1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2
yang keluar berwarna kuning kehijauan. Biasanya diiringi rasa gatal dan bau tidak
sedap (Shadine, 2012).
Biasanya komplikasi yang mungkin terjadi pada Flour Albus yaitu infeksi
vagina seperti jamur Kandida Albican, parasit Tricommonas, E Coli, Staphy
lococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka
daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan
kelainan serviks (Sibagariang dkk, 2010) Berdasarkan data statistik Indonesia
2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15 – 24 tahun di Indonesia berperilaku
tidak sehat. Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15 – 24 tahun 83,3%
pernah berhubungan seksual yang merupakan salah satu terjadinya Flour Albus
(BBKN, 2009).
2. Perumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Nn. M
Umur 18 tahun dengan Flour Albus di PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN
MAMUJU dengan menggunakan manajemen kebidanan tujuh langkah varney.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman nyata mahasiswa untuk memberikan asuhan kebidanan
gangguan reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah Varney.
b. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap dan sistematis pada Nn.
M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di Puskesmas Binangan Kabupaten
Mamuju.
2) Menginterpretasikan data serta menemukan diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di
Puskesmas Binanga Kabupaten Mamuju
3
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Nn. M Umur 18 tahun 4 dengan
Flour Albus di Puskesmas Binanga Kabupaten mamuju.
4) Melakukan antisipasi segera pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour
Albus Puskesmas Binanga Kabupaten Mamuju.
5) Mengidentifikasi rencana tindakan asuhan kebidanan atau intervensi
segera pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di Puskesmas
Binanga Kabupaten mamuju.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Teori Medis
A. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran
dan system reproduksi. Kesehatan reproduksi ditujukan bagi pria maupun
wanita namun dalam hal ini wanita mendapatkan perhatian lebih karena
begitu kompleksnya alat reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi
membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan alat
reproduksi seseorang, selain itu kesehatan reproduksi juga membahas
tentang siklus hidup serta permasalahan yang dihadapi oleh pria. Dalam
setiap fase atau masanya wanita memiliki masalah yang berbeda-beda.
Pada umumnya orang beranggapan bahwa siklus menstruasi
seseorang adalah teratur. Tapi fakta menunjukkan sebaliknya. Dari hasil
penyelidikan terhadap 4 ribu wanita ternyata hanya 3% yang memiliki
siklus menstruasi yang teratur, bahkan ini merupakan suatu kekecualian
yang jarang terjadi. Pada umumnya wanita mengalami siklus menstruasi
yang kurang teratur; dari siklus yang satu dengan siklus berikutnya ada
sedikit perubahan. Jangka waktu yang normal yang berkisar antara 20
hari hingga 36 hari, atau rata-rata 28 8 hari.Namun hanya sekitar 30%
wanita yang mempunyai siklus dengan kisaran satu atau dua hari dari
statistik rata-rata 28 hari.
Siklus menstruasi yang tidak teratur pada remaja putri adalah suatu
hal yang normal. Karena sedang berkembang menuju arah kedewasaan.
5
Secara berangsur-angsur siklus akan menjadi teratur menjelang usia 20
tahun (Koes Irianto. 2015).
b. Macam – macam gangguan reproduksi
Menurut (Varney, 2001) gangguan reproduksi terdiri dari :
1) Amenore Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada
beberapa titik dalam sebagian besar siklus menstruasi.
2) Disminore Menstruasi yang menyakitkan, terutama terjadi pada perut
bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.
3) Menoragi Menoragi merupakan salah satu dari beberapa keadaan
menstruasi yang pada awalnya berada di bawah label perdarahan uterus
disfungsional.
4) Metroragi Metroragi apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak
teratur atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan
diantara menstruasi.
5) Oligomenore Oligomenore adalah aliran menstruasi yang tidak sering
atau hanya sedikit.
6) Sindrom Pramenstruasi Perubahan siklik fisik, fisiologi dan perilaku
(misalnya perut mengembung, perubahan suasana hati, perubahan
nafsu makan) yang dicerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir
pada semua wanita beberapa waktu antara menarche dan menopause.
7) Flour Albus Flour Albus adalah keluarnya cairan dari vagina yang
menimbulkan perasaan kurang nyaman (Jamaan, 2013).
B. Flour Albus
1. Pengertian Flour Albous
Albus Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina
bukan merupakan darah (Sibagariang dkk, 2010).
Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita.
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal
di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai
6
bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau
bersenggama (Shadine, 2012).
2. Kalsifikasi Flour Albus menurut Sibagariang dkk (2010) adalah :
1) Flour Albus fisiologis Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang
kadang – kadang berupa muskus yang mengandung banyak epitel
dengan leukosit yang jarang. Flour Albus normal dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara
hari ke 10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan,
stres dan sedang mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil KB.
Flour Albus ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menyebabkan rasa gatal.
Flour Albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan
Flour Albus.
b) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran
pembuluh darah, divagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang
bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding
vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau
koitus.
d) Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi.
7
a) Infeksi Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia
Trakomatis, Grandnerella, Treponema Pallidum, Parasit dan Virus.
Menurut Sibagariang dkk (2010), ada beberapa gejala Flour Albus, anatara
lain :
8
2) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan
berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas
atau ada benda asing di vagina.
3) Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau
nyeri panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ
dalam rongga panggul.
4) Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat
berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan
oleh infeksi gonorhoe.
6) Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel – sel mati,
kemungkinan adanya sel – sel kanker pada serviks.
2) Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air
dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan
kering.
9
meningkatkan kelembaban daerah vagina. Ganti tampon atau panty
liner pada waktunya.
4) Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum
atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
10
Menurut Sibagariang dkk (2010) untuk menghindari komplikasi yang
serius dari Flour Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini
mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab
lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah
atau hitam serta berbau busuk.
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
11
4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
A. Pengertian
12
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1) Data Subjektif
Data yang mencakup identitas pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a) Identitas Pasien
(1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(2) Umur Pasien Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(3) Agama Pasien Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Pendidikan Pasien Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Suku/bangsa Pasien Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan seharihari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(6) Pekerjaan Pasien Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam
gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
13
(7) Alamat Pasien Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) Keluhan Utama
14
f) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus Flour Albus akseptor KB Pil dan IUD
juga menimbulkan keputihan pada wanita (Irianto, 2015).
g) Riwayat Kesehatan
15
(2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Keputihan menyebabkan
peradangan pada saluran kencing sehingga menimbulkan rasa
nyeri dan pedih saat BAK (Mumpuni dan Andang, 2013).
16
a) Pemeriksaan fisik
Langkah-langkah pemeriksaan m
enurut (Sulistyawati, 2009)
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan
pasien secara menyeluruh. Hasil pengamatan akan dilaporkan
dengan kriteria baik atau sedang. Pada kasus Flour Albus
keadaan umum Nn. M baik (Norma dan Dwi, 2013).
(2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal)
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). Pada
kasus Flour Albus kesadaran Nn. M composmentis (Norma dan
Dwi, 2013).
(3) Tanda vital
(a) Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan menggunakan
alat tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik
antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai
90 25 mmHg. Pada kasus Flour Albus tekanan darah Nn. M
normal (Astuti, 2012).
(b) Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5 – 37,2oC
(Astuti, 2012). Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010)
pada kasus Flour Albus bila suhu ibu >380C mengarah ke
tanda – tanda infeksi.
(c) Nadi Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada
arteri. Frekuensi nadi normal : 60 – 100 kali / menit. Pada
kasus Flour Albus normal (Astuti, 2012).
17
(d) Pernafasan Frekuensi pernafasan, normal (16 – 24 kali /
menit). Pada kasus Flour Albus pernafasan Nn. M normal
(Astuti, 2012).
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kepala
(a) Rambut Untuk mengetahui rambut bersih tidak, rontok atau
tidak, berketombe tidak (Cahyani, 2012).
(b) Muka Untuk mengetahui ada oedema apa tidak, anemia atau
tidak, pucat atau tidak (Cahyani, 2012).
(c) Mata Meliputi pemeriksaan conjungtiva, sklera dan oedema
(Astuti, 2012).
(d) Hidung Meliputi pemeriksaan secret dan polip (Astuti, 2012).
(e) Telinga Meliputi pemeriksaan tanda infeksi, serumen dan
kesimetrisan telinga (Astuti, 2012).
(f) Mulut, gusi Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis,
epulis, karies dan lidah (Astuti, 2012).
(2) Leher Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran kelenjar tyroid (Astuti, 2012).
(3) Dada dan mamae
Menurut Astuti (2012) meliputi pemeriksaan :
(a) Pembesaran, simetris, areola, putting, kolostrum dan tumor.
(b) Retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri
tekan.
(4) Ekstremitas Untuk mengetahui adanya edema pada tanga dan
kaki, pucat pada kuku jari atau tidak, terdapat varises atau tidak
serta reflek patella (Muslihatun dkk, 2009).
c) Pemeriksaan khusus obstetri
(1) Abdomen Meliputi pemeriksaan perut normal atau tidak, kandung
kemih, ada benjolan atau tidak nyeri / tidak (Astuti, 2012).
18
(2) Anogenital Meliputi pemeriksaan varices, kemerahan,
pengeluaran pervaginam dan bekas luka (Astuti, 2012).
Pengeluaran pervaginam didapatkan rasa panas, gatal dan nyeri
yang dapat terasa didaerah vulva dan paha, perineum (kulit
diantara vagina dan anus), dapat pula disertai nyeri saat berkemih
dan senggama (Shadine, 2013).
(3) Inspeculo Untuk mengetahui keadaan serviks (cairan atau darah,
luka atau peradangan, tanda – tanda keganasan), serta untuk
mengetahui keadaan dinding vagina terdapat cairan, darah atau
luka (Muslihatun dkk, 2009). Pada 28 kasus Flour Albus ditemukan
keluar cairan yang berlebihan dari vagina (Shadine, 2012). (
4) Anus Untuk mengetahui bersih atau tidak, terdapat haemoroid
atau tidak (Norma dan Dwi, 2013).
d) Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan keperluan
menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus Flour Albus pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan antara lain pemeriksaan melalui, sekret
atau cairan pervaginam (Muslihatun dkk, 2009).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah,
dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).
1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan
Para,
Abortus, Anak hidup, umur Nn. M, dan keadaan Nn. M. (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Diagnosa Kebidanan yang ditegakkan adalah :
Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus. Menurut Sibagariang dkk
(2010), data subyektif dari kasus Flour Albus antara lain :
(1) Nn. M mengatakan bernama Nn. M umur 18 tahun
19
(2) (2) Nn. M mengatakan belum pernah melahirkan dan belum
pernah keguguran.
(3) Keluhan Nn. M merasa tidak nyaman, gatal, berbau dan bahkan
terkadang terasa perih (Shadine, 2012).
(4) Keputihan yang dibiarkan dan tidak segera diatasi maka dapat
menyebabkan kehamilan prematur, ketuban pecah sebelum
waktunya dan berat bayi lahir rendah (Shadine,2012).
(5) ada Flour Albus akseptor KB Pil dan IUD juga menimbulkan
keputihan pada wanita (Irianto,2015).
(6) Keputihan menyebabkan peradangan pada saluran kencing
sehingga menimbulkan rasa nyeri dan pedih saat BAK (Mumpuni
dan Andang, 2013).
(7) ada Flour Albus biasanya sering dikaitkan dengan perilaku tidak
higenis atau infeksi jamur (Shadine, 2012).
(8) Selama mengalami keputihan tidak dianjurkan berolahraga
berlebihan dan mengangkat beban berat (Shadine, 2012).
(9) Pada Flour Albus Nn. M merasa cemas karena daerah genetalia
selalu basah dan terasa gatal (Manuaba, 2009)
a) Data Obyektif
(1) Keadaan umum : Pada kasus Flour Albus keadaan
umumnya baik.
(2) Kesadaran : Pada kasus Flour Albus
kesadaran Nn. M coposmetis.
(3) TTV
Pada kasus Flour Albus TTV meliputi tekanan darah, nadi,
suhu dan pernafasan pasien normal (Ambarwati dan
wulandari, 2010).
(4) Pengeluaran pervaginam
20
Pada kasus Flour Albus didapatkan rasa panas, gatal dan
nyeri yang dapat terasa didaerah vulva dan paha, perineum
(kulit diantara vagina dan anus), dapat pula disertai nyeri
saat berkemih dan senggama (Shadine, 2012).
(5) Inspeculo
Pada kasus Flour Albus ditemukan keluar cairan yang
berlebihan dari vagina (Shadine, 2012).
(6) Pemeriksaan penunjang Pada kasus Flour Albus
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain
pemeriksaan melalui, sekret atau cairan pervaginam
(Muslihatun dkk, 2009).
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus Flour Albus pasien
mengeluh merasakan cemas karena daerah genetalia Nn. M selalu
basah dan terasa gatal (Manuaba, 2009).
3). Kebutuhan
21
Wulandari, 2010). Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus Flour
Albus yaitu menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat buang air kecil (Shadine, 2012).
22
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat memastikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi
medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
8) Berikan terapi pada keputihannya Obat untuk Flour Albus patologis
karena iritasi candida diberikan terapi golongan Flukonazol dan infeksi
bakteri dan parasit diberikan terapi Metronidazol.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
angkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pelaksanaan asuhan
kebidanan gangguan reproduksi Flour Albus sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat (Sibagariang, 2010) yaitu :
1) Menjelaskan pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
2) Menjelaskan setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit
menular seksual.
23
3) Menjelaskan selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan
menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan
menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut,
panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Menjelaskan biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang
air yaitu dari arah depan ke belakang.
5) Menjelaskan kenggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak
berlebihan karena dapat memastikan flora normal vagina. Jika perlu,
lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
6) Menjelaskan hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan
pewangi pada daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Menjelaskan hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin
tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan
kloset sebelum menggunakannya.
8) Berikan terapi pada keputihannya Obat untuk Flour Albus patologis
karena iritasi candida diberikan terapi golongan Flukonazol dan infeksi
bakteri dan parasit diberikan terapi Metronidazol.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada evaluasi kasus gangguan reproduksi dengan Flour Albus
diharapkan dalam waktu 2 minggu Flour Albus sudah berkurang tidak ada
infeksi lanjutan, klien merasa tidak cemas dan nyaman.
24
Evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi:
Flour Albus diantaranya :
1) Flour Albus dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.
2) Klien sudah mengerti bagaimana cara membersihkan daerah pribadi
dan genetalnya agar tetap bersih dan kering.
3) Klien bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh bidan.
4) Klien bersedia datang kembali jika ada keluhan.
S : Subjektif .
b) Tanda gejala subjekif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien,
suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche,
riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat
KB, penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat
psikososial, pola hidup).
O : Objektif
25
b) Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
(keadaan umum, vital sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium
dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi).
c) Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa.
A : Assesment
26
evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga mencapai tujuan.
BAB III
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Nama : Nn. M
2) Umur : 18 tahun
3) Agama : Islam
4) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : Mahasiswa
27
berwarna putih keruh, berbau dan merasa gatal pada alat
genetalianya.
2) Riwayat Menstruasi
3) Riwayat Perkawinan
6) Riwayat Penyakit
28
(1) Jantung : Nn. M mengatakan tidak pernah sakit atau nyeri pada
dada sebelah kiri.
(2) Ginjal : Nn. M mengatakan tidak pernah sakit atau nyeri pada
pinggang kanan maupun kiri.
29
a) Nutrisi Nn. M mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang
dengan menu nasi, sayur, lauk dan minum 7-8 gelas sehari dan
tidak ada perubahan sebelum dan saat ini.
Saat ini : Nn. M mengatakan setelah BAK cebok hanya dengan air
saja dan selama mengalami keputihan menggunakan
pantyliner dan menggantinya 4 jam sekali.
8) Data Psikologis
1) Status Generalis
30
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
f) Leher
(1) Dada
31
(e) Kolostrum : Tidak dilakukan
(2) Axilla
(3) Abdomen
(4) Anogenital
(d) Anus
32
Haemoroid : Tidak dilakukan
(5) Ekstremitas
d. Pemeriksaan Penunjang
2. Interpretasi Data
a. Diagnosa Kebidanan
Data Dasar :
Data Subjektif
Data Objektif
33
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV :
TD : 110/80 mmHg
R: 20 x /menit
N : 80 x /menit
S : 36,50 C
4) BB : 52 Kg
c. Kebutuhan
3. Diagnosa Potensial
Infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan terdapat jaringan
luka.
34
a. Pukul 09.20 WIB : Beritahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan.
b. Pukul 09.22 WIB : Beri KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah
kewanitaannya agar tetap bersih dan kering
d. Pukul 09.26 WIB : Beri penjelasan moril pada Nn. M agar tidak menggaruk
daerah kewanitaannya bila terasa gatal
f. Pukul 09.28 WIB : Anjurkan pada Nn. M untuk kontrol 3 hari lagi.
c. Pukul 09.34 WIB : Memberikan support mental pada Nn. M supaya tidan
cemas bahwa keputihannya akan sembuh.
35
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya luka agar
terhindar dari infeksi.
e. Pukul 09.38 WIB : Memberikan terapi obat oral yaitu : R/ Calcium lactate
500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore
Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan
sore 56
f. Pukul 09.42 WIB : Menganjurkan pada Nn. M untuk kontrol ulang 3 hari lagi
yaitu pada tanggal 23 September 2022.
EVALUASI
b. Pukul 09.47 WIB :Nn. M mengerti dan paham cara menjaga kebersihan
kewanitaannya.
c. Pukul 09.49 WIB : Nn. M sudah diberikan support mental dan Nn. M
merasa lebih tenang.
e. Pukul 09.53 WIB : Terapi obat sudah diberikan dan Nn. M bersedia
minum obat secara teratur.
f. Pukul 09.55 WIB : Nn. M bersedia kontrol ulang 3 hari lagi pada tanggal
23 September 2022.
36
DATA PERKEMBANGAN I
(KUNJUNGAN ULANG I)
S : Subyektif
2. Nn. M mengatakan sudah cebok dengan benar yaitu cebok dari depan
kebelakang.
O : Obyektif
37
2. Kesadaran : composmentis
4. Pengeluaran pervaginam : masih ada sedikit lendir putih, sedikit berbau dan
masih terasa gatal.
P : Planning
EVALUASI
4. Nn. M bersedia untuk kontrol ulang 4 hari lagi pada tanggal 15 Maret 2017
38
DATA PERKEMBANGAN II
S : Subyektif
O : Obyektif
39
2. Kesadaran : composmentis
P : Planning
EVALUASI
1. Nn. M sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan Nn. M merasa lebih nyaman.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
41
Pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif. Pengkajian pada kasus
dilakukan pada tanggal 20 September 2022 didapatkan Data Subyektif
adalah data yang mencakup identitas pasien (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Data identitas pasien Nama Nn. M , umur 18 tahun. Keluhan utama
adalah mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
(Sulistyawati, 2009). Pada kasus Flour Albus
keluhan utamanya Nn. M merasa tidak nyaman, gatal, berbau dan bahkan
terkadang terasa perih (Shadine, 2012). Pada kasus keluhan utama yaitu
Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering
keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan
gatal pada genetalianya, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dilahan.
Menurut Irianto (2010) riwayat KB pada kasus Flour Albus akseptor KB Pil
dan IUD juga menimbulkan keputihan pada wanita. Pada Nn. M belum
pernah menggunakan KB apapun, sehingga tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan. Menurut Mumpuni dan Andang, 2013
untuk pola eliminasi, keputihan menyebabkan peradangan pada saluran
42
kencing sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dilahan.
Menurut Irianto (2010) riwayat KB pada kasus Flour Albus akseptor KB Pil
dan IUD juga menimbulkan keputihan pada wanita. Pada Nn. M belum
pernah menggunakan KB apapun, sehingga tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan.
43
Menurut Manuaba, 2009 data psikologis merasa cemas karena darah
genetalia selalu basah dan terasa gatal. Pada Nn. M merasa cemas dan
khawatir dengan keadaannya, sehingga tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan.
b. Data Obyektif Pada kasus Nn. M data Obyektif adalah data yang
didapatkan untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa
(Sulistawati, 2009). Pemeriksaan tanda – tanda vital TD 110 / 80 mmHg,
Nadi 80 x /menit, Pernafasan 20 x /menit, Suhu 36,50 C. Pada
pemeriksaan anogenital menurut Shadine, 2013 yaitu pengeluaran
pervaginam didapatkan rasa panas, gatal dan nyeri yang dapat terasa
didaerah vulva dan paha, perineum (kulit diantara vagina dan anus),
dapat pula disertai nyeri saat berkemih dan senggama. Pada kasus Nn. M
tidak dilakukan pemeriksaan anogenital tetapi Nn. M mengatakan ada
pengeluaran pervaginam berupa cairan kental, putih keruh, berbau dan
gatal. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.
44
Pemeriksaan penunjang yaitu untuk melengkapi data yang telah
dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus
Flour Albus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain
pemeriksaan melalui sekret atau cairan pervaginam (Muslihatun dkk,
2009).
2. Interpretasi Data
a. Diagnosa Kebidanan
b. Masalah
c. Kebutuhan
45
hygiene. Sehinggan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan anatara
teori dan praktek dilahan.
3. Diagnosa Potensial
Pada diagnosa potensial yang mungkin terjadi dari Flour Albus yaitu
menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa
pedih saat buang air kecil (Shadine, 2012). Pada kasus Nn. M dengan
gangguan reproduksi Flour Albus diagnosa yang ditegakkan adalah
menimbulkan infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan
terdapat jaringan luka, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
yang ada dilahan.
46
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
d. Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.
f. Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
Obat untuk Flour Albus patologis karena iritasi candida diberikan terapi
golongan Flukonazol dan infeksi bakteri dan parasit diberikan terapi
Metronidazol.
47
bersih dan kering, diberi support mental, diberi penjelasan moril agar tidak
menggaruk daerah kewanitaannya bila terasa gatal, berikan terapi obat
calcium lactate 500 mg 2x1 (10 tablet), metronidazole 500 mg 2x1 (10
tablet), anjurkan untuk control 3 hari lagi. Sehingga pada langkah ini
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.
6. Pelaksanaan
7. Evaluasi
48
dari hasil evaluasi tidak ditemukan kesenjangan anatar teori dan praktek
dilapangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
49
2. Interpretasi Data Diagnosa Kebidanan pada kasus didapatkan Nn. M umur
18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus. Data Subjektif Nn. M
mengatakan bernama Nn. M dan berumur 18 tahun, Nn. M mengatakan
belum pernah hamil, Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1
minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna ptih
keruh, berbau dan merasa gatal pada alat genetalianya, data psikologis Nn.
M mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya. Data
Objektif Keadaan umum Baik, Kesadaran Composmentis TTV meliputi
tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80 x /menit, Pernafasan 20 x /menit,
Suhu 36,50C, keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh,
berbau dan terasa gatal pada alat genetaliannya. Masalah yang timbul
adalah Nn. M merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan yang
diberikan yaitu beri Support mental dan KIE cara menjaga personal
hygiene.
4. Antisipasi pada kasus dilakukan pemberian terapi obat oral berupa Calcium
Lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) dan Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet)
diminum pagi dan sore.
50
support mental dan merasa lebih tenang, Nn. M bersedia untuk tidak
menggaruk daerah kewanitaannya saat terasa gatal, terapi obat sudah
diberikan dan Nn. M bersedia minum obat secara teratur, Nn. M bersedia
kontrol ulang 3 hari lagi.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan
Praktikum. Bandung : Alfabeta.
53
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta : Salemba Medika.
54