id/sunat-perempuan-masih-dilakukan-karena-alasan-agama-dan-
tradisi/
Yogyakarta, PSKK UGM – Menjalankan perintah agama adalah salah satu alasan
mengapa praktik sunat perempuan masih dilakukan oleh sebagian orang. Meski
tidak bermanfaat bahkan cenderung berdampak buruk pada kesehatan fisik dan
psikis perempuan, praktik sunat perempuan masih terus dilakukan bahkan menjadi
Di beberapa daerah, praktik sirkumsisi atau sunat pada perempuan (female genital
Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Dr. Dewi Haryani Susilastuti, selain alasan
agama dan tradisi, sunat perempuan dinilai pula sebagai cara untuk menjaga
“Informasi dan data dari berbagai laporan tentang sunat perempuan yang saya
pelajari menunjukkan hal itu. Sunat perempuan dipandang sebagai upaya untuk
hingga diyakini bisa meningkatkan kesuburan,” jelas Dewi saat memaparkan hasil
desk study dalam Workshop Desk Review, Pengembangan Sampling dan Kuesioner
Persentase sunat perempuan dalam data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
praktik sunat. Kemudian 72,4 persen di antaranya mengalami sunat pada usia 1-5
bulan, 13,9 persen pada usia 1-4 tahun, serta 3,3 persen pada usia 5-11 tahun.
Survei yang sama menunjukkan praktik sunat perempuan paling banyak terjadi di
Kalimantan Selatan, Riau, dan Jawa Barat. Sementara persentase terendah terjadi
peran orang tua, keluarga, dan tokoh agama sangatlah berpengaruh. Di luar itu, ada
tekanan sosial yang dihadapi orang tua jika belum melakukan tindakan sunat pada
bahwa apabila belum disunat, maka belum benar-benar menjadi umat muslim.
Sementara itu jika melihat dinamika gender di dalam mengambil keputusan sunat
“Mereka juga memiliki jumlah anggota rumah tangga yang banyak, kepercayaan
yang tinggi terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah lokal. Namun,
sunat perempuan. Namun, mendapat respon dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
justru dianggap bertentangan dengan syiar Islam, sikap pemerintah berubah. Sunat
Sri Purwatiningsih, M.Kes yang juga peneliti dari PSKK UGM dalam forum yang
dilematis. Bidan menjadi “ujung tombak” dari praktik sunat perempuan, padahal
Selain itu juga memberi mandat pada Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara’k
untuk menciptakan pedoman sunat perempuan yang aman tanpa mutilasi alat
kelamin.
serta tiga provinsi dengan kabupaten yang memiliki peraturan daerah yang
mengatur retribusi sunat perempuan, yaitu Kota Samarinda, Kota Jambi, dan
Kabupaten Lombok Barat. Studi kualitatif juga dilakukan melalui metode wawancara