Anda di halaman 1dari 25

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG SUNAT

(SIRKUMSISI) DI SMA NEGERI 1 TEBING TINGGI TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
INDAH PERMATA SARI HASAN 171000011
ZULFA HIDAYAH ISKANDAR 171000227
WILDA BAYZUCHRA 171000278

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS AKADEMIK


MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN
TA. 2019/2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
MEDAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sunat (sirkumsisi) dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah khitan atau supit,

merupakan tuntunan syariat Islam untuk laki-laki maupun perempuan. Tidak hanya pemeluk

agama Islam saja yang melakukan sunat, orang-orang Yahudi, Nasrani dan agama lain

sekarang juga banyak yang melakukan sunat karena terbukti memberikan manfaat bagi

kesehat an (Hana, 2010). Banyaknya manfaat sunat (sirkumsisi) dari berbagai

penelititan membuat orang-orang yang di luar Islam ikut melakukan sirkumsisi dengan alasan

kesehatan.

Sirkumsisi merupakan salah satu hal yang penting. Pengertian sirkumsisi sendiri adalah

membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan

tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh

dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003). Sirkumsisi dilakukan seorang

pria guna menjaga kebersihan dan kesehatan organ genitalnya. Belakangan ini sirkumsisi

hanya dipandang sebagai suatu kewajiban yang dilakukan oleh sekelompok orang demi

menjalankan ritual budaya dan keagamaannya.

Pada tahun 2006 30% dari perwakilan 665 juta pria di dunia telah melakukan

sirkumsisi. Banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85% (8,7 juta) dan

Indonesia hanya 10,2 juta (12%) dari seluruh laki-laki non muslim (WHO, 2007). Pria di

beberapa negara beranggapan bahwa sirkumsisi hanya sebuah tradisi keagamaan bagi

pemeluk agama Islam. Hal ini berarti pria diluar pemeluk agama Islam tidak akan melakukan

sirkumsisi dengan alasan tidak diharuskan dalam ajaran agama mereka. Selain itu penyakit

infeksi kulit dan kelamin seperti herpes, chlamydia, dan syphilis, gonorrhea dan penyakit

1
menular seksual seperti HIV-AIDS serta infeksi saluran kemih merupakan dampak yang

ditimbulkan apabila tidak di lakukan sirkumsisi pada organ genitalia.

Berdasarkan data yang diterbitkan oleh WHO tahun 2006 diperkirakan jumlah

keseluruhan pria non-Muslim dan non-Yahudi yang telah melakukan sirkumsisi pada negara

Angola sekitar 90%, Australia 59%, Kanada 30%, Republik Demokratik Kongo 90%,

Ethiopia 92%, Ghana 85%, Indonesia 25%, Kenya 83%, Madagaskar 98%, Nigeria 90%,

Filipina 90%, Republik Korea 60%, Afrika Selatan 35%, Uganda 14%, Inggris Raya 6%,

Republik Tanzania 58%, dan Amerika Serikat 75%.3 Dari total keseluruhan pria yang telah

melakukan sirkumsisi, di temukan 69% adalah Muslim yang mayoritas berdomisili pada Asia

Timur, Asia Tengah, dan Afrika Utara. 0,8% adalah Yahudi, dan 13% pria non- Muslim dan

non-Yahudi yang berdomisili di Amerika Serikat. Terjadi peningkatan jumlah keseluruhan

pria non-Yahudi dan non-Muslim yang berdomisili pada negara Brazil, Cina, India, dan

Jepang yang meningkat sekitar 15% yang telah melakukan sirkumsisi dengan alasan

melaksanakan kewajiban yang berlaku dalam budaya setempat, serta alasan medis.

Di negara Tanzania jumlah keseluruhan pria yang melakukan sirkumsisi meningkat

setelah organ genitalianya diperiksa dari pada yang belum melakukan pemeriksaan pada

organ genitalianya, yaitu sekitar 34% berbanding 28%. Sedangkan dalam studi terhadap

remaja di Texas, dilaporkan jumlah keseluruhan pria yang melakukan sirkumsisi lebih rendah

setelah dilakukan pemeriksaan klinis yaitu 36%. Studi lanjutan di Texas, ditemukan bahwa

27% pria tidak melakukan sirkumsisi pada organ genitalianya dengan alasan mereka tidak

memiliki pemahaman dan pengetahuan khusus mengenai sirkumsisi itu sendiri.

Pada tahun 2009 jumlah keseluruhan pria yang melakukan sirkumsisi meningkat

menjadi 76%-92% di Indonesia, Pakistan, Bangladesh, dan Timur Tengah. Akan tetapi hal

ini sangat bertolak belakang dengan jumlah keseluruhan pria yang melakukan sirkumsisi di

Australia, Kanada, dan Inggris Raya yang hanya sekitar 20% dari total keseluruhan pria yang

2
berdomisili di Negara tersebut. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Naidoo,et al

tahun 2011, menyebutkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai

sirkumsisi telah dikategorikan cukup baik dengan presentase 66,43% dengan sikap yang

relatif positif. Dari keseluruhan sampel yang diteliti sekitar 85,4% responden merasa bahwa

sirkumsisi pada pria merupakan suatu hal yang tepat untuk dipromosikan. Sementara itu

dari keseluruhan mahasiswa pria menjadi sampel penelitian, hanya 3 orang yang bersedia

untuk melakukan sirkumsisi pada organ genitalia mereka dengan alasan sirkumsisi lebih

menjamin kesehatan organ genitalia mereka. Selain itu, sakit dan nyeri pada organ genitalia

merupakan alasan yang paling banyak dipilih sebagai alasan tidak ingin melakukan

sirkumsisi.

Hal sama ditemukan pada penelitian oleh Phiri,et al tahun 2011 bahwa rata-rata

pengetahuan pria mengenai sirkumsisi pada organ genitalia dikategorikan baik dengan

presentase 71,7 %. Selain itu, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa tingkat pendidikan

seseorang sangat menentukan pengetahuan seseorang mengenai sirkumsisi. Hal ini

dibuktikan dengan, dari keseluruhan sampel yang diteliti didapatkan 85,9% dan 71,7%

berpengetahuan sangat baik dan baik mengenai sirkumsisi berasal dari kalangan orang

berpendidikan tinggi, dan hanya 25% yang memiliki pengetahuan buruk mengenai sirkumsisi

berasal dari kalangan orang dengan tingkat pendidikan rendah.

Hal yang sedikit berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Nasution,

mengenai gambaran pengetahuan orang tua terhadap sirkumsisi pada anak laki-laki tahun

2010. Pada hasil penelitian didapatkan, selain faktor pendidikan yang tinggi, faktor lain yang

menentukan tingkat pengetahuan seseorang mengenai sirkumsisi adalah agama, usia, jenis

kelamin, serta jenis kegiatan yang biasa dilakukan pada lingkungan tempat tinggal orang

tersebut. Dapat dibuktikan bahwa mayoritas orang tua yang beragama Islam memiliki tingkat

pengetahuan yang lebih baik dari orang tua yang beragama lainnya, yaitu sekitar 91,7%. Usia

3
juga sangat berpengaruh sebab didapati rentang usia 25-30 tahun berpengetahuan sangat baik.

Selain itu, didapati juga bahwa pria memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai

sirkumsisi dibandingkan dengan wanita.

Namun terdapat beberapa kesenjangan yang ditemukan peneliti dari penelitian-

penelitian sebelumnya, seperti salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang mengenai sirkumsisi adalah faktor pendidikan orang tersebut. Sedangkan pada

penelitian lain ditemukan selain faktor pendidikan, faktor agama, usia, jenis kelamin, serta

sumber informasi yang diperoleh juga merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya

pengetahuan seseorang mengenai sirkumsisi.

Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Di Indonesia

menurut WHO umur yang paling sering melakukan siskumsisi berkisar antara 5 sampai 12

tahun. Walaupun secara medis umur bukanlah batasan untuk melakukan sirkumsisi, namun

Usia sirkumsisi pun dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi

padausia 3-7 tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya

umur 4 tahun.Di Indonesia, misalnya Suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak pada

usia sekitar 15 tahun, sedangkan Suku Sunda pada usia 4 tahun ( Hermana, 2000)

Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas Islam di lihat dari hasil penelitian WHO,

Sehingga jumlah masyarakat yang melakukan sirkumsisi sudah banyak, namun kurangnya

informasi yang diberikan kepada masyarakat bahwa sirkumsisi memilki begitu banyak

manfaat bagi kesehatan, bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban agama ataupun budaya.

Adapun tujuan sirkumsisi secara medis untuk menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-

sisa urine, mencegah terjadinya infeksi pada glans atau prepusium penis, dan mencegah

timbulnya karsinoma penis.

Melakukan sirkumsisi dapat mengurangi potensi terkena AIDS dan kanker prostat,

dimana penyakit ini termasuk salah satu penyakit seks menular dengan angka yang lebih

4
tinggi dibandingkan Negara lain di Asia Tenggara. Dari berbagai penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa sirkumsisi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai

dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker prostat. Penelitian lanjutan

tentu akan semakin membuka mata lebar-lebardari para praktisi kesehatan bahwa sirkumsisi

sangat bermanfaat bagi pria.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara sampai dengan

Februari 2019 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS sebanyak 20.955 kasus dengan 16.890

kasus HIV dan 4.065 kasus AIDS dan 276 kematian. Berdasarkan data diatas menunjukkan

bahwa angka kejadian penderita HIV pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita.

Berdasarkan penelitian Juliyanti (2016) yang telah dilakukan proporsi dari kelompok subyek

penderita HIV yang melakukan hubungan seksual tidak aman yang disirkumsisi adalah

41,5% (141 orang) lebih rendah dibandingkan proporsi kelompok subyek yang tidak

disirkumsisi yaitu 58,5% (199 orang).

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama

dibidang kesehatan, metode sirkumsisi pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan

banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan sirkumsisi, sehingga

sirkumsisi menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak menyakitkan.

Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan

sirkumsisi sehingga proses sirkumsisi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Hana, 2010). Sirkumsisi memiliki

banyak manfaat namun masih saja menjadi penghambat bagi orang tua untuk tidak

melakukan sirkumsisi pada anak mereka karena takut terhadap resiko atau komplikasi dalam

sirkumsisi, kepercayaan bahwa prepusium itu di butuhkan, dan kepercayaan bahwa

sirkumsisi mempengaruhi dalam kenikmatan seks (AAP, 2010).

5
SMA Negeri 1 Tebing Tinggi berada di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso, Kelurahan

Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi. SMA Negeri 1 Tebing Tinggi

berdiri sejak tahun 1959 merupakan salah satu Sekolah Menengah Atass terbaik di Kota

Tebing Tinggi. Prestasi dapat dilihat dari tingginya presentase siswa SMA Negeri 1 Tebing

Tinggi masuk ke perguruan tinggi negeri. SMA Negeri 1 Tebing Tinggi memiliki keragaman

siswa yang sesuai dengan tujuan yang ingin didapat peneliti. Siswa yang bersekolah di SMA

Negeri 1 Tebing Tinggi berasal dari suku dan agama yang berbeda-beda sehingga

memudahkan peneliti menemukan informan yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dilihat

dari manfaat sirkumsisi yang begitu banyak terutama mencegah resiko penyakit pada kelamin

seperti AIDS dan kanker prostat, banyaknya faktor penghambat, dan masih kurangnya

kesadaran untuk melakukan sirkumsisi maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

melihat “ Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Sunat (Sirkumsisi) di SMA

Negeri 1 Tebing Tinggi tahun 2020 ”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang Sunat (Sirkumsisi) di SMA

Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2020”.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang Sunat (Sirkumsi)

di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2020.

Tujuan Khusus

6
1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang Sunat (Sirkumsisi) di SMA Negeri 1

Tebing Tinggi Tahun 2020.

2. Untuk mengetahui sikap siswa tentang Sunat (Sirkumsis) di SMA Negeri 1 Tebing

Tinggi Tahun 2020

Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah

Sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan status kesehatan siswa, serta sebagai dasar untuk

membuat suatu kegiatan yang meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan.

2. Bagi siswa

Sebagai sumber pengetahuan tambahan kepada siswa mengenai pentingnya sirkumsisi bagi

kesehatan.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sirkumsisi

Definisi Sirkumsisi

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka.

Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh

dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003).

Di Indonesia, sirkumsisi sebagian besar dilakukan oleh agama. Sirkumsisi merupakan

tuntunan syariat Islam yang dan diwajibkan untuk laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia

orang-orang Yahudi dan Nasranipun sekarang juga banyak yang menjalaninya karena

terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan (Hana,2008).

Aspek Medis Sirkumsisi

Gambar 1 Anatomi Penis

8
Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau dalam

budaya jawa dikenal dengan istilah “sumpit” pada dasarnya adalah pemotongan sebagian dari

preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata terlihat jelas. Penis

merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis berfungsi sebagai saluran kencing

dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina selama berlangsungnya hubungan

seksual.

Penis dibagi menjadi tiga regio : pangkal penis, korpus penis, dan glans penis.

Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simphisis pubis. Korpus

penis merupakan bagian yang didalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis adalah

bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona radiata merupakan

bagian “leher” yang terletak antara korpus penis dan glans penis.

Kulit yang menutupi penis menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos

dan jaringan areolar yang memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak struktur

dibawahnya. Lapisan subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena dan pembuluh limfe

superficial. Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan jaringan elastis yang

merupakan struktur internal penis. Sebagian besar korpus penis terdiri dari jaringan erektil,

corpora cavernosa dan corpus spongiosum.

Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut preputium. Preputium melekat di

sekitar corona radiata dan melanjut menutupi glans. Kelenjar-kelenjar preputium yang

terdapat di sepanjang kulit dan mukosa preputium mensekresikan waxy material yang

dinamakan smegma. Sayangnya, smegma merupakan media yang sangat baik bagi

perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering terjadi di daerah ini, khususnya bila

higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi problem ini adalah

dengan sirkumsisi. Prosedur sirkumsisi di barat khususnya USA umum dilakukan segera pada

bayi baru lahir. Dari sisi agama, budaya dan dukungan data epidemiologi, sirkumsisi

9
dianggap memiliki pengaruh yang baik bagi kesehatan reproduksi walaupun hal ini masih

menjadi perdebatan di kalangan ahli.

Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 25% pria telah disirkumsisi. Bukti epidemiologi

yang kuat menunjukkan pengaruh sirkumsisi : pria yang telah disirkumsisi (dewasa dan

neonatus) memiliki resiko lebih kecil menderita infeksi saluran kemih, penyakit genitalia

ulseratif, karsinoma penis, dan infeksi HIV dibandingkan dengan pria yang tidak

disirkumsisi.

Walaupun demikian, sirkumsisi pada neonatus tetap menjadi perdebatan. Sirkumsisi

dianggap memiliki risiko dan efek negative seperti nyeri, perdarahan, trauma penis, dan

infeksi postoperasi. Banyak praktisi medis yang merasa bahwa prosedur sirkumsisi pada

neonatus memiliki efek negative yang lebih besar dibandingkan bila dilakukan pada pria

dewasa. American Academy of Pediatrics dan Canadian Paediatrics Society tidak

menjadikan sirkumsisi sebagai prosedur rutin pada neonatus, tetapi keduanya dapat saja

melakukannya dengan dukungan dan persetujuan orang tua berdasarkan evaluasi medis

individu dengan melihat keuntungan dan kerugiannya. Prosedur pelaksanaan sirkumsisi dapat

dilihat sebagai berikut:

1. Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan

2. Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau

3. Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan mempersilahkan pasien untuk

berbaring)

4. Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka, perdarahan dan

penyembuhan luka, kelainan epispadia dan hipospadia)

5. Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan pasien dengan sopan

6. Melakukan cuci tangan furbringer

7. Memakai handscoen steril

10
8. Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara sentrifugal

9. Memasang duk steril dengan benar

10. Melakukan anestesi blok n.pudendus

11. Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke arah proximal

12. Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil

13. Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma menggunakan kasa

betadin sampai corona glandis terlihat.

14. Kembalikan preputium pada posisi semula

15. Klem preputium pada jam 11, 1 dan jam 6

16. Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis

17. Lakukan jahit kendali mukosa – kulit pada jam 12

18. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan frenulum pada

klem jam 6

19. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi dengan jahitan

melingkar)

20. Jahit angka 8 pada frenulum

21. Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan

22. Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan

23. Balut luka dengan kasa steril

24. Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan

25. Pemberian obat dan edukasi pasien

Secara medis tidak ada batasan umur berapa yang boleh di sirkumsisi.Usia sirkumsisi

pun dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7

tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4

11
tahun.Di Indonesia, misalnya Suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak pada usia

sekitar 15 tahun, sedangkan Suku Sunda pada usia 4 tahun(Hermana, 2000).

Dalam mengkhitan memiliki tingkat kesulitan tersendiri, Seperti panjang dan

pendeknya alat kelamin berbeda kesulitannya. Bentuk penis yang kecil cenderung sulit.

Karena pembukaan ujung penis sulit, sedangkan bagi yang penis yang panjang mudah untuk

di khitan karena pembukaan ujung kelamin mudah.

Bagi yang memiliki kelainan, seperti hemofilia atau pendarahan yang sulit berhenti.

Itu tidak sama proses khitanannya dengan yang normal. Karena bila dilakukan dengan cara

yang sama maka bisa berakibat fatal. Pendarahan akan terus terjadi, jadi perlu ada

penanganan dan alat khusus untuk mengkhitannya. Untuk perawatan luka pasca khitanan

yaitu sering diberi antiseptik. Bila terdapat cairan maka di bersihkan menggunakan kain kasa

atau tisu yang dilipat membentuk sudut, kemudian ditekan, jangan diusap. Karena bila diusap

maka akan lecet, dan jangan diusap menggunakan kapas. karana bila hal tersebut dilakukan

kapas akan tertinggal pada luka, dan akan memperlambat penyembuhan luka. Normalnya,

luka khitan bila tidak ada kelainan akan sembuh dalam 3 hari. Namun bila terdapat kelainan

akan sembuh sampai 2 minggu lamanya.

Sejarah

Defenisi Sirkumsisi merupakan prosedur bedah tertua yang telah dilakukan selama

berabad-abad dan telah di dokumentasikan. Sirkumsisi dilakukan dengan beberapa alasan

seperti, untuk kepentingan medis, ritual keagamaan, norma sosial budaya yang mengikat,

serta beberapa alasan lainnya. Pada umumnya, sirkumsisi dilakukan pada pria dan

masyarakat Islam di seluruh dunia. Sirkumsisi pada pria merupakan salah satu prosedur

bedah yang paling sering dilakukan di seluruh dunia. Sirkumsisi pada pria sering disebut juga

sebagai suatu prosedur bedah elektif, yang berarti bahwa hal ini dilakukan hanya untuk alasan

12
kecantikan. Pada proses bedah ini, bagian yang diangkat adalah preputium (kulup yang

membungkus glands penis). Kulup yang membungkus glands penis ini sangat berkontribusi

dalam memberikan sensasi seksual ketika sedang melakukan hubungan seks.

Dalam catatan sejarah dan temuan arkeologi, sirkumsisi pertama kali dilakukan pada

zaman perdaban mesir kuno. Masyarakat mesir telah melakukan sirkumsisi pada awal abad

23 sebelum masehi. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah gambaran pada relief

dinding makam mentri Firaun Teti yang memerintah pada tahun 2345-2393 sebelum masehi,

ditemukannya sebuah stela dari Naga Ed Dar yang menunjukan proses sirkumsisi terhadap

120 orang sedang dilakukan, serta The Ebers Papyrus yang ditulis sekitar tahun 1550 sebelum

masehi yang memberi penangkal untuk perdarahan yang terjadi setelah melakukan

sirkumsisi.

Pada tahun 1969, ditemukan sebuah cotta terra yang bentuknya seperti penis yang

telah dilakukan sirkumsisi dari lingga yang bertuliskan tanggal akhir abad ke 12 di Stratum

XI di Tel Gezer di Israel. Penemuan ini menunjukan bahwa sejak zaman dulu penduduk

Filistin dan Kanaan telah melakukan sirkumsisi. Ada kemungkinan bahwa penduduk pesisir

lainnya telah melakukan sirkumsisi, sebab sirkumsisi merupakan prosedur bedah tertua yang

di lakukan oleh manusia. Data ini menunjukan bahwa praktik sirkumsisi telah menyebar dari

Mesir dan secara cepat menyebar sampai ke daerah Semit Barat lainnya. Tidak ada bukti

khusus yang menunjukan bahwa orang-orang Semit Timur Mesopotamia seperti, Akkadians,

Asiria, dan Babilonia telah melakukan sirkumsisi.

Manfaat dan Faktor Penghambat Sirkumsisi

Manfaat yang menjadi alasan untuk melakukan tindakan sirkumsisi adalah:

1. Membuat penis menjadi lebih bersih

2. Mengurangi resiko terkena HIV

13
3. Mengurangi resiko terkena karsinoma penis

4. Mengurangi resiko terjadinya kanker prostat

Faktor penghambat yang membuat untuk tidak melakukan tindakan sirkumsisi adalah:

1. Takut terhadap resiko dalam melakukan sirkumsisi

2. Kepercayaan bahwa prepisium dibutuhkan

3. Kepercayaan bahwa sirkumsisi mempengaruhi dalam kenikmatan seks (AAP, 2010)

Pengetahuan

Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah seperangkat pemahaman, pengertian dan ilmu sebagai tingkat

kemampuan dan tingkat pengetahuan seseorang untuk membayangkan dan mempersepsikan

suatu topik. Tingkat pengetahuan merupakan domain yang penting dalam pembentukan sikap

maupun tindakan seseorang. Meskipun demikian, tingkat pengetahuan tidak selalu tercermin

dalam sikap dan tindakan seseorang.

Pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah seseorang mengetahui dan

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007)

Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang terdiri dari 6 tingkatan. Tingkatan

pengetahuan tersebut mencakup kompetensi ketrampilan intelektual yang dimulai dari hal

sederhana sampai domain yang paling kompleks. Adapun tingkatan pengetahuan tersebut

adalah:

1. Tahu (Know), artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau

14
rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

2. Memahami (Comprehention), diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang suatu objek yang diketahui dan kemampuan untuk menginterpretasikan materi

tersebut dengan benar dan tepat.

3. Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi tahu kondisi yang tepat.

4. Analisis (Analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suat u objek kedalam

berbagai komponen, yang masih didalam struktur organis asi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis), merupakan kemampuan untuk menghubungkan beberapa bagian

menjadi suatu keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun suatu formulasi yang baru dari formulasi telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan penilaian dari suatu materi

atau objek. Penilaian tersebut harus berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1. Kultur (Budaya dan Agama)

Faktor budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena

informasi baru yang diterima seseorang akan disaring, sehingga harus sesuai dengan budaya

yang ada dan agama yang dianut.

2. Sosial Ekonomi

15
Faktor lingkungan sosial dan ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi

pengetahuan karena kedua faktor ini mendukung tingginya pengetahuan dan yang berkaitan

dengan ekonomi juga pendidikan seseorang. Faktor ekonomi mempunyai hubungan sebab

akibat dengan tingkat pendidikan seseorang, contohnya jika seseorang yang memiliki tingkat

ekonomi yang rendah maka akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya,dan begitu

juga sebaliknya.

3. Pendidikan

Makin tinggi pendidikan yang dimiliki seseorang maka ia akan mudah menerima hal-

hal baru dan mudah juga menyesuaikan dirinya dengan hal baru tersebut.

4. Pengalaman

Faktor pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, contoh yang

berkaitan dengan pendidikan yaitu seseorang yang berpendidikan tinggi pasti akan

mempunyai pengalaman yang luas, sedangkan yang berhubungan dengan umur yaitu jika

semakin tua umur seseorang maka pengalaman yang dimiliki akan makin banyak.

Sikap

Pengertian Sikap

Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang

membahas unsur sikap, baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian dilakukan

untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak

pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap, kaitannya dengan efek dan perannya dalam

pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok, serta pilihan-pilihan yang

ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan. Menurut Petty

Cocopio (1986), sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,

orang lain, objek, atau issue (Saifuddin, A 2000).

16
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek (Notoatmodjo, S 2003). Sedangkan menurut Thomas dan Znaniecki

(1920) yang dikutip Wawan, A dan Dewi. M (2010) menegaskan bahwa sikap adalah

predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap

bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely physic inner state),

tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya, proses ini

terjadi secara subyektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh

adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin

dipertahankan dan dikelola oleh individu.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial.

Komponen Pokok Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:

1. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen

kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat

disamakan penanganan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversial.

2. Komponen afektif (komponen emosional)

Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang

terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang

merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan

negatif.

17
3. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)

Merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap

objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya

kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam

penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang

peranan penting.

Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah,

adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk

18
pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu

bukti bahwa sidik jari laten ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sifat Sikap

Sifat sikap ada dua macam, dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:

1. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu.

2. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap (Saifuddin, A 2000),

antara lain:

1. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

19
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu- individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita

yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya

konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

Landasan Teori

Kepercayaan kesehatan (health belief) sebagaimana dikemukakan Anderson (1974),

mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, yaitu meliputi: penilaian terhadap status sehat

sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan tentang penyakit. Sehubungan

20
dengan kajian dalam penelitian ini tentang pentingnya sirkumsisi maka aspek sikap, dan

pengetahuan difokuskan pada sirkumsisi.

Karakteristik Predisposisi
Demografi
Struktur Sosial
Kepercayaan Kesehatan

Karakteristik Pendukung
Status Ekonomi Keluarga
Sarana dan Prasarana Sirkumsisi

Karakteristik Kebutuhan
PerasaanSubjektif tentang penyakit
Evaluasi Klinis

Gambar 2 Kerangka Teori

Sumber : Anderson (1974) dalam Notoadmodjo (2005)

Kerangka Pikir

Faktor Presdiposisi
1. Sosiobudaya Keluarga
2. Keyakinan Siswa

Faktor Pendukung Gambaran Pengetahuan


1. Pendapatan orang tua dan Sikap Siswa
2. Sarana dan Prasarana
tentang Sunat

21
Faktor Kebutuhan
Kebutuhan Siswa untuk
melakukan sirkumsisi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Keteranga
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan desain

studi kasus untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap siswa Tentang Sunat

(Sirkumsisi) di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2020. Teori budaya digunakan sebagai

teori yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini. Budaya merupakan pengetahuan yang

diperoleh seseorang melalui pengalaman yang menghasilkan perilakunya (Spradley, 1980).

Apa yang dilakukan dan mengapa orang melakukan berbagai hal dalam kehidupannya selalu

didasari pada definisi menurut pendapatnya sendiri yang dipengaruhi secara kuat oleh latar

belakang budayanya yang khusus (Cohen, 1971)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi pada bulan Februari

sampai dengan Agustus 2020, penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan di SMA tersebut

memiliki siswa dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda-beda sehingga sesuai

untuk melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Sirkumsisi.

Lokasi ini juga mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempercepat proses penelitian

Informan Penelitian

22
Pemilihan informan dilakukan secara purposif. Untuk memilih informan, peneliti meminta

bantuan kepada wali kelas untuk memberikan informasi tentang siswa yang sesuai dengan

kriteria yang peneliti cari. Pemilihan informan dilakukan berdasarkan status sirkumsisi,

agama dan sosial budaya. Pengkategorian status sirkumsisi berdasarkan sudah sirkumsisi dan

belum sirkumsisi.

Informan yang diwawancarai:

1. Siswa Muslim yang telah sirkumsisi

2. Siswa Non Muslim yang telah sirkumsisi

3. Siswa Non Muslim yang tidak sirkumsisi

Pengumpulan Data

Data Primer

Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk menggali informasi secara rinci dan

mendalam tentang pengetahuan dan sikap siswa tentang sirkumsisi di SMA Negeri 1 Tebing

Tinggi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari buku dan jurnal yang terkait dengan penelitian.

Instrumen Penelitian

Untuk pengumpulan data, digunakan instrumen berupa pedoman wawancara

mendalam. Sebelum finalisasi pedoman wawancara, peneliti melakukan uji coba pedoman

wawancara pada mahasiswa FKM USU. Uji coba dilakukan pada informan yang mempunyai

karakteristik yang hampir sama dengan informan penelitian. Uji coba pedoman dilakukan

untuk memastikan bahwa semua pertanyaan yang dibuat sudah cukup dan dapat menjawab

tujuan penelitian.

23
Prosedur Pengambilan Data

Pada tahap pertama, peneliti meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan penelitian

di sekolah mereka. Sebelum wawancara dilakukan, peneliti membacakan inform consent

kepada informan dan ditanyakan kesediaannya untuk diwawancarai dan izin untuk merekam

wawancara. Jika setuju untuk di wawancara, maka inform consent ditandatangani oleh

informan. Pada saat wawancara, peneliti akan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama

proses wawancara berlangsung agar tidak ada informasi yang terlewatkan.

Pengolahan Dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan transkip rekaman wawancara dan

catatan selama proses wawancara . Hasil catatan lapangan harus disempurnakan penulisannya

dan dilengkapi dengan hasil rekaman agar catatan menjadi lengkap. Tujuannya adalah untuk

menjaga keakuratan dan kelengkapan informasi. Untuk keperluan analisis, dibuat matriks

berdasarkan masing-masing hasil wawancara. Dengan menggunakan teknik analisis isi,

berpedoman terhadap transkrip dan matriks dibuat laporan hasil penelitian. Matriks sangat

membantu dalam menetapkan kategori jawaban informan.

Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjamin kualitas data, dilakukan uji validitas yang dilakukan dengan teknik

Triangulasi sumber (menggunakan informan yang berbeda-beda kemudian disesuaikan

dengan informan lainnya), dalam hal ini membandingkan jawaban informan dengan key

informan (orang tua atau keluarga dekat).

24

Anda mungkin juga menyukai