Anda di halaman 1dari 26

JOURNAL READING

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN


RIWAYAT FLOUR ALBUS DI PUSKESMAS BATUA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2023

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktik Asuhan Kebidanan Holistik


Pada Remaja dan Pra Nikah

OLEH :

YUSRIATY
PO715211231037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

Oleh :
YUSRIATY
NIM PO715211231037

Menyetujui

Pembimbing Institusi

Dr. Theresia Limbong, SKM, M.Kes (.....................................................)


NIP. 195811021982092001

Pembimbing Lahan

Darmawati, SKM (................................................... )


NIP.197208181993022002

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Afriani, SST., M,Keb


NIP.197910072009122002

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
laporan praktik lapangan (PKL) ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk
dapat digunakan sebagai syarat dn bukti telah menyelesaikan praktik lapangan.
Dalam proses penyusunan laporan ini ada banyak pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih kepada Ibu Dr.Theresia Limbong, SKM, M.Kes selaku
pembimbing institusi dan Ibu Darmawati, SKM yang telah banyak menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyelesaian laporan ini.
Penulis sangat menyadari bahwa apa yang penulis paparkan dalam laporan ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan laporan ini.

Makassar, 23 Agustus 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ……………………………....………………………………....


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB 1 ISI JURNAL .................................................................................................1
BAB II TELAAH JURNAL .................................................................................... 14
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................16
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22

iv
BAB 1

ISI JURNAL
A. Jurnal
Jurnal 1 Pengetahuan Remaja Mengenai Intervensi Non Farmakologis Untuk
Mengatasi Flour Albus Di SMA Negeri 2 Kota Bitung
Jurnal 2 Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dalam Pencegahan Keputihan
Setelah Diberikan Edukasi
Jurnal 3 Mengatasi Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di Sman 2
Rambah Hilir

B. Abstrak
Jurnal 1 Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
masalah kesehatan reproduksi seperti keputihan. Keputihan yang
tidak diatasi dengan segera dapat mengakibatkan gangguan fungsi
organ reproduksi seperti infertilitas, kehamilan ektopik, bahkan
kanker serviks. Beberapa intervensi untuk mengatasi keputihan bisa
dilakukan dirumah dengan menggunakan bahan alam yang mudah
diperoleh. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui
bagaimana gambaran pengetahuan remaja mengenai intervensi non
farmakologis untuk mengatasi flour albus.
Jurnal 2 Keputihan pada remaja disebabkan kurangnya pengetahuan remaja
terhadap perilaku tentang pencegahan keputihan dengan menjaga
kebersihan pada organ reproduksi.
Jurnal 3 Keputihan (Flour Albus) adalah kondisi vagina saat mengeluarkan
cairan atau lendir menyerupai nanah. Di Indonesia dekat 90%
perempuan hadapi keputihan sebab Negeri Indonesia merupakan
wilayah yang beriklim tropis, alhasil jamur gampang berkembang
serta bertumbuh alhasil menyebabkan banyak terbentuknya
keputihan pada perempuan di Indonesia. Bila tidak ditangani dengan
bagus, keputihan dapat berdampak parah, semacam infertilitas,

1
kehamilan ektopik( berbadan dua diluar isi) serta ialah pertanda dini
dari kanker rahim.

C. Pendahuluan
Jurnal 1 Kelompok yang paling rentan dalam menghadapi masalah kesehatan
reproduksi adalah perempuan. Salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering dialami perempuan adalah keputihan.
Keputihan merupakan gejala penyakit. (1) Keputihan abnormal
terjadi akibat infeksi dari berbagai mikro- organisme, antara lain
bakteri, jamur, dan parasit. Keputihan patologis yang berlangung
terus menerus akan menganggu fungsi organ reproduksi wanita
khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan
infertilitas (2). Kejadian fluor albus atau keputihan dapat terjadi dari
berbagai faktor mulai dari pengetahuan serta sikap wanita tersebut
yaitu kurang menjaga kebersihan vagina, jarang mengganti pembalut
saat haid atau menstruasi, jarang mengganti celana dalam atau
penggunaan celana dalam yang lembab, penggunaan celana yang
terlalu ketat, pola hidup yang kurang sehat, aktifitas fisik yang sangat
melelahkan, mengalami stress berat, penggunaan sabun pembersih
kewanitaan yang berlebihan, serta dapat di akibatkan oleh kondisi
hormon yang tidak seimbang (3) Di Indonesia sekitar 90% wanita
berpotensi mengalami keputihan karena negara Indonesia adalah
daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang
yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia
sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali
dalam hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan
sebanyak dua kali atau lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh
wanita yang belum nikah atau remaja putri yang berumur 15 - 24
tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini menunjukkan remaja lebih berisiko
terjadinya keputihan.(4) Pengobatan keputihan dapat dilakukan

2
dengan pengobatan farmakologi dan non farmakologi. Contoh
pengobatan farmakologi untuk mengatasi keputihan yaitu
metronidazole, clindamycin, dan obat golongan antibiotik lainnya
dan diperoleh dari petugas kesehatan. Beberapa remaja sungkan
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan untuk mengobati
keputihannya, sehingga remaja perlu mengetahui beberapa alternatif
pengobatan non farmakologi untuk membantu mengatasi keputihan.
(5) Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa intervensi non
farmakologis mampu mengurangi keputihan patologis, diantaraya
yaitu, rebusan daun sirih hijau, daun sirih merah, jus nanas, dan daun
sirsak. Beberapa Penelitian mengenai intervensi non farmakologis ini
seperti penelitian yang dilakuakn oleh Sri wulan menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan untuk mengurangi keputihan
antara kelompok wanita yang diberikan rebusan daun sirih merah dan
kelompok yang tidak diberikan.
Jurnal 2 Era anak muda hendak hadapi kemajuan pada alat reproduksinya, alat
reproduksi pada wanita muda lebih sensitif dari pada pria sebab
saluran reproduksinya yang lebih pendek, alhasil dibutuhkan atensi
paling utama yang belum memiliki sikap sehat utuk menghindari
terbentuknya penyakit pada alat reproduksinya. Sebaliknya
keputihan yang tidak normal ataupun patologis diisyarati dengan
jumlah pengeluaran yang banyak, bercorak putih semacam susu bau,
kuning ataupun kehijauan, melilit, serta diiringi bau anyir ataupun
busuk. Di Indonesia kurang lebih 90% perempuan hadapi keputihan
sebab Negeri Indonesia merupakan wilayah yang beriklim tropis,
alhasil jamur gampang berkembang serta bertumbuh alhasil
menyebabkan banyak terbentuknya keputihan pada perempuan di
Indonesia Remaja yang memiliki postur tubuh obesitas maka lebih
berisiko, karena area kewanitaanya cenderung mengalami
kelembaban lebih tinggi, sehingga jadi lebih mudah berkembang.

3
Jurnal 3 Tidak banyak wanita yang tahu apa itu keputihan dan terkadang
menganggap enteng persoalan keputihan ini (Kumalasari, 2020).
Dengan tingginya kejadian keputihan pada remaja putri di Indonesia,
maka perlu adanya upaya dari kita sebagai tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan remaja mengenai cara menjaga kesehatan
organ kewanitaannya. Keputihan juga bisa merupakan gejala awal
dari kanker leher rahim, yang bisa berujung pada kematian. Oleh
karena itu, kita harus mewaspadai keputihan terutama yang bersifat
patologis yang merupakan tanda adanya suatu penyakit atau
gangguan kesehatan reproduksi. (Harahap, 2019) Melakukan
penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan remaja putri mengenai pentingnya menjaga kesehatan
reproduksi khususnya kesehatan organ reproduksi. Sebagai langkah
awal untuk meningkatkan kesehatan reproduksi khususnya remaja
putri yang merupakan calon ibu yang kelak akan melahirkan generasi
penerus bangsa ini. Pengetahuan yang baik akan berpengaruh
terhadap perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan organ
reproduksi yang merupakan faktor penting dalam mencegah
keputihan.

D. Metode
Jurnal 1 Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yang
menguraikan atau memberi gambaran/deskirpsi tentang pengetahuan
remaja mengenai intervensi non farmakologis untuk mengatasi
keputihan. Populasi penelitian ini adalah remaja putri kelas X dan XI
di SMA Negeri 2 Bitung, dengan jumlah sampel sebanyak 62
Siswi,pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive
Sampling. sisiwi yang di jadikan sebagai responden adalah siswi
yang sudah memasuki tahap menstruasi. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas

4
dan realibilitasnya.
Jurnal 2 Desain penelitian ini menggunakan kuantitatif jenis pra-
eksperimental dengan desain penelitian one group before after atau
post-test group design. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja
putri di Dusun Tamanan, Kab. Kediri yang memenuhi kriteria inklusi
yang terpilih dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 15
orang dari total populasi 43 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah: umur 11- 20 tahun; bersedia menjadi responden; belum
pernah mendapatkan edukasi pengetahuan pencegahan keputihan;
sudah mengalami menstruasi; dan memahami serta bisa mengisi
kuisoner (google form). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli
sampai Agustus 2021 di Dusun Tamanan, Kecamatan Ringinrejo
Kabupaten Kediri. Instrument yang digunakan untuk pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah kesioner pengetahuan dan sikap
dalam pencegahan keputihan dengan jumlah 30 soal yang berisi
pernyataan pengetahuan 21 soal dan sikap 9 soal. Intrumen tersebut
sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan nilai
masingmasing r hitung > 0,423 signifikan 5% dan cronbach’s alpha
0,803. Data dianalisis menggunakan uji univariat untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan sikap responden yang selanjutnya disajikan
dalam bentuk frekuensi dan presentasi dalam table.
Jurnal 3 Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan
melalui tatap muka mengenai materi kesehatan masyarakat.
Gambaran IPTEK yang akan ditransfer kepada peserta dalam
pengabdian masyarakat ini diawali dengan proses pendataan remaja
di SMA Integral Batam setelah itu tim penyuluhan melakukan studi
atau penyuluhan hal-hal apa saja yang diperlukan remaja dalam
mengatasi masalah keputihan. Selanjutnya tim peyuluhan
merumuskan kegiatan dan menghimpun para peserta. Pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dengan tema masalah keputihan / Flour albus

5
pada remaja menyampaikan beberapa materi antara lain pengertian
reproduksi, pengertian keputihan, penyebab keputihan, factor-faktor
penyebab keputihan, dan cara mencegah keputihan.

E. Hasil & Pembahasan


Jurnal 1 Hasil dan Pembahasan
sebagian besar responden memiliki riwayat menstruasi yang normal
yaitu 42 orang (67.7%), dan ada beberapa responden mengalami
gangguan haid . Berdasarkan riwayat keputihan , sebagian besar
responden pernah mengalami keputihan namun masih dalam kategori
fisiologis yaitu 43 orang (63.3%) beberapa siswi kehijauan, gatal, dan
panas diarea intim, responden lainnya mengalami keputihan yang
patologis yaitu keputihan yang disertai bau , warna kuning lebih
sering melakukan Vulva Hygiene anpa memakai antiseptik,
mengeringkannya dengan handuk kering atau tisu kering, mencuci
tangan sebelum membersihkan daerah kewanitaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
sudah mengetahui mengenai keputihan yaitu 36 orang (58%) , mereka
mengetahui mengenai seperti apa keputihan, kapan keputihan bisa
terjadi, mengapa keputihan bisa terjadi, dan siapa saja yang bisa
mengalami keputihan, namun sedikit dari mereka yang mampu
menjawab bagaimana cara mengatasi keputihan dengan tepat. Hasil
penelitian Febria (2020) menemukan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan, sebanyak
89% responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik adalah
responden yang mengalami keputihan (9). Beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pengalaman,
pendidikan, informasi, dan sosial budaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
belum mengetahui intervensi non farmakologis untuk mengatasi

6
keputihan. Responden belum pernah mendapatkan informasi maupun
edukasi mengenai intervensi untuk keputihan menggunakan bahan
herbal, mereka mengetahui bahwa jika terjadi keputihan patologi
mereka harus memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, namun
banyak dari responden malu untuk memeriksakan dirinya. Perlunya
pengobatan non farmakologi adalah agar memudahkan mereka untuk
mengatasi keputihan dengan bahan alam yang mudah diperoleh di
lingkungan mereka tinggal. Beberapa bahan yang biasa digunakan
dan telah diuji efektifitasnya adalah daun sirih. Daun sirih
mengandung fenol yang memiliki lima kali lipat antibakteri lebih kuat
dibandingkan kandungan yang lainnya. Sifat antimikroba daun sirih
hijau (P.betle) sangat bermafaat jika digunakan untuk mengobati
infeksi mikoorganisme patogen pada tubuh manusia misalnya
menghambat pertumbuhan C.albicans. Beberapa penelitian mengenai
Penelitian yang dilakukan oleh Baety (2019) menemukan bahwa hasil
Sebelum dan Sesudah di berikan Air Rebusan Daun Sirih Hijau
dengan cara dibilas ke vagina selama 6 hari berturut-turut pagi dan
malam hari terdapat pengaruh secara sighnifikan dalam mengatasi
keputihan, terdapat 21 dari 24 responden yang berkurang
keputihannya (11) . Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Etnis (2021) yang mengemukakan bahwa ada
pengaruh rebusan dauh sirih hijauterhadap penurunan keputihan
patologis.(12) Daun sirih merah juga memilki efektifitas yang sama
dalam mengatasi keputihan. Daun Sirih merah ini merupakan salah
satu tanaman obat yang potensial yang diketahui secara empiris
memiliki khasiat untuk menyembuhkankeputihan. Daun sirih merah
mengandung senyawa fitokimia yaitu minyak atsiri. Peneliti
sebelumnya mengemukakan bahwa ada pengearuh yang rebusan daun
sirih merah terhadap keputihan (13) penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayanti (2021) bahwa ada
pengaruh rebusan daun sirih merah dalam mengurangi gejala

7
keputihan patologis.(7) Bahan alam lainnya adalah daun sirsak,
Kandungaan daun sirsak yang bersifat anti bakteri dan mengandung
senyawa golongan steroid, alkaloid, flavonoid, tanin yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli, Proteus vulgaris,
Salmonella tyhimurium, Klebsiella, Candida albicans. Penelitian
yang dilakukan oleh Hidayanti (2020) menyatakan bahwa rebusan
daun sirsak memiliki efektifitas terhadap keputihan. Cara
mengolahnya adalah cuci daun sirsak dengan air mengalir hingga
bersih (sebaiknya cuci daun sirsak dengan air mengalir, jangan
direndam), kemudian rebus daun sirsak dengan 3 gelas air (600 cc),
hingga tersisa menjadi 1 gelas (200 cc), setelah itu dinginkan air
rebusan hingga hangat kemudian segera minum dan diminum 2 kali
sehari.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sampara
(2021), bahwa dari 30 responden yang dijadikan sampel terdapat 26
orang yang keputihannya berkurang sesudah menggunakan rebusan
daun sirsak. Salah satu bahan herbal adalah nanas. Nanas
(Ananassativus) adalah sejenis tumbuhan tropis yang berasal dari
Brazil, Bolivia dan Paraguay. Dari hasil penelitian Mawaddah (2019)
diketahui, bahwa jus buah nanas terbukti mampu mengurangi
keputihan pada wanita usia subur karena Pada buah nanas memiliki
senyawa flavonoid yang bersifat desinfektan dan sangat efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif karena flavonoid
bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan
dan juga bersifat polar pada bakteri gram positif daripada lapisan lipid
yang non polar. Setelah masuk, flavonoid segera bekerja
menghancurkan bakteri dengan cara mendenaturasi protein yang
dapat menyebabkan aktifitas metabolisme. Sel bakteri berhenti karena
semua aktivitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh suatu enzim
yang merupakan protein. Berhentinya antivitas metabolisme ini akan
mengakibatkan kematian sel bakteri.(15) Beberapa penelitian yang

8
telah dilakukan bisa dijadikan landasan ilmiah untuk mengatasi
keputihan patologis melalui pengobatan tradisional. Remaja
sebaiknya mendapatkan edukasi dan sosialisai tentang hasil penelitian
tersebut.
Jurnal 2 Hasil
diketahui bahwa responden (periode (2008) dikategorikan menjadi 3
yaitu : remaja awal (11-14), remaja pertengahan (15-17), remaja akhir
(18 – 20). Mayoritas berumur 11-14 tahun sebanyak 53,3 %.
Responden yang tidak mendapatkan informasi 100%.Sumber
informasi yang didapatkan 0%. Pengetahuan remaja tentang
pencegahan keputihan di Dusun Tamanan sebelum edukasi mayoritas
53% dalam kategori kurang, dan sesudah edukasi naik 100% kategori
baik. Sikap remaja tentang pencegahan keputihan di Dusun Tamanan
sebelum edukasi mayoritas 60% kategori sikap positif,dan sesudah
edukasi naik menjadi 80% dalam kategori sikap positif.
Pembahasan
hasil penelitian pada 15 remaja putri, diketahui tingkat pengetahuan
remaja putri sebelum dilakukan edukasi tentang pencegahan
keputihan menggunakan leaflet dan dijelaskan melalui media zoom
meeting mayoritas tingkat pengetahuan responden dalam kategori
kurang. Namun, tingkat pengetahuan responden meningkat dalam
kategori baik setelah dilakukan edukasi. Penelitian sebelumnya
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu (Nugroho Taufan, 2014). Penginderaan terjadi melalui pasca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba yang artinya pengetahuan dapat diperoleh darimana
saja. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga seperti poster, majalah, leaflet atau sumber informasi yang
berbentuk suara seperti seminar, edukasi, atau pembicaraan dari orang
lain melalui percakapan sehari- hari (R. Sari, 2018). Orang-orang atau

9
lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan
pengetahuan tersebut sebagai yang memacu, mengkritik, dan
menantang sehingga proses pembentukan pengetahuan lebih lancar
(Azwar, 2007). Lingkungan yang mendukung dalam mendapatkan
informasi dapat memberikan pengaruh pada seseorang untuk
menambah pengetahuan tentang pencegahan keputihan dari
lingkungan mereka, baik dari teman ataupun keluarga. Pengalaman
dapat dijadikan cara untuk menambah pengetahuan seseorang tentang
suatu hal. Selain itu umur juga mempengaruhi daya tangkap dan pola
piker seseorang (R. Sari, 2018). Semakin bertambah umur akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin baik (Livana et al., 2018).
Disamping itu, pemberian edukasi kesehatan juga dapat
meningkatkan pengetahuan (Faridah et al., 2020). Penelitian
mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dapat
dilakukan dengan memberikan informasi melalui edukasi kesehatan
(R. Y. Sari, 2013). Hal ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa edukasi kesehatan adalah proses yang
direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-
individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran serta
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya demi kepentingan
kesehatannya (Wianti, 2018). Namun pada penelitian ini peningkatan
yang terjadi bernilai sedikit. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
faktor yang mempengaruhi proses pemberian edukasi kesehatan
sehingga informasi yang disampaikan tidak sepenuhnya diterima oleh
peserta didik (KOILAM et al., 2019).
hasil penelitian bahwa tingkat remaja putri sebelum dilakukan
penyuluhan tentang pencegahan keputihan menggunakan leaflet dan
dijelaskan menggunakan media zoom meeting sebagian besar
responden bersikap positif. Setelah dilakukan penyuluhan minoritas
responden bersikap negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sikap remaja

10
dalam pencegahan keputihan mengalami peningkatan setelah
diberikan edukasi dengan media zoom meeting. Hasil tersebut
memberikan penjelasan bahwa sebagian besar responden sudah
memiliki sikap positif tentang pencegahan keputihan. Secara umum
sikap positif adalah sikap yang menunjukan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma yang
berlaku (Linggotu, Paputungan, & Polii, 2016). Sedangkan sikap
negatifadalah sikap yang menunjukan penolakan atau tidak
menyetujui terhadap norma yang berlaku (Lake, Hadi, &
Sutriningsih, 2017). Sikap adalah reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang atau individu terhadap suatu stimulus atau
objek (Wibowo, 2018).
Peningkatan sikap tentang pencegahan keputihan dikategorikan
cukup karena beberapa faktor yaitu pemberian media leaflet yang
mudah dipahami dan mudah diingat oleh responden (Nugroho
Taufan, 2014). Tingkat sikap seseorang mencerminkan seberapa
banyak sikap positif yang dimiliki orang tersebut (Azwar, 2007).
Tingkat sikap dibagi menjadi 4 kategori, yaitu menerima (receiving)
artinya mau memperhatikan stimulus yang diberikan, merespon
(responding) artinya memberikan jawaban apabila ditanya (Azwar,
2007). Menghargai (valuing) artinya mengajak untuk mendiskusikan
suatu masalah, bertanggung jawab (responsible) artinya bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih (Azwar, 2007). Tingkatan
sikap tersebut dapat menentukan sejauh mana seseorangdalam
memahami segala sesuatu yang diketahuinya, dari hasil penelitian
membuktikan edukasi menggunakan leaflet dan penjelasan melalui
media zoom meeting sangat efektif dengan adanya peningkatan sikap
responden tentang pencegahan keputihan.
Jurnal 3 Kegiatan pengabdian masyarakat berupa penyuluhan kesehatan
tentang pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja ini
dilaksanakan secara tatap muka, Peserta kegiatan pengabdian

11
masyarakat ini adalah remaja di SMA Integral Batam yang berjumlah
30 orang. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan melalui
beberapa tahapan antara lain. Pelaksanaan kegiatan berupa
penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja
ini dilakukan secara tatap muka. Pada kesempatan ini tim pengabdi
memaparkan materi tentang bahaya keputihan selama 30 menit,
kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab selama 30
menit.
Dari 30 remaja putri yang diberikan materi tentang keputihan, ada 10
(23%) Orang yang mengatakan sering mengalami keputihan dan
terkadang menimbulkan gatal di sekitar kemaluan. Remaja yang
mengatakan keluhannya tersebut, narasumber sarankan untuk
menjaga kebersihan organ reproduksi dengan menggunakan celana
dalam yang berbahan katun, mengganti celana dalam jika lembab atau
berkeringat, membasuh kemaluan dari depan kebelakang setiap buang
air, dan mengganti pembalut setiap 4 jam saat menstruasi. Semua
remaja yang hadir diberikan penyuluhan terkait pengetahuan tentang
fluor albus (keputihan). Setelah diberikan sosialisasi tentang fluor
albus (keputihan) di SMA Integral Batam meliputi pengertian
keputihan, penyebab keputihan, tanda dan gejala keputihan, dampak
keputihan pada organ reproduksi, serta cara mengatasi keputihan.
Setelah dilakukan evaluasi maka diperoleh 90% remaja putri
memiliki pemahaman yang baik tentang fluor albus (keputihan).
Peningkatan rata-rata berkisar 60% sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan Penyuluhan Fluor Albus (keputihan). Hal ini dipengaruhi
oleh faktor remaja tersebut merupakan remaja awal yang memiliki
rasa ingin tahu yang besar dalam menerima wawasan salah satunya
mengenai kesehatan reproduksi.

12
F. Kesimpulan
Jurnal 1 Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Pengetahuan remaja
mengenai intervensi non farmakologis untuk mengatasi keputihan
di SMA Negeri 2 Bitung, diperoleh hasil bahwa dari 62 siswi
terdapat 19 siswi yang mengalami keputihan patologis dan harus
segera diatasi, namun pengetahuan mereka mengenai intervensi
bahan alam masih kurang, sebagaian besar mereka belum paham
bagaimana mengatasi keputihan menggunakan pengobatan non
farmakologis, maka dari itu remaja perlu mendapatkan edukasi
maupun pendidikan kesehatan mengenai cara mengatasi keputihan
menggunakan bahan-bahan alam (Rahmadani et al., 2023)
Jurnal 2 Bahwa edukasi dengan menggunakan leaflet dan penjelasan melalui
media zoom meeting sangat efektif dalam meningkatkan
pengetahuan dan sikap pada remaja putri. Sehingga, Media edukasi
menggunakan leaflet dan penjelasan melalui media zoom meeting
dapat menjadi alternatif untuk pembelajaran pencegahan keputihan,
yang berdampak pada peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
menjadi lebih baik (Miftachul et al., 2023)
Jurnal 3 Adanya peningkatan pengetahuan remaja putri tentang Fluor Albus
(Keputihan) meliputi pengertian keputihan, penyebab keputihan,
tanda dan gejala keputihan, dampak keputihan pada organ
reproduksi, serta cara mengatasi keputihan dengan rata-rata
peningkatan sebesar 60% (Andolina et al., 2022)

13
BAB II

TELAAH JURNAL
A. PROBLEM
Jurnal 1 Banyaknya angka kejadian keputihan (flour Albus) yang terjadi
pada remaja
Jurnal 2 Kurangnya Pengetahuan remaja terkait masalah kesehatan
reproduksi khususnya Keputihan (flour albus)
Jurnal 3 Banyaknya wanita yang sebagian besarnya adalah remaja yang
tidak mengetahui tentang keputihan (flour albus)

B. INTERVENTION
Jurnal 1 Pemberian Informasi serta contoh penerapan atau penanganan
pada keputihan (flour albus) secara farmakologis & non
farmakologis
Jurnal 2 Penyuluhan remaja terkait masalah kesehatan reproduksi
termasuk Keputihan (flour albus)
Jurnal 3 Upaya pemberian konseling secara langsung kepada remaja
terkait keputihan (flour albus)

C. COMPARATION
Jurnal 1 Penatalaksanaan dan penerapan ini bertujuan mengurangi
terjadinya kejadian keputihan (flour albus) yang dialami oleh
remaja
Jurnal 2 Pemberian penyuluhan ini guna meningkatkan pengetahuan
remaja mengenai kesehatan reproduksinya, mengetahui
masalah yang bisa terjadi pada sistem kesehatan reproduksi
Jurnal 3 Konseling ini dilakukan bertujuan untuk mengatasi ataupun
mengurangi terjadinya masalah keputihan (flour albus) pada
remaja

14
D. OUTCOME
Jurnal 1 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan
antara pakaian yang digunakan dengan kejadian keputihan
(flour albus)
Jurnal 2 Penyuluhan dan pemberian informasi dalam berbagai media
dapat meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksinya termasuk kejadian keputihan (flour albus)
Jurnal 3 Ada peningkatan yang signifikan terhadap konseling yang
dilakukan pada remaja terkait dengan keputihan (flour albus)

15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Flour Albus (Keputihan)
Pada daerah kewanitaan terdapat bakteri yang baik yang disebut dengan
basil Doderlein. Dalam keadaan normal jumlah basil ini cukup dominan dan
membuat lingkungan vagina bersifat asam sehingga vagina mempunyai daya
proteksi yang cukup kuat. Disamping itu vagina juga mengeluarkan sejumlah
cairan yang berguna untuk melindungi diri terhadap infeksi.
Keputihan (flour albus) adalah keputihan yang tidak normal dari saluran
vagina yang mungkin berbau busuk atau tidak dan disertai dengan rasa gatal
yang terlokalisir. Keputihan (flour albus) adalah kelebihan cairan yang keluar
dari lubang kelamin. Keputihan pada wanita bisa normal atau tidak normal
(Pratiwi et al., 2022)
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan
darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi
gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Mutianingsih et al., 2022)
B. Jenis Flour Albus (Keputihan)
Jenis keputihan (flour albus) pada wanita ada dua yaitu keputihan
normal/fisiologis dan abnormal/patologis.
1. Keputihan Fisiologis
Keputihan fisiologis adalah keputihan normal akibat perubahan hormonal
seperti sebelum dan sesudah menstruasi, stres, kehamilan, dan penggunaan
pil KB. Keputihan yang normal juga dapat terjadi akibat kehamilan atau
rangsangan seksual.
2. Keputihan Patologis
Keputihan patologis adalah keputihan yang timbul akibat kondisi medis
tertentu dengan penyebab tersering adalah infeksi parasit/jamur/bakteri.
C. Penyebab Keputihan
Gejala dari adanya infeksi adalah keputihan atau dikenal keputihan
patologis. Penyakit ini ditandai adanya cairan putih agak kekuningan bahkan
hingga berwarna hijau atau abu-abu yang keluar dari vagina dengan bau tidak

16
sedap. Cairan tersebut bersifat encer hingga kental dan menimbulkan rasa
gatal-gatal. Bau tidak sedap ini berasal dari adanya infeksi jamur Candida
albicans (Astari & Kholidah, 2021)

Penyakit Keputihan

Menurut Mims (2004) dalam (Dewi et al., 2019). penyebab keputihan patologis
adalah benda asing, luka pada vagina, air tidak bersih, pemakaian tampon,
pantyliner berkesinambungan dimana semua ini potensial membawa jamur,
bakteri, virus dan parasit. Keputihan berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1. Jamur candida, warnanya putih susu, kental, bau agak keras disertai
gatal pada vagina. Akibatnya mulut vagina menjadi kemerahan dan
meradang. Biasanya kehamilan, kencing manis, pemakaian pil KB dan
rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu.
2. Parasit Trichomonas Vaginalis, ditularkan lewat hubungan seks,
perlengkapan mandi atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat kental,
berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan
karena parasit tidak menyebabkan gatal tapi liang vagina nyeri bila
ditekan.
3. Kuman/ bakteri, menyebabkan rasa gatal yang mengganggu Warna
cairan keabuan, berair, berbuih dan berbau amis. Juga menyebabkan
peradangan vagina tak spesifik
4. Virus, gejala keputihan akibat vírus juga bisa menjadi faktor pemicu
kanker leher rahim.
5. Faktor Hygiene yang Jelek
Kebersihan yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal
ini terjadi karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri
patogen penyebab infeksi mudah menyebar.

17
6. Pemakaian Obat-obatan (Antibiotik) dalam Waktu Lama
Pemakaian obat-obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat
menimbulkan sistem imunitas dalam tubuh. wanita yang mengonsumsi
antibiotik timbul keputihan.
7. Stres
Otak memengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak
mengalami stres maka hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan
keseimbangan dan dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Wanita
bisa mengalami gangguan siklus menstruasi/keputihan yang jika
reseptor otak mengalami stres maka hormonal di dalam tubuh
mengalami perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan
timbulnya keputihan. Wanita bisa mengalami gangguan siklus
menstruasi/keputihan yang disebabkan oleh stres.
8. Alergi
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang
dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti
tampon, rambut kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana
dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan, benturan, tekanan
atau iritasi yang berlangsung lama.
9. Penyakit Organ Kandungan Keputihan juga dapat timbul jika ada
penyakit di organ kandungan, misalnya peradangan, tumor (misalnya
papiloma, sering menyebabkan keluarnya iran encer, jernih, dan tidak
berbau), kanker rahim atau kanker serviks.
10. Keluarnya Mucus Servix (Tidak Haid)
Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam sehingga
vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal. Akibat rasa
gatal divagina, maka garukan yang sering dilakukan menyebabkan
terjadinya luka-luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan
keputihan. Kekurangan atau hilangnya estrogen karena remaja putri
masih mengalami ketidakseimbangan hormonal. Akibatnya mereka
juga sering mengeluh keputihan selama beberapa tahun sebelum dan

18
sesudah menarche (haid pertama)
D. Tanda dan Gejala Keputihan
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala
keputihan tersebut dapat disebabkan oleh Virus atau Bakteri.
1. Gejala Keputihan karena Faktor Fisiologis, antara lain:
a. Cairan yang keluar encer
b. Berwarna bening/krem/tidak berwarna
c. Tidak berbau
d. Tidak gatal
e. Jumlahnya sedikit atau cukup banyak
2. Gejala Keputihan karena Faktor Patologis, antara lain:
a. Cairan yang keluar bersifat keruh dan kental
b. Berwarna putih susu, kekuningan, keabu-abuan atau kehijauan
c. Terasa gatal
d. Berbau tidak sedap, busuk atau amis
e. Menyisakan bercak pada pakaian dalam
f. Jumlahnya banyak
E. Cara Mengatasi
1. Menjaga Kebersihan, di antaranya:
a. Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar
tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur.
b. Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa
basah dan lembab.
c. Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah
timbulnya iritasi pada vagina.
d. Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang
mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal
itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang
munculnya jamur atau bakteri.
e. Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah
depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke

19
vagina.
f. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida
akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun
dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.
2. Memperhatikan Pakaian, di antaranya:
a. Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya
segera diganti dengan yang kering dan bersih. Minimal sehari 2 kali.
b. Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang
terlalu ketat karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan.
c. Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan
selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah
dan lembab.
d. Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun, karena katun menyerap
kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.
3. Mengatur Gaya Hidup, di antaranya:
a. Menghindari seks bebas atau berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan alat pelindung seperti kondom.
b. Mengendalikan stres.
c. Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan
serangan infeksi.
d. Mengonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi
gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri
yang merugikan.
e. Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat
membuat kedua paha tertutup
f. rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara dan meningkatkan
kelembaban sekitar vagina.
g. Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik
oral (yang diminum) sebaiknya mengonsumsi antibiotik tersebut
sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal
dan keputihan tidak datang lagi.

20
BAB IV

PENUTUP

Pada jurnal 1, 2 dan 3 menjelaskan bahwa kejadian flour albus pada remaja
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan personal hygiene remaja, Hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah yang dikeluhkan pasien adalah dengan melakukan
penyuluhan kepada remaja mengenai keputihan/flour albus, cara menjaga kebersihan
daerah kewanitaan, dan penanganan flour albus. Sehingga pada masa remaja sangat
penting untuk diberikan pengetahuan mengenai gizi seimbang, dan personal hygiene
yang baik utamanya pada daerah kewanitaan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Andolina, N., Maulani, R. G., & Safitri, M. (2022). Penyuluhan kesehatan reproduksi
tentang flour albus pada remaja 1,2,3. Pengabdian Masyarakat, 1(1), 22–26.
Astari, A., & Kholidah, L. N. (2021). Ilmu Pengetahuan Alam (Edisi Revi).
Dewi, I. G. A. A. N., Sawitri, A. A. S., Mahayati, N. M. D., & Lindayanti, I. K.
(2019). Faktor Risiko Lesi Pra Kanker Leher Rahim (Serviks) (T. Q. Media
(ed.); Pasuruan,).
Miftachul, M., Syafirasari, A., & Hayyun, A. (2023). Pengetahuan dan Sikap
Remaja Putri dalam Pencegahan Keputihan Setelah Diberikan Edukasi. 4(2),
109–116.
Mutianingsih, R., Muliani, S., Supiana, N., Safinatunnaja, Munawarah, Z., &
Mawaddah, S. (2022). Penyuluhan Kesehatan Dalam Siklus Hidup Perempuan
(Cetakan Pe).
Pratiwi, A. P., Diah, T., Bausad, A. A. P., Allo, A. A., Mustakim, M., Muchlisa, N.,
Kas, S. R., & Ratnaningsih, M. (2022). Masalah Kesehatan Masyarakat,
Pekerja Dan Remaja (Cetakan Pe).
Rahmadani, R. A., Wulansari, M., Ardiningtyas, L., Ati, E. P., & Atikah, S. (2023).
Pengetahuan Remaja Mengenai Intervensi Non Farmakologis Untuk Mengatasi
Flour Albus di SMA Negeri 2 Kota Bitung. Jurnal Ners, 7(1), 434–437.
https://doi.org/10.31004/jn.v7i1.13443

22

Anda mungkin juga menyukai