggambarkan nyeri yang
dirasakan oleh responden sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda
( X ) pada skala yang telah disediakan
Sebelum dilakukan tindakan (intervensi)

SKALA NYERI SESUDAH INTERVENSI DILAKUKAN


Petunjuk:
Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah responden menunjukkan angka berapa
nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik ( 0-10) yaitu :

0 = Tidak nyeri 4-6 = Nyeri sedang


1-3 = Nyeri ringan 7-10 = Nyeri berat
Tanyakan kepada responden pada angka berapa nyeri yang dirasakannya dengan
menunjukkan posisi garis yang sesuai untuk menggambarkan nyeri yang
dirasakan oleh responden sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda
( X ) pada skala yang telah disediakan
Sesudah dilakukan tindakan (intervensi)
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang
Nama: Triana Dewi Utaminingsih
NIM : 2007028
Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
kombinasi relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine terhadap nyeri
post operasi sectio caesarea di RSUD Tugurejo Semarang”. Penelitian ini
dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada
Semarang.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, saya mohon bantuan dari bapak / ibu
untuk bersedia menjadi responden penelitian saya.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan bapak / ibu saya
ucapkan terimakasih.

Hormat Saya
( Triana Dewi Utaminingsih )
LEMBAR OBSERVSI

Kelompok Perlakuan

No Pre Test Hari ke 2 post operasi Hari ke 3 post operasi


Responden Sectio Caesarea Sectio Caesarea
Post Test Post Test Post Test Post Test
1. pagi 2. sore 3. Pagi 4. Sore
1.
2.
3.
Dst…

Kelompok Kontrol

No Pre Test Hari ke 2 post operasi Hari ke 3 post operasi


Responden Sectio Caesarea Sectio Caesarea
Post Test Post Test Post Test Post Test
1. pagi 2. sore 3. Pagi 4. Sore
1.
2.
3.
Dst…
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Nama:
Umur:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyetujui menjadi responden
dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang yang
bernama Triana Dewi Utaminingsih dengan judul penelitian “Pengaruh
kombinasi relaksasi genggam jari dan aromaterapi jasmine terhadap nyeri
post operasi sectio caesarea di RSUD Tugurejo Semarang”. Penelitian ini
dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada
Semarang
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa
ada paksaan dari pihak lain.

Semarang, ……………….2021
Responden

( )
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
RELAKSASI GENGGAM JARI
No ASPEK
1 Fase Orientasi
a. Memberi salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur
e. Menjaga privasi klien
f. Mencuci tangan
2 Fase Kerja
a. Posisikan pasien pada posisi berbaring, serta anjurkan pasien untuk
mengatur nafas dan merilekskan semua otot.
b. Perawat duduk di samping pasien, relaksasi dimulai dengan
menggenggam ibu jari pasien dengan tekanan lembut, genggam
sampai nadi pasien terasa berdenyut.
c. Anjurkan pasien untuk mengatur pola nafas dengan hitungan
teratur.
d. Genggam ibu jari kurang lebih selama 3-5 menit dengan tambahan
nafas dalam, kemudian lanjutkan ke jari – jari yang lain satu
persatu dengan durasi yang sama.
e. Setelah kurang lebih 15 menit, lakukan relaksasi genggam jari ke
jari tangan yang lain.
3 Fase Terminasi
a. Membereskan alat dan mengevaluasi tindakan
b. Mencuci tangan
c. Berpamitan
Sumber : Sasmito (2018)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


AROMATERAPI JASMINE
NO. ASPEK
A Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam dan menanyakan nama klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Menyiapakan alat dan bahan (aromaterapi jasmine, spuit 3cc dan kapas)
5. Mencuci tangan
B. Fase Kerja
1. Menjaga privasi
2. Menganjurkan klien untuk selalu rileks
3. Memastikan bahwa dalam tindakan pada klien dengan melakukan
pemeriksaan untuk memastikan tidak adanya kontra indikasi seperti
sumbatan jalan nafas
4. Aromaterapi jasmine sebanyak 1ml didalam kapas diletakkan dibawah hidung
dengan jarak 2 cm selama 5 menit
5. Meminta pasien untuk tarik nafas dalam melalui hidung dikeluarkan lewat mulut.
6. Merapikan alat
7. Mencuci tangan
C. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan

Sumber : Sitepu (2021)

Anda mungkin juga menyukai