DISUSUN OLEH :
INDAH PERMATA SARI HASAN 171000011
ZULFA HIDAYAH ISKANDAR 171000227
WILDA BAYZUCHRA 171000278
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sunat (sirkumsisi) dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah khitan atau supit,
merupakan tuntunan syariat Islam untuk laki-laki maupun perempuan. Tidak hanya pemeluk
agama Islam saja yang melakukan sunat, orang-orang Yahudi, Nasrani dan agama lain
sekarang juga banyak yang melakukan sunat karena terbukti memberikan manfaat bagi
penelititan membuat orang-orang yang di luar Islam ikut melakukan sirkumsisi dengan alasan
kesehatan.
Sirkumsisi merupakan salah satu hal yang penting. Pengertian sirkumsisi sendiri adalah
membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan
tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh
dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003). Sirkumsisi dilakukan seorang
pria guna menjaga kebersihan dan kesehatan organ genitalnya. Belakangan ini sirkumsisi
hanya dipandang sebagai suatu kewajiban yang dilakukan oleh sekelompok orang demi
Pada tahun 2006 30% dari perwakilan 665 juta pria di dunia telah melakukan
sirkumsisi. Banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85% (8,7 juta) dan
Indonesia hanya 10,2 juta (12%) dari seluruh laki-laki non muslim (WHO, 2007). Pria di
beberapa negara beranggapan bahwa sirkumsisi hanya sebuah tradisi keagamaan bagi
pemeluk agama Islam. Hal ini berarti pria diluar pemeluk agama Islam tidak akan melakukan
sirkumsisi dengan alasan tidak diharuskan dalam ajaran agama mereka. Selain itu penyakit
infeksi kulit dan kelamin seperti herpes, chlamydia, dan syphilis, gonorrhea dan penyakit
1
menular seksual seperti HIV-AIDS serta infeksi saluran kemih merupakan dampak yang
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh WHO tahun 2006 diperkirakan jumlah
keseluruhan pria non-Muslim dan non-Yahudi yang telah melakukan sirkumsisi pada negara
Angola sekitar 90%, Australia 59%, Kanada 30%, Republik Demokratik Kongo 90%,
Ethiopia 92%, Ghana 85%, Indonesia 25%, Kenya 83%, Madagaskar 98%, Nigeria 90%,
Filipina 90%, Republik Korea 60%, Afrika Selatan 35%, Uganda 14%, Inggris Raya 6%,
Republik Tanzania 58%, dan Amerika Serikat 75%.3 Dari total keseluruhan pria yang telah
melakukan sirkumsisi, di temukan 69% adalah Muslim yang mayoritas berdomisili pada Asia
Timur, Asia Tengah, dan Afrika Utara. 0,8% adalah Yahudi, dan 13% pria non- Muslim dan
pria non-Yahudi dan non-Muslim yang berdomisili pada negara Brazil, Cina, India, dan
Jepang yang meningkat sekitar 15% yang telah melakukan sirkumsisi dengan alasan
melaksanakan kewajiban yang berlaku dalam budaya setempat, serta alasan medis.
setelah organ genitalianya diperiksa dari pada yang belum melakukan pemeriksaan pada
organ genitalianya, yaitu sekitar 34% berbanding 28%. Sedangkan dalam studi terhadap
remaja di Texas, dilaporkan jumlah keseluruhan pria yang melakukan sirkumsisi lebih rendah
setelah dilakukan pemeriksaan klinis yaitu 36%. Studi lanjutan di Texas, ditemukan bahwa
27% pria tidak melakukan sirkumsisi pada organ genitalianya dengan alasan mereka tidak
Pada tahun 2009 jumlah keseluruhan pria yang melakukan sirkumsisi meningkat
menjadi 76%-92% di Indonesia, Pakistan, Bangladesh, dan Timur Tengah. Akan tetapi hal
ini sangat bertolak belakang dengan jumlah keseluruhan pria yang melakukan sirkumsisi di
Australia, Kanada, dan Inggris Raya yang hanya sekitar 20% dari total keseluruhan pria yang
2
berdomisili di Negara tersebut. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Naidoo,et al
sirkumsisi telah dikategorikan cukup baik dengan presentase 66,43% dengan sikap yang
relatif positif. Dari keseluruhan sampel yang diteliti sekitar 85,4% responden merasa bahwa
sirkumsisi pada pria merupakan suatu hal yang tepat untuk dipromosikan. Sementara itu
dari keseluruhan mahasiswa pria menjadi sampel penelitian, hanya 3 orang yang bersedia
untuk melakukan sirkumsisi pada organ genitalia mereka dengan alasan sirkumsisi lebih
menjamin kesehatan organ genitalia mereka. Selain itu, sakit dan nyeri pada organ genitalia
merupakan alasan yang paling banyak dipilih sebagai alasan tidak ingin melakukan
sirkumsisi.
Hal sama ditemukan pada penelitian oleh Phiri,et al tahun 2011 bahwa rata-rata
pengetahuan pria mengenai sirkumsisi pada organ genitalia dikategorikan baik dengan
presentase 71,7 %. Selain itu, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa tingkat pendidikan
dibuktikan dengan, dari keseluruhan sampel yang diteliti didapatkan 85,9% dan 71,7%
berpengetahuan sangat baik dan baik mengenai sirkumsisi berasal dari kalangan orang
berpendidikan tinggi, dan hanya 25% yang memiliki pengetahuan buruk mengenai sirkumsisi
Hal yang sedikit berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Nasution,
mengenai gambaran pengetahuan orang tua terhadap sirkumsisi pada anak laki-laki tahun
2010. Pada hasil penelitian didapatkan, selain faktor pendidikan yang tinggi, faktor lain yang
menentukan tingkat pengetahuan seseorang mengenai sirkumsisi adalah agama, usia, jenis
kelamin, serta jenis kegiatan yang biasa dilakukan pada lingkungan tempat tinggal orang
tersebut. Dapat dibuktikan bahwa mayoritas orang tua yang beragama Islam memiliki tingkat
pengetahuan yang lebih baik dari orang tua yang beragama lainnya, yaitu sekitar 91,7%. Usia
3
juga sangat berpengaruh sebab didapati rentang usia 25-30 tahun berpengetahuan sangat baik.
Selain itu, didapati juga bahwa pria memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai
penelitian sebelumnya, seperti salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang mengenai sirkumsisi adalah faktor pendidikan orang tersebut. Sedangkan pada
penelitian lain ditemukan selain faktor pendidikan, faktor agama, usia, jenis kelamin, serta
sumber informasi yang diperoleh juga merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya
Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Di Indonesia
menurut WHO umur yang paling sering melakukan siskumsisi berkisar antara 5 sampai 12
tahun. Walaupun secara medis umur bukanlah batasan untuk melakukan sirkumsisi, namun
Usia sirkumsisi pun dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi
padausia 3-7 tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya
umur 4 tahun.Di Indonesia, misalnya Suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak pada
usia sekitar 15 tahun, sedangkan Suku Sunda pada usia 4 tahun ( Hermana, 2000)
Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas Islam di lihat dari hasil penelitian WHO,
Sehingga jumlah masyarakat yang melakukan sirkumsisi sudah banyak, namun kurangnya
informasi yang diberikan kepada masyarakat bahwa sirkumsisi memilki begitu banyak
manfaat bagi kesehatan, bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban agama ataupun budaya.
Adapun tujuan sirkumsisi secara medis untuk menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-
sisa urine, mencegah terjadinya infeksi pada glans atau prepusium penis, dan mencegah
Melakukan sirkumsisi dapat mengurangi potensi terkena AIDS dan kanker prostat,
dimana penyakit ini termasuk salah satu penyakit seks menular dengan angka yang lebih
4
tinggi dibandingkan Negara lain di Asia Tenggara. Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa sirkumsisi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai
dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker prostat. Penelitian lanjutan
tentu akan semakin membuka mata lebar-lebardari para praktisi kesehatan bahwa sirkumsisi
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara sampai dengan
Februari 2019 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS sebanyak 20.955 kasus dengan 16.890
kasus HIV dan 4.065 kasus AIDS dan 276 kematian. Berdasarkan data diatas menunjukkan
bahwa angka kejadian penderita HIV pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita.
Berdasarkan penelitian Juliyanti (2016) yang telah dilakukan proporsi dari kelompok subyek
penderita HIV yang melakukan hubungan seksual tidak aman yang disirkumsisi adalah
41,5% (141 orang) lebih rendah dibandingkan proporsi kelompok subyek yang tidak
dibidang kesehatan, metode sirkumsisi pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan
sirkumsisi menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak menyakitkan.
Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan
sirkumsisi sehingga proses sirkumsisi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya
banyak manfaat namun masih saja menjadi penghambat bagi orang tua untuk tidak
melakukan sirkumsisi pada anak mereka karena takut terhadap resiko atau komplikasi dalam
5
SMA Negeri 1 Tebing Tinggi berada di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso, Kelurahan
Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi. SMA Negeri 1 Tebing Tinggi
berdiri sejak tahun 1959 merupakan salah satu Sekolah Menengah Atass terbaik di Kota
Tebing Tinggi. Prestasi dapat dilihat dari tingginya presentase siswa SMA Negeri 1 Tebing
Tinggi masuk ke perguruan tinggi negeri. SMA Negeri 1 Tebing Tinggi memiliki keragaman
siswa yang sesuai dengan tujuan yang ingin didapat peneliti. Siswa yang bersekolah di SMA
Negeri 1 Tebing Tinggi berasal dari suku dan agama yang berbeda-beda sehingga
memudahkan peneliti menemukan informan yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dilihat
dari manfaat sirkumsisi yang begitu banyak terutama mencegah resiko penyakit pada kelamin
seperti AIDS dan kanker prostat, banyaknya faktor penghambat, dan masih kurangnya
kesadaran untuk melakukan sirkumsisi maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
melihat “ Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Sunat (Sirkumsisi) di SMA
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang Sunat (Sirkumsisi) di SMA
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang Sunat (Sirkumsi)
Tujuan Khusus
6
1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang Sunat (Sirkumsisi) di SMA Negeri 1
2. Untuk mengetahui sikap siswa tentang Sunat (Sirkumsis) di SMA Negeri 1 Tebing
Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan status kesehatan siswa, serta sebagai dasar untuk
2. Bagi siswa
Sebagai sumber pengetahuan tambahan kepada siswa mengenai pentingnya sirkumsisi bagi
kesehatan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sirkumsisi
Definisi Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka.
Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh
dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003).
tuntunan syariat Islam yang dan diwajibkan untuk laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia
orang-orang Yahudi dan Nasranipun sekarang juga banyak yang menjalaninya karena
8
Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau dalam
budaya jawa dikenal dengan istilah “sumpit” pada dasarnya adalah pemotongan sebagian dari
preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata terlihat jelas. Penis
merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis berfungsi sebagai saluran kencing
dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina selama berlangsungnya hubungan
seksual.
Penis dibagi menjadi tiga regio : pangkal penis, korpus penis, dan glans penis.
Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simphisis pubis. Korpus
penis merupakan bagian yang didalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis adalah
bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona radiata merupakan
bagian “leher” yang terletak antara korpus penis dan glans penis.
Kulit yang menutupi penis menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos
dan jaringan areolar yang memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak struktur
dibawahnya. Lapisan subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena dan pembuluh limfe
superficial. Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan jaringan elastis yang
merupakan struktur internal penis. Sebagian besar korpus penis terdiri dari jaringan erektil,
Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut preputium. Preputium melekat di
sekitar corona radiata dan melanjut menutupi glans. Kelenjar-kelenjar preputium yang
terdapat di sepanjang kulit dan mukosa preputium mensekresikan waxy material yang
dinamakan smegma. Sayangnya, smegma merupakan media yang sangat baik bagi
perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering terjadi di daerah ini, khususnya bila
higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi problem ini adalah
dengan sirkumsisi. Prosedur sirkumsisi di barat khususnya USA umum dilakukan segera pada
bayi baru lahir. Dari sisi agama, budaya dan dukungan data epidemiologi, sirkumsisi
9
dianggap memiliki pengaruh yang baik bagi kesehatan reproduksi walaupun hal ini masih
Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 25% pria telah disirkumsisi. Bukti epidemiologi
yang kuat menunjukkan pengaruh sirkumsisi : pria yang telah disirkumsisi (dewasa dan
neonatus) memiliki resiko lebih kecil menderita infeksi saluran kemih, penyakit genitalia
ulseratif, karsinoma penis, dan infeksi HIV dibandingkan dengan pria yang tidak
disirkumsisi.
dianggap memiliki risiko dan efek negative seperti nyeri, perdarahan, trauma penis, dan
infeksi postoperasi. Banyak praktisi medis yang merasa bahwa prosedur sirkumsisi pada
neonatus memiliki efek negative yang lebih besar dibandingkan bila dilakukan pada pria
menjadikan sirkumsisi sebagai prosedur rutin pada neonatus, tetapi keduanya dapat saja
melakukannya dengan dukungan dan persetujuan orang tua berdasarkan evaluasi medis
individu dengan melihat keuntungan dan kerugiannya. Prosedur pelaksanaan sirkumsisi dapat
berbaring)
4. Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka, perdarahan dan
10
8. Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara sentrifugal
11. Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke arah proximal
13. Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma menggunakan kasa
18. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan frenulum pada
klem jam 6
19. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi dengan jahitan
melingkar)
22. Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan
24. Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
Secara medis tidak ada batasan umur berapa yang boleh di sirkumsisi.Usia sirkumsisi
pun dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7
tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4
11
tahun.Di Indonesia, misalnya Suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak pada usia
pendeknya alat kelamin berbeda kesulitannya. Bentuk penis yang kecil cenderung sulit.
Karena pembukaan ujung penis sulit, sedangkan bagi yang penis yang panjang mudah untuk
Bagi yang memiliki kelainan, seperti hemofilia atau pendarahan yang sulit berhenti.
Itu tidak sama proses khitanannya dengan yang normal. Karena bila dilakukan dengan cara
yang sama maka bisa berakibat fatal. Pendarahan akan terus terjadi, jadi perlu ada
penanganan dan alat khusus untuk mengkhitannya. Untuk perawatan luka pasca khitanan
yaitu sering diberi antiseptik. Bila terdapat cairan maka di bersihkan menggunakan kain kasa
atau tisu yang dilipat membentuk sudut, kemudian ditekan, jangan diusap. Karena bila diusap
maka akan lecet, dan jangan diusap menggunakan kapas. karana bila hal tersebut dilakukan
kapas akan tertinggal pada luka, dan akan memperlambat penyembuhan luka. Normalnya,
luka khitan bila tidak ada kelainan akan sembuh dalam 3 hari. Namun bila terdapat kelainan
Sejarah
Defenisi Sirkumsisi merupakan prosedur bedah tertua yang telah dilakukan selama
seperti, untuk kepentingan medis, ritual keagamaan, norma sosial budaya yang mengikat,
serta beberapa alasan lainnya. Pada umumnya, sirkumsisi dilakukan pada pria dan
masyarakat Islam di seluruh dunia. Sirkumsisi pada pria merupakan salah satu prosedur
bedah yang paling sering dilakukan di seluruh dunia. Sirkumsisi pada pria sering disebut juga
sebagai suatu prosedur bedah elektif, yang berarti bahwa hal ini dilakukan hanya untuk alasan
12
kecantikan. Pada proses bedah ini, bagian yang diangkat adalah preputium (kulup yang
membungkus glands penis). Kulup yang membungkus glands penis ini sangat berkontribusi
Dalam catatan sejarah dan temuan arkeologi, sirkumsisi pertama kali dilakukan pada
zaman perdaban mesir kuno. Masyarakat mesir telah melakukan sirkumsisi pada awal abad
23 sebelum masehi. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah gambaran pada relief
dinding makam mentri Firaun Teti yang memerintah pada tahun 2345-2393 sebelum masehi,
ditemukannya sebuah stela dari Naga Ed Dar yang menunjukan proses sirkumsisi terhadap
120 orang sedang dilakukan, serta The Ebers Papyrus yang ditulis sekitar tahun 1550 sebelum
masehi yang memberi penangkal untuk perdarahan yang terjadi setelah melakukan
sirkumsisi.
Pada tahun 1969, ditemukan sebuah cotta terra yang bentuknya seperti penis yang
telah dilakukan sirkumsisi dari lingga yang bertuliskan tanggal akhir abad ke 12 di Stratum
XI di Tel Gezer di Israel. Penemuan ini menunjukan bahwa sejak zaman dulu penduduk
Filistin dan Kanaan telah melakukan sirkumsisi. Ada kemungkinan bahwa penduduk pesisir
lainnya telah melakukan sirkumsisi, sebab sirkumsisi merupakan prosedur bedah tertua yang
di lakukan oleh manusia. Data ini menunjukan bahwa praktik sirkumsisi telah menyebar dari
Mesir dan secara cepat menyebar sampai ke daerah Semit Barat lainnya. Tidak ada bukti
khusus yang menunjukan bahwa orang-orang Semit Timur Mesopotamia seperti, Akkadians,
13
3. Mengurangi resiko terkena karsinoma penis
Faktor penghambat yang membuat untuk tidak melakukan tindakan sirkumsisi adalah:
Pengetahuan
Definisi Pengetahuan
suatu topik. Tingkat pengetahuan merupakan domain yang penting dalam pembentukan sikap
maupun tindakan seseorang. Meskipun demikian, tingkat pengetahuan tidak selalu tercermin
pancaindra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007)
pengetahuan tersebut mencakup kompetensi ketrampilan intelektual yang dimulai dari hal
sederhana sampai domain yang paling kompleks. Adapun tingkatan pengetahuan tersebut
adalah:
1. Tahu (Know), artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau
14
rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
benar tentang suatu objek yang diketahui dan kemampuan untuk menginterpretasikan materi
3. Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
4. Analisis (Analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suat u objek kedalam
berbagai komponen, yang masih didalam struktur organis asi tersebut dan masih ada
menjadi suatu keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun suatu formulasi yang baru dari formulasi telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan penilaian dari suatu materi
atau objek. Penilaian tersebut harus berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
informasi baru yang diterima seseorang akan disaring, sehingga harus sesuai dengan budaya
2. Sosial Ekonomi
15
Faktor lingkungan sosial dan ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi
pengetahuan karena kedua faktor ini mendukung tingginya pengetahuan dan yang berkaitan
dengan ekonomi juga pendidikan seseorang. Faktor ekonomi mempunyai hubungan sebab
akibat dengan tingkat pendidikan seseorang, contohnya jika seseorang yang memiliki tingkat
ekonomi yang rendah maka akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya,dan begitu
juga sebaliknya.
3. Pendidikan
Makin tinggi pendidikan yang dimiliki seseorang maka ia akan mudah menerima hal-
hal baru dan mudah juga menyesuaikan dirinya dengan hal baru tersebut.
4. Pengalaman
Faktor pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, contoh yang
berkaitan dengan pendidikan yaitu seseorang yang berpendidikan tinggi pasti akan
mempunyai pengalaman yang luas, sedangkan yang berhubungan dengan umur yaitu jika
semakin tua umur seseorang maka pengalaman yang dimiliki akan makin banyak.
Sikap
Pengertian Sikap
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang
membahas unsur sikap, baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian dilakukan
untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak
pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap, kaitannya dengan efek dan perannya dalam
pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok, serta pilihan-pilihan yang
Cocopio (1986), sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
16
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Notoatmodjo, S 2003). Sedangkan menurut Thomas dan Znaniecki
(1920) yang dikutip Wawan, A dan Dewi. M (2010) menegaskan bahwa sikap adalah
predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap
bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely physic inner state),
tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya, proses ini
terjadi secara subyektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh
adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
1. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen
kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat
disamakan penanganan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan
negatif.
17
3. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)
objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya
Komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang
peranan penting.
Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
2. Merespon (Responding)
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah,
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk
18
pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu
bukti bahwa sidik jari laten ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
Sifat Sikap
Sifat sikap ada dua macam, dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:
antara lain:
1. Pengalaman pribadi
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
19
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita
yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya
6. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
pertahanan ego.
Landasan Teori
mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, yaitu meliputi: penilaian terhadap status sehat
20
dengan kajian dalam penelitian ini tentang pentingnya sirkumsisi maka aspek sikap, dan
Karakteristik Predisposisi
Demografi
Struktur Sosial
Kepercayaan Kesehatan
Karakteristik Pendukung
Status Ekonomi Keluarga
Sarana dan Prasarana Sirkumsisi
Karakteristik Kebutuhan
PerasaanSubjektif tentang penyakit
Evaluasi Klinis
Kerangka Pikir
Faktor Presdiposisi
1. Sosiobudaya Keluarga
2. Keyakinan Siswa
21
Faktor Kebutuhan
Kebutuhan Siswa untuk
melakukan sirkumsisi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Keteranga
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan desain
studi kasus untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap siswa Tentang Sunat
(Sirkumsisi) di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2020. Teori budaya digunakan sebagai
teori yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini. Budaya merupakan pengetahuan yang
Apa yang dilakukan dan mengapa orang melakukan berbagai hal dalam kehidupannya selalu
didasari pada definisi menurut pendapatnya sendiri yang dipengaruhi secara kuat oleh latar
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi pada bulan Februari
sampai dengan Agustus 2020, penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan di SMA tersebut
memiliki siswa dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda-beda sehingga sesuai
untuk melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Sirkumsisi.
Lokasi ini juga mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempercepat proses penelitian
Informan Penelitian
22
Pemilihan informan dilakukan secara purposif. Untuk memilih informan, peneliti meminta
bantuan kepada wali kelas untuk memberikan informasi tentang siswa yang sesuai dengan
kriteria yang peneliti cari. Pemilihan informan dilakukan berdasarkan status sirkumsisi,
agama dan sosial budaya. Pengkategorian status sirkumsisi berdasarkan sudah sirkumsisi dan
belum sirkumsisi.
Pengumpulan Data
Data Primer
Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk menggali informasi secara rinci dan
mendalam tentang pengetahuan dan sikap siswa tentang sirkumsisi di SMA Negeri 1 Tebing
Tinggi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari buku dan jurnal yang terkait dengan penelitian.
Instrumen Penelitian
mendalam. Sebelum finalisasi pedoman wawancara, peneliti melakukan uji coba pedoman
wawancara pada mahasiswa FKM USU. Uji coba dilakukan pada informan yang mempunyai
karakteristik yang hampir sama dengan informan penelitian. Uji coba pedoman dilakukan
untuk memastikan bahwa semua pertanyaan yang dibuat sudah cukup dan dapat menjawab
tujuan penelitian.
23
Prosedur Pengambilan Data
Pada tahap pertama, peneliti meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan penelitian
kepada informan dan ditanyakan kesediaannya untuk diwawancarai dan izin untuk merekam
wawancara. Jika setuju untuk di wawancara, maka inform consent ditandatangani oleh
informan. Pada saat wawancara, peneliti akan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama
catatan selama proses wawancara . Hasil catatan lapangan harus disempurnakan penulisannya
dan dilengkapi dengan hasil rekaman agar catatan menjadi lengkap. Tujuannya adalah untuk
menjaga keakuratan dan kelengkapan informasi. Untuk keperluan analisis, dibuat matriks
berpedoman terhadap transkrip dan matriks dibuat laporan hasil penelitian. Matriks sangat
Untuk menjamin kualitas data, dilakukan uji validitas yang dilakukan dengan teknik
dengan informan lainnya), dalam hal ini membandingkan jawaban informan dengan key
24