Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI

PADA Nn.L USIA 17th Fluor Albus


DI RS HAJI JAKARTA
TAHUN 2022

Di Susun Oleh:
Sastrawati

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


STIKES MITRA RIA HUSADA JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN


REPRODUKSI
PADA Nn.A USIA 17th Fluor Albus
DI RS HAJI JAKARTA
TAHUN 2022

STUDI KASUS

Oleh
Sastrawati

Dipersentasikan di depan Pembimbing pada tanggal

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(Wiwin W, S.SiT, MKM) (Yulita Nengsih, S.SiT, M.Kes)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah masa yang paling kritis bagi perkembangannya dan
mendapatkan kendala. Pada masa remaja kendala utama yang dihadapi adalah
perubahan yang sangat pesat secara fisik maupun psikologinya, sehingga remaja
memerlukan perhatian khusus dalam menjaga kesehatannya terutama kesehatan
reproduksi (Wulandari dan Suparni, 2012). Banyak wanita di dunia mengalami
keputihan minimal sekali seumur hidupnya dan diantaranya bisa mengalami
keputihan dua kali atau lebih terutama pada remaja. Tapi banyak remaja putri
beranggapan bahwa keputihan hal yang wajar. Padahal hal tersebut tidak benar,
keputihan yang tidak dicegah dengan vulva hygiene yang baik dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit infeksi organ reproduksi. Kesehatan
reproduksi memiliki pengaruh kuat terhadap kelangsungan hidup wanita.
Kesehatan reproduksi dikalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius,
salah satunya adalah keputihan yaitu masalah yang berhubungan dengan organ
seksual wanita. Keputihan biasanya disebabkan oleh jamur atau virus bakteri yang
tentu saja masalah ini amat mengganggu penderita.
Data WHO dalam Zemouri at al (2016) tentang kinerja manjemen
Sindrom Discharge Vagina dalam mengobati infeksi vagina dan servikal. Suatu
tinjauan sistematis dan analisis meta-analisis menujukkan bahwa 11-38,4% wanita
di India, dan 34% di Etiopia mencari perawatan primer dan sekunder untuk Fluor
Albus. Sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah mengalami Fluor Albus
minimal 1 kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami Flour albus
sebanyak 2 kali atau lebih (Nanlessy, 2013). Berdasarkan data statistik Indonesia
tahun 2013 dari 45,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat.
Dan dari 30 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun, 83,3% pernah berhubungan
seksual, yang merupakan salah satu penyebab terjadinya keputihan (Trisnawati,
2018). Menurut shadine tahun 2012 Data penelitian tentang kesehatan reproduksi
wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan / Flour albus
paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya
sebanyak dua kali atau lebih. Pada dasarnya dalam keadaan normal, organ vagina
memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna dan
jumlah tidak berlebihan.
Cairan ini berfungsi sebagai sistem perlindungan alami, mengurangi
gesekan di dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan seksual.
Sedang yang dimaksud dengan keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai
oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan
yang berbahaya adalah keputihan yang tidak normal. Ini karena terjadi infeksi
yang disebabkan kuman, bakteri, jamur atau infeksi campuran. Keputihan bisa
juga disebabkan adanya rangsangan mekanis oleh alat–alat kontrasepsi sehingga
menimbulkan cairan yang berlebihan. Pada tipe keputihan ini, cairan yang keluar
berwarna kuning kehijauan. Biasanya diiringi rasa gatal dan bau tidak sedap
(Shadine, 2012).
Kasus yang terjadi pada Flour albus yaitu infeksi vagina seperti jamur
Kandida Albican, parasit Tricommonas, E Coli, Staphy lococcus, Treponema
Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka daerah vagina, benda
asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks
(Sibagariang dkk, 2010). Di Indonesia terdapat sekitar 4,5% remaja laki-laki dan
0,7% remaja perempuan usia 15-19 tahun yang mengaku pernah melakukan
seksual pranikah. Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran
pertama kali pada usia 15-17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5%
remaja laki-laki yang berusia 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat mereka
belum berusia 15 tahun. Pada usia tersebut dikhawatirkan belum memiliki
keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga mereka beresiko
memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat antara lain melakukan hubungan
seksual pra nikah Riskesdas (2018).
Keputihan merupakan hal yang fisiologis dapat terjadi pada masa dan
menjelang dan sesudah menstruasi. Akan tetapi, jika keputihan tidak ditangani
baik, dapat mengakibatkan infeksi kelamin wanita. Keputihan dapat disebabkan
karena personal hygiene yang kurang, pemakaian pembersih yang tidak sehat,
jamur, parasite dan virus (Mamafhia, 2009). Sedangkan keputihan pada remaja
putri antara lain disebabkan oleh penggunaan tisu yang terlalu sering setelah
buang air kecil maupun buang air besar, mengenakan pakaian berbahan sintesis
yang ketat menyebabkan ruang yang ada tidak memadai sehingga menimbulkan
iritasi pada organ kewanitaan, jarang mengganti panty liner, kurangnya kebersihan
terhadap organ kewanitaan, membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah yaitu
arah basuhan dilakukan dari belakang ke depan dan aktivitas fisik yang
melelahkan sehingga daya tahan tubuh melemah (Nyiwi, 2009). Tinggal didaerah
tropis seperti di Indonesia membuat keadaan tubuhmenjadi lebih lembab dan
berkeringat. Akibatnya bakteri mudah berkembang dan menyebabkan bau tidak
sedap terutama pada bagian lipatan tubuh yang tertutup seperti ketiak dan lipatan
organ genetalia pada wanita. Untuk menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan
bersih harus memperhatikan kebersihan perorangan atau personal hygiene.
Kebersihan merupakan halyang sangat penting dan harus diperhatikan karena
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang. Kebersihan
perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang, untuk menjaga kesejahteraan fisik dan psikis.
Salah satu dampak dari kurangnya menjaga personal hygiene adalah terjadinya
keputihan.
Kementerian menyatakan kejadian keputihan banyak dialami oleh para
remaja putri usia produktif, angka kejadian keputihan di Indonesia memiliki
angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan Negara lain (Depkes RI, 2014).
Dalam penyelenggaraan pengobatan tradisional harus dapat
dipertanggungjawabkan khasiat serta keamanannya dimana pengobatan
tradisional ini perlu terus dibimbing maupun dibina, ditingkatkan dan diawasi
untuk dapat digunkan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang maksimal. Hal
ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor
1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Obat Tradisional. Pada
penelitian Chrisye, dkk (2018), bagian tumbuhan yang digunakan sebagai
tumbuhan obat yaitu mulai dari daun, akar, bunga, kulit batang, buah, serta
rimpang akar. Ada beberapa tumbuhan obat yang dipercaya dapat mengatasi
keputihan yang dialami wanita. Berdasarkan pada uraian di atas, penulis tertarik
menelaah artikel yang berhubungan dengan terapi non farmakologi untuk
mengatasi keputihan.
Bawang putih diketahui memiliki banyak keistemewaan. Antara lain
beraroma menyengat, sehingga sebagian besar orang menghindari
mengkonsumsinya, padahal dalam bau tersebut terdapat banyak sekali khasiat
yang terkandung di dalamnya. Penamaan bawang putih sendiri sebenranya juga
bersala dari bahsa latin yang berarti seledri dan memiliki bau menyengat. Bawang
putih juga tidak boleh dimakan terlalu lama karena bisa merusak khasiat
pengobatannya (Aj jauziyah, 2004). Bila setiap orang yang diharuskan
memelihara kesehatan , maka berusaha mencegah timbulnya penyakit merupakan
keharusan pula, sepertinya halnya menjaga kebersihan genetalia, tidak melakukan
hubungan intim sebelum menikah. Dan pada remaja yang keputihan bisa langsung
di periksakan ke tenaga kesehatan secepatnya. Melihat masih tingginya angka
gangguan reproduksi dengan Flor Albus maka penulis tertarik untuk melakukan
Studi Kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Masa Remaja Nn. L Usia 17
Tahun Dengan Flour Albus Di RS Haji Jakarta Tahun 2022.

1.2 Rumusan Masalah.


Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Kesahtan Reproduksi Nn. L Umur 17
tahun dengan Flour albus Di RS Haji Tahun dengan menggunakan manajemen
kebidanan tujuh langkah varney?

1.3 Tujuan
Menerapkan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajeman kebidanan
a. Melakukan pengkajian pada wanita dengan keseharatn reproduksi yaitu
Flour albus.
b. Melakukan diagnosa kebidanan.
c. Menentukan rencana dan implemenrasi pada wanita pra konsepsi.
d. memberikan alternatif pemecahan masalah pada kesenjangan antara teori
dan praktek pada kasus ini.
e. Melaksanakan pendokumentasian asuhan pada wanita.
1.4 Manfaat
1.1.1. Bagi Lahan
Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah
ada serta meningkatkan mutu prlayanan kesehatan khususnya untuk
asuhan Askebi kesehatan Reproduksi yaitu keputihan atau Flor albus. Dan
sebagai tolak ukur apakah mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan
kebidanan pada remaja dengan gangguan reproduksi serta
pendokumentasian dengan bentuk SOAP.
1.1.2. Bagi Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari saat perkuliahan
berlangsung untuk memberikan asuhan yang terupdate saat ini. Menambah
pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penatalaksanaan asuhan
kebidanan gangguan reproduksi.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari Asuhan Kebidanan ini adalah memberikan
th
Manajemen Asuhan Kebidanan pada Nn. L Usia 17 di RS Haji Jakarta
pada tanggal 05 November 2022 dengan tujuan untuk memantau
kesejahteraan dengan menerapkan Asuhan Kebidanan pada Remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Flour albus


a. Pengertian Flour albus
Flour albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan
merupakan darah (Sibagariang dkk, 2010).
Flour albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita.
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa
gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula
disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau
bersenggama (Shadine, 2012).
b. Klasifikasi Flour albus menurut Sibagariang dkk (2010) adalah :
1) Flour albus fisiologis
Flour albus fisiologis terdiri atas cairan yang sering
berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
yang jarang. Flour albus normal dapat terjadi pada masa menjelang
dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10–16
siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stres dan
sedang mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil KB. Flour
albus ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menyebabkan rasa gatal.
Flour albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari
mengeluarkan Flour albus.
b. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan
seksual menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya
pelebaran pembuluh darah, divagina atau vulva, sekresi kelenjar
serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi
dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan
persetubuhan atau koitus.
a) Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada
mulut rahim saat masa ovulasi.
b) Mukus servik yang padat pada masa kehamilan sehingga
menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman
masuk ke rongga uterus.
2) Flour albus patologis
Flour albus patologis terjadi karena disebabkan oleh :
a. Infeksi
Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia
Trakomatis, Grandnerella, Treponema Pallidum, Parasit dan
Virus.
b. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat
bawaan. Cedera persalinan dan radiasi kanker genetalia atau
kanker itu sendiri.
c. Benda asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia
atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.
d. Kanker
Flour albus ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas,
apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau
seluruhnya memasuki lumen saluran alat–alat genetalia. Sel
akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,
akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan
pembuluh darah pada hiper vaskularisasi. Gejala yang
ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai
darah tak segar.
e. Menopause
Pada menopause sel–sel dan vagina mengalami hambatan
dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon estrogen
sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena tipisnya
lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.
3) Gejala Flour albus
Menurut Sibagariang dkk (2010), ada beberapa gejala Flour albus,
anatara lain :
a. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan
labia menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi
jamur kandida dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita
diabetes dan akseptor pil KB.
b. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau
kekuningan dan berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan
oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di vagina.
c. Keputihan / Flour albus yang disertai nyeri perut di bagian
bawah atau nyeri panggul belakang, kemungkinan terinfeksi
sampai pada organ dalam rongga panggul.
d. Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas
saat berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan
disebabkan oleh infeksi gonorhoe.
e. Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan
disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.
f. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel –sel
mati, kemungkinan adanya sel – sel kanker pada serviks.
4) Pencegahan Flour albus
Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari
terjadinya Flour albus, antara lain :
a. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.
Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi
tempat sembunyi kuman.
b. Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar,
yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air
bersih setiap buang air dan mandi. Jangan lupa untuk tetap
menjaga vagina dalam keadaan kering.
c. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena
pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak
menyerap keringat. Usahakan menggunakan celana dalam yang
terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat. Pemakaian
celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban daerah
vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.
d. Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu
harum atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
e. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour albus juga
bisa muncul lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi,
ember, ciduk, water torn dan bibir kloset dengan antiseptik
untuk menghindari menjamurkan kuman.
f. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk
menghindari Keputihan / Flour albus yang disebabkan oleh
infeksi yang menular melalui hubungan seks.
5) Patofisiologi Flour albus
Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme
pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH
vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8 –
4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasilus dan
selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit).
Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang bakteri patogen
tidak akan mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini turun
alias lebih besar dari 4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal
menandingi bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan
terjadilah keputihan. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi
wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan
paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa
mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Shadine, 2012).
6) Penatalaksanaan Flour albus
Menurut Sibagariang dkk (2010) untuk menghindari komplikasi
yang serius dari Flour albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan
sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan
gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanaan Flour albus tergantung dari penyebab infeksi
seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan
untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai
dengan penyebabnya. Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi
keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi
infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet,
kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan vulva yang
dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang
ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada
pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual
selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga
kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus
mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
b. Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit
menular seksual.
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya
agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan
menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk
mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
d. Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air
yaitu dari arah depan ke belakang.
e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu,
lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.
f. Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi
pada daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
g. Hindari pemakaian barang–barang yang memudahkan penularan
seperti meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak
duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap
dudukan

2. 2 Pengobatan Fluor Albus dengan Bawang Putih


Pengobatan keputihan dapat dilakukan dengan pengobatan farmakologi
dan non farmakologi, contoh pengobatan farmakologi untuk mengatasi
keputihan yaitu metronidazole, clindamycin, dan obat golongan antibiotik
lainnya. Pengobatan non farmakologi juga dipercaya dapat mengatasi
keputihan. Word Health Organization (WHO) telah menyarankan negara-
negara membangun untuk memanfaatkan penggunaan obat tradisional dalam
bidang kesehatan (Adultrudes B & Marina O, 2010). Indonesia ialah salah
satu negeri yang kaya akan tanaman tradisional yang berpotensi sebagai
pengobatan, dimana Pemerintah Indonesia mendukung tumbuhan obat
tradisional sebagai salah satu alternatif dari pengobatan yang dapat di lakukan
(Suwanti & Younferizal MR, 2016).
Dalam penyelenggaraan pengobatan tradisional harus dapat
dipertanggung jawabkan khasiat serta keamanannya dimana pengobatan
tradisional ini perlu terus dibimbing maupun dibina, ditingkatkan dan diawasi
untuk dapat digunkan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang maksimal,
Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomer 1076/
MENKES/ SK/ VII/ 2003 tentang penyelenggaraan obat tradisional. Pada
penelitian Chrisye dkk (2018) bagian tumbuhan yang digunakan sebagai
tumuhan obat yaitu mulai dari daun, akar, bunga, kulit batang, buah, serta
rimpang akar. Ada beberapa tumbuhan obat yang dipercaya dapat mengatasi
keputihan yang di alami wanita. Berdasarkan pada uraian di atas, penulis
tertarik menelaah artikel yang berhubungan dengan terapi non farmakologi
untuk mengatasi keputihan.
Pada bawang putih terdapat banyak sekali zat yang berfungsi untuk
mengakal efek buruk bagi tubuh. Bawang putih terdapat zat gizi atau nutrient
yaitu zat alanine yang emiliki bau menyengat hasil produksi sulfur yang
terkadanung di dalamnya. Diantara fungsi fisiologi alisin yaitu agen
antioksidan, antiradang, penurun tekanan darah dan penurunan kolesterol.
Senyawa alisin juga dapat diolah menjadi suatu ramuan yang bermanfaat
sebagia pentralisir pembuluh darah peneybab diabetes (Basyier, 2011).
Bawang putih Lanang memiliki karakteristik yang berbeda dengan
bawang putih lain karena hanya terdiri atas satu umbi saja (tunggal). Petani
bawang jenis ini juga terbilang sedikit sehingga harganya pun jauh lebih
mahal dibandingkan bawang jenis lainnya. Kulit luar umbi varietas Lanang
adalah putih seperti kertas dengan diameter umbi sekitar 3,3 – 3,8 cm
(Wibowo, 2007). Varietas Lanang sebenarnya merupakan varietas yang ada
karena tidak sengaja bawang putih ditanam di ligkungan yang tidak sesuai
dengan tempat tumbuhnya. Bawang jenis Lanang pertama kali ditemukan di
Sarangan, Magetan, JawaTimur. Umbi pada bawang lanang hanya berjumlah
satu dan sangat kecil akibat gagalnya pembentukan tunas utama di bagian
tajuk dan menekan pembentukan tunas bakal siung dibawahnya sehingga
daun yang biasanya membungkus beberapa siung hanya mampu
membungkus satu umbi saja (Wibowo, 2007). Bawang putih Lanang
memiliki kandungan kimia yang bermanfaat untuk kesehatan yang sama
dengan bawang putih lainnya, namun yang berbeda ialah kadar senyawanya.
Perbandingan kandungan seyawa aktif berupa allicin dan saponin dalam satu
siung bawang Lanang setara dengan 5–6 siung bawang putih lainnya.
Kandungan senyawa aktif yang tinggi tersebut disebabkan oleh semua zat
yang terkumpul dalam satu siung tunggal sehingga bawang Lanang lebih
banyak dikonsumsi sebagai obat (Utami dan Mardiana, 2013). Varietas
Lanang juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dan bakteri Escerichia coli (Kulla, 2016). Selain itu, tingginya
kandungan allicin dalam bawang putih lanang mampu mempercepat penuruan
eritrema pada luka terkontaminasi (Utami, Murniati, & Sumarno, 2016).
Berikut adalah gambar varietas bawang putih lanang/tunggal.

Gambar 1 : Bawang Putih Lanang/tunggal


BAB III
TINJAUAN KASUS

3. 1 Asuhan Kebidanan Pada Nn.L dengan Gangguan Reproduksi Fluor


Albus
Tanggal Pengkajian : 05 November 2022
I. DATA SUBJEKTIF
Identitas Pasien/ calon Suami
Calon Istri Suami
Nama Nn. L Nama -
Umur 17th Umur -
Pendidikan SMA Pendidikan -
Pekerjaan SMA Pekerjaan -
Alamat - Alamat -

Subjektif
Nn. L mengatakan kalau akhir – akhir ini mengalami keputihan , tidak
berbau, terasa gatal dan terasa terbakan di area kemaluan dan keluar cairan
kuning kental. Nn. L mengatakan mengalami keputihan sejak 2 minggu yang
lalu sering keluar lendir kental.

Objektive
K/u Baik , Kes : cm
TD: 120/80
Riwayat Kesehatan
Tidak mempunyai riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, asma
dan riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis. Dan tidak pernah
mengalami riwayat penyakit sistemik lain maupun penyakit kelamin.
Haid teratur, menarch usia 12 tahun saat kelas 1 SMP, kadang nyeri haid, haid
selama 5-6 hari.
Riwayat kesehatan keluraga : tidak ada rpenyakit degenaritif dalam keluarga
Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan
ASSESMENT
Nn. L umur 17 Tahun dengan Gangguan reproduksi Flour albus

PERENCANAAN
120
a. Memberitahu Nn. L tentang hasil pemeriksaan, yaitu TTV: TD : /80

x x
mmHg, R: 20 /menit, N : 80 /menit, S : 36,5º C dan mengalami
keputihan yaitu keluarnya cairan kental yang berlebihan, berwarna
putih keruh, gatal dan terasa terbakar serta tidak berbau.
b. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya
yaitu cebok dengan benar dari depan kebelakang agar kuman yang ada
di anus tidak berpindah ke vagina, menggunakan celana yang pas,
berbahan katun, selalu mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari /
celana dalam basah dan menghindari handuk yang berganti–ganti dengan
orang lain serta mengeringkan organ kewanitaan secara menyeluruh setelah
mandi atau berenang.
c. Memberikan support mental pada Nn. L supaya tidak cemas bahwa
keputihannya akan sembuh dan penting nya menjaga personal hygiene
khusus nya daerah kewanitaa dengan cara mengganti pakaian dalam bila
basah, memakai celana dalam berbahan katun, hindari memakain celana
Panjang yang ketat dan membersihkan vagina (cebok) dari arah depan ke
belakang, makan makanan yang bergizi, minum air putih yang cukup,
berolah raga, menghindari stress dan minum rebusan bawang atau makan
bawang putih tunggal selama 3 kali dalam seminggu dalam sehati makan 3
kali dan untuk keputihan yang normal tidak perlu pemberian obat – obatan
tapi bisa diberikan konseling tentang pencegahan keputihan dan pemberian
obat tradisonal seprti jamu jamuan penggunaan obat tradisional
sebagaipengobatan alternatif yang dianggap lebih aman dibandingkan zat
kimia lainnya. Salah satu obat tradisional yang biasa digunakan adalah
Bawang Putih tunggal menganjurkan pemberian ramuan tradisoanal Bawang
Putih Tunggal.
d. Memberikan penjelasan pada Nn. L agar tidak menggaruk apabila
kewanitaannya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya luka agar terhindar dari infeksi.
e. Menganjurkan pada Nn. L untuk tidak menggunakan parfum dan losion pada
area kewanitaan
f. Menganjurkan mengurangi konsumsi gula karena bisa membuat jamur
tumbuh subur
g. Menganjurkan pada Nn. L untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau jika ada
keluhan segera untuk datang kembali .
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Laporan Manajemen Asuhan
Kebidanan Gangguan reproduksi fluor albus 17 th di RS Haji Jakarta Tanggal 05
November 2022 pikul 10.00 WIB

4.1 DATA SUBJEKTIF


Pada saat pengkajian Nn. L dalam keadaan sehat seorang remaja putri
yang nampak cemas dan gelisah ini mungkin pengalaman baru juga untuk
remaja. Nn. L mengatakan dari awal keseriusan calon suami tidak ada
hambatan dan pertentangan dari keluarga, dia datang berkunjung dan ingin
berkonsultasi di poli klinik kebidanan yang bagi remaja mungkin hal yang
membuat takut juga :
a. Melakukan pengkajian pada wanita dengan keseharatn reproduksi
yaitu keputihan
b. Melakukan diagnosa kebidanan
c. Menentukan rencana dan implemenrasi pada wanita pra konsepsi
d. memberikan alternatif pemecahan masalah pada kesenjangan antara
teori dan praktek pada kasus ini
e. Melaksanakan pendokumentasian asuhan pada wanita

4.2 DATA OBJEKTIVE


Tidak dilakukan pemeriksaan lebih menyeluruh, tensi darag normal
120/80, tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium karena hanya keluhan
yang nornal.
Konseling mengenai Gangguan kesehatan reproduksi mengenai Fluor
Albus atu keputihan Menurut Shadine (2012),ada beberapa cara untuk
menghindari terjadinya Flour albus, antara lain
a. Upaya promotif
1. Penyuluhan tentang menjaga pola kebersihan bagian
kewanitaan
2. Mengganti celana dalam setiap 2 jam sekali atau panti liner
3. Penjelasan mengenai penting nya menjaga personal hygiene
khusus nya daerah kewanitaa dengan cara mengganti pakaian
dalam bila basah , memakai celana dalam berbahan katun ,
hindari memakain celana Panjang yang ketat dan
membersihkan vagina (cebok) dari arah depan ke belakang ,
makan makanan yang bergizi , minum air putih yang cukup ,
berolah raga , menghindari stress dan mengkonsumsi rebusan
bawang putih tunggal atau mengkonsumsi bawang putih
tunggal setiap makan selama 3 kali dalam seminggu dan
menghindari penggunaan parfum dan lotion pada area sekitar
vagina serta mengurangi konsumsi gula karena bisa mebuat
jamur tumbuh subur
4. Personal hygiene
b. Upaya preventif
1. Pemeriksaan USG ( tidak dilakukan karena keluhan masih
wajar)
- Tidak dilakukan untuk pemeriksaan pap smear karena
pasian belum menikah
2. Pemriksaan genetalia
- untuk memeriksa apakah ada jamur atau iritasi di sekitar
genetalia
c. Upaya kuratif
1. Patologis : cairan putih kekuningan keluar banyak, berbau,
gatal, dan terasa terbakar untuk kolaborasi dengan dokter
2. Meyakinkan kepada klien kalau keluhan yang diderita adalah
normal
3. Perbaikan gaya hidup, seperti banyak minum air putih dan
makan yang sehat banyak serat dan sayur buah-buahan
d. Upaya rehabilitatif
Pemulihan fisik dan mental, untuk mengontrol kecemasan
meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri pasien sehingga
dapat menjalani hidupnya sebagai remaja yang sehat dan aktif
4.3 PENATALAKSANAAN
Memberitahu pada klien hasil pemeriksaan, sesuai dengan sikap petugas
kesehatan dalam melakukan konseling yang baik adalah memperlakukan
klien dengan baik dengan bersikap sabar, menghargai pasien dan
menciptakan suatu rasa percaya sehingga pasien dapat berbicara secara
terbuka.
Akses informasi penyakit keputihan yang rendah dapat disebabkan oleh
sulitnya untuk mendapatkan informasi tentang keputihan, baik yang
disediakan oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan, ataupun lembaga lainnya yang
memberikan pendidikan kesehatan bagi remaja putri. Pengetahuan yang
rendah menyebabkan remaja putri tidak mengetahui cara melakukan
perawatan vulva eksterna secara baik untuk menghindari terjadinya
keputihan.
a. Perilaku vulva hygiene yang baik menyebabkan responden mampu
menjaga kebersihan vagina dan sekitarnya, serta menjaga agar vagina tetap
kering dan tidak lembab. Vagina yang kering akan memperkecil risiko
tumbuhnya parasit yang dapat menyebabkan keputihan. Selain itu perilaku
vulva hygiene yang baik juga menjaga vagina tetap bersih tetapi flora
normal vagina dan keasaman vagina tidak terganggu, sehingga akan
mengurangi risiko kejadian keputihan (Fathul, 2013). Menurut Sibagariang
dkk (2010) untuk menghindari komplikasi yang serius dari Flour albus,
sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher
rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer,
berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau
busuk.
b. Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal remaja
dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab. Keterbatasan
pengetahuan dan pemahaman dapat membawa remaja ke arah perilaku
beresiko (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012)(Tulus et al., 2014).
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan system
reproduksi. Kesehatan reproduksi ditujukan bagi pria maupun wanita namun
dalam hal ini wanita mendapatkan perhatian lebih karena begitu kompleksnya
alat reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi membahas berbagai hal yang
berhubungan dengan kesehatan alat reproduksi seseorang, selain itu
kesehatan reproduksi juga membahas tentang siklus hidup serta permasalahan
yang dihadapi oleh pria. Dalam setiap fase atau masanya wanita memiliki
masalah yang berbeda-beda. Flour albus/keputihan adalah merupakan tanda
dan gejala yang ditandai dengan keluarnya cairan dari alat kelamin wanita
yang tidak berupa darah di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta
disertai rasa gatal setempat. Penyebab keputihan dapat secara normal
(fisiologis) maupun (patologis) yang dipengaruhi oleh hormone tertentu.
Cairanyya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium tidak menunjukkan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada
perempuan yang terangsang pada waktu senggama atau saat masa subur
(ovulasi) (Kusmiran,2011).
Sedangkan Keputihan/Flour albus yang tidak normal (patologis) biasa
disebabkan oleh infeksi/peradangan yang terjadi karena mencuci vagina
dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian pembilas
vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda
asing dalam vagina.Selain karena infeksi, keputihan dapat juga disebabkan
oleh masalah hormonal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit
menular seksual. Cairanya berwarna putih/hijau/kuning, berbau, sangat gatal
dan disertai nyeri perut bagian bawah. Jika seseorang mengalami hal seperti
itu, maka orang tersebut harus segera berobat ke dokter. Pengobatan akan
disesuaikan dengan penyebabnya (Kusmiran,E,2011).
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Lahan Praktek
Agar selalu mempertahankan dan meningkatkan asuhan kompetensinya
agar selalu sesuai dengan standar pelayanan kebidanan, juga dapat
berkesempatan menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa-masiswa
yang berkesempatan praktek di lahan ini.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan terus meningkatkan mutu pendidikan dalam mendidik dan
membimbing mahasiswa agar dapat meningkatkan keterampilannya,
mengembangkan kemampuannya mengenai asuhan kebidanan sesuai
dengan standar untuk dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Adeltrudes, B., & Marina, O 2010,‘Characterization Activity of the Essential Oil


from the Leaves of Piper betle L’, E-International Scientific Reaserch
Journal, Vol.2, No.1, Hlm.2-13
Al- jauziyah, Ibnu Qayyim. ( 2006). Metode pengonbatnan nabi ( abu Umar
basyier Al-Maidani, Penerjemah) 7th ed).Jakarta : Griya Ilmu
Basyier, A.U. 2011. Kedokteran Nabi Muhammad SAW, antara Realitas DAN
Kebohongan. Surabaya: Shafa Publika.
BKKBN, BPS, Kemenkes RI. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. USAID.
Jakarta: USAID; 2018. 1– 606 p.
Chrisye Yustitia Pelokang dkk. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional
oleh Etnis Sangihe di Kepulauan Sangihe Bagian Selatan, Sulawesi
Utara. )Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado
Departemen Kesehatan Rakyat Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2014.
Ginting Munthe, Novita B 2019. Pengaruh Konsumsi Bawang Batak Terhadap
Keputihan Pada Wanita Usia Subur Di Desa Lau Rakit Kecamatan Stm Hilir
Kabupaten Deli Serdang . Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam,
Indonesia
Kaur, J., & Kapoor, A. (2014). Perceptions and Knowledge about Leukorrhea in a
Slum Dwelling South Asian Community. Journal of Family & Reproductive
Health, 8(1), 45–52.
Kulla, Periskila Dina Kali. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Bawang
Lanang (Allium Sativum L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Kusmiran, E. (2012). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Mamafhia. ( 2009). Waspadai gejala keputihan. From : http://bidankita.com
Nanlessy, D. M., Hutagaol, E., & Wongkar, D. (2013). Hubungan antara
pengetahuan dan perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat
genetalia dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Pineleng. Ejournal
Keperawatan, 1(1)
Nyiwi ( 2009) . Antibacterial effectc of extracts of ocimum gratissium and Piper
guineense on escherichia coli and Staphylococus aureus. African journal of
Food Science. Vol 3 (3) pp. 077-081, Nigeria
Sesilia R.P. dkk, 2017. Uji Aktifitas Perasan Bawang Putih (Allium sativum) Asal
Kabupaten Gowa Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans. Poltkkes
Kemenkes Makassar
Suparni, I., & Wulandari, A. 2012. Herbal Nusantara, 1001 Ramuan Tradisional
Asli Indonesia. Yogyakarta: ANDI.
Suwanti & Yonferizal, MR 2016,’Keputihan Pada Wanita Usia Subur
Menggunakan Ekstrak Daun Sirsak’, Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan
Tradisional, Vol.1, No.1, Hlm.69-74
Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta
Sibagariang, Eva Ellya. 2010. Buku Saku Metodologi Penelitian Untuk
Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Trisnawati, I. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keputihan
Patologis Pada Wanita Usia Subur yang Bekerja di PT Unilever Cikarang
Bejasi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 9(1), 45–50
Utami, Prapti dan Mardiana, L. 2013. Umbi Ajaib tumpas penyakit. Penenbar
Swadaya. Jakarta.
Utami Y, Murniati A, Sumarno. Efek perawatan luka terkontaminasi dengan
ekstrak bawang putih lanang dalam mempercepat penurunan eritema. J
Kedokt Yars. 2009;17(1):21–30
Wibowo,S. 2007. Budidaya bawang; Bawang putih.bawang merah.bawang
bombay. Penebar Swadaya, Jakarta
Zemouri, C., Wi, T. E., Kiarie, J., Seuc, A., Mogasale, V., Latif, A., & Broutet, N.
2016. The performance of the vaginal discharge syndromic management in
treating vaginal and cervical infection: A systematic review and
metaanalysis. PLoS ONE, 11(10), 1–21.

Anda mungkin juga menyukai