Anda di halaman 1dari 18

EVIDENCE BASED

TERKAIT PELAYANAN KELUARGA


BERENCANA DAN KESEHATAN
REPRODUKSI
ZAHRA ZAHROTUL FUADAH
Latar Belakang
◦ Salah satu masalah penting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu
ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang
pesat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan
program Keluarga Berencana (KB)
◦ Menurut data kesehatan dunia World Organization Health (WHO), KB adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur
interval kehamilan dan kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami dan istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi dan meningkatkan kesejahteraan anak
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
EVIDENCE BASED
◦ Evidence based jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris)
Evidence adalah bukti atau fakta, Base adalah dasar
Evidence base adalah praktik berdasarkan bukti, artinya tidak lagi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus
berdasarkan bukti dan bukti inipun merupakan bukti ilmiah
terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
◦ Evidence Based Midwifery (EBM) adalah penggunaan mutakhir
terbaik yang ada secara bersungguh-sungguh, eksplisit dan
bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan
pasien perseorangan (Sackett et al, 1997). Evidence Based
Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia
kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah
tindakan – tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat
bahkan merugikan bagi pasien
KB
◦ Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015)

◦ Jenis – jenis kontrasepsi berdasarkan metode :


a. Metode sederhana seperti KBA, metode kalender, coitus interuptus, metode suhu basal,
metode lendir serviks, MAL
b. Metode modern seperti kondom, pil, suntik, implant, AKDR
c. Metode operasi seperti Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP)
KESPRO
◦ Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya
(WHO).
◦ Kespro adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental
dan kehidupan social yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kespro bukannya kondisi yang bebas dari penyakit
melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman
dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI 2000).
PELAYANAN KB TERKINI
Merencanakan kehamilan penting untuk dilakukan karena kehamilan bukanlah
suatu hal yang mudah untuk dijalani setiap pasangan suami istri. Banyak yang
harus dipersiapkan sebelum kehamilan baik itu secara mental, fisik dan
finansial. Kehamilan yang tidak direncanakan dengan baik dapat memberi
dampak buruk bagi ibu dan bayi.
Judul Keberlangsungan Akseptor IUD Pasca Persalinan Pervaginam di RSUP dr. Kariadi
Jurnal Jurnal Kedokteran Diponegoro
Volume dan Halaman Volume 8, halaman 1037-1049
Tahun 2019
Penulis Ratih Jayanti, Budi Palarto Soeharto, Dea Amarilisa Adespin
Tanggal Review 31 Agustus 2022
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui keberlangsungan pemasangan IUD Pasca Persalinan Pervaginam
di RSUP dr. Kariadi
Subjek Penelitian 20 sampel akseptor IUD Pasca Persalinan sejak Juni hingga Agustus 2016 di RSUP
dr. Kariadi
Metode Penelitian Deskriptif kualitatif
Hasil Penelitian Terdapat 17 (85%) akseptor IUD pasca persalinan pervaginam yang masih
menggunakan metode kontrasepsi tersebut. Manfaat yang dirasakan akseptor adalah
karena penggunaan IUD pasca persalinan pervaginam efektif dan praktis. Sedangkan
3 (15%) eks-akseptor IUD pasca persalinan pervaginam tidak merasakan manfaat
tersebut
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
(IMS)
◦ Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang sebagian besar menular
lewat hubungan seksual dengan pasangan yang tertular. IMS disebut juga
penyakit kelamin (Triningtyas, 2015)
◦ Terdapat kurang lebih 30 jenis mikroba (bakteri, virus dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui kontak seksual dan non-seksual. Kondisi yang paling sering
ditemukan adalah gonorrhea, Chlamydia, herpes genitalis, infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) dan tricomoniasis (World Health Organization,
2013)
Judul Pengetahuan dan Pengalaman Wanita Pekerja Seks dalam Pencegahan Infeksi Menular Seksual di Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Jakarta
Jurnal Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

Volume dan Halaman Volume 6, halaman 41-54

Tahun 2020

Penulis Rr. Arum Ariasih, Mizna Sabilla

Tanggal Review 31 Agustus 2022

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengetahuan dan pengalaman pencegahan IMS pada WPS

Subjek Penelitian WPS di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta

Metode Penelitian Menggunakan pendekatan mix method. Pendekatan kuantitatif menggunakan cross sectional dengan total sampel 68
orang dengan analisis univariant. Pendekatan kualitatif dengan indepth interview kepada 6 informan utama (WPS) dan 1
informan kunci(petugas)
Hasil Penelitian 4.1 % berusia reproduksi sehat. Tingkat penelitian tertinggi responden adalah pendidikan dasar 50%, status pernikahan
responden paling banyak 48.5% adalah cerai hidup, sebanyak 48.5% responden menjadi WPS kurang dari 6bulan.
Sebanyak 60.3% responden memiliki pengetahuan kurang terutama dalam memahami IMS. Responden yang memiliki
pengalaman kurang terhadap pencegahan PMS adalah 60.3%.
Alasan utama mereka menjadi WPS adalah ekonomi, ajakan teman dan lingkungan, keinginan, serta trauma/kegagalan
masa lalu. Hal yang membuat WPS kurang dalam melakukan pencegahan IMS adalah kurangnya pengetahuan tentang
IMS dan pencegahannya, tidak menggunakan kondom karena melakukan dengan orang dekat (pacar,teman) dan bentuk
pelayanan kepada pelanggan (sesuai permintaan pelanggan)
HIV/AIDS
◦ HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Virus HIV akan masuk ke dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi jumlahnya akan menurun. Akibatnya sistem kekebalan
tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit. Kondisi ini disebut AIDS
(Ardhiyanti, dkk, 2015). Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) yaitu suatu gejala penyakit
kerusakan sistem kekebalan tubuh bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan
◦ Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI hingga 2015 remaja yang terinfeksi HIV berjumlah
28.060 orang (15,2 persen). Sebanyak 2089 orang (3 persen) di antaranya sudah dengan AIDS. Remaja
selalu berisiko tinggi karena mereka memiliki hubuungan yang singkat dan pasangan yang banyak, atau
pacar atau tunangan dengan perilaku berisiko. Penularan HIV terjadi dinilai salah satunya karena
kurangnya pengetahuan terkait HIV/AIDS di kalangan para remaja. Pengetahuan remaja tentang HIV-
AID merupakan bagian dari indikator Millenium Development Goals (MDGs), dan harus dipantau secara
berkala oleh semua negara-negara berkembang termasuk Indonesia
Judul Pengetahuan Remaja Terhadap HIV-AIDS
Jurnal Prosiding Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Volume dan Halaman Volume 5, halaman 288-293
Tahun 2018
Penulis Nunung Nurwati, Binahayati Rusyidi
Tanggal Review 31 Agustus 2022
Tujuan Penelitian Mendeskripsikan pengetahuan HIV-AIDS dikalangan remaja usia 15-24 tahun
Subjek Penelitian Remaja usia 15-24 tahun
Metode Penelitian Kualitatif karena menggunakan data dari hasil SDKI 2017: Kespro remaja SDKI dilaksanakan
bersama Badan Pusat Statistik, BKKBN, dan KEMENKES
Hasil Penelitian Mayoritas remaja baik wanita maupun pria pernah mendengar tentang HIV-AIDS, namun
demikian masih ada remaja yang tidak pernah mendengar, walaupun presentasenya kecil jika
tidak segera diberi pengetahuan dan pemahaman HIV-AIDS terutama penanganan dan
pencegahannya akan menimbulkan dampak, misalnya karena ketidaktahuannya maka remaja
sering melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang
KEGANASAN dalam SIST.REPRO
◦ Penyakit keganasan, atau yang lebih banyak dikenal sebagai kanker, adalah penyakit yang
ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal dalam tubuh

◦ Terdapat hubungan antara usia pertama kali hubungan seksual, parietas, obesitas
Judul Hubungan Pengetahuan WUS tentang Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Papsmear
Jurnal Jurnal Kebidanan Sorong
Volume dan Halaman Volume 1, halaman 26-34
Tahun 2021
Penulis Syahroni Damanik, Suyanti Suwardi
Tanggal Review 31 Agustus 2022
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan pengetahuan WUS tentang kanker serviks dengan pemeriksaan
Papsmear di Dusun IV Desa Helvetia
Subjek Penelitian Seluruh WUS yang datang ke posyandu Desa Helvetia tahun 2020 sebanyak 265
Metode Penelitian Menggunakan desain penelitian survei analitik cross sectional dengan clusterrandom
sampling. Hasil uji stastik dengan uji chi-square
Hasil Penelitian Terdapat pengetahuan kurang dengan tidak melakukan pemeriksaan papsmear adalah sebanyak
45 responden (62.5%) dan pengetahuan baik dengan melakukan pemeriksaan papsmear adalah
7 responden (9.7%)
SISTEM
REPRODUKSI
◦ Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks
dalam organisme yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi
seksual. Sistem reproduksi yang melibatkan organ-organ reproduksi
pada makhluk hidup digunakan untuk berkembang biak atau
melakukan reproduksi. Sistem reproduksi pada manusia dibagi
menjadi dua yaitu sistem reproduksi pada pria dan wanita
◦ Manusia tidak punya musim tertentu bagi aktivitas seksual, seperti
hampir semua mamalia lainnya. Koitus dapat terjadi kapan saja dan
koitus selain berperan dalam fungsi reproduksi, bisa pula berfungsi
hanya sebagai aktivitas untuk mempertahankan seksualitas,
sehingga fungsi reproduksi dapat dicegah dengan menggunakan
kontrasepsi.
Judul Edukasi Pada Wanita Usia Subur Tentang Gangguan Sistem Reproduksi
Jurnal Jurnal Pengabdian Masyarakat
Volume dan Halaman Volume 2, halaman 188-197
Tahun 2021
Penulis Mella Yuria Rachma Anandita, Irwanti Gustina
Tanggal Review 31 Agustus 2022
Tujuan Penelitian Memberikan edukasi kepada Wanita Usia Subur (WUS) tentang gangguan pada sistem
reproduksi
Subjek Penelitian Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah SDN 3 Cimuning Bekasi
Metode Penelitian Kualitatif. Penyuluhan kesehatan dengan daring
Hasil Penelitian Diperoleh data bahwa 68% dari 25 orang WUS di wilayah SDN 3 Cimuning Bekasi memiliki
pengetahuan sedang dan hasil postest menunjukan mayoritas WUS memiliki pengetahuan
yang baik tentang gangguan sistem reproduksi yaitu sebanyak 18 orang (72%). Mayoritas
masih beranggapan tanda gejala pada sistem reproduksi merupakan hal yang normal
KESIMPULAN
◦ Evidence Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia
kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan –
tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi
pasien.
◦ Tidak semua EBM dapat langsung diaplikasikan oleh semua professional
kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah
terlebih dahulu, mempertimbangkan manfaat dan kerugian serta kondisi
setempat seperti budaya, kebijakan dsb.

Anda mungkin juga menyukai