Anda di halaman 1dari 9

Hasil Penelitian

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden.
a. Usia Responden
Responden pada penelitian ini adalah orangtua (Ibu) yang memiliki balita
overweight. Pada penelitian ini, usia responden digolongkan menjadi 2
kategori yaitu dewasa awal (17 – 25 tahun) dan dewasa madya (26 – 45 tahun)
(Depkes RI, 2009)

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia


Usia Jumlah (n) %
17 – 25 Tahun 12 26,1
26 – 45 Tahun 24 73,9
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 46 responden Ibu yang
memiliki balita overweight, maka usia responden paling dominan berada pada
rentang umur 26 – 45 tahun yaitu sebanyak 24 orang (73,9%). Usia responden
yang berada pada rentang umur 17 – 25 tahun sebanyak 12 orang (26,1%).

b. Pendidikan Responden
Pendidikan responden dalam penelitian ini yaitu jenjang pendidikan formal
yang ditempuh oleh responden. Adapun hasil penelitian yang didapatkan
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah (n) %
SD/Sederajat 11 23,9
SMP/Sederajat 12 26,1
SMA/Sederajat 13 28,3
Perguruan Tinggi 10 21,7
Total 46 100,0

Tabel 4.2 diatas mendapatkan bahwa dari 46 responden Ibu yang memiliki
balita overweight, maka pendidikan responden mayoritas berada pada tingkat
SMA/Sederajat yaitu sebanyak 13 responden (28,3%), diikuti dengan pendidikan
tingkat SMP/Sederajat sebanyak 12 responden (26,1%), pendidikan SD/Sederajat
sebanyak 11 responden (23,9), dan pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 10
responden (21,7%).
c. Pekerjaan Responden
Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk menghasilkan uang.
Hasil penelitian menggolongkan responden kedalam bekerja dan tidak
bekerja, dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan Jumlah (n) %
Bekerja 25 54,3
Tidak Bekerja 21 45,7
Total 46 100,0

Pada tabel 4.3 diatas, dapat dilihat jika mayoritas responden bekerja yaitu
sebanyak 25 responden (54,3%) dan responden yang tidak bekerja sebanyak 21
responden (45,7%)

d. Pendapatan Responden
Pendapatan responden didistribusikan ke dalam tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan


Pendapatan Jumlah (n) %
Rendah (Rp 500.000 – Rp 2.900.000) 13 28,3
Sedang (Rp 2.900.001 – Rp 3.500.000) 15 32,6
Tinggi ( > Rp 3.500.000) 18 39,1
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 46 responden didapatkan


pendapatan responden paling banyak berada pada kategori tinggi ( > Rp 3.500.000)
yaitu sebanyak 18 responden (39,1%), diikuti dengan kategori sedang (Rp 2.900.001
– Rp 3.500.000) sebanyak 15 responden (32,6%), dan responden dengan pendidikan
kategori rendah (Rp 500.000 – Rp 2.900.000) sebanyak 13 responden (28,3%).

4.2.2 Pengetahuan dan Sikap Responden.


a. Pengetahuan Responden
Pengetahuan responden adalah segala hal yang diketahui Ibu untuk pemilihan
makanan anaknya. Pengetahuan responden dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi 3 kategori yaitu kategori baik jika total skor pengetahuan responden
bernilai >9, kategori sedang jika total skor pengetahuan responden berada
pada nilai 5-9, dan kategori kurang jika total skor pengetahuan responden <5.
(Arikunto, 2013)
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan Jumlah (n) %
Kurang 0 ,0
Sedang 16 34,8
Baik 30 65,2
Total 46 100,0

Pada tabel 4.5 didapatkan bahwa kategori pengetahuan responden mayoritas


dengan pengetahuan baik yakni sebanyak 30 responden (65,2%), diikuti dengan
kategori pengetahuan sedang sebanyak 16 responden (34,8%), dan kategori
pengetahuan kurang sebanyak 0 responden (,0%).

b. Sikap Responden
Sikap responden adalah penilaian Ibu terhadap pertumbuhan anak dan
pemilihan makanan kepada anak. Sikap responden dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: kategori baik jika total skor sikap
responden bernilai >18, kategori sedang jika total skor sikap responden berada
pada nilai 11-18, dan kategori kurang jika total skor sikap responden <11.
(Arikunto, 2013)

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap


Pengetahuan Jumlah (n) %
Kurang 2 4,3
Sedang 15 32,6
Baik 29 63,0
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat jika kategori sikap responden


mayoritas berada pada kategori baik yaitu sebanyak 29 responden (63,0%),
kategori sedang sebanyak 15 responden (32,6%), dan kategori kurang
sebanyak 2 responden (4,3%).

4.2.3 Health Belief Model Responden.


a. Persepsi terhadap Perceived Susceptibility (Kerentanan) Responden
Perceived susceptibility adalah keyakinan tentang kondisi suatu penyakit
sehingga mengalami resiko dengan suatu perilaku pemilihan makanan. Pada
penelitian ini, persepsi terhadap perceived susceptibility responden dapat
dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Perceived
Susceptibility
Perceived Jumlah (n) %
Susceptibility
Tidak 5 10,9
Ya 41 89,1
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat jika kategori perceived


susceptibility responden mayoritas berada pada kategori Ya (adanya persepsi
responden terhadap perceived susceptibility) yaitu sebanyak 41 responden
(89,1%) dan kategori Tidak (tidak adanya persepsi responden terhadap
perceived susceptibility) sebanyak 5 responden (10,9%).

b. Persepsi terhadap Perceived Severity (Keparahan) Responden


Perceived severity merupakan keyakinan responden tentang bahaya yang akan
ditimbulkan sehingga menyebabkan kondisi dapat menyimbulkan penyakit
lainnya.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Perceived Severity


Perceived Severity Jumlah (n) %
Tidak 7 15,2
Ya 39 84,8
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat jika kategori perceived severity


responden paling banyak berada pada kategori Ya (adanya persepsi responden
terhadap perceived severity) yaitu sebanyak 39 responden (84,8%) dan
kategori Tidak (tidak adanya persepsi responden terhadap perceived severity)
sebanyak 7 responden (15,2%).

c. Persepsi terhadap Perceived Benefit (Manfaat) Responden


Persepsi ini mengenai keyakinan responden tentang keberhasilan untuk
mengurangi resiko atau dampak melalui pola pikir positif mengenai manfaat.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Perceived Benefit


Perceived Benefit Jumlah (n) %
Tidak 6 13,0
Ya 40 87,0
Total 46 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat jika kategori perceived benefit
responden didominasi pada kategori Ya (adanya persepsi responden terhadap
perceived benefit) yaitu sebanyak 40 responden (87,0%) dan kategori Tidak
(tidak adanya persepsi responden terhadap perceived benefit) sebanyak 6
responden (13,0%).

d. Persepsi terhadap Perceived Barrier (Hambatan) Responden


Keyakinan responden tentang kondisi yang tidak dapat dihindari dalam
menentukan suatu tindakan merupakan persepsi perceived barrier.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Perceived Barrier


Perceived Barrier Jumlah (n) %
Tidak 6 13,0
Ya 40 87,0
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat jika kategori perceived barrirer


responden berada pada kategori Ya (adanya persepsi responden terhadap perceived
barrirer) yaitu sebanyak 40 responden (87,0%) dan kategori Tidak (tidak adanya
persepsi responden terhadap perceived barrirer) sebanyak 6 responden (13,0%).

e. Persepsi Cues To Action (Melakukan Tindakan) Responden


Persepsi Cues To Action merupakan keyakinan responden yang akan
membuatnya untuk melakukan tindakan dalam mengatasi overweight

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Cues To Action


Cues To Action Jumlah (n) %
Tidak 3 6,5
Ya 43 93,5
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat jika kategori cues to action responden
berada pada kategori Ya (adanya persepsi responden terhadap cues to action) yaitu
sebanyak 43 responden (43,3%) dan kategori Tidak (tidak adanya persepsi responden
terhadap cues to action) sebanyak 3 responden (6,5%).

f. Persepsi Self Efficacy (Kemampuan Diri) Responden


Self Efficacy adalah keyakinan responden pada kemampuannya untuk
mengontrol pola makan pada balita overweight.
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Self Efficacy
Self Efficacy Jumlah (n) %
Tidak 4 8,7
Ya 42 91,3
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat jika kategori self efficacy responden
berada pada kategori Ya (adanya persepsi responden terhadap self efficacy) yaitu
sebanyak 42 responden (91,3%) dan kategori Tidak (tidak adanya persepsi responden
terhadap self efficacy) sebanyak 4 responden (8,7%).

4.2.4 Perilaku Pemilihan Makanan Responden.


Perilaku pemilihan makanan adalah tindakan atau aktivitas orang tua
dalam memilih makanan untuk kebutuhan gizi pada balita overweight. Perilaku
pemilihan makanan responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kategori
yaitu: kategori baik jika total skor perilaku responden bernilai >21, kategori cukup
jika total skor perilaku responden berada pada nilai 13-21, dan kategori buruk jika
total skor perilaku responden <13. (Arikunto, 2013)

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Pemilihan Makanan


Perilaku Pemilihan Jumlah (n) %
Makanan
Buruk 6 13,0
Cukup 21 45,7
Baik 19 41,3
Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat jika kategori perilaku pemilihan


makanan responden mayoritas berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 21
responden (45,7%), kategori baik sebanyak 19 responden (41,3%), dan kategori
buruk sebanyak 6 responden (13,0%).

4.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan atau
tidak antara variabel independen (usia responden, pendidikan responden, pekerjaan
responden, pendapatan responden, pengetahuan, sikap, dan health belief model)
dengan variabel dependen (perilaku pemilihan makanan). Analisis bivariat yang
digunakan adalah uji korealasi Pearson dimana terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas terhadap data yang telah dikumpulkan untuk melihat apakah data telah
berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shapiro-Wilk
karena jumlah sampel dalam penelitian ini kurang dari 50 (sebanyak 46 orang).
Berdasarkan uji normalitas, data yang berdistribusi normal adalah umur responden,
maka uji yang digunakan adalah korelasi Pearson. Sedangkan untuk pendidikan
responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, pengetahuan, sikap, dan
health belief model tidak berdistribusi normal, maka dianalisis menggunakan uji
korelasi Spearman.
Hasil uji korelasi Pearson dinyatakan berhubungan jika diperoleh nilai
signifikasi p < 0,05 dan tidak berhubungan jika nilai signifikasi p > 0,05. Untuk hasil
korelasi Spearman, jika nilai signifikasi < 0,05 maka kedua variabel memiliki
hubungan, jika nilai signifikasi > 0,05 maka tidak terdapat hubungan antar variabel.

Tabel 4.14 Hasil Uji Pearson antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel Perilaku Pemilihan Makanan
P r
Usia Responden 0,174 0,248

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa hasil uji statistik korelasi


pearson didapatkan nilai p = 0,174 (sig < 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan
antara usia responden dengan perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Nilai koefisien dengan nilai r = 0,174 yang artinya tidak ada korelasi antar variabel.

Tabel 4.15 Hasil Uji Spearman antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel Perilaku Pemilihan Makanan
P r
Pendidikan Responden 0,000 0,700
Pekerjaan Responden 0,171 -0,205
Pendapatan Responden 0,000 0,666
Pengetahuan 0,000 0,622
Sikap 0,000 0,540
Perceived Susceptibility 0,000 0,499
Perceived Severity 0,000 0,497
Perceived Benefit 0,003 0,424
Perceived Barrier 0,000 0,496
Perceived Cues To Action 0,222 0,338
Perceived Self Efficacy 0,003 0,424

Berdasarkan tabel 4.15 didapatkan bahwa hasil uji statistik Spearman antara
variabel pendidikan responden dan perilaku pemilihan makanan, nilai p = 0,000
(sig<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara pendidikan responden dengan
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi bertanda
positif yang berarti semakin tinggi pendidikan responden maka semakin baik perilaku
pemilihan makanan responden. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,700 yang
menandakan bahwa hubungan antara kedua variabel kuat.
Hasil uji statistik Spearman antara pekerjaan responden dengan perilaku
pemilihan makanan didapatkan nilai p = 0,171 (sig<0,05) yang artinya tidak terdapat
hubungan antara pekerjaan responden dengan perilaku pemilihan makanan pada
balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,205 yang artinya kedua variabel
memiliki hubungan yang sangat lemah. Koefisien korelasi bertanda negatif yang
menandakan bahwa semakin banyak responden yang bekerja maka semakin kurang
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Berdasarkan analisa Spearman didapatkan nilai p = 0,000 (sig<0,05) yang
artinya terdapat hubungan antara pendapatan responden dengan perilaku pemilihan
makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,666 yang artinya
variabel memiliki hubungan yang kuat, dengan arah hubungan positif menandakan
bahwa semakin tinggi pendapatan responden maka semakin baik perilaku pemilihan
makanan pada balita overweight.
Hasil uji statistik Spearman variabel pengetahuan didapatkan nilai p sebesar
0,000 (sig<0,05) yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pemilihan makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,622
yang artinya variabel memiliki hubungan yang kuat, dengan arah hubungan positif
yang menandakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka semakin baik
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Analisa Spearman pada variabel sikap didapatkan nilai p = 0,000 (sig<0,05)
yang berarti terdapat hubungan sikap ibu dengan perilaku pemilihan makanan pada
balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,540 yang berarti hubungan
variabel kuat, dengan arah hubungan positif menandakan bahwa semakin tinggi
tingkat sikap ibu maka semakin baik perilaku pemilihan makanan pada balita
overweight.
Berdasarkan uji statistik Spearman pada variabel perceived susceptibility
didapatkan nilai p = 0,000 (sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara
perceived susceptibility (persepsi terhadap kerentanan) dengan perilaku pemilihan
makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,499 yang
menandakan bahwa hubungan yang dimiliki kedua variabel cukup. Arah hubungan
yang positif artinya semakin tinggi perceived susceptibility (persepsi terhadap
kerentanan) responden maka semakin baik perilaku pemilihan makanan pada balita
overweight.
Hasil uji Spearman pada variabel perceived severity didapatkan nilai p =
0,000 (sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara perceived severity (persepsi
terhadap keparahan) dengan perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,497 yang menandakan bahwa hubungan yang
dimiliki kedua variabel cukup. Arah hubungan yang positif artinya semakin tinggi
perceived severity (persepsi terhadap keparahan) responden maka semakin baik
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Berdasarkan uji Spearman variabel perceived benefit diperoleh nilai p = 0,003
(sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara perceived benefit (persepsi terhadap
manfaat) dengan perilaku pemilihan makanan pada balita overweight. Nilai koefisien
korelasi sebesar 0,424 yang menandakan bahwa hubungan yang dimiliki kedua
variabel cukup. Arah hubungan yang positif artinya semakin tinggi perceived benefit
(persepsi terhadap manfaat) responden maka semakin baik perilaku pemilihan
makanan pada balita overweight
Hasil uji Spearman pada variabel perceived barrier didapatkan nilai p = 0,000
(sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara perceived barrier (persepsi
terhadap hambatan) dengan perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,496 yang menandakan bahwa hubungan yang
dimiliki kedua variabel cukup. Arah hubungan yang positif artinya semakin tinggi
perceived barrier (persepsi terhadap hambatan) responden maka semakin baik
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Berdasarkan uji Spearman variabel perceived cues to action diperoleh nilai p
= 0,222 (sig<0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara perceived cues to
action (persepsi terhadap kemampuan melakukan tindakan) dengan perilaku
pemilihan makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,338
yang menandakan bahwa hubungan yang dimiliki kedua variabel cukup. Arah
hubungan yang positif artinya semakin tinggi perceived cues to action (persepsi
terhadap kemampuan melakukan tindakan) responden maka semakin baik perilaku
pemilihan makanan pada balita overweight
Hasil uji Spearman pada variabel perceived self efficacy didapatkan nilai p =
0,003 (sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara perceived self efficacy
(persepsi terhadap isyarat) dengan perilaku pemilihan makanan pada balita
overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,424 yang menandakan bahwa
hubungan yang dimiliki kedua variabel cukup. Arah hubungan yang positif artinya
semakin tinggi perceived self efficacy (persepsi terhadap isyarat) responden maka
semakin baik perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.

Anda mungkin juga menyukai