Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia sebenarnya sudah dimulai sejak masih dalam kandungan,
kemudian melalui peristiwa kelahiran yang menjadi awal kehidupan di dunia. Proses
kehamilan, persalinan dan tahap setelah persalinan yang disebut dengan masa nifas selalu
menjadi perhatian khusus bagi mereka yang berada di pelayanan kesehatan. Sebab,
banyaknya masalah yang timbul dari ketiga tahapan tersebut menjadi dasar tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu diantaranya dapat dilihat dari indicator angka
kematian ibu (AKI). Indicator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu
terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan baik dari sisi aksebilitas maupun kualitas.
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) merupakan jumlah kematian ibu
yang disebabkan mulai dari proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan yang
dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Adapun jumlah Kematian Ibu di dunia
yaitu sebanyak 303.000 (WHO, 2019).
Jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2020 mencapai angka 4.627
kematian. Jumlah ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan tahun 2019 sebesar
4.221 kematian (Kemenkes RI, 2022). WHO memperkirakan bahwa 98% penyebab
kematian maternal di Negara Berkembang masuk kategori “Dapat Dicegah”.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu diantaranya dapat dilihat dari indicator angka
kematian ibu (AKI). Indicator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu
terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan baik dari sisi aksebilitas maupun kualitas.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa konsep dasar ginekologi?
2. Apa saja yang termasuk kegawatdaruratan ginekologi?
3. Bagaimana pengananan yang dilakukan pada kasus kegawadaruratan ginekologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui secara umum tentang Ginekologi
2. Untuk mengetahui beberapa jenis kegawatdaruratan Ginekologi
1
3. Untuk mengetahui pengananan atau penatalaksanaan pada kasus kegawatdaruratan
ginekologi
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan mengenai konsep
Ginekologi, jenis kegawatdaruratan serta penanganannya dalam proses belajar mengajar
khususnya bagi mahasiswa kebidanan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Ginekologi


Kata ginekologi sendiri berasal dari gyno/gynaikos perempuan dan logos ilmu-ilmu
tentang perempuan perdefinisi berarti ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang organ
(reproduksi) wanita di luar ginekologi termasuk di dalamnya yaitu kelainan haid infertilitas
dan lain-lain sebagainya.
Ginekologi adalah cabang kedokteran yang membahas secara khusus pada organ
reproduksi wanita mulai dari diagnosis hingga penanganan penyakit terkait.
B. Kegawatdarutan Ginekologi
Kegawadaruratan ginekologi adalah keadaan gawat akibat kelainan ginekologi
yang memerlukan tindakan atau penanganan segera untuk menyelamatkan jiwa. Adapun
beberapa kegawatdaruratan ginekologo antara lain:
1. Perdarahan Akibat Kanker Serviks
a. Gejala
Perdarahan biasanya tanpa nyeri, tidak berhubungan dengan haid, tetapi behubungan
dengn kontak serviks. Perdarahan ini biasanya diawali dengan keluhan lekore yang
tidak sembuh-sembuh. Kanker serviks biasanya muncul dari sambungan
skuamokolumnar dan selanjutnya menginvasi serviks dan organ sekitarnya.
Perdarahan yang timbul merupakan ciri dari stadium lanjut.
b. Penanganan
Diagnosis pasti kanker serviks adalah dengan biopsi. Perdarahan akibat kanker
serviks diatasi dengan pemasangan tampon disertai pemberian anti perdarahan dan
transfuse. Terapi defenitif berupa operasi, radiasi, dan kemoterapi.
2. Endometritis
a. Defenisi
Endometritis adalah peradangan di lapisan terdalam rahim yang umumnya
disebabkan oleh infeksi. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada wanita yang menjalani
operasi caesar atau kuret. Endometritis perlu segera diobati untuk mencegah gangguan
kesuburan dan penyebaran infeksi ke organ lain.
Endometritis adalah peradangan atau iritasi pada lapisan rahim
(endometrium). Hal ini berbeda dengan endometriosis. Keterlambatan terapi dapat

3
menyebabkan syok. Endometritis dapat terjadi pada saat yang sama dengan infeksi
panggul lainnya.
b. Penyebab
Endometritis disebabkan oleh infeksi pada rahim. Hal ini dapat disebabkan
Klamidia Trakomatis, Gonore, TBC, atau campuran bakteri yang normal vagina.
Hal ini lebih mungkin terjadi setelah keguguran atau melahirkan. Hal ini juga lebih
umum setelah persalinan lama atau sectio secaria. Faktor predisposisi meliputi
kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan, kurangnya higien pasien, dan
kurangnya nutrisi. Risiko endometritis lebih tinggi setelah prosedur panggul yang
dilakukan melalui leher rahim seperti biopsi endometrium, histeroskopi,
penempatan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD).
Endometritis umumnya terjadi akibat masuknya bakteri ke dalam rahim
pada proses persalinan atau setelah persalinan. Beberapa kondisi lain yang dapat
menyebabkan terjadinya endometritis adalah:
1) Penyakit menular seksual, seperti chlamydia atau gonore
2) Penyebaran infeksi dari vaginosis bakterialis
3) Penyebaran infeksi tuberkulosis yang menyebabkan endometritis
berkepanjangan (kronis)
c. Gejala
Endometritis dapat menyebabkan gejala yang bervariasi. Gejala endometritis yang
umum terjadi antara lain:
1) Demam
2) Pembengkakan perut
3) Nyeri di perut bagian bawah, area panggul, atau dubur
4) Keputihan yang tidak normal
5) Perdarahan dari vagina di luar waktu haid
6) Nyeri saat buang air besar
7) Sembelit
8) Rasa tidak enak badan dan lemas
d. Penanganan
Pengobatan endometritis tergantung pada penyebab dan tingkat
keparahannya. Jika endometritis terjadi setelah melahirkan, pasien akan
diberikan antibiotik melalui infus dan diminta untuk menjalani rawat inap di rumah
sakit. Jenis antibiotik yang dapat diberikan oleh dokter adalah clindamycin,
4
gentamicin, dan ampicillin. Dokter dapat memberikan satu atau kombinasi dari tiga
antibiotik tersebut.
Pada endometritis bergejala ringan yang disebabkan oleh kondisi lain,
dokter akan memberikan antibiotik minum. Jika endometritis disebabkan
oleh penyakit menular seksual, dokter juga akan mengobati pasangan pasien.
3. Rupture Kista atau robekan dinding kista
a. Defenisi
ruptur kista ovarium adalah kondisi pecahnya suatu kista ovarium. Kista
ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan pada indung telur (ovarium) atau
permukaannya. Indung telur atau ovarium adalah organ reproduksi wanita yang
terletak pada daerah panggul. Ovarium ada 2 dan berada di samping kiri dan rahim,
serta terikat kuat oleh suatu jaringan ligamen.
Setiap ovarium berisi ribuan sel telur dan akibat rangsangan hormon yang
dihasilkan tubuh, satu sel telur menjadi matang dalam 1 siklus haid. Setelah masa
ovulasi, setiap bulannya satu sel telur matang akan dilepaskan dari salah satu
kantung yang terdapat di dalam ovarium (kiri atau kanan, namun bisa juga
keduanya). Selanjutnya, kantung ini juga akan menghilang. Apabila kantung
tersebut tetap terdapat sel telur atau berisi cairan maka dapat membentuk kista.Kista
ovarium terpelintir atau pecah adalah suatu kondisi kegawadaruratan yang perlu
penanganan segera. Hal ini dikarenakan dapat menyebabkan kehilangan organ
ovarium dan mengancam nyawa.
b. Penyebab
Penyebab terjadinya torsio kista ovarium akibat ukuran kista yang semakin
besar. Sehingga menyebabkan terjadinya pemutaran pada jaringan penunjangnya
seperti ligamen. Kondisi ini menimbulkan pembengkakan ligamen dan memicu
sumbatan pada aliran darah. Sumbatan yang berlangsung lama menyebabkan
kematian pada jaringan ovarium.Sama halnya dengan torsio, penyebab ruptur
(pecah) kista ovarium karena semakin membesarnya suatu kista. Sehingga kantung
kista semakin meregang, menekan dan akhirnya pecah. Selain itu, penyebab lain
yang dapat memicu kista ovarium pecah adalah melakukan aktivitas fisik
berlebihan atau pasca berhubungan seksual. faktor risiko kista ovarium mengalami
pecah yaitu aktivitas fisik yang berat, mengalami trauma pada perut, penekanan
pada perut, penggunaan obat pengencer darah

5
c. Gejala
Gejala dari ruptur kista ovarium biasanya terjadi secara tiba-tiba. Namun
terdapat beberapa kasus yang tidak menimbulkan gejala atau gejala ringan.
Sebagian besar menunjukkan gejala seperti nyeri hebat yang timbul mendadak dan
bersifat tajam pada bagian perut bawah, kram perut, mual dan muntah, perut teraba
keras, keluar darah banyak dari vagina, demam, merasa berat dan terdapat tekanan
pada panggul, nyeri ketika berhubungan seksual, perubahan pada gerakan usus,
siklus menstruasi yang tidak teratur.
d. Penatalaksanaan
Torsio/ruptur kista ovarium adalah suatu kondisi kegawatdaruratan yang
memerlukan penanganan cepat dan tepat karena dapat mengancam nyawa serta
kehilangan organ ovarium. Berikut ini beberapa langkah pengobatan dan terapi
yang dilakukan dokter dalam penanganan penyakit torsio/ruptur kista ovarium:
1) Pemeriksaan dan pemantauan kestabilan kondisi umum pasien meliputi tekanan
darah, detak jantung, suhu dan frekuensi nafas.
2) Pemberian terapi cairan untuk menggantikan kehilangan darah/cairan akibat
ruptur kista ovarium.
3) Pemberian obat-obatan seperti antinyeri untuk meredakan nyeri yang dirasakan
oleh pasien. Selain itu, obat untuk mengurangi mual dan muntah juga dapat
diberikan.
4) Pemantauan kadar hemoglobin juga dilakukan untuk mengetahui banyaknya
kehilangan darah.
5) Pemeriksaan USG berulang dan berkala untuk memeriksa luasnya aliran darah
yang terhambat dan banyaknya darah keluar ke rongga panggul/perut.
6) Tindakan operasi laparatomi (pembedahan perut) perlu segera dilakukan untuk
menghentukan perdarahan yang terjadi pada ruptur kista ovarium. Selain itu,
melalui tindakan ini juga dapat melakukan detorsi yaitu memutar kembali
ligamen terpelintir.
Apabila 6indaka kista ovarium tidak memperoleh penanangan segera, juga
dapat menyebabkan komplikasi dapat mengancam nyawa. Saat kista ovarium
mengalami pecah maka terjadi perdarahan yang mengakibatkan tubuh kehilangan
banyak darah, kekurangan cairan hingga terjadi kondisi syok. Komplikasi lain dari

6
7indaka kista ovarium yaitu terjadi infeksi pada rongga panggul dan rongga perut
hingga sepsis (infeksi seluruh tubuh).
e. Pencegahan
Bentuk pencegahan dari torsio dan 7indaka kista ovarium adalah
menghindari aktivitas berat. Hal ini dikarenakan aktivitas fisik berat dapat
meningkatkan kista ovarium berukuran besar dapat mengalami pecah dan
terpelintir. Selain itu, penggunaan pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya
ovulasi sehingga pembentukan kista ovarium baru dapat dicegah.
Apabila sudah diketahui Anda memiliki kista ovarium, dokter biasanya akan
merekomendasikan untuk dilakukan 7indakan operasi pengangkatan kista ovarium
sebelum ukurannya semakin besar dan berisiko mengalami pecah atau terpelintir
4. Cystitis
a. Defenisi
Cystitis adalah peradangan pada kandung kemih, di mana penderitanya akan
mengalami nyeri ketika akan atau sedang buang air kecil. Cystitis lebih sering
menyerang wanita karena sistem genital wanita bersifat terbuka terhadap
lingkungan luar. Wanita juga memiliki uretra lebih pendek yang membuatnya
mudah terkontaminasi bakteri dari anus.
Cystitis paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang juga menjadi
penyebab infeksi saluran kemih. Mari simak ulasan di bawah ini untuk mengetahui
lebih lanjut tentang penyebab, gejala, cara mengobati, dan pencegahan cystitis.
Cystitis dengan gejala ringan umumnya akan hilang sendiri sekalipun tanpa
pengobatan. Meski begitu, gejala akibat cystitis dapat membuat penderitanya
merasa tidak nyaman dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
b. Penyebab
Cystitis dapat terjadi karena infeksi maupun non-infeksi. Cystitis akibat
infeksi paling sering disebabkan oleh bakteri E. coli, yang masuk ke kandung kemih
dan menyebabkan peradangan. Bakteri E. coli umumnya berada di dalam usus.
Sementara itu, cystitis non-infeksi sering kali disebabkan oleh kerusakan
atau iritasi pada kandung kemih. Kondisi ini dapat terjadi karena penggunaan
kateter urine dalam waktu yang lama, aktivitas seksual, efek
samping kemoterapi dan radioterapi, serta bahan kimia yang mengiritasi seperti
spermisida.

7
c. Gejala
Gejala umum yang sering kali dialami oleh penderita cystitis adalah sebagai
berikut:
1) Nyeri pada perut bagian bawah, punggung bawah, panggul, dan uretra (saluran
keluarnya urine dari tubuh).
2) Kandung kemih terasa nyeri dan seperti tertekan, terutama saat ingin buang air
kecil.
3) Overactive bladder (peningkatan frekuensi buang air kecil).
4) Sering buang air kecil dengan volume yang sedikit hingga lebih dari 8 kali
sehari.
5) Merasakan sensasi terbakar, menyengat, dan nyeri saat buang air kecil.
6) Urine berwarna keruh atau gelap dan berbau menyengat.
Gejala cystitis pada wanita biasanya disertai nyeri pada vagina, bibir
vagina, atau area belakang vagina. Keluhan nyeri ini juga bisa muncul ketika
melakukan aktivitas seksual.
d. Penanganan
Cara mengobati cystitis akan disesuaikan dengan penyebabnya.
Apabila ditemukan infeksi bakteri, dokter akan memberikan obat antibiotik.
Kondisi ini biasanya bisa membaik dalam 1-2 hari. Obat antibiotik perlu diminum
sampai habis atau sesuai anjuran.
Pada kasus cystitis interstitial yang tidak diketahui penyebabnya, dokter
biasanya akan merekomendasikan pasien untuk menjalani perubahan gaya hidup,
antara lain:
1) Menghindari makanan pedas dan makanan tinggi kalium.
2) Berdiskusi dengan dokter mengenai pelatihan kandung kemih untuk mengubah
kebiasaan buang air kecil.
3) Membatasi atau menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman
beralkohol.
Apabila cystitis sudah berada pada tingkat kronis, di mana obat-obatan
ataupun cara lainnya tidak memberikan efek signifikan, dokter mungkin akan
merekomendasikan prosedur operasi atau pembedahan untuk memperbaiki masalah
struktural.

8
e. Pencegahan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah cystitis adalah sebagai
berikut:
1) Hindari menggunakan sabun atau produk lain yang mengandung pewangi
tambahan pada area alat kelamin.
2) Jangan biasakan menahan kencing. Segera buang air kecil hingga tuntas.
3) Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
dapat membantu menghentikan perkembangan bakteri di kandung kemih.
4) Pada wanita, bersihkan area kelamin dari arah depan ke belakang setelah buang
air kecil atau besar.
5) Kosongkan kandung kemih setelah berhubungan intim.
6) Menghindari penggunaan alat kontrasepsi diafragma.
7) Kenakan pakaian dalam berbahan katun.
8) Hindari pemakaian celana yang ketat.
9) Minum air mineral yang cukup, yakni kurang lebih 2 liter per hari.

5. Kista Bartholin
a. Defenisi
Kista Bartholin adalah benjolan berisi cairan akibat tersumbatnya kelenjar
Bartholin. Kista Bartholin umumnya berukuran kecil dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Meski demikian, jika cairan di dalam kista Bartholin terinfeksi, maka d
terjadi abses atau penumpukan nanah.
Bartholin adalah kelenjar yang terletak di kedua sisi bibir vagina. Kelenjar
ini berukuran kecil sehingga tidak mudah terdeteksi oleh tangan atau mata. Kelenjar
Bartholin berfungsi mengeluarkan cairan yang berperan sebagai pelumas saat
berhubungan seksual.
b. Penyebab
Kista Bartholin disebabkan oleh penyumbatan pada saluran kelenjar
Bartholin. Saat saluran tersumbat, cairan akan tertampung di dalam saluran atau
kembali masuk ke dalam kelenjar. Lama-kelamaan, hal itu akan menyebabkan
saluran atau kelenjar membengkak dan membentuk kista.
Belum diketahui secara pasti penyebab tersumbatnya saluran kelenjar
Bartholin. Akan tetapi, kondisi tertentu, seperti luka, cedera, iritasi yang berulang,
dan operasi, pada vagina bisa meningkatkan risiko tersumbatnya kelenjar Bartholin.

9
Pada beberapa kasus, kista Bartholin juga dikaitkan dengan infeksi menular
seksual, yaitu gonore dan chlamydia. Selain itu, infeksi Escherichia coli juga
sering dikaitkan dengan munculnya kista Bartholin.
Kista Bartholin bisa terjadi pada semua kelompok usia. Namun, kondisi ini
lebih sering terjadi pada wanita usia 20–30 tahun yang aktif secara seksual. Kista
ini jarang terjadi pada wanita yang telah menopause, karena kelenjar Bartholin telah
menyusut.
c. Gejala
Kista Bartholin jarang menimbulkan gejala. Gejala baru akan muncul jika
ukuran kista telah cukup besar. Namun, secara umum, sumbatan pada kelenjar
Bartholin dapat menimbulkan gejala berupa:
1) Benjolan kecil yang tidak terasa sakit, dan umumnya terjadi hanya pada salah
satu bibir vagina
2) Kemerahan dan pembengkakan di sisi bibir vagina
3) Rasa tidak nyaman ketika berjalan, duduk, atau berhubungan seksual

Jika kista mengalami infeksi dan berkembang menjadi abses, akan muncul
beberapa gejala lain, yaitu:
1) Benjolan terasa nyeri dan lunak
2) Vagina terlihat membengkak
3) Keluar nanah pada benjolan
4) Demam

d. Penanganan
Pengobatan kista Bartholin disesuaikan dengan ukuran kista dan gejala yang
muncul. Kista kecil yang tidak menimbulkan gejala biasanya tidak memerlukan
penanganan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Sebaliknya, kista membutuhkan pengobatan lebih lanjut jika menimbulkan gejala
atau mengalami infeksi dan berkembang menjadi abses. Berikut adalah beberapa
metode pengobatan yang dapat dilakukan:
1) Berendam di air hangat atau sitz bath
Pada tahap awal, dokter akan menganjurkan pasien untuk duduk
berendam di dalam air hangat setinggi panggul atau sitz bath, selama 3–4 hari.
Cara ini dapat membantu meredakan nyeri dan rasa tidak nyaman di organ intim,

10
dan terkadang bisa mengatasi kista yang masih berukuran kecil. Sitz bath dapat
dilakukan secara mandiri di rumah.
2) Obat-obatan
Obat pereda nyeri, seperti paracetamol, dapat dikonsumsi untuk
meredakan rasa sakit. Selain itu, dokter juga dapat memberikan
obat antibiotik untuk meredakan infeksi yang menyebabkan timbulnya abses
pada kista.
Antibiotik juga dapat digunakan jika infeksi menyebar ke kulit atau
jaringan di sekitar abses atau ketika penderita mengalami infeksi menular
seksual.

3) Operasi insisi dan drainase


Operasi insisi dan drainase perlu dilakukan jika ukuran kista cukup besar,
terlebih jika terjadi infeksi. Operasi dilakukan dengan membuat sayatan kecil
(insisi) pada kista agar cairan nanah di dalamnya dapat keluar.
4) Pemasangan kateter
Pemasangan selang dengan balon kateter dilakukan untuk mengeluarkan
cairan nanah. Pada prosedur ini, sayatan kecil dibuat untuk memasukkan kateter
ke dalam kista. Setelah itu, balon dikembangkan untuk menjaga agar kateter
tidak lepas dan dapat bertahan selama 2–6 minggu.
5) Marsupialisasi kista
Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan pada kista untuk
mengeluarkan cairan nanah. Setelah itu, dokter akan menjahit ujung irisan pada
kulit di sekitarnya agar kista tetap terbuka secara permanen. Marsupialisasi kista
dapat dikombinasikan dengan pemasangan kateter.
6) Pengangkatan kelenjar Bartholin
Prosedur ini dilakukan jika prosedur lain tidak berhasil. Operasi
dilakukan dengan mengangkat seluruh kelenjar Bartholin.
Selama proses penyembuhan, penting untuk selalu menjaga kebersihan area kista
sesuai dengan anjuran dokter. Sebaiknya hindari aktivitas seksual selama proses
penyembuhan. Selain itu, gunakan pembalut selama kateter masih terpasang,
karena nanah akan terus mengalir seiring dengan hilangnya infeksi.

11
e. Pencegahan
Mengingat penyebabnya belum diketahui secara pasti, kista Bartholin sulit
untuk dicegah. Akan tetapi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menurunkan risiko terjadinya abses atau infeksi pada kista, yaitu:
1) Jaga kebersihan organ intim, dan biasakan untuk membersihkan organ intim
dari arah depan ke belakang.
2) Hindari memakai pakaian dalam dan celana yang terlalu ketat atau berbahan
kasar.
3) Gunakan kondom saat berhubungan intim untuk mencegah infeksi menular
seksual.
6. Radang Panggul
a. Defenisi
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada
organ reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah satu penyebab
paling sering dari radang panggul adalah infeksi menular seksual.
Radang panggul umumnya dialami oleh wanita usia 15–25 tahun yang aktif
berhubungan seksual. Radang panggul bisa ditandai dengan nyeri di panggul atau
perut bagian bawah. Kondisi ini perlu mendapat penanganan untuk mencegah
terjadinya komplikasi, seperti kehamilan di luar kandungan (ektopik) atau
kemandulan (infertilitas).
b. Penyebab
Radang panggul paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang
menyebar dari vagina atau leher rahim (serviks) ke organ reproduksi yang lebih
dalam, seperti rahim, saluran indung telur (tuba falopi), dan indung telur (ovarium).
Jenis bakteri yang sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri
penyebab infeksi menular seksual, seperti Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhoeae.
Selain bakteri, radang panggul juga bisa disebabkan oleh infeksi kuman atau
patogen lain, seperti Mycoplasma genitalium, Trichomonas vaginalis, Gardnerella
vaginalis, atau Herpes simplex virus 2 (HSV-2).
c. Gejala
Umumnya, radang panggul pada tahap awal tidak menimbulkan gejala
sehingga tidak disadari oleh sebagian penderitanya. Seiring dengan perkembangan
penyakit, akan muncul gejala-gejala berikut:
12
1) Nyeri panggul atau perut bagian bawah
2) Nyeri ketika buang air kecil
3) Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
4) Perdarahan di luar menstruasi atau setelah berhubungan seksual
5) Menstruasi menjadi lebih deras dan lebih lama (menorrhagia)
6) Keputihan menjadi lebih banyak, berbau tak sedap, serta berubah warna
menjadi kekuningan atau kehijauan
7) Demam
8) Mudah merasa lelah atau tidak enak badan
9) Mual dan muntah
d. Penanganan
Pengobatan radang panggul bertujuan untuk mengatasi infeksi,
meringankan gejala, mencegah penyebaran infeksi, dan mengurangi risiko
terjadinya komplikasi. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat
dilakukan:
1) Obat-obatan
Obat yang diberikan untuk mengatasi radang panggul akan disesuaikan
dengan kondisi pasien. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan
meresepkan antibiotik.Perlu diketahui, konsumsi antibiotik harus sesuai dengan
aturan yang disarankan oleh dokter. Umumnya, dokter akan menyarankan
pasien untuk mengonsumsi antibiotik selama 2 minggu.
Pasien yang mengalami radang panggul berat, sedang hamil, atau
mengalami penumpukan nanah (abses), perlu mendapatkan perawatan rumah
sakit. Dokter akan memberikan antibiotik melalui suntikan dan cairan
infus.Selain antibiotik, dokter akan memberikan obat untuk meredakan gejala,
seperti nyeri dan demam. Beberapa obat yang bisa diberikan
adalah ibuprofen atau paracetamol.
2) Operasi
Operasi dilakukan jika terjadi abses pada radang panggul. Selain itu,
operasi juga dilakukan jika abses pecah atau berpotensi untuk pecah. Operasi
dapat dilakukan dengan menyedot, mengeluarkan, dan membersihkan cairan
abses. Guna mempercepat proses penyembuhan, pasien tidak boleh
berhubungan seksual selama masa pengobatan. Hal ini untuk mencegah
penularan penyakit ke pasangan.
13
7. Tumor Adneksa Permagna
a. Defenisi
Massa Adneksa Terbentuk di dakat rahim di ovarium, saluran tuba, atau jaringan
ikat disekitarnya. Kebanyakan tumor adneksa bersifat jinak, namun bisa juga
bersifat ganas. Banyak massa adneksa yang hilang dengan sendirinya namun
beberapa memerlukan pengobatan termasuk pembedahan.
b. Gejala
Keluhan utama pasien biasanya sesak. Sedangkan keluhan lain dapat berupa
gangguan BAB dan BAK, nyeri perut, peritonitis bahkan syok hipopolemik.
Nampak massa tumor di abdomendengan ukuran besar, konsisten umumnya kistik,
permukaan licin atau berbenjol-benjol, dan sulit digerakkan. Pada pemeriksaan
abdomen dapat disertai ascites.
c. Penanganan
Terapi defenitif dari tumor adneksa adalah laparatomi. Namun untuk tahap awal
dapat dilakukan fungsi untuk mengurangi rasa sesak, namun pengeluaran cairan
harus dilakukan secara bertahap untuk mencegah gangguang hemodinamik.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa penyakit pada organ reproduksi khususnya organ repsoduksi Wanita,
diperlukan pengananan khusus atau Tindakan segera apabila penyakit tersebut sudah masuk
dalam kategori kegawatdaruratan. Hal ini dilakukan oleh tenaga Kesehatan (dokter, Bidan,
Perawat) sebagai langkah untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjutan yang mungkin
bisa terjadi jika tidak di tindaki dengan cepat dan tepat.
Dalam makalah ini telah dijelaskan beberapa jenis penyakit kegawatdaruratan
dalam ginekologi (pengertian, penyebab, gejala dan penanganannya) sehingga perlu
menjadi perhatian bagi perempuan bahwa setiap Perempuan itu beresiko untuk terkena
sehingga kita perlu melakukan beberapa pencegahan untuk mencegah penyakit pada organ
reproduksi.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber ilmu
khususnya bagi mahasiswa kebidanan dalam mempelajari penyakit kegawatdaruratan
ginekologi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi A Hema, Kurniyati Ika Dyah, Rantaningrum Kanti. Buku Ajar Ilmu Obstetri dan
Ginekologi. 2017. Unimus Press: Semarang.
Dr. Kartini S.ST,M.Kes, Dkk. Obstetri Dan Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. 2023.
EUREKA MEDIA AKSARA: Jawa Tengah.

https://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/10538/6055 Diakses Tanggal 19


Agustus 2023.
https://www.ai-care.id/healthpedia-penyakit/torsio-ruptur-kista-ovarium Diakses Tanggal 19
Agustus 2023.

Prof. dr. Manuaba Ida Bagus Gde,SpOG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. 1998. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai