Anda di halaman 1dari 20

PEMASANGAN INFUS

Pengertian Suatu cara atau tindakan infasif yang dilakukan untuk memasukan
sejumlah cairan dengan cara menusukkan jarun/iv kateter ke
pembuluh darah vena agar dapat menggantikan cairan atau zat-zat
makanan yang ada di dalam tubuh
Tujuan Sebagai acuan dalam pemasangan infus
Referensi 1. Novieastari E, Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar: Manual
Keterampilan Klinis, 1sted. Elsevier, Singapura.
2. Potter, Perry, 2009, Fundamental of Nursing: 7th Edition. Mosby
Elsevier, Singapura.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Baki beserta alasnya
2. Standar infus
3. Set infus
4. Cairan sesuai program medik
5. Jarum kateter
6. Pengalas
7. Torniquet
8. Kapas alkohol 70%
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Sarung tangan
13. Bengkok
14. Lembar catatan
15. Tempat sampah kering
16. Tempat sampah basar
17. Safety box

B. Pelaksanaan
1. Memberitahukan klien mengenai tindakan yang akan
dilakukan
2. Bantu ibu dalam posisi supine atau duduk nyaman
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir
4. Mengatur peralatan dan membuka kemasan steril dan buang
kemasan ditempat sampah kering
5. Memasang klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip
6. Menusuk set infus ke dalam botol cairan
7. Menekan bilik drip dan membuka klem rol
8. Memakai sarung tangan yang bersih
9. Memilih vena yang akan ditusuk
10. Meletakkan torniquet 10-12 cm di atas (proximal) tempat
yang akan ditusuk
11. Membersihkan tempat penusukan dengan gerakan memutar
dengan kapas alkohol
12. Memegang jarum dengan sudut 20-30 derejat dengan tangan
yang dominan
13. Menahan vena yang akan ditusuk 2-3 cm dibawah tempat
penusukan dengan tangan non dominan lalu menusukkan
jarum perlahan-lahan
14. Pastikan masuk ke pembuluh darah vena, ditandai darah
keluar dari jarum
15. Menarik sedikit jarum dan memasukkan sisa abbocath yang
belum masuk sampai batas
16. Menekan abbocath (dari luar) sambil menarik jarum hingga
keluar seluruhnya, pastikan plester kupu-kupu pada daerah
tusukan untuk mencegah jarum abbocath keluar.
17. Melepaskan tabung suntik dan menghubungkan pangkal
abbocath dengan ujung selang infus
18. Membuka klem rol dan memastikan infus dapat menetes
dengan baik
19. Menstabilisasi kateter iv dengan plester
20. Mengatur kecepatan aliran sesuai kebutuhan
21. Membereskan alat
22. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
23. Mencatat dilembar tindakan (tanggal, jam pemasangan, jenis
cairan dan kecepatan tetesan).

MANUAL PLASENTA
Pengertian Suatu tindakan intervensi pada ibu bersalin, segera setelah 30 menit
bayi lahir namun tidak disertai lahirnya plasenta, dengan cara
melepaskan plasenta dari tempat implantasinya dan
mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.
Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan Retensio Plasenta.
Referensi 1. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul
Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal bagi Dokter Umu, Bidan dan Perawat,
Kemenkes RI, Jakarta.
2. Kemenkes RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Untuk Tenaga
Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta.
3. Saifuddin abdul Bari, dkk (2010), Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Prosedur A. Persetujuan Tindakan Medis
1. Informasikan kepada klien tindakan yang akan dilakukan.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga.

B. Persiapan Klien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan.
3. Menyiapkan kain alas bokong dan penutup perut.
4. Medikamentosa:
a. Analgetik
b. Uterotonika (Oksitosin, Ergometrin)
c. Betadine
d. Oksigen dan Regulator

C. Persipan Penolong
1. Celemek, masker, kacamata pelindung, sepatu bot
2. Sarung tangan panjang DTT/ steril
3. Instrumen:
a. Klem 2 buah
b. Spuit 5cc dan jarum no 23
c. Wadah plasenta
d. Kateter dan penampung air kemih
e. Hecting set
f. Larutan klorin 0,5%

D. Tindakan Pertolongan Perdarahan Pasca Salin karena


Retensio Plasenta
1. Mencuci tangan hingga siku dan keringkan.
2. Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur ginekologi
3. Memberikan analgetik melalui karet infus (dilakukan nakes
sesuai kompetensi)
4. Memakai sarung tangan steril hingga mencapai siku
5. Mengosongkan kandung kemih menggunakan kateter
6. Jepit tali pusat dengan klem, tegangkan tali pusat dengan
tangan kiri sejajar lantai
7. Tangan kanan dimasukkan secara obstetrik kedalam kavum
uteri dengan mengikuti tali pusat hingga menyentuh serviks
8. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, meminta
asisten untuk memegang klem, kemudian tangan penolong
yang lain memegang fundus uteri
9. Sambil menahan fundus uteri, memasukkan tangan dalam
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
10. Membuka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam
(ibu jari merapat kepangkal jari telunjuk)
11. Tentukan tepi plasenta kemudian lepaskan secara tumpul
dengan sisi ulnar tangan kanan kemudian dilepaskan sedikit
demi sedikit sampai terlepas seluruhnya.
12. Apabila plasenta sudah lepas, gunakan tangan kiri untuk
menarik tali pusat guna mengeluarkan plasenta secara
perlahan, sementara tangan kanan masih didalam kavum
uteri untuk memastikan tidak ada sisa plasenta. Lahirkan
plasenta dengan menahan korpus uteri pada suprasimpfisis.
13. Letakkan plasenta pada tempat yang disediakan.
14. Perhatikan kontraksi uterus dan kemungkinan perdarahan.
15. Memeriksa kelengkapan plasenta.
16. Dekontaminasi alat bekas pakai dan membuka sarung tanagn
didalam larutan klorin 0,5% . Kenakan sarung tangan DTT
kembali
17. Membersihkan dan merapihkan ibu
18. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk.
E. Perawatan Pasca Tindakan
1. Berikan antibiotika
2. Memantau TTV, kontaksi uterus dan perdarahan pervagina
setiap 15 menit pertama dan setiap 30 menit jam kedua.
3. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan
medik.
4. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang
memerlukan pemantauan ketat.
5. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah
selesai dan pasien masih memerlukan perawatan.
F. Persiapan Rujukan
1. Surat Rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infus sesuai dengan kondisi pasien
4. Lanjutkan pemberian uterotonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes rujukan melalui telp
6. Nakes mendampingi rujukan

Distosia Bahu
Pengertian Suatu tindakan intervensi yang dilakukan saat bahu janin tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin lahir.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan distosia bahu.
Referensi 1. Kemenkes RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Untuk Tenaga
Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta.
2. Saifuddin Abdul Bari, dkk (2010), Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Gunting episiotomi
2. Apron plastik
3. Masker
4. Kacamata pelindung
5. Sarung tangan DTT/ steril
6. Alas kaki/ sepatu bot

B. Persiapan Klien
1. Informasikan pada klien tindakan yang akan dilakukan
2. Berikan dukungan emosional agar ibu percaya diri

C. Langkah-langkah
1. Minta bantuan nakes lain, untuk menolong persalinan dan
resusitasi neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk
kemungkinan perdarahan pascasalin atau robekan perineum
setelah tatalaksana.
2. Lakukan manuver Mc. Robert. Dalam posisi ibu ibu terlentang
, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan lutut sejauh mungkin kearah dadanya.
3. Minta bantuan 2 asisten, untuk menekan fleksi kedua lutut
kearah dada dan minta salah seorang untuk melakukan
tekanan secara simultan kearah lateral bawah pada daerah
sumprasimfisis untuk membantu persalinan bahu.
4. Lakukan penarikan yang mantap dan terus menerus kearah
aksial (searah tulang punggung janin) pada kepala janin untuk
menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.
Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:
5. Buatlah episiotomi untuk memberi ruang yang cukup agar
memudahkan manuver internal.
6. Masukkan tangan kedalam vagina pada sisi punggung bayi.
7. Lakukan penekanan disisi bahu posterior untuk
mengaduksikan dan mengecilkan diameter bahu.
8. Rotasikan bahu kediameter oblik untuk membebaskan distosia
bahu.
9. Jika diperlukan, lakukan penekanan pada sisi posterior bahu
anterior dan rotasikan bahu kediameter oblik.
Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan
tindakan diatas:
10. Masukkan tangan kedalam vagina, raih humerus dari lengan
posterior kemudian sambil menjadi lengan tetap fleksi pada
siku, raih pergelangan tangan bayi dan tari lurus kearah
vagina.
11. Lakukan bipareal posterior untuk melahirkan bahu anterior,
setelah bahu lahir lakukan sanggah susur.

CUCI TANGAN
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran
secara mekanis dari kedua belah tangan.
Tujuan Sebagai acuan dalam cuci tangan yang hygienis sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan untuk menghindarkan infeksi nasokomial dan
mencegah penyebaran mikroorganisme.
Referensi 1. Kemenkes RI, 2011, pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya: kesiapan
menghadapi emerging infectious disiese, edisi 3, Kemenkes RI,
Jakarta.
2. JNPK-KR, 2012, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu
Dini, JHPIEGO Kerjasama Save The Children Federation Inc-US,
Modul. Jakarta.
3. Kemenkes RI. 2017, Permenkes No 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Jakarta.
4. Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan Bagi Pelatih (TOT)
Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Bagi Dokter
Umum, Bidan dan Perawat, Diktorat Kesga, Dirjen Kesmas,
Kemenkes RI, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Air mengalir/ larutan alkohol 70%
2. Sabun antiseptik
3. Handuk/ tissue

B. Pelaksanaan
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (handwash)
1. Pastikan tidak ada perhiasan tangan/ melepaskan jam, cincin atau
perhiasan lainnya.
2. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan dengan
air mengalir, kemudian mengambil sabun secukupnya.
3. Ratakan sabun pada kedua telapak tangan.
4. Gosokkan telapak tangan, tangan kanan disilangkan diatas
punggung tangan kiri dan sebaliknya sambil digosok-gosokkan.
5. Gosokkan sela-sela jari hinggah bersih.
6. Gosokkan dengan posisi tangan mengunci
7. Lakukan gerakan memutar dengan menggosok ibu jari dari arah
belakang kedepan.
8. Lakukan gerakan memutar dengan menggunakan ujung-ujung
jari ditelapak kanan dan kiri.
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
10. Keringkan kedua tangan dengan tisu bersih sekali pakai
11. Matikan kran dengan siku.

Cuci tangan dengan antiseptikberbasis alkohol


1. Pastikan tidak ada perhiasan tangan/ melepaskan jam, cincin atau
perhiasan lainnya.
2. Ambil larutan cairan berbasis alkohol (handrub)
3. Ratakan handrub dkedua telapak tangan
4. Gosokkan telapak tangan, tangan kanan disilangkan diatas
punggung tangan kiri dan sebaliknya sambil digosok-gosokkan.
5. Gosokkan sela-sela jari hinggah bersih.
6. Gosokkan dengan posisi tangan mengunci
7. Lakukan gerakan memutar dengan menggosok ibu jari dari arah
belakang kedepan.
8. Lakukan gerakan memutar dengan menggunakan ujung-ujung jari
ditelapak kanan dan kiri.
9. Sesudah kering, tangan anda sudah bersih.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Pastikan kuku tangan tidak panjang
- Pastikan handuk milik pribadi

PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI


Pengertian Suatu tindakan intervensi pada ibu bersalin untuk menghentikan
perderahan segera setelah plasenta lahir akibat tidak adanya kontraksi
uterus setelah 15 detik dilakukan masase.
Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan perdarahan yang disebabkan karena
atonia uteri.
Referensi 1. Saifuddin abdul Bari, dkk (2010), Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
2. Kemenkes RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan,
Kemenkes RI, Jakarta.
3. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul
Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal bagi Dokter Umu, Bidan dan Perawat,
Kemenkes RI, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat dan Obat
1. Sarung tangan steril
2. Kateter nelaton
3. Infuset dewasa
4. Abbocat no 18
5. Cairan Nacl 0,9%
6. Oksitosin
7. Metilergometrin
8. Spuit 3cc
9. Kondom steril
10. Nirbeiken
11. Alas bokong/ underpad
12. APD
13. Alat tulis

B. Persetujuan Tindakan Medis


1. Memberi informasi kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Memberikan inform consent pada ibu dan keluarga

C. Tindakan Penatalaksanaan Perdarahan Pascasalin karena atonia


uteri
1. Teriak minta tolong
2. Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pernafasan pasien. Bila ibu tidak
bernafas, segera lakukkan resusitasi
3. Orang kedua dalam tim mendekatkan troli emergency
4. Berikan oksigen 4-6 liter/ menit melalui sungkup atau kanul
5. Lakukan pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan keadaaan umum dan kesadaran
b. Hitung frekuensi nadi
c. Hitung frekuensi nafas
d. Pemeriksaan tekanan darah
6.

PENATALAKSANAAN PRE EKLAMPSI


Pengertian Suatu tindakan intervensi pada ibu hamil dengan usia kehamilan diatas
20 minggu yang ditandai dg tekanan darah > 140/90 mmhg dan protein >
+1.
Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan pre eklampsi.
Referensi 1. Saifuddin abdul Bari, dkk (2010), Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
2. Kemenkes RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan,
Kemenkes RI, Jakarta.
3. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul
Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal bagi Dokter Umu, Bidan dan Perawat,
Kemenkes RI, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat:
1. Tensi Meter
2. Stetoscope
3. Monoaural
4. Spatula lidah
5. Oksigen
6. Infuset
7. Abbocat
8. Ringe lactat
9. MgSO4
10. Calsium glukonat
11. Folly kateter
12. Reflek hammer
13. Spuit 10 cc
14. Jam/ timer
15. Isap lendir

B. Persetuan Tindakan Medis


1. Beritahu pasien dan keluarga tindakan yang akan dilakukan.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga

C. Tindakan Pertolongan Pre Eklmapsi dan Pendokumentasian


1. Lakukan anamnesis singkat dan terarah tentang kondisi ibu saat ini
dan yang mempengaruhi:
a. Usia ibu
b. Kehamilan berapa
c. Usia kehamilan
d. Sejak kapan tekanan darah tinggi dialami
e. Adakah keluhan sakit kepala, mual, nyeri uluhati dan
pandangan kabur.
f. Adakah kejang
g. Obat yang sudah didapat
h. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan
2. Lakukan pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik secara simultan
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Pemeriksaan tekanan darah , ulang 4 jam selanjutnya,
c. Hirtung frekuensi nafas
d. Hitung frekuensi nadi
e. Pemeriksaan reflek patella
f. Pemeriksaan protein urine
g. Bila diagnosis PEB ditegakkan syarat pemberian MgSO4
terpenuhi
3. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah dengan baik
dan lengkap
4. Buat diagnosis kerja dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
5. Memberikan dois awal MgSO4
a. Beritahu ibu bahwa ia memerlukan obat suntik yang berguna
untuk mencegah kejang
b. Beritahu ibu bahwa saat disuntukkan akan merasa panas
c. Lakukan pemasangan infus dengan menggunakan abbocat no
18 dan cairan ringe lactat
d. Lakukan pemasangan kateter urine menetap untuk memantau
produksi urine
e. Berikan 4 gr MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40% dilarutkan
dengan 10 ml aquades) IV secara perlahan-lahan selama 15-20
menit
f. Sambil menunggu rujukan segera lanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 6 gr MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dalam
cairan RL secara IV dengan kecepatan 28 tpm/ selama 6 jam
dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan jika syarat
terpenuhi.
g. Jika terjadi kejang selama 15 menit berika MgSO4 (40%) 2 gr
IV selama 5 menit
h. Alat suntik sekali pakai dibuat kedalam safety box
i. Mengetahui antidotum MgSO4 Ca Glukonas 10% 10 ml (1 gr)
6. Pemberian anti hipertensi:
a. Ibu dengan hipertensi berat perlu mendapatkan terapi anti
hipertensi (tekanan darah > 160/110 mmhg)
b. Obat anti hipertensi : Nifedipine 3-4 kali 10-30 mg/oral.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan rujukan
8. Melakukan pendokumentasian yang baik dan lengkap, berikan
keterangan pada keluarga mengenai keadaan pasien saat ini dan
lanjutan sampai keluarga mengerti.

D. Persiapan Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Obat-obatan emergency yang diperlukan
4. Menghubungi faskes rujukan
5. Nakes mendampingi rujukan
6. Melakukan obs dan pencatatan selama proses rujukan

Anamnesis Ibu Hamil Kunjungan Awal


Pengertian Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat suatu percakapan
dan wawancara antara seorang bidan dengan ibu hamil secara langsung
dengan tujuan untuk mendapatkan data ibu hamil beserta permasalahan
medisnya pada saat kunjungan awal.
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan anamnesis ibu hamil pada kunjungan
awal
Referensi 1. Cunningham, F. Gary, 2013. Obstetri Williams, Edisi 23, vol. I,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Kemenkes RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan,
Kemenkes RI, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan
1) Persiapan alat
a. Stetoskop
b. Tensimeter
c. Termometer
d. Jam tangan
e. Pengukuran LILA
f. Pita pengukur
g. Fetoskop
h. Reflek hammer
i. Bak instrumen
j. Sarung tangan DTT
k. Baju ganti
l. Buku catatan
m. Timbangan badan
n. Lampu sorot
o. Kom berisi cairan dtt
p. Bengkok
q. Penlight
r. Tissue
s. Larutan klorin
2) Persiapan pasien
a. Menjelaskan seluruh prosedur pemeriksaan
b. Menyarankan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kencing
c. Menganjurkan ibu hamil untuk mengganti pakaian dengan baju
pemeriksaan (jika dibutuhkan)
d. Memperhatikan keadaan umum, emosi dan postur ibu selama
dilakukan pemeriksaan

B. Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Pemeriksaan antropometri
a) Mengukur tinggi badan dan berat badan
b) Mengukur lingkar lengan atas (LILA)
3) Pemeriksaan tanda – tanda vital
a) Mengukur suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan respirasi
4) Membantu ibu hamil berbaring di meja pemeriksaan yang bersih
5) Pemeriksaan kepala, muka, dan leher
a) Memeriksa rambut, kebersihan dan benjolan di kepala
b) Memeriksa apakah terjadi edema (pembengkakan) pada wajah
c) Memeriksa mata : konjunctiva pucat/tidak; sklera berwarna
kuning (jaundice)/tidak
d) Memeriksa rahang dan rongga mulut
e) Memeriksa dan meraba leher: pembesaran kelenjar
tiroid;pembesaran pembuluh limfe
6) Pemeriksaan payudara
a) Dengan posisi tangan ibu hamil disamping memeriksa
payudara: lihat bentuk / kesimetrisan dan ukuran payudara;
puting payudara menonjolatau masuk kedalam
b) Pada saat ibu hamil mengangkat tangan ke atas kepala,
memeriksa payudara untuk mengamati ada tidaknya retraksi
atau dimpling.
c) Ibu hamil berbaring dengan tangan kiri diatas, lalu lakukan
palpasi secara sistematis pada payudara sebelah kiri dan
kemudian kanan dari arah payudara ke axilla untuk mengetahui;
massa, pembesaran pembuluh limfe, nyeri tekan, pengeluaran
kolostrum atau cairan lain.
7) Pemeriksaan abdomen
a) Memeriksa kondisi kulit dan ada tidaknya luka bekas operasi
b) Mengukur TFU dengan tangan ( apabila > 12 minggu), atau
dengan pita ukur (metline) ( apabila > 22 minggu).
c) Melakukan pemeriksaan leopold pada abdomen untuk
mengetahui letak, presentasi, posisi, dan penurunan kepala
janin(jika usia kehamilan >36 minggu):
(1)Leopold 1 : tentukan usia kehamilan dan tentukan bagian
janin apa yang terdapat di fundus
(a)Posisikan ibu terbaring dengan kaki di tekuk membentuk
sudut 45⁰c
(b)Posisikan uterus berada di tengah abdomen
(c)Raba bagian fundus, lalu tentukan bagian janin (kepala
atau bokong)
(2)Leopold II : tentukan bagian janin yang berada pada kedua
sisi uterus
(a)Posisi pemeriksaan menghadap ibu
(b)Letakan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada kegiatan yang sama
(c)Tentukan bagian janin pada kedua sisi dinding uterus
(punggung atau ekstremitas)
(3)Leopold III : tentukan bagian janin yang terdapat di bagian
bawah perut ibu, serta tentukan apakah bagian terendah janin
tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP)
(4)Lepold IV : tentukan seberapa jauh bagian terendah janin
masuk PAP
(a)Perhatikan sudut yang terbentuk (jika bertemu:
Konvergen atau bagain terendah janin belum masuk PAP,
jika tidak bertemu: divergen/ bagian terendah janin sudak
masuk PAP).
(b)Tentukan puctum max (bagian yang terdekat dengan
jantung bayi) pada sisi yang teraba punggung bayi dengan
menggunakan doppler, dengarkan detak jantung bayi
selama 1 menit penuh. Detak jantung bayi dapat didengar
pada usia kehamilan > 16 minggu (normal 120-160
x/menit, reguler).
8) Pemeriksaan genetalia luar
a) Membantu ibu hamil mengambil posisi untuk pemeriksaan
panggul dan menutup tubuh untuk menjaga privasi
b) Melepaskan perhiasan dari jari dan lengan
c) Mencuci tangan dengan sabun dan air
d) Memakai sarung tangan DTT
e) Membersihkan vulva
f) Memisahkan labia mayora dan memeriksa labia minora,
kemudian klitoris, lubang uretra dan vagina introtus untuk
melihat adanya : tukak atau luka, varises, cairan (warna,
konsistensi, jumlah, bau )
g) Mengurut uretra dan kelenjar skene untuk melihat pengeluaran
cairan nanah dan darah
h) Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini untuk mengetahui
adanya: pembengkakan, massa atau kista, cairan.
9) Pemeriksaan menggunakan spekulum
a) Lakukan pemeriksaan inspekulo, lalu amati :
(1)Serviks : warna, bentuk, dan laserasi yang menyembuh.
Kemungkinan warna keunguan pada kehamilan, laserasi
yang ditimbulkan karena kelahiran sebelumnya
(2)Dinding vagina : warna kebiruan, rongga dalam, adanya
leukorea pada kehamilan normal selama tidak menimbulkan
iritasi, gatal dan bau busuk.
10) Pemeriksaan Bimanual pada trimester 1 bila diperlukan.
11) Pemeriksaan tulang punggung.
12) Pemeriksaan tangan dan kaki.
a) Memeriksa apakah pada tangan terdapat edema atau tidak.
b) Mengamati kuku jari ibu hamil untuk mengamati apakah pucat
atau tidak
c) Memeriksa apakah pada kaki terdapat edema atau tidak.
d) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui ada tidaknya
varices.
e) Memeriksa reflek patella untuk melihat apakah terjadi gerakan
hipo atau hiper refleks pada kedua kaki ibu.
13) Cuci tangan

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR


Pengertian Suatu tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mendeteksi adanya
komplikasi pada bayi baru lahir dalam 24 jam pertama
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
Referensi 1. JNPK-KR,2012, Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusu Dini,
JHPIEGO Kerja Sama Save The Children Federation Inc-US, Modul.
Jakarta.
2. Dirjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak, 2012. Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensialkemenkes RI
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Penlight : 1 buah
2. Meteran gulung : 1 buah
3. Stetoskop bayi : 1 buah
4. Termometer digital : 1 buah
5. Kom kecil berisi tissue secukupnya
6. Bengkok : 1 buah
7. Kain pernel : 1 buah
8. Kom tutup berisi air DTT : 1 buah
9. Mikrotoir ( alat mengukur tinggi badan ) : 1 buah
10. Timbangan bayi : 1 buah
11. Celemek : 1 buah
12. Baskom berisi cairan klorin 0,5%
13. Tempat sampah medis : 1 buah
14. Tempat sampah non medis : 1 buah
15. Handuk tangan pribadi : 1 buah
16. Bak instrumen sedang steril : 1 buah
17. Sarung tangan DTT : 2 buah
18. Pengikat tali pusat steril
19. Tongue spatel plastik

B. Persiapan Diri
1. Memakai celemek/ barak shot
2. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun di bawah air mengalir
kemudian dikeringkan
3. Memakai sarung tangan DTT

1. Menilai Keadaan Umum


a. Menilai keseluruhan
b. Bagian kepala, badan dan ekstremitas
c. Tonus otot, tingkat aktifitas ( gerakan bayi aktif /tidak)
d. Warna kulit dan bibir ( kemerahan / kebiruan )
e. Tangis bayi ( melengking, merintih, normal)

2. Tanda – Tanda Vital


a. Pemeriksaan laju nafas dengan melihat tarikan nafas pada dada
menggunakan petunjuk waktu.
b. Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dan penunjuk
waktu
c. Periksa suhu dengan termometer aksila
3. Melakukan penimbangan berat badan. Sebelum menimbang bayi,
letakan kain pada timbangan agar bayi tidak kehilanagn panas.
4. Melakukan pengukuran panjang badan
5. Memeriksa bagian kepala bayi
a. Memeriksa fontanel / ubun –ubun
b. Memeriksa sutura untuk memastikan
c. Penonjolan atau daerah mencekung. Periksa ada kelainan karena
trauma persalinan atau adanya congenital
d. Mengukur lingkar kepala
6. Memeriksa mata akan tanda-tanda infeksi dan kelainan. Untuk menilai
ada tidaknya strabismus, kebutaan, seperti jarang berkedip atau
sensitifitas terhadap cahaya berkurang, katarak kongenital
7. Memeriksa telinga akan dihubungkan letak dengan mata dan kepala
serta ada tidaknya gangguan pada pendengaran
8. Memeriksa hidung dan mulut, langit – langit, bibir, dan reflek hisap
dan rooting.
9. Memeriksa leher bayi. Perhatikan adakah pembesaran atau benjolan
dengan mengamati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam
pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher
seperti kelainan tiroid.
10. Memeriksa dada. Perhatikan bentuk dada dan putting susu bayi. Jika
tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, hernia
diafragma
11. Memeriksa bahu, lengan dan tangan
12. Mengkaji adanya refleks moro : melakukan rangsangan dengan suara
keras secara tiba-tiba
13. Memeriksa bagian perut. Perhatiakn bagaimana bentuk adakah
penonjolan sekitar tali pusat, perdarahan tali pusat, dan benjolan
14. Memeriksa genetalia. Yang perlu diperhatikan
a. Laki – laki
 Testis berada pada skrotum dan pastikan jumlahnya, normal : 2
buah
 Penis berlubang dan pastikan lubang ada ditengan dan diujung
penis
b. Perempuan
 Vagina berlubang
 Uretra berlubang
 Terdapat labia minora dan labia mayora
15. Memeriksa tungkai dan kaki. Periksa gerakan dan kelengkapan jari
kaki untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan dan kelainan
bentuk jari
16. Memeriksa punggung. Observasi dan lakukan perabaan pada
punggung untuk memastikan tidak ada cekungan/benjolan/spina bifida
17. Memeriksa anus. Pastikan adanya lubang anus
18. Memeriksa kulit. Perhatikan adanya verniks, pembengkakan atau
bercak hitam serta tanda lahir

PEMBERIAN SUNTIKAN VITAMIN K


Pengertian Suatu tindakan pemberian suntikan vitamin k untuk mencegah terjadinya
perdarahan karena defisiensi vitamin k pada bayi baru lahir
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemberian suntikan vitamin k
Referensi 1. JPNKR. 2012. Asuhan persalinan normal. Jakarta
2. DIRJEN Direktorat Kesehatan Keluarga.2012. Modul Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan
Dasar. Kemenkes.RI. Jakarta
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril 1 pasang
2. Obat injeksi vitamin k 1 ampul
3. Spuit disposable 1 cc
4. Kapas DTT

B. Pelaksanaan
Pastikan ruangan tertutup dan hangat
1. Menyapa orang tua dengan ramah
2. Menjelaskan pada orang tua tujuan dan maksud tindakan yang
akan dilakukan
3. Mncuci tangan
4. Memakai sarung tangan
5. Memotong vial vitamin k
6. Mengisi spuit dengan vitamin k sebanyak 1 mg dosis tunggal
7. Mempersiapkan posisi bayi ( penyuntikan dilakukan di 1/3
bagian atas dan tengah anterolateral paha kiri )
8. Membersihkan temmpat penyuntikan dengan kapas DTT
9. Melakukan penyuntikan dengan sudut 90 pada anterolateral paha
kiri
10. Membuang spuit pada safety box
11. Memberitahu orang tua hasil suntikan
12. Memebereskan alat
13. Merapikan bayi
14. Mencuci tangan
15. Mendokumentasikan tindakan dan hasil temuan

PEMBERIAN KONTRASEPSI SUNTIK


PENGERTIAN Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan suntikan kb
secara intramuskuler pada akseptor KB
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian suntikan kb secara intramuskuler pada
akseptor kb
Referensi 1. Affandi, Biran. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pedoman Manajemen Pelayanan
Keluarga Berencana, Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan
Ibu Dan Anak, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
Prosedur 1. Konseling pra pelayanan
2. Mencuci tangan
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
4. Melakukan penimbangan berat badan
5. Mengukur tekanan darah
6. Mengambil obat, kemudian memasukan kedalam spuit sesuai dosis,
lalu meletakannya pada bak instrumen
7. Memeriksa tempat yang akan dilakukan suntikan.
8. Melakukan desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan
dilakukan penyuntikan
9. Melakukan penyuntikan pada ventrogluteal dengan cara
menganjurkan ibu miring , tengkurep atau telentang .
10. Melakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
11. Melakukan aspirasi spuit : bila tidak ada darah, semprotkan obat
secara perlahan – lahan hungga habis.
12. Menarik spuit dan menekan daerah penyuntikan dengan kapas
alkohol
13. Meletakan spuit bekas pada bengkok atau memasukan ke dalam
safety box
14. Mencatat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian
15. Mencuci tangan.

PENILAIAN AWAL IBU BERSALIN


Pengertian Suatu tindakan yang dilaksanakan untuk melakukan penapisan pada ibu
bersalin
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakn penilaian awal ibu bersalin
Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusu Dini ,
JHPIEGO Kerja Sama Save The Children Federation Inc-US, Modul.
Jakarta.
Prosedur A. Anamnesis
1. Menyambut ibu dan keluarga dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan identitas ibu
4. Melakukan pengkajian ulang / tanyakan mengenai
 Gravida dan para
 Usia kehamilan
 HPHT
 Riwayat alergi obat – obatan tertentu
 Gerakan janin pertama kali dirasakan
5. Melakukan pengkajian ulang / tanyakan mengenai masalah –
masalah dengan kehamilan yang sekarang.
6. Menanyakan pernah melakukan pemeriksaan antenatal ? Jika ya,
periksa kartu asuhan antenatalnya (jika mungkin )
7. Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya :
perdarahan, hipertensi, dll)?
8. Menanyakan apa yang dirasakan ibu saat ini
9. Menanyakan mengenai kontraksi
 Kapan mulai kontraksi
 Frekuensi
 Durasi
 Kekuatannya
10. Menanyakan mengenai adanya cairan vagina :
 Pendarahan pervagina
 Lendir darah
 Aliran atau semburan cairan
11. Menanyakan mengenai gerakan janin
12. Menanyai mengenai istirahat terakhir dan berapa lama
13. Kapan ibu terahir kali makan atau minum
14. Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih
15. Menanyakan Riwayat kehamilan sebelumnya :
- Masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya
- Berat badan bayi yang dilahirkan sebelumnya
- Bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan sebelumnya
16. Menanyakan Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan,
hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll)
17. Menanyakan Masalah medis saat ini (masalah pernapasan,
hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll)
18. Mencatat temuan pada status pasien

B. Pemeriksaan Fisik
1. Mempersiapkan alat
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
 Reflex hammer
 Metlin
 Stetoskop monoaural
 Jam tangan
 Baskom berisi larutan 0,5 %
 Sarung tangan DTT atau steril dalam bak DTT atau steril
 Kapas DTT dalam dalam kom DTT
 Tempat sampah medis
 Partograf
 Status klien
2. Mencuci tangan sebelum pemeriksaan fisik
3. Menunjukkan sikap ramah dan sopan
4. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya, jika perlu
periksa jumlah urin, protein dan aseton dalam urin.
5. Menilai keadaan umum ibu, tingkat nyeri kontraksi
6. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Untuk akurasi Tekanan
darah dan nadi ibu dilakukan pemeriksaan diantara dua kontraksi.
7. Melakukan pemeriksa adanya oedem pada muka.
8. Melakukan pemeriksa adanya warna kuning pada sklera.
9. Memeriksa pucat pada Mata dan Mulut.
10. Melakukan pemeriksaan abdomen ;
 luka bekas operasi
 Tinggi Fundus Uteri
 Pemeriksaan Leopold
 Penurunan bagian terendah dengan perlimaan
 Kontraksi uterus : frekuensi, durasi, intensitas his
11. Melakukan penilaian detak jantung janin setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan DJJ dalam batas normal ( 120-160 kali per menit)

C. Pemeriksaan Dalam
1. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air serta dikeringkan
dengan handuk yang bersih dan kering
2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada ibu dan memberitahukan
kemungkinan ketidaknyamanan
3. menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
4. Menggunakan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT. Bersihkan
vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang untuk menghindari kontaminasi feses.
5. Melakukan pemeriksaan genitalia luar. Perhatikan apakah ada
luka/massa (benjolan) termasuk kondiloma, varikositas vulva atau
rektum, atau luka parut di perineum
6. Menilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah,
perdarahan pervaginam atau mekonium
7. Menilai vagina, luka parut di vagina mengindikasikan adanya
riwayat robek perinium atau tindakan episiotomi sebelumnya
8. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu
jari (gunakan sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari
tengah yang diikuti oleh jari telunjuk. Nilai :
 Penipisan dan konsistensi serviks
 Pembukaan serviks
 Penurunan, presentasi, dan posisi
 Bagian lain yang menumbung
9. Melakukan dekontaminasikan sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor
dedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskan dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan tersebut
selama 10 menit.
10. Memberitahu ibu dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan
11. Memberikan asuhan sayang ibu
12. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan serta asuhan lainnya
pada partograf atau status ibu.

Pemrosesan Bekas Pakai- Disinfeksi Tingkat Tinggi Dengan


Cara Mengukus
Pengertian Suatu tindakan pemrosesan alat dengan menggunakan metode alternatif
yang aman dan efektif dengan cara mengukus setelah cuci bilas
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan desinfeksi tingkat tinggi dengan cara
mengukus
Referensi Kemenkes RI, 2011, pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya: kesiapan
menghadapi emerging infectious disease, edisi 3, kemenkes RI, jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Panci/kalakat 3 susun nampan pengukus
2. Air bersih
3. Korentang
4. Tempat /wadah DTT untuk peralatan yang sudah diproses DTT
5. Label
B. Persiapan
1. Menyiapkan peralatan yang akan dilakukan DTT kukus
2. Pastikan telah melalui tahap dekontaminasi dan cuci bilas

C. Pelaksanaan
1. Menggunakan panci dengan penutup yang rapat
2. Meletakan peralatan pada nampan pengukus yang berlubang
dibawahnya
3. Lakukan hingga semua nampan pengukus di atas panci perebus
memuat hingga tiga susun (bisa berisi sarungbtangan, kassa,
kapas & duk)
4. Letakkan penutup kain di atas nampan pengukus paling atas dan
panaskan air hingga mendidih
5. Merebus peralatan selama 20 menit dengan memulai hitung
waktubsaat air mendidih
6. Jika uap mulai keluar dari celah - celah diantara panci dan
letakkan dalam posisi terbalik
7. Mengangkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung
tangan dan goyangkan perlahan - lahan agar air yang tersisa pada
sarung tangan dapat menetes keluar
8. Meletakan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di
sebelah kompor
9. Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang
berisi sarung tangan tersusun di atas panci pengukus yang kosong
10. Mengangkat peralatan saat peralatan sudah kering dengan
menggunakan korentang ke tempat yang sudah di DTT dan
tertutup
11. Memeberi label pada wadah alat yang sudah di lakukan proses
DTT rebus
12. Merapihkan alat - alat yang sudah digunakan
13. Melakukan cuci tangan

Pemprosesan Bekas Pakai – Disinfeksi Tingkat Tinggi


Dengan Cara Kimiawi
Pengertian Suatu tindakan pemprosesan alat dnegan menggunakan metode alternatif
yang aman dan efektif dg cara kimiawi setelah cuci bilas.
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan desinfeksi tingkat tinggi dengan cara
kimiawi
Referensi Kemenkes RI, 2011, pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya: kesiapan
menghadapi emerging infectious disease, edisi 3, kemenkes RI, jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Sarung tangan rumah tangga dan sarung tangan DTT
2. Larutan klorin 0,5%
3. Air DTT
4. Wadah plastik untuk larutan klorin 0,5%
5. Korentang
6. Wadah plastik untuk air DTT
7. Kassa DTT
8. Tempat untuk alat yang sudah diproses DTT
9. Label

B. Pelaksanaan
1. Melakukan cuci tangan
2. Menggunakan sarung tangan rumah tangga
3. Masukkan peralatan yang akan di DTT kimia ke dalam wadah
plastik yang berisi larutan klorin 0,5%
4. Memastika larutan klorin melebihi permukaan alat 2 cm
5. Merendam alat selama 20 menit
6. Mengangkat peralatan yang direndam dengan menggunakan
korentang
7. Masukkan dalam wadah berisi air DTT
8. Membilas peralatan dengan air DTT supaya hilang larutan
klorinnya. Masih menggunakan sarung tangan DTT, keringkan
peralatan.
9. Masukkan peralatan yang sudah dikeringkan kedalam wadah
penyimpanan
10. Memberi label tanggal pemrosesan alat dan tanggal kadaluarsa
selama 1 minggu
11. Merapihkan alat yang sudah digunakan
12. Melakukan cuci tangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Gunakan APD
2. Perhatikan aseptik selama melakukan prosedur
3. Pastikan membuat takaran klorin tepat

Anda mungkin juga menyukai