Anda di halaman 1dari 6

Pentingnya menjaga kesehatan reproduksi Wanita

Menjaga kesehatan sistem reproduksi wanita adalah hal yang penting untuk
dilakukan. Meski begitu, masih cukup banyak orang yang abai mengenai hal ini dan tidak
terlalu memedulikannya. Padahal, jika tidak dijaga dengan baik kesehatan organ reporduksi
wanita, dapat berpengaruh pada kesehatan tubuh wanita itu sendiri dan proses kehamilan
yang akan dijalani ke depannya.

Organ reproduksi wanita meliputi vagina, vulva (bibir vagina), liang vagina, mulut rahim
atau serviks, rahim, saluran, telur, dan indung telur. dr Bramundito, Sp. OG yang merupakan
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Pondok Indah, juga
mengingatkan betapa pentingnya menjaga menjaga kesehatan sistem reproduksi wanita.
Dokter Bramundito juga menjabarkan bahwa organ reproduksi wanita menjalankan
fungsinya, saat anak perempuan tumbuh menjadi remaja dan mengalami menstruasi untuk
pertama kali.

Selanjutnya, organ reproduksi wanita juga berperan penting ketika perempuan tumbuh
dewasa dan melakukan hubungan seks dengan pasangannya. Organ reproduksi wanita yang
sehat, juga akan mempengaruhi proses kehamilan dan persalinan.Jika kesehatan organ
reproduksi wanita tidak dijaga dengan baik, maka fungsi-fungsinya juga akan terganggu,
misalnya saja menyebabkan sulit hamil atau masalah yang lainnya.

Kesehatan reproduksi seorang perempuan saat hamil mempengaruhi kualkitas 2


generasi berikutnya. 1000 HPK periode emas seorang anak terdiri dari :

1. Dari masa kehamilan 270 hari 730 hari masa 2 tahun pertama kehidupan anak,
jika tidak baik maka anak daopat mengalami stunting, memiliki kecerdasan yang
rendah, penyakit kronik tidak menular

Untuk mengoptimalkan 1000 HPK tahapan yang harus dipersiapkan adalah

Sebelum kehamilan:

a. sistem reproduksi yang sehat : cegah IMS, kebersihan organ reproduksi


b. makan bergizi seimbang dan aman

saat hamil:

a. makan uang bergizi


b. periksa hamil berkala
setelah 2 tahun masa kehamilan:

1. kb

Cara Merawat Organ Intim Wanita


Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesehatan organ
intim kewanitaan:

1. Bersihkan vagina dengan benar


Vagina perlu dibersihkan setiap habis buang air kecil atau buang air besar. Cara
membersihkan vagina yang benar adalah dengan membasuhnya dengan air bersih, lalu
keringkan dengan tisu dari arah depan ke belakang atau dari vagina ke anus. Hal ini penting
untuk mencegah berpindahnya bakteri dari anus ke dalam vagina.
Bila memungkinkan, Anda juga bisa menggunakan air hangat untuk membersihkan area
vagina. Jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum dan setelah membersihkan vagina.

2. Hindari penggunaan sabun mengandung parfum


Saat membersihkan vagina, Anda tidak perlu menggunakan sabun, terutama sabun yang
mengandung parfum. Pemakaian sabun jenis ini justru dapat menganggu keseimbangan pH
dan bakteri baik di vagina serta menimbulkan iritasi pada area vagina.
Jika Anda tetap ingin menggunakan sabun untuk membersihkan organ intim, pilihlah sabun
yang berlabel hypoallergenic.
Selain itu, hindari pula produk pembersih kewanitaan yang disemprotkan ke dalam vagina
(douching). Hal ini dikarenakan bahan di dalamnya justru dapat mengganggu keseimbangan
pH dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi vagina.

3. Keringkan dengan handuk


Setelah dibersihkan, jangan lupa untuk mengeringkan area intim dengan handuk bersih atau
tisu berbahan lembut agar kelembapan area vagina tetap terjaga. Hal ini juga penting
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan bakteri serta jamur pada vagina.

4. Gunakan pakaian dalam yang tepat


Penggunaan dan perawatan pakaian dalam juga harus diperhatikan. Pakailah celana dalam
berbahan katun yang mudah menyerap keringat dan tidak terlalu ketat untuk menghindari
kelembapan berlebih.
Cuci pakaian dalam dengan sabun yang mengandung sedikit detergen dan tanpa pelembut
pakaian. Jangan lupa juga mengganti celana dalam secara teratur, terutama setelah
beraktivitas dan saat terasa lembap atau basah.

5. Hindari penggunaan pembalut beraroma


Saat menstruasi, hindari penggunaan pembalut yang mengandung pewangi, terutama jika
Anda memiliki kulit sensitif. Kandungan parfum di dalam pembalut dapat membuat organ
intim Anda mengalami iritasi dan memicu keputihan.
Selain itu, disarankan pula untuk sering mengganti pembalut setidaknya setiap 3–4 jam. Hal
ini penting dilakukan untuk mencegah infeksi dan timbulnya bau tidak sedap pada vagina.

6. Hati-hati dengan perawatan tradisional


Perawatan tradisional pada organ intim wanita, seperti ratus dan gurah vagina, telah lama
diyakini dapat membersihkan dan menyehatkan organ kewanitaan. Meski demikian, belum
ada studi yang menunjukkan bahwa perawatan tradisional tersebut terbukti efektif untuk
menjaga kebersihan dan merawat vagina.
Selain belum terbukti baik untuk kesehatan organ intim kewanitaan, pemakaian uap dan asap
panas dari ratus justru berisiko menimbulkan iritasi dan luka bakar pada vagina.

Waspadai Penyebab Gangguan Organ Intim Wanita


Selain rutin melakukan cara yang tepat dalam merawat organ intim wanita, Anda juga harus
mewaspadai penyebab gangguan pada vagina berikut ini:

Perubahan hormon
Kadar hormon estrogen yang berkurang saat mendekati masa menopause dapat memengaruhi
kondisi organ intim wanita. Hal ini dapat membuat lapisan vagina menipis dan
mengurangi cairan vagina yang berfungsi sebagai pelumas alami.
Berkurangnya cairan vagina bisa menyebabkan vagina kering, sehingga muncul rasa sakit
saat berhubungan seksual.
Masalah seks
Melakukan gerakan seks tertentu yang sifatnya memaksa dan terlalu kuat dapat menyebabkan
cedera pada organ intim dan membuat vagina terasa tidak nyaman.
Selain itu, infeksi menular seksual juga dapat menyebabkan rasa nyeri pada area kewanitaan
dan panggul serta menyebabkan komplikasi penyakit lain, seperti radang panggul dan kanker
serviks.

Stres
Wanita yang sering mengalami stres atau masalah psikologis, seperti cemas atau depresi,
akan kurang bergairah untuk berhubungan seksual. Hal ini juga bisa membuat wanita merasa
nyeri atau tidak nyaman saat berhubungan intim.

Alat kontrasepsi
Pemakaian alat kontrasepsi, seperti kondom atau spermisida, dapat menyebabkan iritasi pada
vagina, terutama pada wanita yang memiliki kulit sensitif atau alergi terhadap bahan tersebut.
Akibatnya, organ intim pun akan terasa tidak nyaman atau sakit.
Berbagai langkah perawatan organ intim wanita yang telah disebutkan di atas tidak bisa
dilakukan sesekali saja. Anda dianjurkan untuk melakukannya secara rutin.
Selain itu, untuk menjaga kesehatan organ intim wanita, penting juga untuk mempraktekkan
seks yang aman, misalnya dengan selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks dan
tidak berganti pasangan seksual.
Bila ingin memastikan kondisi kesehatan organ intim atau masih memiliki pertanyaan seputar
organ intim wanita dan cara tepat menjaganya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk
mengetahui jawabannya.
Sebagai wanita, penting sekali untuk menjaga kesehatan sistem reproduksi agar terhindar dari
penyakit-penyakit yang tidak diinginkan. Namun pada kenyataannya, ada berbagai penyakit
yang sering menyerang sistem reproduksi wanita sampai saat ini. Apa saja penyakit-
penyakitnya?
1. Endometriosis
Endometriosis merupakan kondisi yang sering ditemui pada wanita. Endometriosis termasuk
kelainan yang timbul ketika jaringan yang membentuk lapisan endometrium (dinding dalam
rahim) tumbuh di luar rongga rahim. Jaringan ini tumbuh di ovarium, usus, dan pada jaringan
yang melapisi panggul. Atas pengaruh hormonal dalam siklus menstruasi menyebabkan
jaringan yang salah tempat tadi menjadi nyeri atau meradang dan membesar hingga
membentuk kista.
Pertumbuhan jaringan dapat menyebabkan masalah kesuburan akibat perlengketan, nyeri haid
yang berat, nyeri saat bersanggama, benjolan perut yang dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari.
2. Cystitis
Cystitis  merupakan sindrom klinis kompleks yang diidentifikasi oleh peradangan akut atau
kronis akibat infeksi pada lapisan kandung kemih. Wanita rentan mengalami infeksi kandung
kemih disebabkan saluran kencing yang lebih pendek dibandingkan pria.
Gejalanya ditandai oleh sering berkemih (anyang-anyangan), nyeri di akhir berkemih, serta
nyeri di bagian panggul. Ketidaknyamanan pada penyakit ini dapat berkisar dari sensasi
terbakar ringan hingga nyeri yang cukup parah. Tingkat ketidaknyamanannya juga beragam,
bisa terus-menerus atau jarang.

3. Mioma uteri
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdapat pada lapisan dinding rahim yang terdiri
dari otot dan jaringan fibrosa. Wanita pada usia subur biasanya mengalami kondisi ini.
Ukuran pada mioma uteri ini sangat bervariasi, mulai dari tidak terlihat hingga sebesar buah
semangka. Mioma uteri cenderung terjadi pada wanita berusia 35 tahun dan lebih. Gejala
umum mioma uteri antara lain durasi menstruasi lebih dari seminggu, pendarahan
menstruasi yang berat, nyeri pada bagian panggul, sering buang air kecil, nyeri saat
berhubungan seksual atau saat menstruasi, serta pembengkakan pada perut. Mioma uteri juga
dapat menyebabkan gangguan kesuburan bergantung ukuran dan lokasi mioma pada dinding
rahim.

4. Kanker serviks
Secara singkat, kanker serviks merupakan jenis kanker yang dimulai di leher rahim yang
sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia (human papiloma virus).
Leher rahim berbentuk silinder berlubang yang berfungsi menghubungkan bagian bawah
rahim wanita ke vagina. Kanker serviks biasanya terjadi pada wanita berusia 30 sampai 45
tahun, terutama yang sudah aktif secara seksual. Kebanyakan wanita tidak menyadari bahwa
dirinya mengidap kanker serviks dikarenakan gejala yang tidak terlalu terlihat. Gejala pada
umumnya dirasakan ketika penyakit sudah menjadi lanjut sehingga penting sekali dilakukan
pemeriksaan lebih awal pada mereka dengan faktor risiko untuk deteksi lebih dini.
Gejala yang biasanya dikeluhkan adalah perdarahan, keputihan yang berbau busuk, nyeri saat
buang air kecil, kesulitan buang air besar, dan nyeri panggul.

5. HIV/AIDS
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan
tubuh melawan infeksi dan penyakit.
Jika seseorang wanita terkena HIV, ia dapat menularkan kepada pasangannya, kepada janin
yang dikandungnya, dan akan lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan keganasan/kanker .
Penularan virus ini dapat terjadi melalui saat cairan tubuh seseorang yang mengidap HIV ke
tubuh orang lain dengan berbagai cara, seperti melakukan hubungan seks tanpa kondom,
penggunaan alat suntik secara bersama-sama, transfusi darah, kepada janin yang
dikandungnya melalu plasenta saat hamil, persalinan, dan menyusui.

Anda mungkin juga menyukai