Anda di halaman 1dari 54

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................I


HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................II
DAFTAR ISI ................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................2
1. Latar Belakang ................................................................................2
2. Rumusan Masalah ..........................................................................3
3. Tujuan .............................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI ..............................................................................4
BAB III DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT....................27
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................41
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................49
BAB VI REFRENSI/DAFTAR PUSTAKA ...........................................................52

1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan


hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai
aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian
kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian anak (AKA). Sebagai ketetapan yang dimaksudkan
dengan kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk
memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat
menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa
resiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya
mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 2009).
Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75%
wanita di dunia pasti menderita keputihan / Flour Albus paling tidak sekali
seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau
lebih. Pada dasarnya dalam keadaan normal, organ vagina memproduksi cairan
yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna dan jumlah tidak
berlebihan. Cairan ini berfungsi sebagai sistem perlindungan alami, mengurangi
gesekan di dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan seksual.
Sedang yang dimaksud dengan keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai
oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan
yang berbahaya adalah keputihan yang tidak normal. Ini karena terjadi infeksi
yang disebabkan kuman, bakteri, jamur atau infeksi campuran. Keputihan bisa
juga disebabkan adanya rangsangan mekanis oleh alat – alat kontrasepsi
sehingga menimbulkan cairan yang berlebihan. Pada tipe keputihan ini, cairan

2
yang keluar berwarna kuning kehijauan. Biasanya diiringi rasa gatal dan bau tidak
sedap (Shadine, 2012).
Biasanya komplikasi yang mungkin terjadi pada Flour Albus yaitu infeksi
vagina seperti jamur Kandida Albican, parasit Tricommonas, E Coli, Staphy
lococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka
daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan
kelainan serviks (Sibagariang dkk, 2010) Berdasarkan data statistik Indonesia
2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15 – 24 tahun di Indonesia berperilaku
tidak sehat. Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15 – 24 tahun 83,3%
pernah berhubungan seksual yang merupakan salah satu terjadinya Flour Albus
(BBKN, 2009).
2. Perumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Nn. M
Umur 18 tahun dengan Flour Albus di PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN
MAMUJU dengan menggunakan manajemen kebidanan tujuh langkah varney.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman nyata mahasiswa untuk memberikan asuhan kebidanan
gangguan reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah Varney.
b. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap dan sistematis pada Nn.
M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di Puskesmas Binangan Kabupaten
Mamuju.
2) Menginterpretasikan data serta menemukan diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di
Puskesmas Binanga Kabupaten Mamuju

3
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Nn. M Umur 18 tahun 4 dengan
Flour Albus di Puskesmas Binanga Kabupaten mamuju.
4) Melakukan antisipasi segera pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour
Albus Puskesmas Binanga Kabupaten Mamuju.
5) Mengidentifikasi rencana tindakan asuhan kebidanan atau intervensi
segera pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di Puskesmas
Binanga Kabupaten mamuju.

6) Melakukan rencana tindakan pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour


Albus di Puskesmas Binanga Kabupaten Mamuju.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Nn. M Umur 18 tahun dengan


Flour Albus di Puskesmas Binanga kabupaten Mamuju.

8) Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata


dilapangan pada Nn. M Umur 18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour
Albus di Puskesmas Binanga kabupaten mamuju.

9) Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada


kesenjangan antara teori dan praktek pada kasus Nn. M Umur 18 tahun
dengan gangguan reproduksi Flour Albus di Puskesmas Binanga Kabupaten
mamuju.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Teori Medis
A. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran
dan system reproduksi. Kesehatan reproduksi ditujukan bagi pria maupun
wanita namun dalam hal ini wanita mendapatkan perhatian lebih karena
begitu kompleksnya alat reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi
membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan alat
reproduksi seseorang, selain itu kesehatan reproduksi juga membahas
tentang siklus hidup serta permasalahan yang dihadapi oleh pria. Dalam
setiap fase atau masanya wanita memiliki masalah yang berbeda-beda.
Pada umumnya orang beranggapan bahwa siklus menstruasi
seseorang adalah teratur. Tapi fakta menunjukkan sebaliknya. Dari hasil
penyelidikan terhadap 4 ribu wanita ternyata hanya 3% yang memiliki
siklus menstruasi yang teratur, bahkan ini merupakan suatu kekecualian
yang jarang terjadi. Pada umumnya wanita mengalami siklus menstruasi
yang kurang teratur; dari siklus yang satu dengan siklus berikutnya ada
sedikit perubahan. Jangka waktu yang normal yang berkisar antara 20
hari hingga 36 hari, atau rata-rata 28 8 hari.Namun hanya sekitar 30%
wanita yang mempunyai siklus dengan kisaran satu atau dua hari dari
statistik rata-rata 28 hari.
Siklus menstruasi yang tidak teratur pada remaja putri adalah suatu
hal yang normal. Karena sedang berkembang menuju arah kedewasaan.

5
Secara berangsur-angsur siklus akan menjadi teratur menjelang usia 20
tahun (Koes Irianto. 2015).
b. Macam – macam gangguan reproduksi
Menurut (Varney, 2001) gangguan reproduksi terdiri dari :
1) Amenore Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada
beberapa titik dalam sebagian besar siklus menstruasi.
2) Disminore Menstruasi yang menyakitkan, terutama terjadi pada perut
bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.
3) Menoragi Menoragi merupakan salah satu dari beberapa keadaan
menstruasi yang pada awalnya berada di bawah label perdarahan uterus
disfungsional.
4) Metroragi Metroragi apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak
teratur atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan
diantara menstruasi.
5) Oligomenore Oligomenore adalah aliran menstruasi yang tidak sering
atau hanya sedikit.
6) Sindrom Pramenstruasi Perubahan siklik fisik, fisiologi dan perilaku
(misalnya perut mengembung, perubahan suasana hati, perubahan
nafsu makan) yang dicerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir
pada semua wanita beberapa waktu antara menarche dan menopause.
7) Flour Albus Flour Albus adalah keluarnya cairan dari vagina yang
menimbulkan perasaan kurang nyaman (Jamaan, 2013).
B. Flour Albus
1. Pengertian Flour Albous
Albus Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina
bukan merupakan darah (Sibagariang dkk, 2010).
Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita.
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal
di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai

6
bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau
bersenggama (Shadine, 2012).
2. Kalsifikasi Flour Albus menurut Sibagariang dkk (2010) adalah :
1) Flour Albus fisiologis Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang
kadang – kadang berupa muskus yang mengandung banyak epitel
dengan leukosit yang jarang. Flour Albus normal dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara
hari ke 10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan,
stres dan sedang mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil KB.
Flour Albus ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menyebabkan rasa gatal.
Flour Albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan
Flour Albus.
b) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran
pembuluh darah, divagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang
bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding
vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau
koitus.
d) Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi.

e) Mukus servik yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup


lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga
uterus.

2) Flour Albus patologis Flour Albus patologis terjadi karena disebabkan


oleh :

7
a) Infeksi Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia
Trakomatis, Grandnerella, Treponema Pallidum, Parasit dan Virus.

b) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan Adanya fistel


vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan. Cedera
persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.

c) Benda asing Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita


hernia atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina
berlebihan

. d) Kanker Flour Albus ditemukan pada neoplasma jinak maupun


ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian
atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat – alat genetalia. Sel
akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,
akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan
pembuluh darah pada hiper vaskularisasi. Gejala yang 12
ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah
tak segar.

e) Menopause Pada menopause sel – sel dan vagina mengalami


hambatan dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon
estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena tipisnya
lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.

3. Gejala Flour Albouse

Menurut Sibagariang dkk (2010), ada beberapa gejala Flour Albus, anatara
lain :

1) Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia


menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida
dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil
KB.

8
2) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan
berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas
atau ada benda asing di vagina.

3) Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau
nyeri panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ
dalam rongga panggul.

4) Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat
berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan
oleh infeksi gonorhoe.

5) Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan


disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.

6) Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel – sel mati,
kemungkinan adanya sel – sel kanker pada serviks.

4. Pencegahan Flour Albus

Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya


Flour Albus, antara lain:

1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.


Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat
sembunyi kuman.

2) Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air
dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan
kering.

3) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian


celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat.
Usahakan menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun
yang menyerap keringat. Pemakaian celana jeans terlalu ketat juga

9
meningkatkan kelembaban daerah vagina. Ganti tampon atau panty
liner pada waktunya.

4) Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum
atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

5) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour Albus juga bisa


muncul lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi, ember, ciduk,
water torn dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari
menjamurkan kuman.

6) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari


Keputihan / Flour Albus yang disebabkan oleh infeksi yang menular
melalui hubungan seks.

5. Patofisiologi Flour Albus

Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme


pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH
vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8 – 4,2.
Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasilus dan selebihnya
adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit). Biasanya ketika
ekosistem didalam keadaan seimbang bakteri patogen tidak akan
mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini turun alias lebih besar
dari 4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal menandingi bakteri patogen.
Ujungnya, jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan. Data penelitian
tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia
pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45%
diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Shadine,
2012).

6. Penatalaksanaan Flour Albus

10
Menurut Sibagariang dkk (2010) untuk menghindari komplikasi yang
serius dari Flour Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini
mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab
lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah
atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi


seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan
untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida
dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti
krem yang dioleskan dan vulva yang dimasukkan langsung ke dalam liang
vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi
juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular


seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar


tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana
terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

11
4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.

5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena


dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi
medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan


seperti meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk
di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset
sebelum menggunakannya.

2. Teori Manajemen Kebidanan

A. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang


digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam rangkaian /
tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada
pasien (Sulistyawati, 2009).

B. Proses Manajemen Kebidanan


Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan-
tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komperhensif dan
aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan pengertian untuk
menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisahpisah menjadi satu
kesatuan yang berarti (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a. Langkah I : Pengkajian

12
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1) Data Subjektif
Data yang mencakup identitas pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a) Identitas Pasien
(1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(2) Umur Pasien Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(3) Agama Pasien Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Pendidikan Pasien Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Suku/bangsa Pasien Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan seharihari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(6) Pekerjaan Pasien Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam
gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

13
(7) Alamat Pasien Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Keluhan Utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang


ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Pada kasus
Flour Albus keluhan utamanya Nn. M merasa tidak nyaman, gatal,
berbau dan bahkan terkadang terasa perih (Shadine, 2012).

c) Riwayat Menstruasi Berdasarkan data yang diperoleh, bidan akan


mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. Riwayat menstruasi meliputi menarche, siklus,
volume, keluhan (Sulistyawati, 2009) menurut Irianto (2015)
seseorang menjelang dan sesudah haid akan mengalami keputihan.
Hal ini disebabkan karena kelenjar didalam vagina aktif dan pengaruh
dari hormon estrogen dan progesteron.

d) Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,


status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status
yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Berapa kali ibu hamil,


apakah pernah abortus, jumlah anak,cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Menurut Shadine (2012) keputihan yang dibiarkan
dan tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan kehamilan
prematur, ketuban pecah sebelum waktunya dan berat bayi lahir
rendah.

14
f) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus Flour Albus akseptor KB Pil dan IUD
juga menimbulkan keputihan pada wanita (Irianto, 2015).

g) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk


mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan Flour Albus (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).

(2) Riwayat penyakit sistemik Data ini diperlukan untuk mengetahui


kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti:
Jantung, DM, Hipertensi, Asma (Ambarwati dan Wulandari,
2010).

(3) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui


kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan terhadap kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Riwayat keturunan kembar Untuk mengetahui riwayat keturunan


kembar dalam keluarga (Cahyani, 2012)

(5) Riwayat operasi Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat


operasi yang berhubungan dengan kandungan ibu atau tidak
(Cahyani, 2012)

h) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

(1) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum,


frekuensi, banyaknya, jenis makan, makanan pantangan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

15
(2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Keputihan menyebabkan
peradangan pada saluran kencing sehingga menimbulkan rasa
nyeri dan pedih saat BAK (Mumpuni dan Andang, 2013).

(3) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa


jam pasien tidur, kebisaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).

(4) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu


menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut Shadine (2012),
pada kasus gangguan reproduksi Flour Albus biasanya sering
dikaitkan dengan perilaku tidak higenis atau infeksi jamur.

(5) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari


(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut Shadine (2012),
selama mengalami keputihan tidak dianjurkan berolahraga
berlebihan dan mengangkat beban berat.

i) Data Psikologis Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga


(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus Flour Albus Nn. M
merasakan cemas karena daerah genetalia Nn. M selalu basah dan
terasa gatal (Manuaba,2009).

2). Data Objektif

Setelah data subjektif kita dapatkan untuk melengkapi data dalam


menegakkan diagnosa (Sulistyawati,2009).

16
a) Pemeriksaan fisik
Langkah-langkah pemeriksaan m
enurut (Sulistyawati, 2009)
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan
pasien secara menyeluruh. Hasil pengamatan akan dilaporkan
dengan kriteria baik atau sedang. Pada kasus Flour Albus
keadaan umum Nn. M baik (Norma dan Dwi, 2013).
(2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal)
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). Pada
kasus Flour Albus kesadaran Nn. M composmentis (Norma dan
Dwi, 2013).
(3) Tanda vital
(a) Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan menggunakan
alat tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik
antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai
90 25 mmHg. Pada kasus Flour Albus tekanan darah Nn. M
normal (Astuti, 2012).
(b) Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5 – 37,2oC
(Astuti, 2012). Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010)
pada kasus Flour Albus bila suhu ibu >380C mengarah ke
tanda – tanda infeksi.
(c) Nadi Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada
arteri. Frekuensi nadi normal : 60 – 100 kali / menit. Pada
kasus Flour Albus normal (Astuti, 2012).

17
(d) Pernafasan Frekuensi pernafasan, normal (16 – 24 kali /
menit). Pada kasus Flour Albus pernafasan Nn. M normal
(Astuti, 2012).
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kepala
(a) Rambut Untuk mengetahui rambut bersih tidak, rontok atau
tidak, berketombe tidak (Cahyani, 2012).
(b) Muka Untuk mengetahui ada oedema apa tidak, anemia atau
tidak, pucat atau tidak (Cahyani, 2012).
(c) Mata Meliputi pemeriksaan conjungtiva, sklera dan oedema
(Astuti, 2012).
(d) Hidung Meliputi pemeriksaan secret dan polip (Astuti, 2012).
(e) Telinga Meliputi pemeriksaan tanda infeksi, serumen dan
kesimetrisan telinga (Astuti, 2012).
(f) Mulut, gusi Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis,
epulis, karies dan lidah (Astuti, 2012).
(2) Leher Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran kelenjar tyroid (Astuti, 2012).
(3) Dada dan mamae
Menurut Astuti (2012) meliputi pemeriksaan :
(a) Pembesaran, simetris, areola, putting, kolostrum dan tumor.
(b) Retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri
tekan.
(4) Ekstremitas Untuk mengetahui adanya edema pada tanga dan
kaki, pucat pada kuku jari atau tidak, terdapat varises atau tidak
serta reflek patella (Muslihatun dkk, 2009).
c) Pemeriksaan khusus obstetri
(1) Abdomen Meliputi pemeriksaan perut normal atau tidak, kandung
kemih, ada benjolan atau tidak nyeri / tidak (Astuti, 2012).

18
(2) Anogenital Meliputi pemeriksaan varices, kemerahan,
pengeluaran pervaginam dan bekas luka (Astuti, 2012).
Pengeluaran pervaginam didapatkan rasa panas, gatal dan nyeri
yang dapat terasa didaerah vulva dan paha, perineum (kulit
diantara vagina dan anus), dapat pula disertai nyeri saat berkemih
dan senggama (Shadine, 2013).
(3) Inspeculo Untuk mengetahui keadaan serviks (cairan atau darah,
luka atau peradangan, tanda – tanda keganasan), serta untuk
mengetahui keadaan dinding vagina terdapat cairan, darah atau
luka (Muslihatun dkk, 2009). Pada 28 kasus Flour Albus ditemukan
keluar cairan yang berlebihan dari vagina (Shadine, 2012). (
4) Anus Untuk mengetahui bersih atau tidak, terdapat haemoroid
atau tidak (Norma dan Dwi, 2013).
d) Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan keperluan
menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus Flour Albus pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan antara lain pemeriksaan melalui, sekret
atau cairan pervaginam (Muslihatun dkk, 2009).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah,
dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).
1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan
Para,
Abortus, Anak hidup, umur Nn. M, dan keadaan Nn. M. (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Diagnosa Kebidanan yang ditegakkan adalah :
Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus. Menurut Sibagariang dkk
(2010), data subyektif dari kasus Flour Albus antara lain :
(1) Nn. M mengatakan bernama Nn. M umur 18 tahun

19
(2) (2) Nn. M mengatakan belum pernah melahirkan dan belum
pernah keguguran.
(3) Keluhan Nn. M merasa tidak nyaman, gatal, berbau dan bahkan
terkadang terasa perih (Shadine, 2012).
(4) Keputihan yang dibiarkan dan tidak segera diatasi maka dapat
menyebabkan kehamilan prematur, ketuban pecah sebelum
waktunya dan berat bayi lahir rendah (Shadine,2012).
(5) ada Flour Albus akseptor KB Pil dan IUD juga menimbulkan
keputihan pada wanita (Irianto,2015).
(6) Keputihan menyebabkan peradangan pada saluran kencing
sehingga menimbulkan rasa nyeri dan pedih saat BAK (Mumpuni
dan Andang, 2013).
(7) ada Flour Albus biasanya sering dikaitkan dengan perilaku tidak
higenis atau infeksi jamur (Shadine, 2012).
(8) Selama mengalami keputihan tidak dianjurkan berolahraga
berlebihan dan mengangkat beban berat (Shadine, 2012).
(9) Pada Flour Albus Nn. M merasa cemas karena daerah genetalia
selalu basah dan terasa gatal (Manuaba, 2009)
a) Data Obyektif
(1) Keadaan umum : Pada kasus Flour Albus keadaan
umumnya baik.
(2) Kesadaran : Pada kasus Flour Albus
kesadaran Nn. M coposmetis.
(3) TTV
Pada kasus Flour Albus TTV meliputi tekanan darah, nadi,
suhu dan pernafasan pasien normal (Ambarwati dan
wulandari, 2010).
(4) Pengeluaran pervaginam

20
Pada kasus Flour Albus didapatkan rasa panas, gatal dan
nyeri yang dapat terasa didaerah vulva dan paha, perineum
(kulit diantara vagina dan anus), dapat pula disertai nyeri
saat berkemih dan senggama (Shadine, 2012).

(5) Inspeculo
Pada kasus Flour Albus ditemukan keluar cairan yang
berlebihan dari vagina (Shadine, 2012).
(6) Pemeriksaan penunjang Pada kasus Flour Albus
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain
pemeriksaan melalui, sekret atau cairan pervaginam
(Muslihatun dkk, 2009).
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus Flour Albus pasien
mengeluh merasakan cemas karena daerah genetalia Nn. M selalu
basah dan terasa gatal (Manuaba, 2009).

3). Kebutuhan

Menurut Sibagariang dkk (2010), kebutuhan yang diperlukan oleh


ibu dengan gangguan reproduksi Flour Albus adalah : (a) Dukungan
moril (b) KIE cara menjaga personal Hygiene.

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan


terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan

21
Wulandari, 2010). Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus Flour
Albus yaitu menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat buang air kecil (Shadine, 2012).

d. Langkah IV: Tindakan Segera / Antisipasi Masalah

Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa


situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi) di 32 mana bidan
harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien, namun
kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera
sementara menunggu intruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi
pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain (Sulistyawati,
2009). Pada kasus Flour albus dilakukan tindakan segera yaitu memberi
terapi obat sesuai dengan kebutuhan yaitu golongan flukonazol untuk
mengatasi infeksi candidia dan golongan metronidazol untuk mengatasi
infeksi bakteri dan parasit (Sibagariang dkk, 2010).
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
wanita tersebut yaitu apa yang akan teradi berikutnya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Menurut Sibagariang dkk (2010) rencana asuhan yang
diberikan pada gangguan reproduksi Flour Albus diantaranya :
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular
seksual.

22
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat memastikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi
medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
8) Berikan terapi pada keputihannya Obat untuk Flour Albus patologis
karena iritasi candida diberikan terapi golongan Flukonazol dan infeksi
bakteri dan parasit diberikan terapi Metronidazol.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
angkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pelaksanaan asuhan
kebidanan gangguan reproduksi Flour Albus sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat (Sibagariang, 2010) yaitu :
1) Menjelaskan pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
2) Menjelaskan setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit
menular seksual.

23
3) Menjelaskan selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan
menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan
menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut,
panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Menjelaskan biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang
air yaitu dari arah depan ke belakang.
5) Menjelaskan kenggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak
berlebihan karena dapat memastikan flora normal vagina. Jika perlu,
lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
6) Menjelaskan hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan
pewangi pada daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Menjelaskan hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin
tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan
kloset sebelum menggunakannya.
8) Berikan terapi pada keputihannya Obat untuk Flour Albus patologis
karena iritasi candida diberikan terapi golongan Flukonazol dan infeksi
bakteri dan parasit diberikan terapi Metronidazol.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada evaluasi kasus gangguan reproduksi dengan Flour Albus
diharapkan dalam waktu 2 minggu Flour Albus sudah berkurang tidak ada
infeksi lanjutan, klien merasa tidak cemas dan nyaman.

24
Evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi:
Flour Albus diantaranya :
1) Flour Albus dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.
2) Klien sudah mengerti bagaimana cara membersihkan daerah pribadi
dan genetalnya agar tetap bersih dan kering.
3) Klien bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh bidan.
4) Klien bersedia datang kembali jika ada keluhan.

Data Perkembangan SOAP

Menurut (Walyani, 2015) metode SOAP merupakan singkatan dari :

S : Subjektif .

a) Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien


melalui anamnesa.

b) Tanda gejala subjekif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien,
suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche,
riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat
KB, penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat
psikososial, pola hidup).

c) Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.


Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan ang berhubungan dengan
diagnosa.

O : Objektif

a) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,


hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung assessment.

25
b) Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
(keadaan umum, vital sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium
dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi).

c) Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa.

A : Assesment

a) Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau


informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan.

b) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi


data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.

P : Planning Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan


evaluasi berdasarkan assesment.

a) Perencanaan Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan


datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi klien yang
sebaik mungkin

b) Implementasi Pelaksanaan rencana tindakan untuk


menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus
disetujui oleh klien kecuali cdbila tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan klien.

c) Evaluasi Tafsiran dari efek tindakan yang telah di ambil merupakan


hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang
diberikan.Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari
kecepatan nilai tindakan.Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses

26
evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga mencapai tujuan.

BAB III

DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Ruangan : KIA PUSKESMAS BINANGA

Tanggal Masuk : 20 September 2022

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Tanggal Masuk : : 20 September 2022 Pukul 08.30 WIB

a. Identitas Pasien

1) Nama : Nn. M

2) Umur : 18 tahun

3) Agama : Islam

4) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

5) Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : Mahasiswa

7) Alamat : BTN MANAKARRA

b. Anamnese (Data Subjektif)

1) Keluhan utama Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1


minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan,

27
berwarna putih keruh, berbau dan merasa gatal pada alat
genetalianya.

2) Riwayat Menstruasi

a) Menarche : Nn. M mengatakan haid pertama menstruasi umur 13


tahun b) Siklus : Nn. M mengatakan siklus menstruasinya ± 28 hari.

c) Teratur/tidak : Nn. M mengatakan menstruasinya teratur

d) Lama : Nn. M mengatakan menstruasinya 7 hari.

E) Banyaknya : Nn. M mengatakan ganti pembalut 3 – 4 per hari

f) Sifat darah : Nn. M mengatakan sifat darahnya haidnya encer

kadang menggumpal warna merah.

g) Dismenorhoe : Nn. M mengatakan kadang nyeri pada saat


menstruasi

3) Riwayat Perkawinan

Nn. M mengatakan belum menikah.

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Nn. M mengatakan belum pernah hamil.

5) Riwayat Keluarga Berencana : Nn. M mengatakan belum pernah


menggunakan KB apapun.

6) Riwayat Penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang Nn. M mengatakan sedang tidak


menderita penyakit apapun.

b) Riwayat Penyakit sistemik

28
(1) Jantung : Nn. M mengatakan tidak pernah sakit atau nyeri pada
dada sebelah kiri.

(2) Ginjal : Nn. M mengatakan tidak pernah sakit atau nyeri pada
pinggang kanan maupun kiri.

.(3) Asma /TBC : Nn. M mengatakan tidak pernah batuk


berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

(4) Hepatitis : Nn. M mengatakan tidak pernah berwarna kuning


pada mata, ujung kuku dan kulit.

(5) DM : Nn. M mengatakan tidak pernah merasa sering haus,


sering lapar dan sering BAK pada malam hari.

(6) Hipertensi : Nn. M mengatakan tidak pernah memiliki tekanan


darah lebih dari 140/90 mmHg. (

7) Epilepsi : Nn. M mengatakan tidak pernah kejang sampai


mengeluarkan busa dari mulut.

(8) Lain-lain : Nn. M mengatakan tidak pernah mengalami riwayat


penyakit sistemik lain maupun penyakit kelamin.

c) Riwayat penyakit keluarga Nn. M mengatakan tidak ada yang


mempunyai riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, jantung,
asma dan riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis.

d) Riwayat keturunan kembar Nn. M mengatakan dalam keluarganya


tidak memiliki riwayat keturunan kembar.

e) Riwayat operasi Nn. M mengatakan belum pernah melakukan


operasi apapun.

7) Pola kebiasaan sehari – hari

29
a) Nutrisi Nn. M mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang
dengan menu nasi, sayur, lauk dan minum 7-8 gelas sehari dan
tidak ada perubahan sebelum dan saat ini.

b) Eliminasi Nn. M mengatakan sebelum mengalami keputihan BAK


5-6 kali sehari warna kuning jernih dan BAB 1 kali sehari
konsistensi lunak, serta tidak ada keluhan apapun sebelum dan
saat ini.

c) Istirahat Nn. M mengatakan tidur siang kadang – kadang dan tidur


malam ± 8 jam.

d) Personal Hygiene Nn. M mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi


3x sehari, ganti baju 2x sehari dan keramas 3x seminggu.

Sebelum : Nn. M mengatakan ganti celana dalam 2x sehari serta


membersihkan genetalianya setiap habis BAB dan BAK
ceboknya hanya dengan air tanpa sabun pencuci vagina,
tetapi cara ceboknya masih belum benar dari arah depan
kebelakang.

Saat ini : Nn. M mengatakan setelah BAK cebok hanya dengan air
saja dan selama mengalami keputihan menggunakan
pantyliner dan menggantinya 4 jam sekali.

e) Aktivitas Nn. M mengatakan kuliah di Universitas Tomakaka


mamuju.

8) Data Psikologis

Nn. M mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya.

c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1) Status Generalis

30
a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 110/80 mmHg R: 20x /menit N : 80 x /menit S : 36,50 C d)


BB : 52 kg.

2) Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok

Muka : Tidak pucat, tidak oedem

b) Mata :Sklera putih, conjungtiva merah muda

c) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan d) Telinga : Simetris, tidak ada


serumen

e) Mulut/gigi/gusi :Tidak stomatitis, tidak berdarah, tidak ada caries.

f) Leher

(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran

(2) Tumor : Tidak ada benjolan

(3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran

g) Dada dan Axilla

(1) Dada

(a) Membesar : Tidak dilakukan

(b) Tumor : Tidak dilakukan

(c) Simetris : Tidak dilakukan

(d) Putting susu : Tidak dilakukan

31
(e) Kolostrum : Tidak dilakukan

(2) Axilla

(a) Benjolan : Tidak dilakukan

(b) Nyeri : Tidak dilakukan

(3) Abdomen

(a) Pembesaran hati : Tidak dilakukan

(b) Benjolan / Tumor : Tidak dilakukan

(c) Nyeri Tekan : Tidak dilakukan

(d) Luka Bekas Operasi : Tidak dilakukan

(4) Anogenital

(a) Vulva vagina

1. Varices : Tidak dilakukan

2. Luka : Tidak dilakuka

3. Kemerahan : Tidak dilakukan

4. Nyeri : Tidak dilakukan 5. Pengeluaran pervaginam Ada


cairan kental, putih keruh, berbau dan gatal.

(b) Inspeculo Portio / Serviks : Tidak dilakukan

(c) Pemeriksaan dalam

Portio / servik : Tidak dilakukan Tumor

Benjolan : Tidak dilakukan

Nyeri : Tidak dilakukan

(d) Anus

32
Haemoroid : Tidak dilakukan

Lain-lain : Tidak dilakukan

(5) Ekstremitas

(a) Varices : Tidak dilakukan

(b) Oedema : Tidak dilakukan

(c) Reflek patella : Tidak dilakukan

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan

2) Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan

2. Interpretasi Data

Tgl 20 September 2022 Pukul 09.00WIB

a. Diagnosa Kebidanan

Nn. M umur 18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus.

Data Dasar :

Data Subjektif

1) Nn. M mengatakan bernama Nn. M dan berumur 18 tahun

2) Nn. M mengatakan belum pernah menikah.

3) Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu


sering keluar kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau
dan merasa gatal pada alat genetalianya.

4) Nn. M mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya.

Data Objektif

33
1) Keadaan umum: Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV :

TD : 110/80 mmHg

R: 20 x /menit

N : 80 x /menit

S : 36,50 C

4) BB : 52 Kg

5) Pemeriksaan PPV : ada cairan lendir kental berwarna putih keruh,


berbau dan gatal.

b. Masalah Nn. M mengatakan merasa cemas dengan keadaannya.

c. Kebutuhan

1) Beri support mental pada Nn. M.

2) KIE cara menjaga personal hygiene.

3. Diagnosa Potensial

Infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan terdapat jaringan
luka.

4. Antisipasi / Tindakan Segera

Pemberian terapi obat oral antara lain :

R/ Calcium lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

5. Perencanaan Tanggal 20 September Pukul 09.20 WIB

34
a. Pukul 09.20 WIB : Beritahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan.

b. Pukul 09.22 WIB : Beri KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah
kewanitaannya agar tetap bersih dan kering

c. Pukul 09.24 WIB : Berikan support mental pada Nn. M.

d. Pukul 09.26 WIB : Beri penjelasan moril pada Nn. M agar tidak menggaruk
daerah kewanitaannya bila terasa gatal

e. Pukul 09.27 WIB : Berikan terapi obat pada Nn. M

f. Pukul 09.28 WIB : Anjurkan pada Nn. M untuk kontrol 3 hari lagi.

6. Pelaksanaan Tanggal 20 September Pukul 09.30 WIB

a. Pukul 09.30 WIB : Memberitahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan, yaitu


TTV: TD : 110/80 mmHg, R: 20 x /menit, N : 80 x /menit, S :
36,50 C dan mengalami keputihan yaitu keluarnya cairan
kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan
gatal didaerah kewanitaan.

b. Pukul 09.32 WIB : Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan


daerah kewanitaannya yaitu cebok dengan benar dari
depan kebelakang agar kuman yang ada di anus tidak
berpindah ke vagina, menggunakan celana yang pas,
berbahan katun, selalu mengganti celana dalam minimal 2
kali sehari / celana dalam basah dan menghindari handuk
yang berganti – ganti dengan orang lain.

c. Pukul 09.34 WIB : Memberikan support mental pada Nn. M supaya tidan
cemas bahwa keputihannya akan sembuh.

d. Pukul 09.36 WIB : Memberikan penjelasan pada Nn. M agar tidak


menggaruk apabila kewanitaannya terasa gatal, hal ini

35
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya luka agar
terhindar dari infeksi.

e. Pukul 09.38 WIB : Memberikan terapi obat oral yaitu : R/ Calcium lactate
500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore
Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan
sore 56

f. Pukul 09.42 WIB : Menganjurkan pada Nn. M untuk kontrol ulang 3 hari lagi
yaitu pada tanggal 23 September 2022.

EVALUASI

Tanggal 20 September Pukul 09.45 WIB

a. Pukul 09.45 WIB : Nn. M telah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Pukul 09.47 WIB :Nn. M mengerti dan paham cara menjaga kebersihan
kewanitaannya.

c. Pukul 09.49 WIB : Nn. M sudah diberikan support mental dan Nn. M
merasa lebih tenang.

d. Pukul 09.51 WIB : Nn. M bersedia untuk tidak menggaruk daerah


kewanitaannya saat terasa gatal.

e. Pukul 09.53 WIB : Terapi obat sudah diberikan dan Nn. M bersedia
minum obat secara teratur.

f. Pukul 09.55 WIB : Nn. M bersedia kontrol ulang 3 hari lagi pada tanggal
23 September 2022.

36
DATA PERKEMBANGAN I

(KUNJUNGAN ULANG I)

DI PUSKESMAS BINANGA KABUPATAN MAMUJU

Tanggal 23 September 2022 Pukul 08.30 WIB

S : Subyektif

1. Nn. M mengatakan setelah keputihannya diobati dan minum obat secara


teratur keputihannya sedikit berkurang, tetapi masih terasa gatal dan
sedikit berbau.

2. Nn. M mengatakan sudah cebok dengan benar yaitu cebok dari depan
kebelakang.

3. Nn. M mengatakan sudah menjaga kebersihan kewanitaannya sesuai


anjuran Bidan secara teratur.

O : Obyektif

1. Keadan umum : baik

37
2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 110/80 mmHg R: 20 x /menit N : 80 x /menit S : 36,40 C

4. Pengeluaran pervaginam : masih ada sedikit lendir putih, sedikit berbau dan
masih terasa gatal.

A : Asessment Nn. M umur 18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus


hari ke – 3.

P : Planning

1. Memberitahu pada Nn. M bahwa keputihannya sejauh ini membaik dilihat


dari pemeriksaan yang dilakukan.

2. Memberitahu pada Nn. M untuk tetap menjaga kebersihan daerah


kewanitaannya secara rutin dengan cara yang sudah dianjurkan.

3. Memberikan terapi obat oral (melanjutkan) yaitu : R/ Calcium lactate 500


mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10
tablet) diminum pagi dan sore 4. Menganjurkan Nn. M untuk kontrol ulang
4 hari lagi 27 September 2022.

EVALUASI

Tanggal 23 September 2022 Pukul 09.00 WIB

1. Nn. M sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Nn. M bersedia untuk menjaga kebersihan kewanitaannya.

3. Nn. M bersedia untuk minum obat secara teratur.

4. Nn. M bersedia untuk kontrol ulang 4 hari lagi pada tanggal 15 Maret 2017

38
DATA PERKEMBANGAN II

(KUNJUNGAN ULANG II)

DI PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU

Tanggal 27 September 2022 Pukul 08.30 WIB

S : Subyektif

1. Nn. M mengatakan keputihannya sudah benar – benar berkurang, tidak


merasa gatal lagi dan keputihannya tidak berbau.

2. Nn. M mengatakan sudah merasa lebih tenang.

3. Nn. M mengatakan sudah membersihkan genetalianya dengan benar.

4. Nn. M mengatakan sudah minum obatnya secara teratur.

O : Obyektif

1. Keadan umum : baik

39
2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20 x /menit N : 80 x /menit S : 36,40 C

4. Pengeluaran pervaginam : keluar lendir kental berwarna putih, tidak


berbau dan tidak gatal.

A : Asessment Nn. M umur 18 tahun dengan post gangguan reproduksi Flour


Albus.

P : Planning

1. Memberitahu Nn. M hasil pemeriksaan bahwa keputihan yang dialami oleh


Nn. M sudah membaik dan tidak ada tanda – tanda yang mengarah ke
infeksi genetalia.

2. Mengajurkan Nn. M untuk tetap menjaga kebersihan daerah


kewanitaannya secara rutin.

3. Menganjurkan Nn. M untuk datang kembali jika ada keluhan.

EVALUASI

Tanggal 27 September 2022 Pukul 08.45 WIB

1. Nn. M sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan Nn. M merasa lebih nyaman.

2. Nn. M bersedia untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaannya secara rutin.

3. Nn. M bersedia datang kembali jika ada keluhan.

40
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan yang ada


dengan cara membandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan
dilahan. Dalam menjelaskan kesenjangan tersebut penulis menggunakan langkah
– langkah dalam manajemen kebidanan yaitu pengkajian , interpretasi data,
diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan


pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan
sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif dan
efisien khususnya pada asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. M
umur 18 tahun dengan Flour Albus.

1. Pengkajian

a. Data Subyektif

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pengkajian adalah langkah


pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien.

41
Pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif. Pengkajian pada kasus
dilakukan pada tanggal 20 September 2022 didapatkan Data Subyektif
adalah data yang mencakup identitas pasien (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Data identitas pasien Nama Nn. M , umur 18 tahun. Keluhan utama
adalah mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
(Sulistyawati, 2009). Pada kasus Flour Albus

keluhan utamanya Nn. M merasa tidak nyaman, gatal, berbau dan bahkan
terkadang terasa perih (Shadine, 2012). Pada kasus keluhan utama yaitu
Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering
keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan
gatal pada genetalianya, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dilahan.

Riwayat Menstruasi menurut Irianto (2015) seseorang menjelang dan


sesudah haid akan mengalami keputihan. Hal ini disebabkan karena
kelenjar didalam vagina aktif dan pengaruh dari hormon estrogen dan
progesteron. Pada kasus Nn. M mengatakan menjelang dan sesudah haid
mengalami keputihan, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek dilahan.

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas menurut Shadine (2012) yaitu


keputihan yang dibiarkan dan tidak segera diatasi maka dapat
menyebabkan kehamilan premature, ketuban pecah sebelum waktunya
dan berat bayi lahir rendah. Pada Nn. M belum pernah hamil, sehingga
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Irianto (2010) riwayat KB pada kasus Flour Albus akseptor KB Pil
dan IUD juga menimbulkan keputihan pada wanita. Pada Nn. M belum
pernah menggunakan KB apapun, sehingga tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan. Menurut Mumpuni dan Andang, 2013
untuk pola eliminasi, keputihan menyebabkan peradangan pada saluran

42
kencing sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dilahan.

Menurut Irianto (2010) riwayat KB pada kasus Flour Albus akseptor KB Pil
dan IUD juga menimbulkan keputihan pada wanita. Pada Nn. M belum
pernah menggunakan KB apapun, sehingga tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Mumpuni dan Andang, 2013 untuk pola eliminasi, keputihan


menyebabkan peradangan pada saluran kencing sehingga menimbulkan
rasa nyeri dan pedih saat BAK. Pada Nn. M sebelum mengalami keputihan
BAK 5 – 6 kali sehari warna kuning jernih dan BAB 1 kali sehari konsistensi
lunak, serta tidak ada keluhan apapun sebelum dan saat ini, sehingga
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Shadine, 2012 pola personal hygiene biasanya sering dikaitkan


dengan perilaku tidak higenis atau infeksi jamur. Pada Nn. M mandi 2x
sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti baju 2x sehari dan keramas 3x seminggu
untuk sebelum mengalami keputihan ganti celana dalam 2x sehari serta
membersihkan genetalianya setiap habis BAB dan BAK ceboknya hanya
dengan air tanpa sabun pencuci vagina, tetapi cara ceboknya masih
belum benar dari arah depan kebelakang dan saat ini setelah BAK cebok
hanya dengan air saja dan selama mengalami keputihan menggunakan
pantyliner dan menggantinya 4 jam sekali, sehingga terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Shadine, 2012 pola aktivitas selama mengalami keputihan tidak


dianjurkan berolahraga berlebihan dan mengangkat beban berat. Pada
Nn. M aktivitas sehari – hari yaitu kuliah di Universitas Kristen Surakarta.
sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

43
Menurut Manuaba, 2009 data psikologis merasa cemas karena darah
genetalia selalu basah dan terasa gatal. Pada Nn. M merasa cemas dan
khawatir dengan keadaannya, sehingga tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan.

b. Data Obyektif Pada kasus Nn. M data Obyektif adalah data yang
didapatkan untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa
(Sulistawati, 2009). Pemeriksaan tanda – tanda vital TD 110 / 80 mmHg,
Nadi 80 x /menit, Pernafasan 20 x /menit, Suhu 36,50 C. Pada
pemeriksaan anogenital menurut Shadine, 2013 yaitu pengeluaran
pervaginam didapatkan rasa panas, gatal dan nyeri yang dapat terasa
didaerah vulva dan paha, perineum (kulit diantara vagina dan anus),
dapat pula disertai nyeri saat berkemih dan senggama. Pada kasus Nn. M
tidak dilakukan pemeriksaan anogenital tetapi Nn. M mengatakan ada
pengeluaran pervaginam berupa cairan kental, putih keruh, berbau dan
gatal. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

Inspekulo dilakukan untuk mengetahui keadaan serviks (cairan atau


darah, luka atau perdagangan, tanda – tanda keganasan), serta untuk
mengetahui keadaan dinding vagina terdapat cairan, darah atau luka
(Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus Flour Albus ditemukan keluar cairan
yang berlebihan dari vagina (Shadine, 2012). Pada kasus Nn. M tidak
dilakukan pemeriksaan inspekulo. Sehingga terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek dilahan.

Pemeriksaan penunjang yaitu untuk melengkapi data yang telah


dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus
Flour Albus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain
pemeriksaan melalui sekret atau cairan pervaginam (Muslihatun dkk,
2009).

44
Pemeriksaan penunjang yaitu untuk melengkapi data yang telah
dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus
Flour Albus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain
pemeriksaan melalui sekret atau cairan pervaginam (Muslihatun dkk,
2009).

Pada kasus Nn. M tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium. Sehingga


terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

2. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan


kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang
telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa dapat ditegakkan yang bekaitan dengan Para, Abortus, Anak


hidup, umur dan keadaan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Diagnosa
Kebidanan pada kasus didapatkan Nn. M Umur 18 tahun dengan gangguan
reproduksi Flour Albus.

b. Masalah

Menurut Manuaba (2009), masalah yaitu pasien mengeluh merasakan


cemas karena daerah genetalia yang selalu basah dan terasa gatal. Masalah
yang muncul pada Nn. M merasa cemas dengan keadaannya.

c. Kebutuhan

Menurut Sibagariang dkk (2010), kebutuhan yang diperlukan oleh ibu


dengan gangguan reproduksi Flour Albus yaitu dukungan moril dan KIE cara
menjaga personal hygiene. Sedangkan pada Nn. M kebutuhan yang
diberikan yaitu memberi support mental dan KIE cara menjaga personal

45
hygiene. Sehinggan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan anatara
teori dan praktek dilahan.

3. Diagnosa Potensial

Pada diagnosa potensial yang mungkin terjadi dari Flour Albus yaitu
menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa
pedih saat buang air kecil (Shadine, 2012). Pada kasus Nn. M dengan
gangguan reproduksi Flour Albus diagnosa yang ditegakkan adalah
menimbulkan infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan
terdapat jaringan luka, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
yang ada dilahan.

4. Antisipasi Menurut Sibagariang dkk (2010), antisipasi yaitu memberi terapi


obat

sesuai dengan kebutuhan yaitu golongan flukonazol untuk mengatasi


infeksi candidia dan golongan metronidazole untuk mengatasi infeksi bakteri
dan parasit. Pada kasus Nn. M antisipasi yang diberikan yaitu Calcium lactate
500 mg 2x1, Metronidazole 500 mg 2x1, sehingga terdapat kesenjangan teori
dan praktek dilahan.

5. Perencanaan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah


sebelumnya yang

merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi


atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut
yaitu apa yang akan teradi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut Sibagariang dkk (2010) rencana asuhan yang diberikan pada gangguan
reproduksi Flour Albus diantaranya :

46
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

b. Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular


seksual.

c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap


kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.

d. Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.

e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena


dapat memastikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

f. Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

g. Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti


meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya

h. Berikan terapi pada keputihannya

Obat untuk Flour Albus patologis karena iritasi candida diberikan terapi
golongan Flukonazol dan infeksi bakteri dan parasit diberikan terapi
Metronidazol.

Pada kasus Nn. M yaitu diberitahu tentang hasil pemeriksaan, diberi


KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya agar tetap

47
bersih dan kering, diberi support mental, diberi penjelasan moril agar tidak
menggaruk daerah kewanitaannya bila terasa gatal, berikan terapi obat
calcium lactate 500 mg 2x1 (10 tablet), metronidazole 500 mg 2x1 (10
tablet), anjurkan untuk control 3 hari lagi. Sehingga pada langkah ini
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah rencana asuhan penyuluhan pada klien dan


keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pelaksanaan asuhan kebidanan
pada Nn. M gangguan reproduksi dengan Flour Albus belum sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat diatas. Ada langkah ini penulis menemukan
kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

7. Evaluasi

Evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi Flour Albus


diantaranya :

a. Flour Albus dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.

b. Klien sudah mengerti bagaimana cara membersihkan daerah pribadi


dan genetalianya agar tetap bersih dan kering.

c. Klien bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh Bidan.

d. Klien bersedia datang kembali jika ada keluhan.

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama 7 hari pada tanggal 20


September 2022 sampai tanggal 27 September 2022 pada Nn. M umur 18 tahun
dengan gangguan reproduksi Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta,
maka hasil asuhan yang didapat yaitu keputihan sembuh, Nn.M bersedia untuk
menjaga kebersihan daerah genetalianya dan Nn. M bersedia untuk kontrol
ulang 3 hari setelah pemeriksaan. Penanganan yang diberikan kepada klien maka

48
dari hasil evaluasi tidak ditemukan kesenjangan anatar teori dan praktek
dilapangan.

BAB V

PENUTUP

Setelah Mahasiswa melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. M


dengan gangguan reproduksi Flour Albus, Di Puskesmas Tommo Kabupaten
Mamuju maka dapat ditarik kesimpulan sebai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 September 2022 didapatkan data


Identitas Pasien Nama Nn. M umur 18 tahun. Keluhan utama yaitu Nn. M
mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar
lendir kental yang berlebihan, berwarna ptih keruh, berbau dan merasa
gatal pada alat genetalianya. Data Psikologis Nn. M mengatakan merasa
cemas dan khawatir dengan keadaannya.

49
2. Interpretasi Data Diagnosa Kebidanan pada kasus didapatkan Nn. M umur
18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus. Data Subjektif Nn. M
mengatakan bernama Nn. M dan berumur 18 tahun, Nn. M mengatakan
belum pernah hamil, Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1
minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna ptih
keruh, berbau dan merasa gatal pada alat genetalianya, data psikologis Nn.
M mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya. Data
Objektif Keadaan umum Baik, Kesadaran Composmentis TTV meliputi
tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80 x /menit, Pernafasan 20 x /menit,
Suhu 36,50C, keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh,
berbau dan terasa gatal pada alat genetaliannya. Masalah yang timbul
adalah Nn. M merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan yang
diberikan yaitu beri Support mental dan KIE cara menjaga personal
hygiene.

3. Diagnosa Potensial yaitu infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina,


nyeri dan terdapat jaringan luka.

4. Antisipasi pada kasus dilakukan pemberian terapi obat oral berupa Calcium
Lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) dan Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet)
diminum pagi dan sore.

5. Perencanaan pada kasus memberitahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan,


beri KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya agar
tetap bersih dan kering, berikan support mental, beri penjelasan agar tidak
menggaruk daerah kewanitaannya bila terasa gatal, berikan terapi obat,
anjurkan untuk kontrol 3 hari lagi.

6. Pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

7. Evaluasi Nn. M telah mengetahui hasil pemeriksaan, Nn. M mengerti dan


paham cara menjaga kebersihan kewanitaannya, Nn. M sudah diberikan

50
support mental dan merasa lebih tenang, Nn. M bersedia untuk tidak
menggaruk daerah kewanitaannya saat terasa gatal, terapi obat sudah
diberikan dan Nn. M bersedia minum obat secara teratur, Nn. M bersedia
kontrol ulang 3 hari lagi.

8. Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan yaitu


: Pada asuhan gangguan reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan
Flour Albus di Puskesmas Binangan Kabupaten Mamuju didapatkan
kesenjangan yaitu pada penulisan subyektif, pada keluhan tidak merasakan
perih, belum pernah hamil, tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun, tidak terjadi peradangan yang menimbulkan rasa perih dan pedih
saat BAK, tidak ada infeksi jamur, tidak melakukan olahraga berlebihan dan
mengangkat beban berat. Pada data obyektif pengeluaran pervaginam
tidak terdapat rasa panas dan nyeri didaerah vagina dan paha, tidak
dilakukan pemeriksaan inspeculo dan tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang melalui secret atau cairan pervaginam. Pada diagnosa potensial
tidak terjadi peradangan di saluran kencing yang menimbulkan rasa perih
saat BAK. Pada antisipasi tidak diberikan terapi obat golongan flukanazol.

9. Penulis memberikan pemecahan masalah terhadap kesenjangan teori dan


praktek yaitu : Penulis memberikan saran untuk lahan agar pelayanan yang
diberikan sesuai standar operasional pelayanan sesuai asuhan kebidanan
gangguan reproduksi dengan Flour Albus.

51
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.


Jogjakarta : Nuha Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : PT RINEKA CIPTA. A

Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).


Yogyakarta : Rohima Press.

Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta Selatan : Salemba Medika.

52
Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan
Praktikum. Bandung : Alfabeta.

Jamaan, T. 2013. Panduan Praktis Mengatasi Penyakit pada Wanita.


Jakarta : Onbloss Creative Mandiri.

Manuaba, I. A. C, Manuaba, I. B. G. F, Manuaba, I. B. G. 2009.


Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta : EGC.

MENKES. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta.

Muslihatun, W. N, et al. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:


Fitramaya.

Nasir, A, Muhith, A, Ideputri, M. E. 2011. Buku Ajar Metodologi


Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika.

Norma, N. D, Dwi, M. S. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan


Tinjauan Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT


RINEKA CIPTA.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : MITRA


CENDIKIA Press.

Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta : Citra Pustaka.

Sibagariang, E. E, Pusmaika, R, Rismalinda. 2010. Kesehatan Reproduksi


Wanita. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.

53
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta : Salemba Medika.

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 1. Jakarta


: EGC.

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press

54

Anda mungkin juga menyukai