Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

ِ ‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح‬


‫يم‬ ْ ‫ِب‬

Assalamualaikum Wr.Wb

Allhamdulillahi Robbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, yang Maha
Menciptakan, Menghidupkan dan Mematikan, yang Rahmat-Nya meliputi
langit dan bumi, dunia dan akhirat dan kepada-Nyalah semua akan kembali.
Shalawat semoga tercurah kehariban Rasulullah SAW atas do’a, teladan,
perjuangan , kesabaran, yang telah diajarkan kepada kami sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul Prinsip pemenuhan
kebutuhan mekanika tubuh “Ambulasi dan mobilitas pasien
( pemindahan dan penanganan pasien)”

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen


pembimbing, apabila ada beberapa kesalahan penulis mohon bimbingannya,
sekian.

Makassar, 14 November 2019

Penuli
s

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
C. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Amulasi dan Mobilitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5


B. Tindakan-Tindakan Amulasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
C. Jenis-Jenis Ambulasi Dan Mobilitas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ambulasi Dan Mobilitas. . . .. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
B. Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 14

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

BAB I

2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam memberikan pelayanan terhadap klien, bidan diharapkan


mampu memenuhi kebutuhan dasar klien yaitu pemenuhan kebutuhan aktifitas
seperti ambulasi, mobilisasi atau bahkan imobilisasi. Sebelum melaksanakan
tindakan pemenuhan aktifitas pada pasien, maka bidan terlebih dahulu harus
mempelajari konsep-konsep tentang mobilisasi. Untuk itu, berikut ini
dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ambulasi, mobilisasi(seperti:
pengertian mobilisasi, tujuan mobilisasi, factor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi)dan imobilasi pada klien dan beberapa uraian penting lain, seperti
macam-macam posisi klien di tempat tidur.
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari
tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi
pasien.
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk
semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas.
Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan
pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas.
Menurut Kozier 2005 ambulasi adalah aktivitas berjalan.
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
keegiatan dengan bebas. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat
napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong
untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya
dalam waktu 12 jam.

3
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat diuraikan rumusan
masalah, diantaranya:
1. Konsep dasar dan mobilitas ?
2. Apa saja tindakan-tindakan ambulasi?
3. Apa jenis-jenis ambulasi dan mobilitas?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi ambulasi dan mobilitas?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami konsep dasar ambulasi dan mobilitas.
2. Untuk memahami tindakan-tindakan ambulasi dan mobilitas.
3. Untuk memahami jenis-jenis ambulasi dan mobilitas.
4. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi ambulasi dan
mobilitas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Amulasi dan Mobilitas


1. Pengertian Amulasi
Pengertian Amulasi dapat diartikan sebagai berikut:
 Ambulasi adalah aktivitas berjalan.(Kozier)
 Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan
jalan atau berpindah tempat.
 Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera
pada pasien pasca melahirkan atau pasca operasi dimulai dari
bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dari mulai
berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.
Jadi, Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan
segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai
pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat
sesuai dengan kondisi pasien
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk
semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan
fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di
tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda
peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier 2005 ambulasi adalah
aktivitas berjalan.
Tujuan Ambulasi
Sedangkan Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah:
1) Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a) Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi,
sirkulasi yang terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut
dan perubahan turgor kulit.
b) Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan
beban kerja jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.

5
c) Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi
volunter maksimal, penurunan ventilasi/perfusi setempat, mekanisme
batuk yang menurun.
d) Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e) Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine,
infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria
f) Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis,
pemendekan serat otot
g) Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan
syaraf pada bagian distal, nyeri yang hebat.
2) Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah
flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi
komplikasi immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan
peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi.
3) Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena
jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali
tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai
berjalan.

2. Pengertian Mobilitas
Pengertian mobilitas dapat diartikan sebagai berikut:
 Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
kegiatan dengan bebas(kosier, 1989)
 Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas
 Mobilisasi atau mobilitas merupakan suatu kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan
kesehatannya.
 Mobilitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah,teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka

6
pemenuhan kehidupan hidup sehat. Hal ini penting untuk
kemandirian.

Jadi, Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak


secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif
dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi,
membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal
normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera
mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam

B. Tindakan-Tindakan Amulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan klien pada posisi terlentang
3) Pindahkan semua bantal
4) Posisi menghadap kepala tempat tidur
5) Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala
tempat tidur di belakang kaki yang lain.
6) Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien,
sokong kepalanya dan vetebra servikal.
7) Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan tempat tidur.
8) Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan
perawat dari depan kaki ke belakang kaki.
9) Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat
tidur.
b. Duduk ditepi tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan pasien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi
tempat tidur tempat ia akan duduk.

7
3) Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2. yang berlawanan.
4) Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat
ditoleransi pasien.
5) Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
6) Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan
pasien dan menjauh dari sudut tempat tidur.
7) Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat
tidur di depan kaki yang lain
8) Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di
bawah bahu pasien, sokong kepala dan lehernya
9) Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
10) Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
11) Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan
tungkai atas pasien memutar ke bawah.
12) Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang
tungkai dan angkat pasien.
13) Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
14) Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai
c. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi
1) Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi
pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan
kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
2) Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3) Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan
antislip.
4) Regangkan kedua kaki perawat.
5) Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat
dengan pasien
6) Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila
pasien dan tempatkan tangan pada skapula pasien.

8
7) Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan
panggul dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
8) Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut
perawat.
9) Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien
secara langsung ke depan kursi
10) Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada
kursi untuk menyokong.
11) Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke
kursi.
12) Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13) Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14) Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk
kemajuan dan penampilannya.
d. Membantu Berjalan
1) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau
memegang telapak tangan perawat.
2) Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu
pasien.
3) Bantu pasien berjalan
e. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brancard
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan
sendiri dari tempat tidur ke branchard.
1) Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
2) Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3) Berdiri menghadap pasien
4) Silangkan tangan di depan dada
5) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh
pasien.

9
6) Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan
bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang dan pinggul pasien, sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
7) Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
f. Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat Bantu Jalan
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan
mobilitas pasien. Melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu
jalan merupakan kewenangan team fioterapi. Namun perawat tetap
bertanggungjawab untuk menindaklanjuti dalam menjamin bahwa
perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan.

C. Jenis-jenis Amulasi Dan Mobilitas


a. Jenis Mobilitas
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system

10
musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang
b) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik
dan sensorik.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Amulasi dan Mobilisasi
1. Amulasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi
1. Kesehatan Umum
Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya
latihan fisik dan lelah kronik menimbulkan efek yang tidak
nyaman pada fungsi musculoskeletal.
2. Tingkat Kesadaran
Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau
mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak mampu melakukan
ambulasi dini pasca operasi.
3. Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot,
penurunan jaringan subkutan yang serius, dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien juga akan mengalami
defisisensi protein, keseimbangan nitrogen dan tidak ada kuatnya
asupan vitamin C.
4. Emosi
Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan
penghargaan pada diri sendiri akan mempengaruhi pasien untuk
melaksanakan prosedur  ambulasi.
5. Tingkat Pendidikan

11
Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan
intelektual, mengarahkan pada ketrampilan yang lebih baik dalam
mengevaluasi informasi. Pendidikan dapat meningkatkan
kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka, untuk
mematuhi saran-saran kesehatan.
6. Pengetahuan
Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang di dasari
oleh pengetahuan akan bertahan lama dari pada yang tidak didasari
oleh pengetahuan.

2. Mobilitas
a. Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat
pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di
ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang
sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda
dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
b. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan
mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang
akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang
yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka
cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus
istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya;
CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit
kardiovaskuler.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam
melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan

12
kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang
biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan
berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita
madura dan sebagainya.
d. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau
energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di
bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan
mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang
selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula
tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering
sakit.
f. Faktor resiko
Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat
menyebabkan imobilisasi pada usia lanjut.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat sering kali mendefinisikan kesehatan dan kebugaran fisik
mereka berdasarkan aktivitas mereka karena kesejahteraan mental dan
efektivitas fungsi tubuh sangat bergantung pada status mobilitas mereka.
Misalnya, saat seseorang berdiri tegak, paru lebih muda untuk mengembang,
aktivitas usus (peristaltik) menjadi lebih efektif, dan ginjal mampu
mengosongkan kemih secara komplet. Selain itu, pergerakan sangat penting
agar tulang dan otot befungsi sebagaimana mestinya.
Mobilitas, kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah , berirama,
dan terarah di lingkungan adalah bagian yang sangat penting dalam
kehidupan. Individu harus bergerak untuk melindungi diri dari trauma dan
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Mobilitas amat penting bagi
kemandirian individu yang tidak mampu bergerak secara total sama rentan
dan bergantungnya dengan seorang bayi.

B. Saran
Segala usaha telah kami lakukan. Namun dalam pembuatan makalah ini
terdapat kekurangan . Oleh karena itu, kami sangat memerlukan kritik dan
saran saudara(i) demi kesempurnaan kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawaran. Edisi 4.


Jakarta: EGC

Potter& Perry. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep,


proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Potter & Perry. 2010. Fundamental keperawatan. Edisis 7. Jakarta:


Elsevier

Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7.


Jakarta: EGC

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta :


Salemba Medika.

Herdman, T.H. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA. Jakarta: EGC

Wilkinson, M. Judith, Ahern, R. Nanchy. 2011. Buku Saku Diagnosis


--------------------Keperawatan Diagnosis NANDA Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. ---------Edisi 9. Jakarta: EGC

Iyer, P.W, Camp, N.H. 2004. Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai