Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

Hubungan Sikap, Budaya dan Sumber Informasi dengan Perilaku Orang Tua melakukan
Sirkumsisi pada Bayi Perempuan di Desa Cibitung Kulon Pamijahan

Disusun oleh:

YUSTIA NUR FITRIANI

NPM: 07170100100

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

TAHUN 2018
Sikap, Budaya Dan Sumber Informasi Dengan Perilaku Orang Tua Melakukan Sirkumsisi Pada
Bayi Perempuan Di Desa Cibitung Kulon
Pamijahan Bogor

Yustia Nur Fitriani 1, Siti Hodijah2


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jln. Harapan nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610
Telp: (021) 78894045, Email : nurfitrianiyustia@gmail.com1, hodijah80@gmail.com2

ABSTRAK

Sirkumsisi pada bayi perempuan sampai saat ini masih menjadi pro-kontra dikalangan masyarakat,
termasuk di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap, budaya dan sumber
informasi dengan perilaku orang tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan di Desa Cibitung
Kulon Pamijahan Bogor tahun 2018. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitik, desain
cross sectional dengan jumlah populasi 76 responden dan menggunakan metode total sampling. Data
diperoleh dari kuesioner yang diiisi oleh para ibu. Hasil uji chi-square didapatkan bahwa a da
hubungan antara sikap (P=0,014) dengan perilaku orang tua melakukan sirkumsisi pada bayi
perempuan, ada hubungan antara budaya (P=0,041) dengan perilaku orang tua melakukan sirkumsisi
pada bayi perempuan, ada hubungan antara sumber informasi (P=0,024) dengan perilaku orang tua
melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan. Kesimpulan dalam penelitian ini hampir seluruh
responden melakukan sirkumsisi pada bayi perempuannya yaitu sebanyak 76,3% dari 76 orang dan
adanya hubungan yang signifikan antara sikap, budaya dan sumber informasi dengan perilaku orang
tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan di Desa Cibitung Kulon Pamijahan Bogor tahun 2018.
Saran diharapkan agar mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai larangan melakukan praktik
sirkumsisi pada bayi perempuan.

Kata kunci : Budaya, Perilaku, Sikap, Sirkumsisi, Sumber Informasi

ABSTRACT

Until now, Circumcision in female baby is still become pro and contra in society, including in
Indonesia. The purpose of this study was to investigate the relation of attitude, culture and information
source with parents behavior doing circumcision to female baby in Cibitung Kulon village sub-district
Pamijahan Bogor 2018. This research method used analytic description, cross sectional and total
population with 76 respondens and design with total sampling method. The data was obtained from
questionnaire filled by mothers. The result of chi-square test pointed out that there are relation
between attitude (P=0,014) with parents behavior doing circumcision in female baby, there are
relation between culture (P=0,041) with parents behavior doing circumcision in female baby, there
are relation between information source (P=0,024) with parents behavior doing circumcision in
female baby. The conclusion of this research was almost all respondents doing circumcision in female
baby as much as 76,3% from 76 respondents and there are significant relation between attitude,
culture and information source with parents behavior doing circumcision in female baby in Cibitung
Kulon village Pamijahan Bogor 2018. Suggestion expected to socialize to community about regarding
prohibitions doing circumcision practice to female baby.

Keywords : Culture, Behavior, Attitude, Circumcision, Information Source


Pendahuluan
Sunat atau sirkumsisi pada perempuan pendarahan, infeksi, kesulitan buang air kecil,
merupakan suatu fenomena yang sudah serta infeksi saluran kemih. Sedangkan dalam
berabad-abad tahun yang lalu dilaksanakan jangka panjang dapat memicu trauma emosi,
bahkan memang sudah berakar pada kesulitan melakukan hubungan seksual,
masyarakat tertentu sehingga kebiasaan ini sulit melahirkan serta gangguan masalah kesuburan
untuk dihilangkan. rahim dan juga kelahiran bayi mereka.3
Praktik sunat pada bayi perempuan atau Sirkumsisi perempuan dalam data Riset
yang biasa disebut dengan Female Genital Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Riskesdas)
Mutilation (FGM) atau lebih dikenal dengan menunjukkan hasil yang mencengangkan.
sirkumsisi yaitu suatu tindakan memotong, Sebanyak 51,2% anak perempuan usia 0-11
menghilangkan sebagian atau seluruh klitoris tahun di Indonesia pernah mengalami praktik
maupun perlukaan lainnya. Sirkumsisi pada sirkumsisi. Kemudian 72,4% di antaranya
perempuan dilakukan atas dasar budaya atau mengalami sirkumsisi pada usia 1-5 bulan,
indikasi non-teurapetik.1 13,9% pada usia 1-4 tahun, serta 3,3% pada
usia 5-11 tahun.
Praktik sirkumsisi ini berakar pada
ketidaksetaraan gender, upaya untuk Survei yang sama menunjukkan bahwa
mengontrol seksualitas perempuan, gagasan praktik sirkumsisi perempuan paling banyak
mengenai kemurnian, kesopanan serta terjadi di Gorontalo, yaitu 83,7%, kemudian
kecantikan. Praktik ini biasanya diinisiasikan Bangka Belitung (83,2%), Jawa Barat (79,2%),
dan dilakukan oleh perempuan yang Kalimantan Selatan (78,7%), dan Nusa
memandangnya sebagai suatu kehormatan, Tenggara Barat (68,7%).
karena dikhawatirkan jika tidak melakukan
Data dari Riset Kesehatan Dasar
praktik tersebut akan mengalami pengucilan
Nasional (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
sosial. Pengucilan sosial ini salah satunya
petugas medis melakukan lebih dari separuh
dianggap mencoreng kehormatan keluarga
atau 53,2% dari sunat perempuan yang
karena sirkumsisi mewakili identitas suatu suku
dilaporkan. Dari persentase tersebut 50,9%
masyarakat.
dilakukan oleh bidan, 46,8% oleh dukun bayi
Sirkumsisi pada bayi perempuan sampai atau penyunat tradisional dan 2,3% oleh
saat ini memang masih menjadi pro-kontra petugas medis lainnya.4
dikalangan masyarakat, termasuk di Indonesia.
banyaknya kontroversi menyebabkan banyak Sirkumsisi pada perempuan sebenarnya
pendapat dan perbedaan mengenai praktik sunat sudah tidak diperbolehkan sejak tahun 2006
pada bayi perempuan. dengan Surat Edaran Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat Depkes RI, mengenai larangan
Laporan dari PBB (UNICEF) pada tahun medikalisasi sunat atau sirkumsisi pada
2015 menunjukkan bahwa ada sekitar 200 juta perempuan bagi petugas kesehatan. Karena
perempuan dari 30 Negara di dunia melakukan menurut surat edaran tersebut, praktik ini tidak
praktik sirkumsisi. Meski jumlah terbanyak memiliki manfaat bagi kesehatan dan justru
berasal dari negara-negara di Afrika, Asia, malah menyakitkan. Tembusan juga diberikan
Amerika Latin, dan Saudi Arabia. Praktik kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan RI
sirkumsisi juga banyak terjadi di Indonesia dan Ketua Komnas, hal ini dimaksudkan untuk
yang diperkirakan berkisar 60 juta perempuan memberikan perlindungan terhadap kekerasan
dengan populasi yang mayoritas beragama bagi perempuan.
muslim terbesar di dunia yang telah melakukan
sirkumsisi semasa bayi. Selain agama islam Direktur Bina Kesehatan Ibu yaitu dr Ina
agama yahudi dan kristen juga ikut melakukan Herawati memberikan penjelasan mengenai
praktik sirkumsisi ini.2 perihal Permenkes nomer 1636 tahun 2010
tentang sirkumsisi pada perempuan di Komnas
WHO mengatakan bahwa melakukan Perempuan bahwa sunat atau sirkumsisi pada
sirkumsisi pada perempuan tidak memiliki perempuan memang tidak di kenal dalam dunia
manfaat sama sekali untuk kesehatan bahkan medis. Maka dari itu sunat perempuan dilarang
berbahaya bagi kesehatan dan organ reproduksi keras mengkauterisasi, memotong atau merusak
perempuan. Sirkumsisi pada perempuan secara klitoris. Selain itu memotong atau merusak
berlebihan dapat menimbulkan risiko
labia mayora, labia minora, hymen atau selaput Metode
dara dan vagina.
Jenis penelitian adalah kuantitatif yang
Pada tahun 2010 Kementerian Kesehatan artinya data-data yang diperoleh, dianalisis serta
Indonesia sempat melegalkan izin praktik disajikan berupa angka atau jumlah. Dengan
sirkumsisi. Akan tetapi pada tahun 2014 menggunakan deskriptif analitik yaitu untuk
Kementerian Kesehatan Indonesia mencabut mencari hubungan atau sebab akibat antara
kembali izin praktik tersebut. Hal ini variabel bebas dan variabel terikat. Pendekatan
dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah yang digunakan adalah cross sectional dimana
kepada masyarakat.5 pengambilan data dilakukan pada waktu
bersamaan. Desain penelitian ini akan
Masyarakat sangat erat kaitannya dengan
mengetahui sikap, budaya dan sumber
perilaku. Perilaku merupakan perbuatan atau
informasi dengan perilaku orang tua melakukan
tindakan yang dilakukan oleh manusia yang
sirkumsisi pada bayi perempuan di Desa
dapat diamati secara langsung, seperti perilaku
Cibitung Kulon Pamijahan Bogor tahun 2018.7
orang tua. Perilaku orang tua berkaitan dengan
tindakan yang dilakukan oleh orang tua itu Penelitian ini mengkaji beberapa variabel
sendiri dalam mengambil suatu keputusan, yaitu hubungan sikap, budaya dan sumber
salah satunya keputusan dalam melakukan informasi dengan perilaku orang tua melakukan
sirkumsisi pada bayi perempuan. Adapun yang sirkumsisi di Desa Cibitung Kulon Pamijahan
menyebabkan kurangnya perilaku orang tua Bogor tahun 2018 yang terdiri dari variabel
dipengaruhi oleh 3 ranah yaitu pengetahuan, independen (sikap, budaya, sumber informasi)
tindakan dan sikap. dan variabel dependen (perilaku orang tua
melakukan sirkumsisi).8
Sikap merupakan suatu respon yang
ditimbulkan dalam bertingkah laku. Salah satu Pada penelitian ini instrumen yang
faktor yang mempengaruhi sikap adalah digunakan adalah daftar pertanyaan atau
budaya, karena tanpa di sadari budaya telah kuesioner yang berisi variabel-variabel yang
menanamkan garis pengarah sikap terhadap diteliti yaitu sikap, budaya, sumber informasi
masalah yang terjadi. Budaya adalah suatu adat dan perilaku orang tua melakukan sirkumsisi
istiadat dan cara hidup yang berkembang dan yang diisi oleh responden, jenis skala
dimiliki bersama di dalam masyarakat dan pengukuran yang dipakai menggunakan skala
diwariskan secara turun temurun. Selain budaya guttman dan likert.9
faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap
Populasi merupakan keseluruhan objek
adalah sumber informasi. Sumber informasi
penelitian atau objek yang akan diteliti.
adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
menyampaikan informasi dan media informasi
terdiri atas objek (benda) atau subjek (orang)
untuk komunikasi massa. Dalam arti lain
yang mempunyai kualitas dan karektristik
sumber informasi merupakan sarana penunjang
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
untuk menambah pengetahuan seseorang yang
diteliti dan kemudian ditarik kesimpulan.
di milikinya.6
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
Berdasarkan studi pendahuluan yang memiliki bayi berumur 0-1 tahun di Desa
peneliti lakukan di Desa Cibitung Kulon Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Bogor
Pamijahan Bogor hasil yang telah peneliti sebanyak 76 orang.
lakukan, 10 orang ibu yang memiliki bayi 0-1
Sampel merupakan objek yang diteliti
tahun melakukan sirkumsisi pada anak
dan dianggap mewakili seluruh populasi ini.
perempuannya sejak usia 2 minggu sampai
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan
dengan 1 bulan karena alasan sudah menjadi
diteliti atau sebagian jumlah dan keraktristik
suatu keharusan, kebiasaan dan ada juga yang
oleh populasi dalam penelitian. Pada penelitian
tidak mengetahui alasan nya karena mengikuti
ini peneliti akan mengambil seluruh populasi
yang lain.
untuk dijadikan sampel yaitu sebanyak 76
Berdasarkan pro-kontra yang terjadi orang.10
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Kuesioner merupakan instrumen yang
hubungan sikap, budaya dan sumber informasi
digunakan dalam penelitian ini, sehingga dalam
dengan perilaku orang tua melakukan
pengkajian istrumennya meliputi uji validitas
sirkumsisi pada bayi perempuan di Desa
dan reliabilitas penelitian. Pengolahan uji coba
Cibitung Kulon Pamijahan Bogor tahun 2018.
instrumen dengan cara mengukur validitas dan
reliabilitas untuk melihat kesimpulan yang Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi Sikap,
sesuai dengan kenyataan sehingga kuesioner Budaya, dan sumber informasi dengan perilaku
dapat dipakai dalam penelitian. orang tua melakukan sirkumsisi di Desa
Cibitung Kulon Pamijahan Bogor
Sebelum digunakan dalam penelitian,
kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan
Analisis Univariat
diisi oleh 20 responden dari tempat yang
berbeda yang bertujuan untuk menguji cobakan
kuesioner dengan tujuan menjaga validitas dan Variabel Frekuensi Presentase
reliabilitas dalam instrumen ini, sehingga (%)
mempermudah responden dalam memahami Perilaku
instrumen tersebut. Dalam uji validitas dan Ya 58 76,3%
reliabilitas ini diolah menggunakan SPSS versi Tidak 18 23,7%
Sikap
18.0, jika pertanyaan valid pertanyaan tersebut
Setuju 50 65,8%
tetap digunakan sebagai kuesioner penelitian Tidak setuju 26 34,2%
dan jika tidak valid seharusnya dihilangkan Budaya
tetapi pada kuesioner ini terdapat 2 pertanyaan Berpengaruh 60 78,9%
yang tidak valid dan peneliti tetap Tidak Berpengaruh 16 21,1%
menggunakannya karena pertanyaan tersebut Sumber Informasi
pertanyaan vital dan tidak akan bermakna jika Nakes 19 25,0%
dihilangkan. Berdasakan data hasil uji Non Nakes 57 75,0%
reliabilitas didapatkan nilai koefisien untuk
variabel perilaku 0,717, sikap 0,733, budaya Sumber : Hasil olah data 2018
0,733, dan sumber informasi 0,783.
Dalam pengolahan data menggunakan
metode analisis univariat dan analisis bivariat. Berdasarkan hasil analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dalam penelitian ini dari 76 responden,
dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden
penelitian yang mengahasilkan gambaran melakukan sirkumsisi sebanyak 58 orang (76,3
distribusi dan presentasi dari setiap variabel, %) sedangkan yang tidak melakukan sirkumsisi
adapun analisis bivariat merupakan penelitian sebanyak 18 orang (23,7 %). Artinya bahwa
yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada masih banyak orang tua yang melakukan
hubungan antara dua variabel yaitu variabel sirkumsisi pada bayi perempuannya.
dependen (terikat) dan variabel independen Gambaran berhubungan dengan sikap
(bebas). dari 76 responden, bahwa responden yang
Hasil data dalam penelitian ini akan setuju melakukan sirkumsisi sebanyak 50 orang
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dari (65,8%) dan yang tidak setuju melakukan
sampel penelitian. Data yang disajikan pada sirkumsisi sebanyak 26 orang (34,2%). Artinya
awal hasil analisis yaitu berbentuk gambaran bahwa orang tua di Desa Cibitung Kulon
atau deskripsi mengenai sampel, dimana memiliki sikap setuju terhadap perilaku
penjelasannya disertai dengan ringkasan yang sirkumsisi pada bayi perempuan.
berupa tabel. Uji yang digunakan menggunakan Gambaran berhubungan dengan budaya
uji chi-square dengan bantuan SPSS versi 18.0 dari 76 responden, orang tua yang melakukan
yang disajikan dalam bentuk tabel dan sirkumsisi karena pengaruh budaya 60 orang
interpretasi. (78,9%) dan yang bukan karena pengaruh
Hasil budaya sebanyak 16 orang (21,1%). Artinya
bahwa perilaku orang tua melakukan sirkumsisi
Hasil penelitian yang disajikan yaitu data dipengaruhi oleh faktor budaya.
kuantitatif yang artinya data yang didapatkan
dari hasil jawaban responden yang tertera Sedangkan hasil distribusi dan frekuensi
didalam kuesioner. Terdapat 2 tahap dalam sumber informasi adalah dari 76 responden,
penyajian data kuantitatif, tahap pertama yaitu orang tua yang mendapatkan informasi
analisis univariat dan tahap kedua yaitu analisis terbanyak dari non tenaga kesehatan sebanyak
bivariat. Jumlah sampel total sampling yaitu 67 orang (75,0%) dan yang mendapatkan
sebanyak 76 responden. informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 19
orang (25,0%). Artinya bahwa orang tua
melakukan sirkumsisi karena mendapatkan Tidak setuju
15 57,7 11 42
sumber informasi dari non tenaga kesehatan.
Budaya
Perilaku sirkumsisi
Berpengaruh
49 81,7 11 18
Variabel Ya
Tidak berpengaruh
9 56,2 7 43
F % F
Sikap Sumber informasi

Setuju Nakes
43 86,0 7 18 94,7 1 5
Non nakes 40 70,2 17 29

Analisis Bivariat
Tabel 2. Hubungan Sikap, Budaya Dan Sumber Informasi Dengan Perilaku
Orang Tua Melakukan Sirkumsisi Di Desa Cibitung Cibitung Kulon Pamijahan Bogor Tahun
2018
Sumber : hasil olah data 2018
Analisis bivariat adalah analisis yang menyebutkan bahwa budaya berpengaruh
ditunjukan untuk mengetahui hubungan antara terhadap perilaku orang tua melakukan
2 variabel yaitu variabel bebas dengan variabel sirkumsisi dan sebanyak 7 orang ( 43,8%) dari
terikat dengan menggunakan uji Chi Square 16 orang responden menyebutkan bahwa
pada α=5%. Bila nilai p>α (5%) maka budaya tidak berpengaruh terhadap perilaku
keputusan Ha ditolak dan sebaliknya nilai p<α orang tua untuk tidak melakukan sirkumsisi.
(5%) maka keputusannya Ha diterima yaitu ada Hasil uji statistik dengan melihat nilai dari
hubungan antara Sikap, Budaya dan Sumber Fisher Exact Test diperoleh nilai p= 0,041
Informasi dengan Perilaku Orang Tua maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
melakukan Sirkumsisi pada bayi Perempuan) di yang signifikan antara budaya dengan perilaku
Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan orang tua melakukan sirkumsisi. Nilai OR
tahun 2018.11 3,465 artinya responden yang menyebutkan
faktor budaya berpengaruh terhadap perilaku
Hasil analisa hubungan antara sikap
orang tua melakukan sirkumsisi berpeluang 3
dengan perilaku diperoleh bahwa ada sebanyak
kali untuk melakukan sirkumsisi pada bayinya.
43 orang (86,0%) dari 50 responden yang
mempunyai sikap setuju terhadap perilaku Hasil analisa hubungan antara sumber
orang tua melakukan sirkumsisi dan sebanyak informasi dengan perilaku diperoleh bahwa ada
11 orang ( 42,3%) dari 26 responden memiliki sebanyak 40 orang (70,2%) dari 57 responden
sikap tidak setuju untuk tidak melakukan yang menyebutkan bahwa sumber informasi
sirkumsisi. Hasil uji statistik dengan melihat dari non nakes mempengaruhi perilaku orang
nilai dari Continuity Correction diperoleh nilai tua melakukan sirkumsisi sedangkan hanya 1
p= 0,014 maka dapat disimpulkan bahwa ada orang (5,3%) dari 19 responden mendapatkan
Hubungan yang signifikan antara sikap dengan informasi dari nakes dan tidak melakukan
perilaku orang tua melakukan sirkumsisi. Nilai sirkumsisi. Hasil uji statistik dengan melihat
OR 4,505 artinya responden yang memiliki nilai dari Fisher Exact Test diperoleh nilai p=
sikap setuju terhadap sirkumsisi memiliki 0,024 maka dapat disimpulkan bahwa ada
peluang 4 kali untuk melakukan sirkumsisi hubungan yang signifikan antara sumber
pada bayinya. informasi dengan perilaku orang tua melakukan
sirkumsisi. Nilai OR 7,650 artinya responden
Hasil analisa hubungan antara budaya
yang mendapat informasi dari non nakes
dengan perilaku diperoleh bahwa ada sebanyak
berpeluang 7 kali untuk melakukan sirkumsisi
49 orang (81,7%) dari 60 responden yang
pada bayinya.
Pembahasan
Interpretasi data yang disajikan dalam memudahkan pemahaman terhadap hasil
penelitian ini berbentuk narasi sehingga penelitian, yaitu diuraikan bahwa berdasarkan
teori yang ada dan dapat dilihat adanya berlangsung, meskipun Kementerian Kesehatan
hubungan antara sikap, budaya dan sumber Indonesia sudah mencabut izin praktik tersebut.
informasi dengan perilaku orang tua melakukan
Maka dari itu untuk mencegah
sirkumsisi pada bayi perempuan di Desa
keberlangsungan praktik sirkumsisi pada bayi
Cibitung Kulon Pamijahan Bogor Tahun 2018.
perempuan perlu dilakukan upaya untuk
Hubungan sikap dengan perilaku orang tua menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat
melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan mengenai dampak yang ditimbulkan jika
melakukan sirkumsisi dengan cara petugas
Hasil analisa hubungan antara sikap
kesehatan menyampaikan informasi mengenai
dengan perilaku diperoleh bahwa ada sebanyak
dampak dari sirkumsisi dan adanya pelarangan
43 orang (86,0%) dari 50 responden yang
praktik sirkumsisi. Informasi ini bisa
mempunyai sikap setuju terhadap perilaku
disampaikan pada saat ibu Antenatal Care, pada
orang tua melakukan sirkumsisi dan sebanyak
saat ibu melakukan persalinan di tenaga
11 orang (42,3%) dari 26 responden memiliki
kesehatan atau dilakukannya penyuluhan
sikap tidak setuju untuk tidak melakukan
khusus tentang sirkumsisi pada bayi perempuan
sirkumsisi.
karena mengingat masih banyaknya masyarakat
Hasil uji statistik dengan melihat nilai Desa Cibitung Kulon Pamijahan Bogor yang
dari Continuity Correction diperoleh nilai p= melakukan praktik sirkumsisi.
0,014 maka dapat disimpulkan bahwa
Hubungan budaya dengan perilaku orang
menunjukkan nilai P lebi kecil dari nilai alpha
tua melakukan sirkumsisi pada bayi
yaitu 0,014 < 0,05 maka dapat disimpulkan Ho
perempuan
ditolak sehingga ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan perilaku orang tua Hasil analisa hubungan antara budaya
melakukan sirkumsisi. dengan perilaku diperoleh bahwa ada sebanyak
49 orang (81,7%) dari 60 responden yang
Menurut teori (Aziz, 2011) mengatakan
menyebutkan bahwa budaya mempengaruhi
bahwa Sikap merupakan suatu respon yang
perilaku orang tua melakukan sirkumsisi dan
ditimbulkan dalam bertingkah laku. Sikap juga
sebanyak 7 orang (43,8%) dari 16 orang
merupakan suatu reaksi atau respon yang masih
responden menyebutkan bahwa budaya tidak
tertutup dari seseorang terhadap suatu
mempengaruhi perilaku orang tua untuk tidak
stimulus/objek.12
melakukan sirkumsisi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hasil uji statistik dengan melihat nilai
yang dilakukan oleh Karilla Paristi bahwa
dari Fisher Exact Test diperoleh nilai p= 0,041
responden yang memiliki sikap yang kurang
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
cenderung akan melakukan sirkumsisi pada
yang signifikan antara budaya dengan perilaku
bayi perempuannya.13
orang tua melakukan sirkumsisi.
Peneliti berasumsi bahwa sikap
Menurut teori R.Linton budaya dapat
merupakan salah satu faktor yang dapat
diartikan sebagai konfigurasi tingkah laku yang
menentukan perilaku orang tua untuk
dipelajari serta menghasilkan tingkah laku
melakukan sirkumsisi pada bayi perempuannya,
dimana unsur pembentuknya di dukung dan
dengan alasan karena seluruh keluarga
diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya. 14
perempuannya disunat sehingga orang tuanya
pun menyuruh untuk melakukan sunat kepada Hal ini sejalan dengan penelitian
setiap bayi perempuan. Selain itu, faktor Rokhmah Islamiyatun yang menggunakan
kurangnya edukasi dan informasi tentang metode kualitatif di daerah Desa Baddui
dampak yang ditimbulkan akibat sirkumsisi Sulawesi Selatan, yaitu masyarakat pada
kepada masyarakat khususnya para ibu yang umumnya melakukan sirkumsisi memang atas
memiliki bayi perempuan akibat ketidaktahuan dasar tradisi jadi tidak bisa menolak. Budaya
tersebut mereka berpendapat bahwa melakukan yang melekat tersebut berkaitan erat dengan
sirkumsisi memiliki manfaat. Masyarakat juga agama islam, bahwa belum silam jika tidak
belum mengetahui bahwa sebenarnya melakukan sunat. Dalam penelitian lain yang
sirkumsisi merupakan salah satu bentuk dilakukan oleh Tutung nurdiyana yang
kekerasan yang terjadi pada anak-anak dan menggunakan metode etnografi di daerah
digolongkan sebagai kekerasan seksual Banjar melakukan sirkumsisi ini karena alasan
sehingga pada saat ini sirkumsisi masih tetap budaya yang menjadi simbol untuk menjaga
kesucian diri dan keturunan. Bagi sebagian
orang memaknai sirkumsisi perempuan sebagai nilai dari Fisher Exact Test diperoleh nilai p=
suatu cara untuk melanjutkan keturunan, karena 0,024 maka dapat disimpulkan bahwa ada
beranggapan bahwa sirkumsisi akan hubungan yang signifikan antara sumber
memperlancar proses persalinan kelak jika si informasi dengan perilaku orang tua melakukan
anak sudah berkeluarga, sehingga masyarakat sirkumsisi.
Banjar takut jika tidak dilakukan sirkumsisi
Menurut teori Linda, Sumber informasi
tidak akan mendapatkan keturunan.15
berhubungan dengan pengetahuan, baik dari
Peneliti berasumsi bahwa budaya sangat orang maupun media. Sumber informasi adalah
berperan terhadap setiap keputusan yang sesuatu yang menjadi perantara dalam
dilakukan oleh masyarakat contohnya mengenai menyampaikan informasi maupun media
perilaku sirkumsisi. Banyak masyarakat yang informasi untuk komunikasi massa.16
melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan
Ini sejalan dengan penelitian yang
akibat budaya yang sudah turun temurun dan
dilakukan oleh Dian Milasari,dkk, sumber
tradisi di lingkungan setempat, banyak mitos
informasi mengenai sirkumsisi paling banyak
mengenai sirkumsisi pada bayi perempuan
mendapatkan informasi dari non medis yaitu
seperti membuat perempuan lebih cantik dan
keluarga, orang tua, pemuka agama dan
dianggap perempuan yang utuh. Tetapi ada juga
pemangku adat.17
yang tidak mengetahui mitos apa yang terjadi
jika sirkumsisi tidak dilakukan dan ia hanya Peneliti berasumsi bahwa sumber
mengikuti adat dan budaya di lingkungan saja. informasi yang didapatkan dari orang tua
Maka dari itu banyak orang tua yang ataupun keluarga lainnya akan mempengaruhi
melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan perilaku masyarakat dalam melakukan suatu
karena pengaruh budaya yang sudah menjadi tindakan termasuk perilaku melakukan
kebiasaan dan ini sangat sulit untuk sirkumsisi pada bayi perempuannya. Orang tua
dihilangkan. ataupun keluarga menjadi orang yang paling
dipercaya di dalam lingkungannya karena
Selain itu, masyarakat di Desa Cibitung
mereka menganggap bahwa orang tua ataupun
Kulon memang masih berpegang teguh dengan
keluaga lain lebih berpengalaman daripada
budaya, kepercayaan lain selain tentang
dirinya sehingga apa yang dikatakan oleh orang
sirkumsisi yaitu bayi sebelum 40 hari dilarang
tua atau keluarga akan mudah dipercaya dan
keluar rumah karena takut ada makhluk halus,
diikuti. Oleh karena itu, informasi yang
bayi harus selalu dibedong karena takut tangan
didapatkan dari keluarga menjadi suatu
dan kakinya bengkok, bayi harus selalu pakai
motivasi dan dorongan agar masyarakat
gurita sampai 2 bulan agar perutnya tidak buncit,
dan lain sebagainya. melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan.
Dalam hal ini juga terlihat bahwa sirkumsisi
Memang sulit menghilangkan dan pada bayi perempuan sebagai kebiasaan yang
merubah suatu kebiasaan di masyarakat yang dilakukan turun temurun oleh keluarga dan
sudah membudaya, tetapi tidak ada salahnya terus menerus pada generasi seterusnya.
untuk melakukan edukasi kepada masyarakat
dalam menyikapi permasalahan mengenai mitos Kesimpulan
seperti ini, karena jika masih dilakukan bukan Berdasarkan hasil penelitian yang
memberikan dampak positif melainkan dampak dilakukan mengenai hubungan sikap, budaya
negatif. dan sumber informasi dengan perilaku orang
Hubungan sumber informasi dengan tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan
perilaku orang tua melakukan sirkumsisi di Desa Cibitung Kulon Pamijahan Bogor
pada bayi perempuan Tahun 2018. Jumlah responden sebanyak 76
responden, 58 orang (76,3%) melakukan
Hasil analisa hubungan antara sumber sirkumsisi pada bayi perempuan, 50 orang
informasi dengan perilaku diperoleh bahwa ada (65,8%) memiliki sikap setuju melakukan
sebanyak 40 orang (70,2%) dari 57 responden sirkumsisi, 60 orang (78,9%) melakukan
yang menyebutkan bahwa sumber informasi sirkumsisi karena alasan budaya, dan 57 orang
dari non nakes mempengaruhi perilaku orang (75,0%) mendapatkan informasi dari non tenaga
tua melakukan sirkumsisi sedangkan hanya 1 kesehatan. Hasil dari penelitian ini dapat
orang (5,3%) dari 19 responden mendapatkan disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
informasi dari nakes dan tidak melakukan bermakna antara semua variabel (sikap, budaya
sirkumsisi. Hasil uji statistik dengan melihat dan sumber informasi) dengan perilaku orang
tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan 4. Anonim. Pusat Studi Kependudukan dan
di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kebijakan Universitas Gadjah Mada.
Bogor Tahun 2018. Dari setiap variabel sumber (https://cpps.ugm.ac.id diakses tanggal 27
informasi memiliki kemaknaan paling erat Februari 2018)
hubunganya dengan dengan perilaku orang tua 5. Kementerian Kesehatan Indonesia. Praktik
melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan di Sirkumsisi. (http://www.hukor.depkes.go.id
Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan diakses pada 21 Februari 2018)
Bogor Tahun 2018. 6. Purwoastuti, Endang. Perialk dan Softskills
Saran kesehatan.Yogyakarta: Pustakabarupress; 2015

Bagi tempat penelitian diharapkan 7. Gulo, W. Metodologi Penelitia. Jakarta: Grasindo;


Diharapkan agar melakukan sosialisasi kepada 2013
masyarakat dengan bantuan tenaga kesehatan 8. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku
agar masyarakat tidak lagi melakukan praktik Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010
sirkumsisi pada bayi perempuan. 9. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
Mensosialisasikan kepada masyarakat 10. Meleong, L. Metodologi Penelitian Kualitatif.
mengenai larangan melakukan praktik Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2016
sirkumsisi pada bayi perempuan. 11. Lusiana N, Andriyani R, Megasari M. Metodologi
Bagi peneliti selanjutnya dalam Penelitian Kebidanan Yogyakarta: CV Budi
penelitian ini hanya mengkaji beberapa faktor Utama; 2015
yang berhubungan dengan perilaku orang tua 12. Alimul, Aziz. Metode Penelitian Kebidanan dan
melakukan sirkumsisi, maka dari itu diharapkan Tekhnik Analisis Data. Jakarta; 2011
pada penelitian selanjutnya lebih mengkaji
13. Paristi, Karilla. Hubungan Pengetahuan Dengan
faktor lain yang berhubungan dengan sirkumsisi Sikap Ibu Mengenai Sunat Perempuan Di Wilayah
yang belum diteliti pada saat ini. Kerja Teratai Putih. Skripsi. Tanjungpura:
Daftar Pustaka Universitas Tanjungpura; 2016
14. Syaifudin. Sosial Budaya Dasar. Jakarta: CV Trans
1. Uddin, J. Khitan Perempuan: dari Sudut Pandang
Media; 2016
Sosial, Budaya Kesehatan dan Agama. Jakarta:
CV Langgeng Sejati; 2010 15. Rokhmah Islamiyatun. Sunat Perempuan Dalam
Perspektif Budaya, Agama Dan Kesehatan. Jurnal
2. Andita, Ratih. khitan perempuan. Skripsi. Jakarta:
Kebidanan dan Keperawatan; 2015
Universitas Indonesia; 2008
16. Linda Chiuman. Gambar pengetahuan dan sikap
3. Wikipedia Bahasa Indonesia. Khitan Pada Wanita.
tentang sunat. Medan; 2010
(https://id.wikipedia.org/wiki/Khitan_pada_wanita
di akses tanggal 27 Februari 2018) 17. Dian, M. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Terhadap Sirkumsisi Pada Anak Perempuan. .
Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012

Anda mungkin juga menyukai