Pengertian Suatu cara atau tindakan infasif yang dilakukan untuk memasukan
sejumlah cairan dengan cara menusukkan jarun/iv kateter ke
pembuluh darah vena agar dapat menggantikan cairan atau zat-zat
makanan yang ada di dalam tubuh
Tujuan Sebagai acuan dalam pemasangan infus
Referensi 1. Novieastari E, Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar: Manual
Keterampilan Klinis, 1sted. Elsevier, Singapura.
2. Potter, Perry, 2009, Fundamental of Nursing: 7th Edition. Mosby
Elsevier, Singapura.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Baki beserta alasnya
2. Standar infus
3. Set infus
4. Cairan sesuai program medik
5. Jarum kateter
6. Pengalas
7. Torniquet
8. Kapas alkohol 70%
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Sarung tangan
13. Bengkok
14. Lembar catatan
15. Tempat sampah kering
16. Tempat sampah basar
17. Safety box
B. Pelaksanaan
1. Memberitahukan klien mengenai tindakan yang akan
dilakukan
2. Bantu ibu dalam posisi supine atau duduk nyaman
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir
4. Mengatur peralatan dan membuka kemasan steril dan buang
kemasan ditempat sampah kering
5. Memasang klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip
6. Menusuk set infus ke dalam botol cairan
7. Menekan bilik drip dan membuka klem rol
8. Memakai sarung tangan yang bersih
9. Memilih vena yang akan ditusuk
10. Meletakkan torniquet 10-12 cm di atas (proximal) tempat
yang akan ditusuk
11. Membersihkan tempat penusukan dengan gerakan memutar
dengan kapas alkohol
12. Memegang jarum dengan sudut 20-30 derejat dengan tangan
yang dominan
13. Menahan vena yang akan ditusuk 2-3 cm dibawah tempat
penusukan dengan tangan non dominan lalu menusukkan
jarum perlahan-lahan
14. Pastikan masuk ke pembuluh darah vena, ditandai darah
keluar dari jarum
15. Menarik sedikit jarum dan memasukkan sisa abbocath yang
belum masuk sampai batas
16. Menekan abbocath (dari luar) sambil menarik jarum hingga
keluar seluruhnya, pastikan plester kupu-kupu pada daerah
tusukan untuk mencegah jarum abbocath keluar.
17. Melepaskan tabung suntik dan menghubungkan pangkal
abbocath dengan ujung selang infus
18. Membuka klem rol dan memastikan infus dapat menetes
dengan baik
19. Menstabilisasi kateter iv dengan plester
20. Mengatur kecepatan aliran sesuai kebutuhan
21. Membereskan alat
22. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
23. Mencatat dilembar tindakan (tanggal, jam pemasangan, jenis
cairan dan kecepatan tetesan).
MANUAL PLASENTA
Pengertian Suatu tindakan intervensi pada ibu bersalin, segera setelah 30 menit
bayi lahir namun tidak disertai lahirnya plasenta, dengan cara
melepaskan plasenta dari tempat implantasinya dan
mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.
Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan Retensio Plasenta.
Referensi 1. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul
Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal bagi Dokter Umu, Bidan dan Perawat,
Kemenkes RI, Jakarta.
2. Kemenkes RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Untuk Tenaga
Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta.
3. Saifuddin abdul Bari, dkk (2010), Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Prosedur A. Persetujuan Tindakan Medis
1. Informasikan kepada klien tindakan yang akan dilakukan.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga.
B. Persiapan Klien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan.
3. Menyiapkan kain alas bokong dan penutup perut.
4. Medikamentosa:
a. Analgetik
b. Uterotonika (Oksitosin, Ergometrin)
c. Betadine
d. Oksigen dan Regulator
C. Persipan Penolong
1. Celemek, masker, kacamata pelindung, sepatu bot
2. Sarung tangan panjang DTT/ steril
3. Instrumen:
a. Klem 2 buah
b. Spuit 5cc dan jarum no 23
c. Wadah plasenta
d. Kateter dan penampung air kemih
e. Hecting set
f. Larutan klorin 0,5%
Distosia Bahu
Pengertian Suatu tindakan intervensi yang dilakukan saat bahu janin tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin lahir.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan distosia bahu.
Referensi 1. Kemenkes RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Untuk Tenaga
Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta.
2. Saifuddin Abdul Bari, dkk (2010), Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Gunting episiotomi
2. Apron plastik
3. Masker
4. Kacamata pelindung
5. Sarung tangan DTT/ steril
6. Alas kaki/ sepatu bot
B. Persiapan Klien
1. Informasikan pada klien tindakan yang akan dilakukan
2. Berikan dukungan emosional agar ibu percaya diri
C. Langkah-langkah
1. Minta bantuan nakes lain, untuk menolong persalinan dan
resusitasi neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk
kemungkinan perdarahan pascasalin atau robekan perineum
setelah tatalaksana.
2. Lakukan manuver Mc. Robert. Dalam posisi ibu ibu terlentang
, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan lutut sejauh mungkin kearah dadanya.
3. Minta bantuan 2 asisten, untuk menekan fleksi kedua lutut
kearah dada dan minta salah seorang untuk melakukan
tekanan secara simultan kearah lateral bawah pada daerah
sumprasimfisis untuk membantu persalinan bahu.
4. Lakukan penarikan yang mantap dan terus menerus kearah
aksial (searah tulang punggung janin) pada kepala janin untuk
menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.
Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:
5. Buatlah episiotomi untuk memberi ruang yang cukup agar
memudahkan manuver internal.
6. Masukkan tangan kedalam vagina pada sisi punggung bayi.
7. Lakukan penekanan disisi bahu posterior untuk
mengaduksikan dan mengecilkan diameter bahu.
8. Rotasikan bahu kediameter oblik untuk membebaskan distosia
bahu.
9. Jika diperlukan, lakukan penekanan pada sisi posterior bahu
anterior dan rotasikan bahu kediameter oblik.
Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan
tindakan diatas:
10. Masukkan tangan kedalam vagina, raih humerus dari lengan
posterior kemudian sambil menjadi lengan tetap fleksi pada
siku, raih pergelangan tangan bayi dan tari lurus kearah
vagina.
11. Lakukan bipareal posterior untuk melahirkan bahu anterior,
setelah bahu lahir lakukan sanggah susur.
CUCI TANGAN
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran
secara mekanis dari kedua belah tangan.
Tujuan Sebagai acuan dalam cuci tangan yang hygienis sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan untuk menghindarkan infeksi nasokomial dan
mencegah penyebaran mikroorganisme.
Referensi 1. Kemenkes RI, 2011, pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya: kesiapan
menghadapi emerging infectious disiese, edisi 3, Kemenkes RI,
Jakarta.
2. JNPK-KR, 2012, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu
Dini, JHPIEGO Kerjasama Save The Children Federation Inc-US,
Modul. Jakarta.
3. Kemenkes RI. 2017, Permenkes No 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Jakarta.
4. Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan Bagi Pelatih (TOT)
Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Bagi Dokter
Umum, Bidan dan Perawat, Diktorat Kesga, Dirjen Kesmas,
Kemenkes RI, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Air mengalir/ larutan alkohol 70%
2. Sabun antiseptik
3. Handuk/ tissue
B. Pelaksanaan
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (handwash)
1. Pastikan tidak ada perhiasan tangan/ melepaskan jam, cincin atau
perhiasan lainnya.
2. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan dengan
air mengalir, kemudian mengambil sabun secukupnya.
3. Ratakan sabun pada kedua telapak tangan.
4. Gosokkan telapak tangan, tangan kanan disilangkan diatas
punggung tangan kiri dan sebaliknya sambil digosok-gosokkan.
5. Gosokkan sela-sela jari hinggah bersih.
6. Gosokkan dengan posisi tangan mengunci
7. Lakukan gerakan memutar dengan menggosok ibu jari dari arah
belakang kedepan.
8. Lakukan gerakan memutar dengan menggunakan ujung-ujung
jari ditelapak kanan dan kiri.
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
10. Keringkan kedua tangan dengan tisu bersih sekali pakai
11. Matikan kran dengan siku.
D. Persiapan Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Obat-obatan emergency yang diperlukan
4. Menghubungi faskes rujukan
5. Nakes mendampingi rujukan
6. Melakukan obs dan pencatatan selama proses rujukan
B. Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Pemeriksaan antropometri
a) Mengukur tinggi badan dan berat badan
b) Mengukur lingkar lengan atas (LILA)
3) Pemeriksaan tanda – tanda vital
a) Mengukur suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan respirasi
4) Membantu ibu hamil berbaring di meja pemeriksaan yang bersih
5) Pemeriksaan kepala, muka, dan leher
a) Memeriksa rambut, kebersihan dan benjolan di kepala
b) Memeriksa apakah terjadi edema (pembengkakan) pada wajah
c) Memeriksa mata : konjunctiva pucat/tidak; sklera berwarna
kuning (jaundice)/tidak
d) Memeriksa rahang dan rongga mulut
e) Memeriksa dan meraba leher: pembesaran kelenjar
tiroid;pembesaran pembuluh limfe
6) Pemeriksaan payudara
a) Dengan posisi tangan ibu hamil disamping memeriksa
payudara: lihat bentuk / kesimetrisan dan ukuran payudara;
puting payudara menonjolatau masuk kedalam
b) Pada saat ibu hamil mengangkat tangan ke atas kepala,
memeriksa payudara untuk mengamati ada tidaknya retraksi
atau dimpling.
c) Ibu hamil berbaring dengan tangan kiri diatas, lalu lakukan
palpasi secara sistematis pada payudara sebelah kiri dan
kemudian kanan dari arah payudara ke axilla untuk mengetahui;
massa, pembesaran pembuluh limfe, nyeri tekan, pengeluaran
kolostrum atau cairan lain.
7) Pemeriksaan abdomen
a) Memeriksa kondisi kulit dan ada tidaknya luka bekas operasi
b) Mengukur TFU dengan tangan ( apabila > 12 minggu), atau
dengan pita ukur (metline) ( apabila > 22 minggu).
c) Melakukan pemeriksaan leopold pada abdomen untuk
mengetahui letak, presentasi, posisi, dan penurunan kepala
janin(jika usia kehamilan >36 minggu):
(1)Leopold 1 : tentukan usia kehamilan dan tentukan bagian
janin apa yang terdapat di fundus
(a)Posisikan ibu terbaring dengan kaki di tekuk membentuk
sudut 45⁰c
(b)Posisikan uterus berada di tengah abdomen
(c)Raba bagian fundus, lalu tentukan bagian janin (kepala
atau bokong)
(2)Leopold II : tentukan bagian janin yang berada pada kedua
sisi uterus
(a)Posisi pemeriksaan menghadap ibu
(b)Letakan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada kegiatan yang sama
(c)Tentukan bagian janin pada kedua sisi dinding uterus
(punggung atau ekstremitas)
(3)Leopold III : tentukan bagian janin yang terdapat di bagian
bawah perut ibu, serta tentukan apakah bagian terendah janin
tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP)
(4)Lepold IV : tentukan seberapa jauh bagian terendah janin
masuk PAP
(a)Perhatikan sudut yang terbentuk (jika bertemu:
Konvergen atau bagain terendah janin belum masuk PAP,
jika tidak bertemu: divergen/ bagian terendah janin sudak
masuk PAP).
(b)Tentukan puctum max (bagian yang terdekat dengan
jantung bayi) pada sisi yang teraba punggung bayi dengan
menggunakan doppler, dengarkan detak jantung bayi
selama 1 menit penuh. Detak jantung bayi dapat didengar
pada usia kehamilan > 16 minggu (normal 120-160
x/menit, reguler).
8) Pemeriksaan genetalia luar
a) Membantu ibu hamil mengambil posisi untuk pemeriksaan
panggul dan menutup tubuh untuk menjaga privasi
b) Melepaskan perhiasan dari jari dan lengan
c) Mencuci tangan dengan sabun dan air
d) Memakai sarung tangan DTT
e) Membersihkan vulva
f) Memisahkan labia mayora dan memeriksa labia minora,
kemudian klitoris, lubang uretra dan vagina introtus untuk
melihat adanya : tukak atau luka, varises, cairan (warna,
konsistensi, jumlah, bau )
g) Mengurut uretra dan kelenjar skene untuk melihat pengeluaran
cairan nanah dan darah
h) Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini untuk mengetahui
adanya: pembengkakan, massa atau kista, cairan.
9) Pemeriksaan menggunakan spekulum
a) Lakukan pemeriksaan inspekulo, lalu amati :
(1)Serviks : warna, bentuk, dan laserasi yang menyembuh.
Kemungkinan warna keunguan pada kehamilan, laserasi
yang ditimbulkan karena kelahiran sebelumnya
(2)Dinding vagina : warna kebiruan, rongga dalam, adanya
leukorea pada kehamilan normal selama tidak menimbulkan
iritasi, gatal dan bau busuk.
10) Pemeriksaan Bimanual pada trimester 1 bila diperlukan.
11) Pemeriksaan tulang punggung.
12) Pemeriksaan tangan dan kaki.
a) Memeriksa apakah pada tangan terdapat edema atau tidak.
b) Mengamati kuku jari ibu hamil untuk mengamati apakah pucat
atau tidak
c) Memeriksa apakah pada kaki terdapat edema atau tidak.
d) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui ada tidaknya
varices.
e) Memeriksa reflek patella untuk melihat apakah terjadi gerakan
hipo atau hiper refleks pada kedua kaki ibu.
13) Cuci tangan
B. Persiapan Diri
1. Memakai celemek/ barak shot
2. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun di bawah air mengalir
kemudian dikeringkan
3. Memakai sarung tangan DTT
B. Pelaksanaan
Pastikan ruangan tertutup dan hangat
1. Menyapa orang tua dengan ramah
2. Menjelaskan pada orang tua tujuan dan maksud tindakan yang
akan dilakukan
3. Mncuci tangan
4. Memakai sarung tangan
5. Memotong vial vitamin k
6. Mengisi spuit dengan vitamin k sebanyak 1 mg dosis tunggal
7. Mempersiapkan posisi bayi ( penyuntikan dilakukan di 1/3
bagian atas dan tengah anterolateral paha kiri )
8. Membersihkan temmpat penyuntikan dengan kapas DTT
9. Melakukan penyuntikan dengan sudut 90 pada anterolateral paha
kiri
10. Membuang spuit pada safety box
11. Memberitahu orang tua hasil suntikan
12. Memebereskan alat
13. Merapikan bayi
14. Mencuci tangan
15. Mendokumentasikan tindakan dan hasil temuan
B. Pemeriksaan Fisik
1. Mempersiapkan alat
Tensimeter
Stetoskop
Termometer
Reflex hammer
Metlin
Stetoskop monoaural
Jam tangan
Baskom berisi larutan 0,5 %
Sarung tangan DTT atau steril dalam bak DTT atau steril
Kapas DTT dalam dalam kom DTT
Tempat sampah medis
Partograf
Status klien
2. Mencuci tangan sebelum pemeriksaan fisik
3. Menunjukkan sikap ramah dan sopan
4. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya, jika perlu
periksa jumlah urin, protein dan aseton dalam urin.
5. Menilai keadaan umum ibu, tingkat nyeri kontraksi
6. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Untuk akurasi Tekanan
darah dan nadi ibu dilakukan pemeriksaan diantara dua kontraksi.
7. Melakukan pemeriksa adanya oedem pada muka.
8. Melakukan pemeriksa adanya warna kuning pada sklera.
9. Memeriksa pucat pada Mata dan Mulut.
10. Melakukan pemeriksaan abdomen ;
luka bekas operasi
Tinggi Fundus Uteri
Pemeriksaan Leopold
Penurunan bagian terendah dengan perlimaan
Kontraksi uterus : frekuensi, durasi, intensitas his
11. Melakukan penilaian detak jantung janin setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan DJJ dalam batas normal ( 120-160 kali per menit)
C. Pemeriksaan Dalam
1. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air serta dikeringkan
dengan handuk yang bersih dan kering
2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada ibu dan memberitahukan
kemungkinan ketidaknyamanan
3. menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
4. Menggunakan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT. Bersihkan
vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang untuk menghindari kontaminasi feses.
5. Melakukan pemeriksaan genitalia luar. Perhatikan apakah ada
luka/massa (benjolan) termasuk kondiloma, varikositas vulva atau
rektum, atau luka parut di perineum
6. Menilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah,
perdarahan pervaginam atau mekonium
7. Menilai vagina, luka parut di vagina mengindikasikan adanya
riwayat robek perinium atau tindakan episiotomi sebelumnya
8. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu
jari (gunakan sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari
tengah yang diikuti oleh jari telunjuk. Nilai :
Penipisan dan konsistensi serviks
Pembukaan serviks
Penurunan, presentasi, dan posisi
Bagian lain yang menumbung
9. Melakukan dekontaminasikan sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor
dedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskan dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan tersebut
selama 10 menit.
10. Memberitahu ibu dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan
11. Memberikan asuhan sayang ibu
12. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan serta asuhan lainnya
pada partograf atau status ibu.
C. Pelaksanaan
1. Menggunakan panci dengan penutup yang rapat
2. Meletakan peralatan pada nampan pengukus yang berlubang
dibawahnya
3. Lakukan hingga semua nampan pengukus di atas panci perebus
memuat hingga tiga susun (bisa berisi sarungbtangan, kassa,
kapas & duk)
4. Letakkan penutup kain di atas nampan pengukus paling atas dan
panaskan air hingga mendidih
5. Merebus peralatan selama 20 menit dengan memulai hitung
waktubsaat air mendidih
6. Jika uap mulai keluar dari celah - celah diantara panci dan
letakkan dalam posisi terbalik
7. Mengangkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung
tangan dan goyangkan perlahan - lahan agar air yang tersisa pada
sarung tangan dapat menetes keluar
8. Meletakan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di
sebelah kompor
9. Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang
berisi sarung tangan tersusun di atas panci pengukus yang kosong
10. Mengangkat peralatan saat peralatan sudah kering dengan
menggunakan korentang ke tempat yang sudah di DTT dan
tertutup
11. Memeberi label pada wadah alat yang sudah di lakukan proses
DTT rebus
12. Merapihkan alat - alat yang sudah digunakan
13. Melakukan cuci tangan
B. Pelaksanaan
1. Melakukan cuci tangan
2. Menggunakan sarung tangan rumah tangga
3. Masukkan peralatan yang akan di DTT kimia ke dalam wadah
plastik yang berisi larutan klorin 0,5%
4. Memastika larutan klorin melebihi permukaan alat 2 cm
5. Merendam alat selama 20 menit
6. Mengangkat peralatan yang direndam dengan menggunakan
korentang
7. Masukkan dalam wadah berisi air DTT
8. Membilas peralatan dengan air DTT supaya hilang larutan
klorinnya. Masih menggunakan sarung tangan DTT, keringkan
peralatan.
9. Masukkan peralatan yang sudah dikeringkan kedalam wadah
penyimpanan
10. Memberi label tanggal pemrosesan alat dan tanggal kadaluarsa
selama 1 minggu
11. Merapihkan alat yang sudah digunakan
12. Melakukan cuci tangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Gunakan APD
2. Perhatikan aseptik selama melakukan prosedur
3. Pastikan membuat takaran klorin tepat