Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 46 responden Ibu yang
memiliki balita overweight, maka usia responden paling dominan berada pada
rentang umur 26 – 45 tahun yaitu sebanyak 24 orang (73,9%). Usia responden
yang berada pada rentang umur 17 – 25 tahun sebanyak 12 orang (26,1%).
b. Pendidikan Responden
Pendidikan responden dalam penelitian ini yaitu jenjang pendidikan formal
yang ditempuh oleh responden. Adapun hasil penelitian yang didapatkan
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah (n) %
SD/Sederajat 11 23,9
SMP/Sederajat 12 26,1
SMA/Sederajat 13 28,3
Perguruan Tinggi 10 21,7
Total 46 100,0
Tabel 4.2 diatas mendapatkan bahwa dari 46 responden Ibu yang memiliki
balita overweight, maka pendidikan responden mayoritas berada pada tingkat
SMA/Sederajat yaitu sebanyak 13 responden (28,3%), diikuti dengan pendidikan
tingkat SMP/Sederajat sebanyak 12 responden (26,1%), pendidikan SD/Sederajat
sebanyak 11 responden (23,9), dan pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 10
responden (21,7%).
c. Pekerjaan Responden
Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk menghasilkan uang.
Hasil penelitian menggolongkan responden kedalam bekerja dan tidak
bekerja, dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Pada tabel 4.3 diatas, dapat dilihat jika mayoritas responden bekerja yaitu
sebanyak 25 responden (54,3%) dan responden yang tidak bekerja sebanyak 21
responden (45,7%)
d. Pendapatan Responden
Pendapatan responden didistribusikan ke dalam tabel 4.4 dibawah ini:
b. Sikap Responden
Sikap responden adalah penilaian Ibu terhadap pertumbuhan anak dan
pemilihan makanan kepada anak. Sikap responden dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: kategori baik jika total skor sikap
responden bernilai >18, kategori sedang jika total skor sikap responden berada
pada nilai 11-18, dan kategori kurang jika total skor sikap responden <11.
(Arikunto, 2013)
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat jika kategori cues to action responden
berada pada kategori Ya (adanya persepsi responden terhadap cues to action) yaitu
sebanyak 43 responden (43,3%) dan kategori Tidak (tidak adanya persepsi responden
terhadap cues to action) sebanyak 3 responden (6,5%).
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat jika kategori self efficacy responden
berada pada kategori Ya (adanya persepsi responden terhadap self efficacy) yaitu
sebanyak 42 responden (91,3%) dan kategori Tidak (tidak adanya persepsi responden
terhadap self efficacy) sebanyak 4 responden (8,7%).
Tabel 4.14 Hasil Uji Pearson antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel Perilaku Pemilihan Makanan
P r
Usia Responden 0,174 0,248
Tabel 4.15 Hasil Uji Spearman antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel Perilaku Pemilihan Makanan
P r
Pendidikan Responden 0,000 0,700
Pekerjaan Responden 0,171 -0,205
Pendapatan Responden 0,000 0,666
Pengetahuan 0,000 0,622
Sikap 0,000 0,540
Perceived Susceptibility 0,000 0,499
Perceived Severity 0,000 0,497
Perceived Benefit 0,003 0,424
Perceived Barrier 0,000 0,496
Perceived Cues To Action 0,222 0,338
Perceived Self Efficacy 0,003 0,424
Berdasarkan tabel 4.15 didapatkan bahwa hasil uji statistik Spearman antara
variabel pendidikan responden dan perilaku pemilihan makanan, nilai p = 0,000
(sig<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara pendidikan responden dengan
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi bertanda
positif yang berarti semakin tinggi pendidikan responden maka semakin baik perilaku
pemilihan makanan responden. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,700 yang
menandakan bahwa hubungan antara kedua variabel kuat.
Hasil uji statistik Spearman antara pekerjaan responden dengan perilaku
pemilihan makanan didapatkan nilai p = 0,171 (sig<0,05) yang artinya tidak terdapat
hubungan antara pekerjaan responden dengan perilaku pemilihan makanan pada
balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,205 yang artinya kedua variabel
memiliki hubungan yang sangat lemah. Koefisien korelasi bertanda negatif yang
menandakan bahwa semakin banyak responden yang bekerja maka semakin kurang
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Berdasarkan analisa Spearman didapatkan nilai p = 0,000 (sig<0,05) yang
artinya terdapat hubungan antara pendapatan responden dengan perilaku pemilihan
makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,666 yang artinya
variabel memiliki hubungan yang kuat, dengan arah hubungan positif menandakan
bahwa semakin tinggi pendapatan responden maka semakin baik perilaku pemilihan
makanan pada balita overweight.
Hasil uji statistik Spearman variabel pengetahuan didapatkan nilai p sebesar
0,000 (sig<0,05) yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pemilihan makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,622
yang artinya variabel memiliki hubungan yang kuat, dengan arah hubungan positif
yang menandakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka semakin baik
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Analisa Spearman pada variabel sikap didapatkan nilai p = 0,000 (sig<0,05)
yang berarti terdapat hubungan sikap ibu dengan perilaku pemilihan makanan pada
balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,540 yang berarti hubungan
variabel kuat, dengan arah hubungan positif menandakan bahwa semakin tinggi
tingkat sikap ibu maka semakin baik perilaku pemilihan makanan pada balita
overweight.
Berdasarkan uji statistik Spearman pada variabel perceived susceptibility
didapatkan nilai p = 0,000 (sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara
perceived susceptibility (persepsi terhadap kerentanan) dengan perilaku pemilihan
makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,499 yang
menandakan bahwa hubungan yang dimiliki kedua variabel cukup. Arah hubungan
yang positif artinya semakin tinggi perceived susceptibility (persepsi terhadap
kerentanan) responden maka semakin baik perilaku pemilihan makanan pada balita
overweight.
Hasil uji Spearman pada variabel perceived severity didapatkan nilai p =
0,000 (sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara perceived severity (persepsi
terhadap keparahan) dengan perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,497 yang menandakan bahwa hubungan yang
dimiliki kedua variabel cukup. Arah hubungan yang positif artinya semakin tinggi
perceived severity (persepsi terhadap keparahan) responden maka semakin baik
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Berdasarkan uji Spearman variabel perceived benefit diperoleh nilai p = 0,003
(sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara perceived benefit (persepsi terhadap
manfaat) dengan perilaku pemilihan makanan pada balita overweight. Nilai koefisien
korelasi sebesar 0,424 yang menandakan bahwa hubungan yang dimiliki kedua
variabel cukup. Arah hubungan yang positif artinya semakin tinggi perceived benefit
(persepsi terhadap manfaat) responden maka semakin baik perilaku pemilihan
makanan pada balita overweight
Hasil uji Spearman pada variabel perceived barrier didapatkan nilai p = 0,000
(sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara perceived barrier (persepsi
terhadap hambatan) dengan perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,496 yang menandakan bahwa hubungan yang
dimiliki kedua variabel cukup. Arah hubungan yang positif artinya semakin tinggi
perceived barrier (persepsi terhadap hambatan) responden maka semakin baik
perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.
Berdasarkan uji Spearman variabel perceived cues to action diperoleh nilai p
= 0,222 (sig<0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara perceived cues to
action (persepsi terhadap kemampuan melakukan tindakan) dengan perilaku
pemilihan makanan pada balita overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,338
yang menandakan bahwa hubungan yang dimiliki kedua variabel cukup. Arah
hubungan yang positif artinya semakin tinggi perceived cues to action (persepsi
terhadap kemampuan melakukan tindakan) responden maka semakin baik perilaku
pemilihan makanan pada balita overweight
Hasil uji Spearman pada variabel perceived self efficacy didapatkan nilai p =
0,003 (sig<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara perceived self efficacy
(persepsi terhadap isyarat) dengan perilaku pemilihan makanan pada balita
overweight. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,424 yang menandakan bahwa
hubungan yang dimiliki kedua variabel cukup. Arah hubungan yang positif artinya
semakin tinggi perceived self efficacy (persepsi terhadap isyarat) responden maka
semakin baik perilaku pemilihan makanan pada balita overweight.