Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) di

Indonesia angka kematian ibu masih berada pada angka 248 per 100.000

kelahiran hidup dengan akibat yang sama yaitu komplikasi kehamilan dan

persalinan, sedangkan angka kematian bayi turun menjadi 26,9% per 1000

kelahiran hidup (Depkes, 2008).

Departemen kesehatan menargetkan pengurangan angka kematian ibu

dari 26,9 % menjadi 26% per 1000 kelahiran hidup dan angka kelahiran

hidup dan angka kematian bayi berkurang dari 248 menjadi 206 per

100.000.000 kelahiran yang dicapai pada tahun 2009. Sementara angka

harapan hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun (Menkes, 2009).

Dari data subdinas pelayanan kesehatan Provinsi Jawa Barat

menunjukan pada tahun 2008 AKI di Jawa Barat meningkat 56% menjadi

644 atau 327 kasus 100.000 kelahiran hidup. Salah satu daerah dengan

angka kematian ibu yang tinggi di Provinsi jawa Barat yaitu kabupaten

Bogor. Diduga, salah satu penyebabnya adalah karena masih banyak ibu

hamil yang melahirkan tidak dibantu oleh tenaga kesehatan. Angka

kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB) masih tinggi di Kabupaten Bogor.

Pada tahun 2008 dari 118.000 ibu hamil tercatat 74 ibu hamil meninggal

dunia (Basakom, 2008).

1
2

Menurut Dinas kesehatan kota Bogor angka kematian ibu (AKI) yang

mencapai 296,171 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi

(AKB) yang mencapai 26,8 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2006 angka kematian ibu

(AKI) sebanyak 89 kasus dan pada tahun 2007 ada 74 kasus. Sedangkan

angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2006 sebanyak 179 kasus dan

pada 2007 sebanyak 181 kasus. Tingginya angka kematian ibu (AKI) dan

angka kematian bayi (AKB) bukan hanya terjadi di Bogor. (Dinkes

kabupaten Bogor, 2007).

Hasil survey menyebutkan komplikasi penyebab dalam kehamilan dan

persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya sehingga

ibu hamil harus sedekat mungkin pada sarana pelayanan obstetrik

emergency dasar. Tingginya angka kematian maternal diatas, dipengaruhi

oleh dua faktor besar yaitu faktor medis atau langsung dan faktor non-

medis atau tidak langsung. Faktor medis atau langsung disebabkan oleh

komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi berat selama masa

kehamilan yaitu Perdarahan (28%), Eklamsia (24%), Infeksi (11%),

Abortus (5%), Partus lama (5%), dan Emboli obstetric (3%).

Adapun penyebab langsung kematian bayi baru lahir, 29% disebabkan

berat bayi lahir rendah (BBLR), Asfiksia (13%), Tetanus (10%), masalah

pemberian makanan (10%), Infeksi (6%), gangguan hematologik (5%),

dan lain-lain (27%). Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat

persalinan, melahirkan, dan sesaat setelah melahirkan (Depkes RI, 2008).


3

Penyebab kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetrik

langsung (Direct obstetric death) dan kematian obstetrik tidak langsung

(Indirect obstetric death). Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh

komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya. Dinegara-

negara berkembang sebagian besar penyebab ini adalah perdarahan,

infeksi, gestosis, dan abortus. Kematian tidak langsung disebabkan oleh

penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum masa kehamilan

atau persalinan, misalnya seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes,

hepatitis, anemia dan malaria (Sarwono, 2007).

Untuk menurunkan AKI, Departemen Kesehatan menetapkan kebijakan

dengan mengacu pada intervensi “empat pilar Motherhood” yaitu program

keluarga berencana, akses ke pelayanan antenatal, persalinan yang aman

dan cakupan pelayanan obstetri essensial. Bidan merupakan mata rantai

yang memiliki peranan penting dalam menurunkan angka kematian

maternal dan perinatal. Untuk itu pendidikan bidan sebagai penghasil

tenaga bidan professional perlu mempersiapkan peserta didiknya melalui

pemberian pengalaman langsung kepada peserta didik dalam pemberian

asuhan komprehensif sejak kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,

dan pelayanan KB.

Dalam hal ini peran tenaga kesehatan terutama bidan sangat

diperlukan untuk mencapai tujuan yang optimal sesuai yang diharapkan.

Maka dari itu penulis mencoba menyajikan asuhan kebidanan

komprehensif yang mencakup asuhan kehamilan, persalinan, nifas dan


4

penanganan bayi baru lahir dimana pada asuhan komprehensif ini

diharapkan dapat mendeteksi secara dini masalah yang mungkin timbul

pada periode-periode tersebut.

Dari latar belakang diatas, maka penulis mencoba membuat asuhan

kebidanan yang komprehensif pada Ny.Y, yang mencakup asuhan pada

saat kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny.Y selama masa kehamilan, persalinan, nifas,

dan bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan Mahasiswa mampu:

a. Melakukan pengkajian pada Ny Y selama masa kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

b. Menginterpretasikan data, mengidentifikasi diagnosa, masalah dan

kebutuhan sesuai dengan keadaan pada Ny Y selama kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

c. Mengantisipasi masalah dan diagnosa potensial pada Ny Y selama

masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.


5

d. Mengidentifikasi tindakan segera secara mandiri, kolaborasi dan

rujukan pada Ny Y selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan

bayi baru lahir apabila terjadi kegawatdaruratan.

e. Membuat rencana asuhan secara menyeluruh pada Ny Y selama

masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

f. Melaksanakan implementasi perencanaan asuhan menyeluruh

secara efisien, efektif, dan aman pada Ny Y selama masa

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

g. Mengevaluasi ke efektifan dari asuhan yang telah di berikan pada

Ny Y selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru

lahir.

h. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan dengan metode varney

dan SOAP.

C. Gambaran kasus

Ny. Y usia 30 tahun, mengaku hamil kedua, pernah melahirkan 1 kali,

dan belum pernah keguguran. Agama islam, suku sunda, pendidikan SMA,

pekerjaan ibu rumah tangga. Hari pertama haid terakhit tanggal 20 Juni

2012. Taksiran persalinan tanggal 27 Maret 2012. Ibu mengatakan tidak

memiliki riwayat penyakit keturunan dan kehamilan kembar. Riwayat

ANC teratur sebanyak 6 kali di BPS W Pamijahan. Selama ANC ibu

diberikan terapi tablet penambah darah, dan Kalk. Ibu mengaku

meminumnya. Gerakan janin dirasakan ibu sejak usia 16 minggu ibu


6

sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali, yaitu TT 3 pada tanggal

20 Desember 2011 saat usia kehamilan 24 minggu, Penulis melakukan

pemeriksaan kehamilan 3 kali yaitu pada umur kehamilan 32 minggu

tanggal 15 Februari 2012, 36 minggu pada tanggal 29 Februari 2012, dan

38 minggu pada tanggal 13 Maret. Serta tidak ditemukan tanda-tanda

bahaya pada kehamilan.

Pada tanggal 17 Maret 2012 pukul 23.30 WIB ibu datang ke BPS Bd.

W dengan keluhan mules-mules sejak tadi malam pukul 19.00 WIB,dan

tidak ada pengeluaran cairan ketuban. Keadaan umum ibu baik, kesadaran

composmentis, TD: 110/70 mmHg, Nadi: 83 x/menit, Respirasi 20

x/menit, Suhu: 36˚C, palpasi TFU: 2 jari dibawah PX, Mc.D: 28 cm, puka,

preskep 3/5 DJJ: 145 x/menit, his 3x10’x40”. Dilakukan pemeriksaan

dalam pukul 23.30 WIB, tidak ada kelainan, portio: tebal lunak,

pembukaan : 6 cm, selaput ketuban: masih utuh, kepala di Hodge: I. pada

pukul 02.00 wib ketuban pecah spontan, dilakukan pemeriksaan dalam

atas indikasi ketuban pecah, pembukaan : 9 cm, kepala di Hodge II. Pukul

02.30 WIB dilakukan pemeriksaan dalam kembali atas indikasi adanya

tanda gejala kala II yaitu ibu mengeluh mengeluh mules yang semakin

sering dan rasa ingin meneran. Terlihat tekanan anus, perineum menonjol,

dan vulva membuka. Pembukaan 10 cm, kepala di Hodge III. Ibu dipimpin

meneran. Pukul 03.00 WIB bayi lahir spontan dan langsung menangis,

jenis kelamin laki-laki, berat badan 2800 gr, panjang badan 48 cm, A/S:

8/9, dengan kelainan kongenital (-) dan anus (+).


7

Pukul 03.05 WIB plasenta lahir spontan dan lengkap. Dilakukan

pengawasan kala IV selama 2 jam setelah melahirkan. Perdarahan kala II

kala III dan kala IV normal. Pada tanggal 18 Maret 2012 pukul 09.00 WIB

ibu memasuki masa nifas 6 jam. Masa nifas pertama berlangsung tanpa

ada penyulit, seperti tanda-tanda perdarahan. Pada pemeriksaan bayi baru

lahir, bayi berada dalam kondisi baik, tidak ditemukan kelainan dan

penyulit. Masa laktasi berlangsung dengan baik. Pada hari ke-6 masa nifas

ibu datang ke BPS Bd.W Keadaan umum baik, tidak ada tanda-tanda

infeksi, dan bayi dalam keadaan baik. Pada 2 minggu masa nifas, tidak ada

tanda-tanda infeksi. Pada 2 minggu masa nifas keadaan ibu dan bayi baik.

Setelah mendapat penjelasan tentang berbagai metode KB, ibu memilih

kontrasepsi suntik 3 bulan.

D. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus

Waktu Tempat Kegiatan


15 Feb 2012 BPS Bd.W Kunjungan ANC pertama
29 Feb 2012 BPS Bd.W Kunjungan ANC kedua
13 Maret 2012 BPS Bd.W Kunjungan ANC ketiga
18 Maret 2012 BPS Bd.W Pertolongan Persalinan
19 Maret 2012 BPS Bd.W Asuhan Nifas dan Bayi baru lahir 6 jam
24 Maret 2012 BPS Bd.W Asuhan Nifas dan Bayi baru lahir 6 hari
03 April 2012 BPS Bd.W Asuhan Nifas dan Bayi baru lahir 2 minggu
24 April 2012 BPS Bd.W Asuhan Nifas dan Bayi baru lahir 6 minggu

Anda mungkin juga menyukai