A. Analisa Univariat
jumlah di rawat di rumah sakit, patensi jalan nafas atau pengeluaran sputum
pada pasien PPOK sebelum dan sesudah pemberian batuk efektif dan
1. Usia Responden
49
50
2. Pendidikan
3. Jenis Kelamin
Saudara - - - -
Bukan Keluarga Inti - - - -
Total 18 100 % 18 100%
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa mayoritas hubungan dengan
5. Pekerjaan
6. Agama
responden (100%)
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi jumlah di rawat di rumah sakit dalam satu
tahun (n=36)
Kategori Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Jumlah dirawat
Frekuensi % Frekuensi %
di RS
1-3 x setahun 16 88,9 15 83,3
>4 x setahun 2 11,1 3 16,7
Total 18 100 % 18 100%
Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa mayoritas jumlah dirawat di
rumah sakit responden pada kelompok kontrol adalah 1-3x dalam setahun
B. Analisa Bivariat
value 0,000 (p value < 0,05), maka Ho di tolak berarti ada pengaruh
kelompok kontrol dengan nilai p value 0,001 (p value < 0,05), maka Ho di
0,000 (p value < 0,05), maka Ho di tolak berarti ada perbedaan antara
1.2 Pembahasan
eksperimen diberikan nebulizer dan batuk efektif dan kelompok kontrol yang
diberikan batuk efektif semua jalan nafas pasien tidak paten. Hal ini
mengatakan pasien PPOK akan mengalami sesak nafas yang dapat dilihat dari
pasien PPOK akan mengalami suara nafas tambahan yaitu ronchi disebabkan
PPOK merupakan suatu penyakit paru kronis yang dapat dicegah dan
diobati, yang ditandai dengan hambatan aliran udara yang bersifat tidak
dengan respon inflamasi paru terhadap partikel gas yang berbahaya (Wisman
dkk, 2015). Faktor risiko terjadinya PPOK yaitu usia, jenis kelamin,
udara, dan faktor genetik. PPOK lebih sering pada yang masih aktif merokok
dan bekas perokok dan meningkat dengan banyak jumlah rokok yang
Usia pasien PPOK pada penelitian ini mayoritas kategori usia lansia
akhir, Sejalan dengan hasil penelitian Fadhil, Irvan & Erly (2016)
tahun keatas sebanyak 11 pasien (55%). Faktor risiko untuk terkena PPOK
usia di atas 50 tahun akan mengalami penurunan daya tahan. Penurunan ini
terjadi karena pada organ paru, jantung dan pembuluh darah mulai menurun
fungsinya (Firdausi, 2014). Selain itu jenis kelamin juga berpengaruh pada
prevalensi PPOK sesuai dengan hasil penelitian ini mayoritas responden laki-
laki. Sejalan dengan hasil penelitian Muthmainnah, Sri & Tuti (2015)
57
laki sejumlah 57 orang (80,28%). Hal ini disebabkan laki-laki lebih banyak
diberikan intervensi tidak bisa mengeluarkan sputum secara maksimal hal ini
disebabkan pasien hanya mengeluarkan ludah atau air liur karena tidak
mengetahui cara batuk yang efektif dan sputum mengental sehingga sulit
tambahan.
eksperimen yang diberikan nebulizer dan batuk efektif dan kelompok kontrol
yang diberikan batuk efektif mayoritas jalan nafas pasien paten. Hal ini
Penelitian Budi (2017) mengatakan ada pengaruh latihan batuk efektif dengan
bronchiale
58
Gejala yang muncul pada pasien PPOK antara lain batuk, dahak, dan
sesak napas. Batuk biasanya timbul sebelum atau bersamaan dengan sesak
napas, sesak napas terjadi akibat hiperinflasi dinamik yang bertambah berat
jalan nafas ditandai dengan bersihan jalan nafas. Menurtut Strickland et. al
ke bentuk partikel aerosol atau partikel yang sangat halus, aerosol sangat
bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru, efek dari
(Yuliana, 2015).
peneliti bahwa pada dasarnya pasien PPOK akan mengalami sesak pada
memperhambat jalan nafas dan terapi yang paling tepat adalah menggunakan
terapi nebulizer. Nebulizer merupakan pilihan terbaik pada kasus kasus yang
batuk dapat dilakukan latihan batuk efektif dan manfaat latihan batuk efektif
pernafasan.
normal. Pemberian fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer sangat efektif
diberikan pada pasien PPOK. Di dukung hasil penelitian Oktavia dkk (2016)
Kandou Manado.
masih efektif terhadap perubahan suara napas dari tachypne menjadi eupnea,
dapat meningkatkan SpO2 dalam darah dan penurunan RR, dan perubahan
pada pagi hari sesuai dengan penelitian Kasanah dkk (2015) mengatakan
batuk efektif dan fisioterapi dada lebih efektif dilakukan pada pagi dibanding
nebulizer bersama batuk efektif ataupun hanya batuk efektif akan bermanfaat
fisioterapi dada, batuk efektif dan terapi nebulizer dapat dijadikan prosedur
tahun.
menggunakan alat nebulizer yang berfungsi untuk mengubah obat yang larut
menjadi uap yang dapat di hirup kedalam paru-paru, sehingga obat yang
kelancaran jalan nafas (Adiputra & Rahayu, 2017). Terapi nebulizer dengan
menit dan masker sungkup tidak boleh lepas selama proses nebulizer. Setelah
batuk efektif. Batuk efektif merupakan cara yang efektif dan efesien untuk
jalan nafas yang diakibatkan akumulasi sputum yang menempel dijalan nafas
(Brunner & studdart, 2010). Teknik batuk efektif sendiri tidak terlalu rumit
dan mudah sekali dilakukan dan hal yang terpenting bahwa pasien tidak perlu
batuk dengan keras untuk mengeluarkan sputum hingga sampai menyiksa diri
dengan cara batuk efektif akan lebih mudah dibandingkan kelompok kontrol
yang hanya melakukan batuk efektif. Sputum yang kental akan menyulitkan